Anda di halaman 1dari 11

Persiapan SKB

Oral Surgery
Basic Life support
1. Cek kesadaran pasien dengan memanggil dan memberi rangsangan sakit. Jika tidak ada respon, tidak ada
nafas atau nafas abnormal (gasping)..
2. Menghubungi bantuan (beri informasi, lokasi, nomor yang bisa dihubungi, apa yang tejadi, jumlah
korban, dibutuhkan ambulan dan AED segera)
3. Lakukan CAR (circulation - airway - breathing)
4. Cek nadi dalam 10 detik pada arteri carotis communis
5. Posisikan pasien ditempat yang datar
6. Posisi pijatan di setengah bawah tulang dada
7. Pijat dada dengan efektif
a) Frekuensi 100 kali per menit
b) Complete recoil
c) Minimal interupsi
d) Tekanan kedalaman 5 cm
e) Hindari ventilasi berlebihan
8. Gerakan head tilt chin lift
9. Lakukan ventilasi dua kali setiap 30 pijatan
a) Lihat gerakan dada
b) Mendengar suara nafas
c) Merasakan hembusan dengan pipi
10. Berhenti melakukan RJP jika, operator kelelahan, bantuan datang, korban meninggal, pasien sadar
11. Lakukan recovery position

Perhitungan dosis maksimal anestesi lokal Maksud lidokain 2% adalah terdapat 2


gr/100 ml lidokain atau 20 mg/ml.
1. Hitung jumlah miligram (mg) setiap ampul/kartrid
Contoh : lidokain 2 % didalam 2 ml ampul
Sehingga 20 mg x 2 (volume setiap ampul) : 40 mg setiap ampul.
2. Hitung dosis maksimal per berat badan
Dosis maksimal rekomendasi untuk lidokain adalah 7 mg/kg. Jika berat badan seseorang adalah 50 mg,
maka dosis maksimal pasien adalah 7 mg/ kg x 50 : 350 mg.
3. Hitung jumlah ampul maksimal pasien
Caranya yaitu membagi dosis maksimal dibagikan mg setiap ampul. Jika dosis maksimal adalah 350
mg, dan mg setiap ampul adalah 40 mg. Maka jumlah ampul paling banyak adalah 350 mg : 4 mg = 8.7
ampul

Labioskisis
1. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
a) Labioskisis (celah pada bibir)
b) Palatoskisis (celah pada langit langit)
c) Gnatoskisis (celah pada gusi)
2. Klasifikasi menurut veau
3. OTTO-KRIENS dengan sistem LAHSHAL.

Keterangan :
Bibir (lips) :L
Gusi (Alveolus) :A
Langit-langit dibagi hard palate :H
Soft palate :S
Bila tidak ada celah / normal : urutannya dicoret
Bila celah komplit (lengkap) : memakai huruf besar
Bila celah inkomplit (tidak lengkap) : memakai huruf kecil Bila kelainan microform
: memakai huruf kecil dalam kurung

Kapan dilakukan perawatan ?


10 lbs (4.5 kg), hemoglobin 10 g/dL dan jumlah sel darah putih < 10.000 mm3 serta waktu yang optimal
untuk operasi yaitu umur lebih dari 10 minggu.

Kista pada Rahang dan Leher


Kista adalah sebuah ruangan yang dilapisi oleh epitel. Ada beberapa jenis kista

Kista odontogenik
1) Kista periapikal atau kisa radikular

Etiologi
Kista periapikal berkembang dari granuloma periapikal pada gigi yang telah nekrosis. Hal ini terjadi karena
inflamasi yang sifatnya kronis. Granuloma mulanya disebabkan oleh produk degradasi dari pulpa yang telah
mengalami nekros. Stimulasi sisa epitel malasseez terjadi sebagai respon terhadap inflamasi

Penampakan klinis
Kasus ini biasanya tidak menimpulkan keluhan secara klinis. Secara
radiografi kista tidak mudah dibedakan dengan granuloma, namun
umumnya jka dilihat dari radiografi kista memiliki penampakan
berbentuk bulat atau oval, dikelilingi struktur radiopak, dan didalamnya
radioluses atau berkabut.

