Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH UNSUR DAN SENYAWA

Dosen pengampu : Prof.Dr.Retno Dwi Suyanti,M.Si

Disusun Oleh

Nama : UMI NADILA (4191151001)

DINDA AMALIA LUBIS (4191151002)

INTAN AYUNA FAHRI (419115100)

NINGRUM DANUATI (4191151008)

SHAKILA KHAIRA ARDIANI (4191151009)

NURAFNI DIANA (4191151010)

Kelas : Pendidikan Ipa-B 2019

Mata Kuliah : Unsur dan Senyawa

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang


Maha Esa, karena dengan rahnat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Kami
berterimakasih kepada Ibu Prof.Dr.Retno Dwi Suyanti,M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Unsur dan Senyawa. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Dan semoga makalah ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah


ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Kami memohon
maaf dan kami mohon kritik dan saran nya yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, 27 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KataPengantar…………………………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………….…….……………….
B. RumusanMasalah………………………………………………………..
C. Manfat……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikatan Metalik………………………………….………..….
B. Pengertian Ikatan Ionik……………………………………………
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan……………………………………………..………………

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu kimia kita mengenal berbagai macam ikatan, salah satu
diantaranya ialah ikatan metalik. Teori ikatan metalik manapun harus mampu
menjelaskan sifat utama logam, khususnya sifat hantaran listriknya yang sangat
tinggi. Selain itu, teori tersebut juga harus mampu menjelaskan sifat logam dalam
hal hantaran bahang (kalor) atau konduktivitas termal dan sifat pantulan atau
reflektivitas yang tinggi.
Diantara teori ikatan metalik yang ada, yang paling sederhana adalah
model lautan elektron. Dalam model ini, setiap elektron valensi mampu bergerak
bebas di dalam tumpukan bangun logam, dan oleh karena itu dipakai dipakai
istilah lautan elektron, dan bahkan meninggalkannya sehingga menghasilkan ion
positif. Elektron valensi inilah yang membawa dan menyampaikan arus listrik.
Gerakan elektron valensi ini juga memindahkan bahang dalam logam.
Kelemahannya, model ini tidak menjelaskan sifat logam yang berkaitan dengan
daya pantul yang tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ikatan metalik?


2. Apa pengertian ikatan ionik?

C. Manfaat

1. Untuk mengetahui pengertian ikatan metalik.


2. Untuk mengetahui pengertian ikatan ionik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

IKATAN PADA LOGAM DAN SENYAWA-SENYAWANYA


1. Ikatan Metalik
Ikatan metalik model ikatan ialah suatu ikatan antara atom untuk
membentuk senyawa dalam ilmu kimia kita mengenal berbagai macam ikatan
metalik. Diantara teori ikatan metalik yang ada. Yang paling sederhana adalah
model larutan elektron.

Teori Orbital Molekular

Adalah orbital yang rapatan elektron ikat terpusat mendekat pada daerah
antara kedua inti atom yang bergabung. Teori orbital molekular mengandaikan
bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung membentuk suatu spesies, maka
spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital atomik secara individual, melainkan
membentuk orbital molekular yang elektron-elektronnya dipengaruhi secara
serentak oleh kedua inti atom yang bergabung.

Dengan demikian terdapat perbedaan antara jumlah elektron dalam orbital


ikat dan dalam orbital antiikat. Orbital molekular ikat adalah orbital yang rapatan
elektron ikat terpusat mendekat pada daerah antara kedua inti atom yang
bergabung sedangkan orbital molekular antiikat adalah orbital dimana rapatan
elektron ikat terpusat menjauhi daerah antara kedua inti atom yang bergabung.

A. Jenis-Jenis atau Klasifikasi Semikonduktor

Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor


dibedakan menjadi dua jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.
1. Semikonduktor Intrinsik
Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang terdiri atas satu unsur
saja, misalnya Si saja atau Ge saja. Pada Kristal semikonduktor Si, 1 atom Si yang
memiliki 4 elektron valensi berikatan dengan 4 atom Si lainnya. Perhatikan
gambar berikut :

