Oral Surgery
Basic Life support
1. Cek kesadaran pasien dengan memanggil dan memberi rangsangan sakit. Jika tidak ada respon, tidak ada
nafas atau nafas abnormal (gasping)..
2. Menghubungi bantuan (beri informasi, lokasi, nomor yang bisa dihubungi, apa yang tejadi, jumlah
korban, dibutuhkan ambulan dan AED segera)
3. Lakukan CAR (circulation - airway - breathing)
4. Cek nadi dalam 10 detik pada arteri carotis communis
5. Posisikan pasien ditempat yang datar
6. Posisi pijatan di setengah bawah tulang dada
7. Pijat dada dengan efektif
a) Frekuensi 100 kali per menit
b) Complete recoil
c) Minimal interupsi
d) Tekanan kedalaman 5 cm
e) Hindari ventilasi berlebihan
8. Gerakan head tilt chin lift
9. Lakukan ventilasi dua kali setiap 30 pijatan
a) Lihat gerakan dada
b) Mendengar suara nafas
c) Merasakan hembusan dengan pipi
10. Berhenti melakukan RJP jika, operator kelelahan, bantuan datang, korban meninggal, pasien sadar
11. Lakukan recovery position
Labioskisis
1. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
a) Labioskisis (celah pada bibir)
b) Palatoskisis (celah pada langit langit)
c) Gnatoskisis (celah pada gusi)
2. Klasifikasi menurut veau
3. OTTO-KRIENS dengan sistem LAHSHAL.
Keterangan :
Bibir (lips) :L
Gusi (Alveolus) :A
Langit-langit dibagi hard palate :H
Soft palate :S
Bila tidak ada celah / normal : urutannya dicoret
Bila celah komplit (lengkap) : memakai huruf besar
Bila celah inkomplit (tidak lengkap) : memakai huruf kecil Bila kelainan microform
: memakai huruf kecil dalam kurung
Kista odontogenik
1) Kista periapikal atau kisa radikular
Etiologi
Kista periapikal berkembang dari granuloma periapikal pada gigi yang telah nekrosis. Hal ini terjadi karena
inflamasi yang sifatnya kronis. Granuloma mulanya disebabkan oleh produk degradasi dari pulpa yang telah
mengalami nekros. Stimulasi sisa epitel malasseez terjadi sebagai respon terhadap inflamasi
Penampakan klinis
Kasus ini biasanya tidak menimpulkan keluhan secara klinis. Secara
radiografi kista tidak mudah dibedakan dengan granuloma, namun
umumnya jka dilihat dari radiografi kista memiliki penampakan
berbentuk bulat atau oval, dikelilingi struktur radiopak, dan didalamnya
radioluses atau berkabut.
Perawatan
Ada tiga perawatan yang bisa dilakukan,
a) apikoektomi dengan PSA,
b) PSA tanpa apikoektomi
Ini merupakan perawatan yang paling sering dilakukan, namun jika setelah dilakukan perawatan
gagal disarankan untuk dilakukan apikoektomi
c) Pencabutan
Jika dilakukan pencabutan harus dilakukan kureasi hingga bersih agar tidak terjadi kista residual
Etiologi
Kista jenis ini disebabkan oleh proliferasi dari dental lamina
Penampakan klinis
Secara klinis asimptomatik, terdapat benjolan kurang dari 1 cm pada area interdental.
Gigi yang bersebelahan dengan kista lateral periodontal merupakan gigi yang masih
vital. Secara radiograf terdapat radiolusesn berbentuk lingkaran atau seperti tetesan
air dengan margi radiopak uniokuler atau terkadang multiokuler
Perawatan
Dilakukan eksisi
Kista gingiva pada bayi disebut juga kista bayi atau Bohn’s Nodules. Kista jenis ini tampak berupa
nodul nodul sepanjang tulang alveolar pada bayi yang baru lahir. Hal ini disebabkan oleh fragmen dental
lamina yang tersisa di tulang alveolar mengalami proliferasi sehingga terbentuk kista. Kista pada bayu baru
lahir tidak memerlukan perawatan karena akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau
bulan.