Perawatan
Ada tiga perawatan yang bisa dilakukan,
a) apikoektomi dengan PSA,
b) PSA tanpa apikoektomi
Ini merupakan perawatan yang paling sering dilakukan, namun jika setelah dilakukan perawatan
gagal disarankan untuk dilakukan apikoektomi
c) Pencabutan
Jika dilakukan pencabutan harus dilakukan kureasi hingga bersih agar tidak terjadi kista residual

2) Kista lateral periodontal / kista gingiva

Etiologi
Kista jenis ini disebabkan oleh proliferasi dari dental lamina

Penampakan klinis
Secara klinis asimptomatik, terdapat benjolan kurang dari 1 cm pada area interdental.
Gigi yang bersebelahan dengan kista lateral periodontal merupakan gigi yang masih
vital. Secara radiograf terdapat radiolusesn berbentuk lingkaran atau seperti tetesan
air dengan margi radiopak uniokuler atau terkadang multiokuler
Perawatan
Dilakukan eksisi

3) Kista Gingiva pada Bayi Baru Lahir

Kista gingiva pada bayi disebut juga kista bayi atau Bohn’s Nodules. Kista jenis ini tampak berupa
nodul nodul sepanjang tulang alveolar pada bayi yang baru lahir. Hal ini disebabkan oleh fragmen dental
lamina yang tersisa di tulang alveolar mengalami proliferasi sehingga terbentuk kista. Kista pada bayu baru
lahir tidak memerlukan perawatan karena akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau
bulan.

4) Kisa Dentigerus

Etiologi
Kista dentigerus disebabkan oleh proliferasi organ enamel. Sebgaimana kista yang lain kista dentigerus
membesar disebabkan tekanan cairan yang menyebabkan osmosis dan pelepasan faktor- faktor resorpsi akar.

Penampakan klinis
Kista dentigerus termasuk kista yang terjadi paling banyak kedua pada
rahang. Kista dentigerus terlihat sebagai kista unikuler yang
melingkari mahkota gigi hingga mencapai sementoenamel junction
pada gigi yang tidak erupsi. Kista dentigerus menyebabkan perubahan
posisi gigi pada rahang, selain itu menyebabkan penampakan asimetri
pada rahang dan menyebabkan akar gigi disebelahnya mengalami
resorbsi. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit dan indikasi
paling umum adalah adanya erupsi yang tertunda. Kista dentigerus
bisa mnyebabkan kista yang sangat besar secara ukuran namun jarang
yang sampai menyebabkan fraktur,

Perawatan
Perawatan yang dilakukan adalah pencabutan dan enukleasi jaringan lunak perikoronal. Pada kasus yang
menyebabkan sebagian besar tulang mandibula, perawatan awalnya dapat dilakukan marsupialisasi sehingga
terjadi pengempesan atau mengekerutnya lesi yang akhirnya mengurangi jumlah bagian yang dilakukan
pembedahan

komplikasi
Lesi kista dentigrus berpotensi ameloblastoma.
5) Keratosis odontogenik / keratosistik tumor odontogenik

Merupakan kista neoplasma jinak, yang muncul akibat proliferasi sisa dental lamina yang berlebihan. Kista
keratosistik tumor odontogenik terkadang berbentuk multiokuler. Secara radiografi dapat dilihat dengan ciri
radiopak melingkar yang halus. Perwatan yang dapat dilakukan adalah eksisi disertai dengan osteoktomi,
pembedahan secara agresif ini dilakukan karena besarnya angka rekuren kista jenis ini. Pada bbeberapa
kasus dapat dilakukan marsupialisasi terlebih dulu, selanjutnya dilakukan enukleasi.

6) Kista erupsi
Kista erupsi adalah kita yang muncul pada gigi yang baru erupsi. Kista ini disebabkan akumulasi cairan pada
ruang folikuler pada gigi yang akan erupsi. Dengan erupsinya gigi tersebut kista erupsi akan menghilang,
namun pada kasus yang terjadi trauma kista akan berubah menjadi hemangioma

7) Kista kalsifikasi odontogenik / kistik kalsifikasi tumor odontogenik

Kista kalsifikasi odontogenik disebabkan oleh pertumbuhan sisa epitel yang


berlebihan. Penampakan secara radiografi adalah lesi radiolusensi yang ditengah
lesi terdapat gambaran radiopak dan lesi dikelilingi struktur radiopak. Perawatan
yang dilakukan adalah eksisi dan osteoktomi dikarena bisa mengarah kepada
keganasan.

Kista Nonodontogenik

1) Kista Globulomaksila/lesi

Kista globulomaksila adalah kista yang berada pada area globulomaksila (area diantara kaninus dan
incisivus lateral)

2) Kista Nasolabial

Kista nasolabial adalah kista pada jaringan lunak terutama pada area bibir ( diatas kaninus atau pada
mukobukal fold)

3) Kista Mandibula Media


4) Kista Saluran Nasopalatinal

Kista nasolapatinal adalah kista yang berada pada saluran nasopalatinal. Saluran nasopalatinal merupkan
anatomi hasil fusi antara prosesus palatinal kanan, kiri dengan premaksila. Ujung dari saluran nasopalatinal
berada dibelakang papila incisivus.