5
Pada kristal semikonduktor instrinsik Si, sel primitifnya berbentuk kubus.
Ikatan yang terjadi antar atom Si yang berdekatan adalah ikatan kovalen. Hal ini
disebabkan karena adanya pemakaian 1 buah electron bersama () oleh dua atom Si
yang berdekatan. 
Menurut teori pita energi, pada T = 0 K pita valensi semikonduktor terisi
penuh elektron, sedangkan pita konduksi kosong. Kedua pita tersebut dipisahkan
oleh celah energi kecil, yakni dalam rentang 0,18 - 3,7.
Silikon dan germanium merupakan dua jenis semikonduktor yang sangat
penting dalam elektronika. Keduanya terletak pada kolom empat dalam tabel
periodik dan mempunyai elektron valensi empat. Struktur kristal silikon dan
germanium berbentuk tetrahedral dengan setiap atom memakai bersama sebuah
elektron valensi dengan atom-atom tetangganya. Gambar 2.1 memperlihatkan
bentuk ikatan kovalen dalam dua dimensi. Pada temperatur mendekati harga nol
mutlak, elektron pada kulit terluar terikat dengan erat sehingga tidak terdapat
elektron bebas atau silikon bersifat sebagai insulator.

Ikatan kovalen silikon dalam dua dimensi

6
Energi yang diperlukan mtuk memutus sebuah ikatan kovalen adalah
sebesar 1,1 eV untuk silikon dan 0,7 eV untuk germanium. Pada temperatur ruang
(300K), sejumlah elektron mempunyai energi yang cukup besar untuk melepaskan
diri dariikatan dan tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi menjadi elektron
bebas (gambar 2.2). Besarya energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
dari pita valensi ke pita konduksi ini disebut energi terlarang (energy gap). Jika
sebuah ikatan kovalen terputus, maka akan terjadi kekosongan atau lubang (hole).
Pada daerah dimana terjadi kekosongan akan terdapat kelebihan muatan positif,
dan daerah yang ditempati elektron bebas mempunyai kelebihan muatan negatif.
Kedua muatan inilah yang memberikan kontribusi adanya aliran listrik pada
semikonduktor murni. Jika elektron valensi dari ikatan kovalen yang lain mengisi
lubang tersebut, maka akan terjadi lubang baru di tempat yang lain dan seolah-
olah sebuah muatan positif bergerak dari lubang yang lama ke lubang baru.

Struktur kristal silikon memperlihatkan adanya sebuah ikatan kovalen


yang terputus.

Proses aliran muatan ini, yang biasa disebut sebagai “arus drift” dapat
dituliskan sebagai berikut “Peristiwa hantaran listrik pada semikonduktor adalah
akibat adanya dua partikel masing-masing bermuatan positif dan negatif yang
bergerak dengan arah yang berlawanan akibat adanya pengaruh medan listrik”.

Akibat adanya dua pembawa muatan tersebut, besarnya rapat arus


dinyatakan sebagai:

J npqn p 

7
Dimana:

 n dan p = konnsentrasi elektron dan lubang (m-3)

n  lubang (m2 V-1 s-1) p = mobilitas elektron dandan

n p q n p  konduktivitas (S cm-1)=

Karena timbulnya lubang dan elektron terjadi secara serentak, maka pada
semikonduktor murni, jumlah lubang sama dengan jumlah elektron.

Beberapa properti dasar silikon dan germanium diperlihatkan pada tabel


dibawah ini :

Properti Silikon Germanium


Energi terlarang/gap (eV) 1,1 0,67
Mobilitas elektron, (m2V-1s-1 ) 0,135 0,39
Mobilitas lubang, (m2V-1s-1 ) 0,048 0,19
Konsentrasi intrinsik, ni (m-3 ) 1,5 ´ 1016 2,4 ´ 1019
Resistivitas intrinsik, (  9 m) 2300 0,46

2. Semikonduktor Ekstrinsik (Tak Murni)

Silikon yang didoping dengan phosphor


Terbentuk dari semikonduktor murni yang dikotori oleh atom dopping
sebagai penghasil elektron konduksi atau hole. Terdiri atas dua tipe: Tipe – N
(Silikon + Phospor atau Arsenic) dan Tipe – P (Silikon + Boron, Galium atau
Indium). Semikonduktor ekstrinsik terbentuk melalui mekanisme doping, yang
dimaksudkan untuk mendapatkan elektron valensi bebas dalam jumlah lebih
banyak dan permanen sehingga diharapkan akan dapat menghantarkan listrik.