4) Kisa Dentigerus
Etiologi
Kista dentigerus disebabkan oleh proliferasi organ enamel. Sebgaimana kista yang lain kista dentigerus
membesar disebabkan tekanan cairan yang menyebabkan osmosis dan pelepasan faktor- faktor resorpsi akar.
Penampakan klinis
Kista dentigerus termasuk kista yang terjadi paling banyak kedua pada
rahang. Kista dentigerus terlihat sebagai kista unikuler yang
melingkari mahkota gigi hingga mencapai sementoenamel junction
pada gigi yang tidak erupsi. Kista dentigerus menyebabkan perubahan
posisi gigi pada rahang, selain itu menyebabkan penampakan asimetri
pada rahang dan menyebabkan akar gigi disebelahnya mengalami
resorbsi. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit dan indikasi
paling umum adalah adanya erupsi yang tertunda. Kista dentigerus
bisa mnyebabkan kista yang sangat besar secara ukuran namun jarang
yang sampai menyebabkan fraktur,
Perawatan
Perawatan yang dilakukan adalah pencabutan dan enukleasi jaringan lunak perikoronal. Pada kasus yang
menyebabkan sebagian besar tulang mandibula, perawatan awalnya dapat dilakukan marsupialisasi sehingga
terjadi pengempesan atau mengekerutnya lesi yang akhirnya mengurangi jumlah bagian yang dilakukan
pembedahan
komplikasi
Lesi kista dentigrus berpotensi ameloblastoma.
5) Keratosis odontogenik / keratosistik tumor odontogenik
Merupakan kista neoplasma jinak, yang muncul akibat proliferasi sisa dental lamina yang berlebihan. Kista
keratosistik tumor odontogenik terkadang berbentuk multiokuler. Secara radiografi dapat dilihat dengan ciri
radiopak melingkar yang halus. Perwatan yang dapat dilakukan adalah eksisi disertai dengan osteoktomi,
pembedahan secara agresif ini dilakukan karena besarnya angka rekuren kista jenis ini. Pada bbeberapa
kasus dapat dilakukan marsupialisasi terlebih dulu, selanjutnya dilakukan enukleasi.
6) Kista erupsi
Kista erupsi adalah kita yang muncul pada gigi yang baru erupsi. Kista ini disebabkan akumulasi cairan pada
ruang folikuler pada gigi yang akan erupsi. Dengan erupsinya gigi tersebut kista erupsi akan menghilang,
namun pada kasus yang terjadi trauma kista akan berubah menjadi hemangioma
Kista Nonodontogenik
1) Kista Globulomaksila/lesi
Kista globulomaksila adalah kista yang berada pada area globulomaksila (area diantara kaninus dan
incisivus lateral)
2) Kista Nasolabial
Kista nasolabial adalah kista pada jaringan lunak terutama pada area bibir ( diatas kaninus atau pada
mukobukal fold)
Kista nasolapatinal adalah kista yang berada pada saluran nasopalatinal. Saluran nasopalatinal merupkan
anatomi hasil fusi antara prosesus palatinal kanan, kiri dengan premaksila. Ujung dari saluran nasopalatinal
berada dibelakang papila incisivus.