Tumor Odontogenik
Ringkasan Tahapan interpretasi lesi intraoseus

Tahapan 1 menentukan lokasi abnormalitas


1 Posisi/letak abnormalitas
2 Terlokalisasi atau tergeneralisasi
3 Unilateral atau bilateral
4 Single atau mullifokal
5 Ukuran

Tahapan II menilai batas dan bentuk lesi


1 Berbatas jelas
Punched out
Corticated
sclerotic
Soft tissue capsule
2 Berbatas tidak jelas
blending
invasive
3 Bentuk
cirkular
scalloped
irregular

Tahapan III analisis struktur internal


1 radiolusen
2 radiopak
3 mix

Tahapan IV analisis efek abnormalitas terhadap jaringan sekitarnya


1 Gigi, lamina dura, ligamen periodontal
2 Kanalis nervus alveolaris inferior, foramen mentalis
3 Antrum maksila
4 Kepadatan tulang disekitar dan pola trabekula
5 Tulang kortikal paling luar dan reaksi periosteal

1) Menentukan Lokasi Lesi


a) Menentukan lesi terlokalisasi atau tergeneralisasi
Lokasi lesi biasanya terlokalisir, namun bebrapa lesi yang berkaitan dengan masalah endokrin lesi
tergeneralisasi
b) Menentukan lesi unilateral atau bilateral
Lesi pada umumnya bersifat unilateral. Hal ini untuk membedakan dengan variasi normal yang
sifatnya biasanya bilateral, namun adakalaya lesi berbentuk bilateral seperti pada penyakit peget
c) Posisi terhadap rahang
d) Jumlahnya tunggal atau mulifokal
e) Ukuran
2) Menilai keliling dan bentuk
Yang dimaksud dengan berbatas jelas adalah jika kita imajinasikan sebuah pensil dan pensil itu bisa
menunjukan batas lesi dengan jelas. Sedangkan tidak berbatas jelas yaitu kita tidak bisa membedakan
dengan tepat gambaran jaringan antara yang normal dan abnormal. Kedua jenis batas lesi tersebut dibagi
menjadi dua ;
a) Batas jelas
1. (Punched out) Berbatas jelas tidak disertai penebalan tulang sekitar margin. Contohnya
multiple myeloma
2. (corticated) Berbatas jelas disertai penebalan tulang disekitarnya, merata mengelilingi lesi.
Contohnya kista
3. (Sclerotic) Berbatas jelas disertai penebalan tulang yang tidak merata mengelilingi lesi.
Contohnya periapical cemental displasia
4. (soft tissue capsule) Lesi radiopak yang dikelilingi gambaran radiolusen seperti pita.
Contohnya odontoma dan cementoblastoma
b) Batas tidak jelas
1. (Blending border) Batas yang tidak jelas terjadi dikarenakan transisi secara gradual antara
penampakan trabekula tulang normal dengan trabekula tulang yang abnormal. Fokus
pengamatan pada lesi jenis ini adalah pada trabekula tulang bukan pada ruangan radiolusen.
Contohnya adalah sclerosing osteitis dan fibrous displasia
2. (Invasive border) berkaitan dengan pertumbuhan lesi yang cepat dan dapat dilihat pada lesi
malignansi. Biasanya memiliki penampakan trabekula tulang yang sedikit atau tidak memiliki
trabekula sama sekali dimana hal ini menunjukan terjadinya kerusakan tulang pada area
disamping batas lesi. Selain itu pengamatan juga berfokus pada trabekula tulang yang
menagalami pembesaran. Hal ini merupakan ciri lesi neoplasma.
c) Bentuk lesi
Bentuk lesi ada tiga, sirkular, skallop atau tidak beraturan

3) Analisis struktur internal


a) Radiolusen
b) Radiopak
c) Mix
1. Pola trebukar yang berbeda
2. Septa
Septa adalah sisa tulang yang terperangkap didalam lesi yang mementuk struktur seperti
dinding. Jika terdapat septa sehingg membagi lesi terbagi menjadi dua bagian maka disebut
multilokuler. Lesi yang berbeda memiliki pola septa yang berbeda. Contohnya, septa yang
melengkung dan kasar biasanya menunjukan ameloblastoma atau bisa juga odontogenik
keratosis. Sedangkan septa yang tipis dan granular biasanya adalah cell granuloma.
3. Kalsifikasi distropik
4) Analisis efek abnormalitas terhadap jaringan sekitarnya