8
Mekanisme ini dilakukan dengan jalan memberikan atom pengotor ke bahan
semikonduktor murni sehingga apabila atom pengotor memiliki kelebihan
elektron valensi (valensi 5) akan terdapat elektron bebas yang dapat berpindah.
Karena mengandung atom-atom pengotor, pembawa muatan didominasi oleh
elektron saja atau lubang saja. Apabila semikonduktor murni diberikan pengotor
dengan valensi kurang (valensi 3) maka akan terbentuk area kosong (hole) yang
menjadi pembawa muatan. Mekanisme ini menentukan jenis semikonduktor yang
dibentuk (tipe – N atau tipe – P).
a. Semikonduktor tipe-n
Dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil atom pengotor
pentavalen (antimony, phosphorus atau arsenic) pada silikon murni. Atom-atom
pengotor (dopan) ini mempunyai lima elektron valensi sehingga secara efektif
memiliki muatan sebesar +5q. Saat sebuah atom pentavalen menempati posisi
atom silikon dalam kisi kristal, hanya empat elektron valensi yang dapat
membentuk ikatan kovalen lengkap, dan tersisa sebuah elektron yang tidak
berpasangan (lihat gambar 2.3). Dengan adanya energi thermal yang kecil saja,
sisa elektron ini akan menjadi elektron bebas dan siap menjadi pembawa muatan
dalam proses hantaran listrik. Material yang dihasilkan dari proses pengotoran ini
disebut semikonduktor tipe-n karena menghasilkan pembawa muatan negatif dari
kristal yang netral. Karena atom pengotor memberikan elektron, maka atom
pengotor ini disebut sebagai atom donor.

Secara skematik semikonduktor tipe-n digambarkan seperti terlihat pada


gambar dibawah ini :

9
a. Semikonduktor tipe-p

Dengan cara yang sama seperti pada semikonduktor tipe-n, semikonduktor


tipe-p dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil atom pengotor trivalen
(aluminium, boron, galium atau indium) pada semikonduktor murni, misalnya
silikon murni. Atom-atom pengotor (dopan) ini mempunyai tiga elektron valensi
sehingga secara efektif hanya dapat membentuk tiga ikatan kovalen. Saat sebuah
atom trivalen menempati posisi atom silikon dalam kisi kristal, terbentuk tiga
ikatan kovalen lengkap, dan tersisa sebuah muatan positif dari atom silikon yang
tidak berpasangan yang disebut lubang (hole). Material yang dihasilkan dari
proses pengotoran ini disebut semikonduktor tipe-p karena menghasilkan
pembawa muatan negatif pada kristal yang netral. Karena atom pengotor
menerima elektron, maka atom pengotor ini disebut sebagai atom aseptor
(acceptor).
Pada bahan semikonduktor yang bertindak sebagai pembawa muatan
dengan sebagian terbesar berupa lubang-lubang yang dihasilkan dengan
pemasukan tak murni, dan sebagian kecil berupa electron-elektron bebas yang
dihasilkan oleh energi terminal. Dipihak lain, dalam semikonduktor tipe-n ,
sebagian terbesar dari pembawa muatan adalah electron-elektron bebas dan hanya
mengandung lubang-lubang yang berjumlah kecil. Jika dipakai secara terpisah,
baik semikonduktor tipe n maupun semikonduktor tipe p, masing-masing tidak
lebih berguna dari sebuah penghambat (resistor) karbon. Tetapi, dengan
memasukkan tak-murnian kedalam suatu kristalsedemikian rupa hingga bertipe p,
maka hasilnya berupa suatu penghantar satu arah. Pembahasan berikut ini akan
menjelaskan mengapa demikian.

Kita tinjau suatu atom netral. Atom ini mempunyai elektron dan proton
yang sama jumlahnya. Misalkan bahwa ialah satu elektronnya disingkirkan.

10
Sebagai akibatnya, atom tersebut mempunyai suatu muatan positif dan disebut ion
positif. Sebaliknya, jika suatu atom netral diberi satu elektron tambahan, atom
akan bermuatan negatif dan dikenal sebagai ion negatif.

11
Pe
mbawa-pembawa mayoritas dan ion-ion. Gb.1.lubang-lubang dan ion-ion
negative. Gb.2. elektron-elektron bebas dan ion-ion positif

Gambar tersebut menunjukkan suatu semikonduktor tipe p. Masing-masing


tanda plus lambang dari suatu lubang, sedangkan masing-masing tanda minusyang
dilingkari itu merupakan representasi suatu atom akseptor yang mengandung
bahan lubang-lubang tersebut. Secara bersama lubang dan atom akseptor
merupakan satuan yang netral. Namun bila suatu lubang menghilang karena
terjadi rekombinasi dengan suatu elektron, maka atom akseptor bersangkutan akan
mengandung muatan negatif yang berlebihan dan menjadi ion negative. Dalam
keadaan yang ditunjukkan gambar1, bahan tipe p tersebut netral karena jumlah
tanda plus sama dengan jumlah tanda minus.