Tumor Odontogenik
Ringkasan Tahapan interpretasi lesi intraoseus
Limfe Definisi
nodi
NX Limfonodi tidakdapat ditentukan
N0 Tidak ada metastasis menuju limfonodi
N1 Metastasis ke limfonodi ipsilateral tidak lebih dari 3 cm
N2a Metastasis ke limfonodi tunggal ipsilateral lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm
N2b Metastasis ke limfonodi multipel ipsilateral tidak lebih dari 6 cm pada tumor terbesar
N2c Metastasis ke limfonodi bilateral atau kontralateral tidak lebih dari 6 cm pada tumor terbesar
N3 Metastasis ke limfo nodi lebih dari 6 cm pada tumor terbesar
Metastasi Definisi
s
Mo Tidak ada metastasis
M1 Terdapat metastasis
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
IVA T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
IVB Semua T N3 M0
T4b Semua N M0
2 Arteri facialis
Cervical branches Arteria palatina ascenden Dinding pharyngeal, palatum molle, tuba
auditiva, tonsilpalatina, pharynk
Ramus tonsiliaris Tonsil palatina, dan pars oralis pharyngis
Rami glandularis Glandula submandibula
Arteria sub mentalis Venter anterior digastric, muskulus
mylohyoideus, glandula submandibula
Facial branches Arteria labialis inferior Bibir bawah
Arteria labialis superior Bibir atas, septum nasi
Ramus lateralis nasi Dorsum nasi
Arteria angularis Radix nasi
3 Arteri maksilaris
mandibula Arteria alveolaris inferior Gigi molar, premolar, incisivus dan kaninus
mandibula, lingual mucous membram,
musculus mylohyoideus
Arteria auricularis media Artikulatio temporomandibula
Ramus accesorius arteriae Musculus pterygoideus medialis dan
meningae mediae lateralis, tensor veli palatini
Pteriygopalatina Arteri alveolaris superior posterior Gigi dan gingiva area molar, premolar,
sinus maksila
Arteri infraorbita Pipi, bibir atas, hidung, kelopak mata
bawah
Arteria palatina descenden Septum nasi, palatum molle, cavitas nasi
(meatus inferior), palatum durum, gingiva
maksila
Arteria sphenopalatina Conchae nasi dan septum nasi, sinus
frontalis, sinus maksilaris, cellulae
ethmoidalis, dan sinus sphenoidalis
Artari canalis pterygoidei Tuba auditiva, cavitas timpani, pharyng
atas,
Rami pharyngea Pars nasalis pharyngea, sinus sphenoidalis,
dan tuba auditiva , mukosa cavitas nasi
Bells palsy
Etiologi (unclear)
Bisa disebabkan virus, inflammasi, autoimun, vascular. Namun paling banyakdisebabkan HSV (herpes
simplex virus, herpes zoster)
Tampilan klinis
1) Tidak ada kerutan dahi
2) Jatuhnya sudut mulut
3) Paralisis wajah
4) Sering menetes air mata
5) Kulit mata jatuh
Prognosis baik
Treatmen
1) Kortiokosteroid
2) Antiviral
3) kombinasi
Odontoma
Odontoma ada dua, complex odontoma dan compound odontoa
500 mg
Cephalexin
qid
Cephradine Gram positif
Cephalosporin
Cefadroxil (bacterioside) Ig bid
500 mg
Cefachlor
q6h
Gastrointestina 500 mg
l adverse qid
effects Gram positif
Eritromisin Dyspepsia, (bakterioside/bacterios
tatik tergantung dosis) Inhibit
nausea,
bacterial
vomitus, colic,
protein
Makrolida Bind to motilin
500 mg synthesis bind
receptor,
qid to ribosomal
Intestinal
subunit 50S
Azitromisin movement
Diabetic
gastroparesis
therapy in dm)
Sintesis protein
Neomisin abnormal yang
Nefrotoksik, disebabkan
otototoksik, Gram negatif antibiotik
Aminoglikosid -
deafness, renal (Bacterioside) berikatan
Paromomisin failure dengan bakteri
pada subunit
ribosomal 30s
Mual
Broad spectrum 500 mg
Tetrasiklin Tetrasiklin hcl Pewarnaan gigi (bakteriostatik) tid
Inhibit DNA
Quinolones Ciprofloxacin 500 mg
synthesis
Urtikaria,
steven johnson
sulfamethoxazo
Sulfonamid syndrome Bakteriostatik
l
Urolithiasi,
kern ikterus
antibiotic-
aerob Gram-positif,
associated 300 mg
kokus anaerob, dan
Clindamisin diarrhea, q6h atau
bakteri anaerob batang
pseudomembra q8h
Gram-negatif
nous colitis
500 mg
Metronidazole
tid
Hipertensi
Tekanan darah diatas 130/ 80
Gula darah
Usia Gula Darah Normal Gula Darah Puasa Gula Darah Setelah Makan dan Sebelum
Tidur
<6 100-200 mg/dL ± 100 mg/dL ± 200 mg/dL
tahu
n
6-12 70-150 mg/dL ± 70 mg/dL ± 150 mg/dL
tahu
n
>12 < 100mg/dL 70-130 mg/dL < 180 mg/dL (setelah makan)
tahu
n 100-140 mg/dL (sebelum tidur)