Staging kanker Oral Cavity


Tumor Definisi
TX Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma insitu (Karsinoma in situ adalah sekelompok sel abnormal yang hanya ditemukan di
tempat pertama kali terbentuk di dalam tubuh . Sel-sel abnormal ini dapat menjadi kanker dan
menyebar ke jaringan normal terdeka)
T1 Tumor ≤ 2 pada tumor yang paling besar
T2 2 ≤ tumor ≤ 4 pada tumor yang paling besar
T3 tumor ≥ 4 pada tumor yang paling besar
T4a Tumor lokal tingkat sedang
Bibir : tumor menyerang tulang kortikal, inferior alveolar nerve, dasar mulur, kulit wajah
Oral kavitas : menyerang jaringan disampingnya, masuk kedalam otot otot
T4b Tumor lokal tingkat lanjutan
Tumor menginvasi ruang masticator, lempeng pterigoid, atau dasar tengkorak dan/atau
membungkus arteri karotis interna

Limfe Definisi
nodi
NX Limfonodi tidakdapat ditentukan
N0 Tidak ada metastasis menuju limfonodi
N1 Metastasis ke limfonodi ipsilateral tidak lebih dari 3 cm
N2a Metastasis ke limfonodi tunggal ipsilateral lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm
N2b Metastasis ke limfonodi multipel ipsilateral tidak lebih dari 6 cm pada tumor terbesar
N2c Metastasis ke limfonodi bilateral atau kontralateral tidak lebih dari 6 cm pada tumor terbesar
N3 Metastasis ke limfo nodi lebih dari 6 cm pada tumor terbesar

Metastasi Definisi
s
Mo Tidak ada metastasis
M1 Terdapat metastasis

Stadium Tumor Limfonodi Metastasi


0 T0 N0 M0

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0

IVA T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0

IVB Semua T N3 M0
T4b Semua N M0

IVC Semua T Semua N M1

Perbedaan kalium diklofenak (potassium diklofenak) dan natrium


diklofenak (sodium diklofenak)
Kalium diklofenak Natrium diklofenak
Penyerapan dilakukan dilambung Penyerapan di duodenum
Tidak dalam bentuk enteric coated Bentuk tablet enteric coated
Memberikan efek analgesik yang cepat Memberikan efek analgesik yang lebih lama
Lebih beresiko menimbilkan kerusakan lambung Meminimalkan resiko kerusakan lambung

Pembuluh darah area kavitas Oris


Arteri karotis komunis externa bercabang menjadi beberapa arteri yang memberikan suplai darah ke
beberapa bagian di rongga mulut. Cabang arteri komunis ekterna diantara lain :

No Nama arteri Cabang suplai darah


1 Arteri lingualis Ramus suprahyoideus Musculisuprahyoideus
Rami dorsale linguale Dasar lidah dan epiglotis
Arteria sublingualis Dasar rongga mulut, glandula sublingualis
dan lidah
Arteria profunda lingualis lidah

2 Arteri facialis
Cervical branches Arteria palatina ascenden Dinding pharyngeal, palatum molle, tuba
auditiva, tonsilpalatina, pharynk
Ramus tonsiliaris Tonsil palatina, dan pars oralis pharyngis
Rami glandularis Glandula submandibula
Arteria sub mentalis Venter anterior digastric, muskulus
mylohyoideus, glandula submandibula
Facial branches Arteria labialis inferior Bibir bawah
Arteria labialis superior Bibir atas, septum nasi
Ramus lateralis nasi Dorsum nasi
Arteria angularis Radix nasi
3 Arteri maksilaris
mandibula Arteria alveolaris inferior Gigi molar, premolar, incisivus dan kaninus
mandibula, lingual mucous membram,
musculus mylohyoideus
Arteria auricularis media Artikulatio temporomandibula
Ramus accesorius arteriae Musculus pterygoideus medialis dan
meningae mediae lateralis, tensor veli palatini

Pterygoid part Arteria masseterica Musculus masseter, articulatio


temporomandibularis
Rami temporalis profundae Muculus temporalis
Rami pterigoideus lateral Musculus pterygoedues lateralis
Rami pterigoideus media Muculus pterygoideus medialis
Arteria bukalis Mukosa bukkal, kulit dan otot buciinator

