Anda di halaman 1dari 22

TOPIK II

FERTILISASI

MATA KULIAH
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN PRAKTIKUM

OLEH:
ANDRO CHAESI TODOAN MANULLANG

2013091016

3 BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2021
PRAKTIKUM II
FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN EMBRYO

I. Tujuan:

1. Mengetahui proses terjadinya fertilisasi pada Echinidea

2. Mengetahui proses terbentuknya fertilization envelope pada Echinidea

3. Mengetahui tipe perkembangan embryo pada Echinidea

4. . Mengetahui fase perkembangan embryo pada Echinidea

II. Alat dan Bahan:

1. 0,55 M Potassium Chloride Solution

2. Filtrated sea water (FSW)

3. Fertile Echinidea

4. 1 – 5 cc syringe

5. Pipet tetes

6. Small tube (1,5 ml)

7. Beaker glass

8. Petri dish

9. Tissue

10. Object glass

11. Microscope
III. Prosedur Kerja:

A. Spawning

1) Menyuntikkan 0,55 M KCl sebanyak 0,1 – 0,2 ml ke dalam mulut dan anus dari

Echinidea.

2) menggoyangkan secara perlahan sampel Echinidea yang telah diijeksi dengan


KCl.

3) Setelah 1 – 3 menit amati sperma atau telur yang mulai keluar dari permukaan
Echinidea.

4) Apabila yang keluar adalah sperma, letakkan Echinidea pada petri dish dengan

posisi mulut berada di atas. Kumpulkan sperma tanpa FSW ke dalam tube 1,5 ml.

Simpan dalam suhu 4o C.

5) Apabila yang keluar adalah telur, letakkan Echinidea pada beaker glass yang berisi

FSW penuh dengan posisi bagian mulut berada di atas. Kumpulkan telur yang

mengendap di dasar beaker glass kemudian bilas dengan FSW sebelum

dilakukan uji fertilisasi.

B. Fertilisasi

1) Preparasi sperma dengan cara membuat seri pengenceran sperma 25%, 50%, dan

75% menggunakan FSW.

2) Telur yang telah dikumpulkan diletakkan di dalam petridish yang berisi sedikit

FSW (sebagai stok).

3) Mengambil sedikit telur dengan pipet dan meneteskan pada object glass

(dibuat 3 seri sesuai dengan jumlah seri sperma yang akan digunakan).
4) Meletakkan object glass pada mikroskop dan mengamati telur. Apabila sudah siap

selanjutnya meneteskan sperma pada object glass yang telah berisi sampel telur

dan diamati proses yang terjadi.

C. Perkembangan Embryo

1) Menambahkan stok telur dengan sperma untuk mengamati proses perkembangan

embryo Echinidea

2) Simpan pada suhu ruangan.

3) Lakukan pengamatan setiap 1 jam untuk melihat fase perkembangan yang

terbentuk.

IV. Lembar Pengamatan

A. Bulu Babi (Echinoidea)


No. Nama Foto Sketsa/Gambar Keterangan
Pengamatan Salinan
1. Pengamatan Sel Bulu babi yang
Sperma disuntukkan 0,5
mL

Potassium
Chloride
Solution, akan
mengeluarkan
cairan putih
yang disebut
Sel sperma bulu babi dengan sperma.

Pengamatan
dengan
mikroskop akan
menampilkan
morfologi dari
sel sperma pada
bulu babi.

Sel sperma bulu babi


2. Pengamatan Sel Bulu babi yang
Telur disuntukkan 0,5
mL

Potassium
Chloride
Solution, jika
Sel telur bulu babi mengeluarkan
cairan merah
maka disebut sel
telur.

Pengamatan
dengan
mikroskop akan
menampilkan
morfologi dari
sel telur pada
Sel telur bulu babi tipe bulu babi.
isolecithal
3. Pengamatan Sel telur dan sel
Tahap sperma sudah
Pembuahan mengalami
(Fertilisasi) fertilisasi.

Sel telur yang dibuahi


Pembelahan
pertama dimana
zigot membelah
menjadi dua sel
sekitar 90 menit
setelah
pembuahan.
Sel telur membelah
menjadi 2 sel
Pembelahan
kedua setelah 1
jam adalah
membelah
menjadi 4.

Sel telur membelah


menjadi 4 sel.

Terus membelah
sampai 8 sel ,16,
dan ke tahap
blastula 128 sel
setelah satu hari
pembuahan.
Sel telur membelah
menjadi 8 sel.

Sel telur membelah


menjadi 16 sel.

Sel telur membelah


menjadi 32 sel.
Sel telur membelah
menjadi 64 sel.

Sel telur membelah


menjadi 128 sel.

Telur menetas keluar

Sampai tahap gastrulasi


Primary Gastrula :
Primary mesenchyme
cell dan Blastopore

Blastopore berubah

Balstopore berubah
menjadi berbentuk bulat
dan letaknya berada
ditengah

Mid point of gastrula


stage : Archenteron
Blastopore terletak pada
bagian ujung bawah

Secondary mesenchyme
cell

Archenteron berubah
bentuk menjadi

memanjang ke atas

Mouth

Blastopore

Bentuk dari zigot


berubah menjadi
melengkung seperti
berbentuk segitiga

tumpul. Terdapat
blastopore, archenteron,
dan mouth

Larva bulu babi

Mouth
Arm
Skeleton Anus

Bagian penyusun larva :


Mouth, skeleton, arm, dan
anus

Larva dengan 6 lengan


Larva dengan 8 kaki

Awal metamorphosis

Sudah bermetamorfosis

Sudah mulai tumbuh


lengan-lengan banyak

setelah metamorphosis

Bulu babi kecil dan


bentuk sudah hampir

menyerupai bulu babi


dewasa

B. Danio rerio (zebrafish)


No. Nama Foto Keterangan
Pengamatan

1. Pembentukkan Belahan pada


ikan zebra. Satu
embrio tahap sel
(Blastodisc).
(pembelahan sel
Vegetal sama di
setelah kuning telur.
fertilisasi) Pembelahan
meridional
menjadi dua sel .
(c) pembagian
90º dari sel awal
hasil membentuk
4 sel berakhir
dengan 8 sel . 16
sel 32 sel dan
128 sel.
Sitoplasma
membentuk
untuk
mempertahankan
koneksi tahapan.
Pembelahan
discoid
(pembelahan
blastidisc yang
mebentuk
embrio). Dengan
pembelahan
tidak terjadi
sepenuhnya.
Pembelahan
meroblastic (e).
Jumlah kuning
telur yang besar
sehingga
pembelahan
hanya terjadi
sebagian.
Pembelahan sel
yang dimulai
disebut dengan
meridional,
kemudian pergi
ke ekuator.
Setiap 15 menit
sel membelah.

2. Pembentukan (Gambar 1)
embrio-ikan Embrio tahap
muda
satu (blastodisc)
menyerupai
kecebong yang
khas.

(Gambar 2-4)
Kuning telur
mempertahankan
struktur seluler
Kuning Zigot tunggal dan
telur membentuk
syncytium.
(Gambar 5-7)
Perisai embrio
yang terbentuk.
Embrio
terbentuk
disepanjang
kuning telur
yang memiliki
sejumlah inti
didalamnya, jadi
ini adalah sel
syncytial.

(Gambar 9-12)
Mata dan telinga
serta tabung
saraf sedang
terbentuk dan
terdapat sel-sel
otot. Area
kuncup ekor
mulai terbentuk
dan itu diambil
dari struktur
seperti kecebong.
Ikan muda belum
bisa berenang
karena kurangya
streamline yang
dibutuhkan untuk
berenang.

Salah satu
lakilaki saat
masih dalam
keadaan embrio
Mutagenesis dimutagenkan
dengan semacam
mutagen. Jika
dikawinkan
dengan betina
tipe liar, jika
hewan itu
menunjukkan
mutase dominan

(kecil
kemungkinan),
dapat dilihat
pada generasi

Fenotip 1 (F1).
Akan terjadi
dengan cara
tersebut dengan
hasil resesif 25%.
Embrio
transparan.
3. Pengamatan Protein
organ penyusun fluorescent
dengan
hujau/merah
penambahan
protein untuk pengaturan
fluorescent gen. Gen landak
hujau sonik ikan zebra.
Fluorescent hijau yang diterapkan Gen landak akan
pada zigot mendorong
perkembangan
jenis sel embrio
tertentu menjadi
sel saraf. Sel
retina yang
sekarang diberi
label dengan
protein
flurorescent
hijau. Ini adalah
nares, sel-sel
hidung yang
sensorik.

(Gambar A)
Lingkar
hijau
merupakan sel
retina. Hijau pada
pojok mata
disebut nares
(sel-sel hidung
sebagai sensorik).

(Gambar B)
Yang berwarna
hijau disebut
protein
flurorescent
hujau.

V. Pertanyaan

1. Keberhasilan fertilisasi external sangat ditentukan oleh kondisi external itu

sendiri, bagaimana cara Echinoderm meminimalkan pengaruh lingkungan external

dalam meningkatkan hatching rate?

Jawab :

Menghasilkan sperma dengan ekor yang relative panjang dan kuat, jumlah sperma banyak
untuk meningkatkan peluang keberhasilan (namun jika terlalu banyak sperma yang
mencapai telur maka fertilisasi akan mengalami gangguan), menghasilkan sel telur yang
jauh lebih banyak dari hewan yang fertilisasinya secara internal.

2. Sebutkan faktor-faktor yang berperan dalam pembelahan zigot!

Jawab :

• Faktor Internal
a) Jumlah dan distribusi yolk, yolk akan mempengaruhi polaritas pada zigot yang
mengakibatkan pembelahan menjadi tidak sempurna. Sel telur yang mengandung
kuning telur yang banyak dan persebarannya tidak merata akan menyebabkan
terhalangnya pembelahan sel. Contohnya pada sel telur burung yang memiliki
kuning telur yang berlimpah, maka pembelahn selnya hanya terjadi pada satu
kutub yaitu animal pole, akibatnya blastomere yang dihasilkan ukurannya tidak
seragam dan akan berdampak pada letak blastocoels dari spesies hewan tersebut.
b) Adanya sitoplasma (ribosom dan sentriol), yang sangat berpengaruh terhadap
pembelahan sel. Pada beberapa zigot hewan-hewan multiseluler sitoplasma juga
terdapat pada satu kutub zigot (animal pole), sehingga pembelahan sel pada kutub
ini berjalan lebih cepat jika dibandingkan dengan kutub yang lain (vegetal pole).
• Faktor Eksternal
a) Suhu (pembelahan zigotakanterhenti apabila suhu terlau rendah dan zigot akan
rusak apabila suhu tinggi).
b) Zat kimia dalam air
c) Tekanan air
d) pH air
e) Kadar garam (air yang hipertonis atau hipotonis dapat mempengaruhi pembelahan
zigot).

Anda mungkin juga menyukai