Pteriygopalatina Arteri alveolaris superior posterior Gigi dan gingiva area molar, premolar,
sinus maksila
Arteri infraorbita Pipi, bibir atas, hidung, kelopak mata
bawah
Arteria palatina descenden Septum nasi, palatum molle, cavitas nasi
(meatus inferior), palatum durum, gingiva
maksila
Arteria sphenopalatina Conchae nasi dan septum nasi, sinus
frontalis, sinus maksilaris, cellulae
ethmoidalis, dan sinus sphenoidalis
Artari canalis pterygoidei Tuba auditiva, cavitas timpani, pharyng
atas,
Rami pharyngea Pars nasalis pharyngea, sinus sphenoidalis,
dan tuba auditiva , mukosa cavitas nasi

Bells palsy
Etiologi (unclear)
Bisa disebabkan virus, inflammasi, autoimun, vascular. Namun paling banyakdisebabkan HSV (herpes
simplex virus, herpes zoster)

Tampilan klinis
1) Tidak ada kerutan dahi
2) Jatuhnya sudut mulut
3) Paralisis wajah
4) Sering menetes air mata
5) Kulit mata jatuh

Prognosis baik
Treatmen
1) Kortiokosteroid
2) Antiviral
3) kombinasi

Odontoma
Odontoma ada dua, complex odontoma dan compound odontoa

1) compound odontoma (biasanya pada anterior maksila)


Memiliki jaringan gigi normal yang tersusun dalam pola teratur dan terlihat seperti struktur gigi kecil
dalam jumlah banyak yang disebut dentikel/odontoid

2) Complex odontoma (biasanya molar pertama dan kedua mandibula)


Terdiri dari masa yang irregular dari jaringan yang mengalami kalsifikasi tidak ada kemiripan dengan
gigi asli
Antibiotik
Golongan Per Oral Kerugian Aksi Dosis Cara kerja
Diare 500 mg
Amoxucillin
tid
Urticaria, 500 mg
Menghambat
Ampicillin dermatitis, Broad spektrum qid
Penisislin sintesis dinding
enterocoilitis (bacterioside)
sel
Platelet
Carbenicillin
disfungsion
Penicillin V

500 mg
Cephalexin
qid
Cephradine Gram positif
Cephalosporin
Cefadroxil (bacterioside) Ig bid
500 mg
Cefachlor
q6h

Gastrointestina 500 mg
l adverse qid
effects Gram positif
Eritromisin Dyspepsia, (bakterioside/bacterios
tatik tergantung dosis) Inhibit
nausea,
bacterial
vomitus, colic,
protein
Makrolida Bind to motilin
500 mg synthesis bind
receptor,
qid to ribosomal
Intestinal
subunit 50S
Azitromisin movement
Diabetic
gastroparesis
therapy in dm)

Sintesis protein
Neomisin abnormal yang
Nefrotoksik, disebabkan
otototoksik, Gram negatif antibiotik
Aminoglikosid -
deafness, renal (Bacterioside) berikatan
Paromomisin failure dengan bakteri
pada subunit
ribosomal 30s

Mual
Broad spectrum 500 mg
Tetrasiklin Tetrasiklin hcl Pewarnaan gigi (bakteriostatik) tid

Grey syndrome Dihindari


Chloramphenico Broad spectrum penggunaanny
l Aplastic (bakteriostatik) a kecuali tidak
anemia ada selainya

Inhibit DNA
Quinolones Ciprofloxacin 500 mg
synthesis
Urtikaria,
steven johnson
sulfamethoxazo
Sulfonamid syndrome Bakteriostatik
l
Urolithiasi,
kern ikterus

antibiotic-
aerob Gram-positif,
associated 300 mg
kokus anaerob, dan
Clindamisin diarrhea, q6h atau
bakteri anaerob batang
pseudomembra q8h
Gram-negatif
nous colitis

500 mg
Metronidazole
tid

Tekanan Darah normal


Hipotensi
Tekanan darah dibawah 90/60

Hipertensi
Tekanan darah diatas 130/ 80

Gula darah
 
Usia Gula Darah Normal Gula Darah Puasa Gula Darah Setelah Makan dan Sebelum
Tidur
<6 100-200 mg/dL ± 100 mg/dL ± 200 mg/dL
tahu
n
 
6-12 70-150 mg/dL ± 70 mg/dL ± 150 mg/dL
tahu
n
 
>12 < 100mg/dL 70-130 mg/dL < 180 mg/dL (setelah makan)
tahu  
n 100-140 mg/dL (sebelum tidur)
 

Anda mungkin juga menyukai