Begitu pula dalam gambar 2 telah ditunjukkan semikonduktor tipe n. Disini


tanda minus melambangkan elektron bebas, tanda plus melambangkan elektron
bebas, sedangkan tanda yang dilingkari itu melambangkan atom donor yang
mengandung elektron bebas dalam orbitnya. Setiap elektron bebas bersama
dengan atom donor bersangkutan merupakan satuan yang netral. Jika salah satu
elektron tersebut meninggalkan orbitnyadari sekeliling atom donor dan pindah ke
orbit atom lain, maka atom donor itu menjadi ion positif. Berbeda dari elektron-
elektron bebas, ion-ion positif ini tidak dapat bergerak leluasa karena terikat
dalam struktur kristalnya. Tipe n itu bersifat netral karena mengandung tanda
minus dan tanda plus yang jumlahnya sama.

12
Kita dapat memasukkan pengotor berupa atom-atom dari kolom tiga atau lima
dalam tabel periodik (memberi doping) ke dalam silikon atau germanium murni.
Elemen semikonduktor beserta atom pengotor yang biasa digunakan
diperlihatkan pada berikut:

Elemen semikonduktor pada tabel periodik

b. Resistansi
Semikonduktor tipe-p atau tipe-n jika berdiri sendiri tidak lain adalah
sebuah resistor. Sama seperti resistor karbon, semikonduktor memiliki
resistansi. Cara ini dipakai untukmembuat resistor di dalam sebuah
komponen semikonduktor. Namun besar resistansi yang bisa didapat kecil
karena terbatas pada volume semikonduktor itu sendiri.

2. IKATAN IONIK
Ikatan ionik adalah hasil dari gaya tarik-menarik satu ion dengan ion-ion
berlawanan muatan di sekelilingnya dalam kisi kristal.
a. PEMBENTUKAN IKATAN IONIK
Persyaratan untuk terjadi ikatan ionik adalah salah satu atom unsur harus
mampu melepas satu atau dua elektron tanpa memerlukan banyak energi, dan
atom unsur lain harus mampu menerima satu atau dua elektron tanpa memerlukan
banyak energi.
b. KARAKTERISTIKA SENYAWA IONIK
1. Senyawa ionik cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat
rendah dalam bentuk padatan, tetapi menghantar listrik sangat baik
pada keadaan leburannya.

13
2. Senyawa ionik cenderung mempunyai titik leleh tinggi.
3. Senyawa ionik biasanya sangat keras tetapi rapuh.
4. Senyawa ionik biasanya larut dalam pelarut polar dengan permitivitas
(tetapan dielektrikum) tinggi.
c. MODEL IONIK DAN UKURAN ION
Menurut model ionik murni, satu atau dua eletron valensi telah berpindah
dari atom berelektonegativitas rendah ke atom berelektronegativitas tinggi.
Perubahan atom menjadi ion mengakibatkan perubahan yang komparatif
besar pada ukurannya. Pembentukan ion logam (kation) dari atomnya biasanya
melibatkan pelepasan semua elektron valensi, sehingga ukuran kation akan
menjadi jauh lebih kecil ketimbang ukuran atom induknya. Sedangkan anion
berlaku sebaliknya. Ukuran ion negatif lebih besar ketimbang atom induknya.
d. KECENDERUNGAN PADA JARI-JARI IONIK
Jari-jari kation semakin kecil untuk sederet spesies isoelektronik dalam
satu periode dengan kenaikan muatan ion. Jari-jari anion semakin kecil untuk
sederet spesies isoelektonik dalam satu periode dengan penurunan muatan ion.
e. KECENDERUNGAN PADA TITIK LELEH
Proses pelelehan melibatkan pemutusan parsial gaya tarik-menarik satu
ion dengan ion-ion yang berlawanan muatan dan mengizinkan ion-ion dapat
bergerak bebas dalam fase cairnya.
Perbedaan titik leleh secara mencolok dapat terjadi karena perbedaan
muatan, yaitu semakin tinggi muatan semakin tinggi pula titik lelehnya.
f. POLARISASI DAN KOVALENSI
Apabila elektron terluar dari anion tertarik begitu kuat ke arah kation
sehingga mengakibatkan terbentuknya ikatan kovalen hingga derajat kovalensi
tertentu, artinya rapatan anion terdistorsi ke arah kation. Distorsi (penyimpangan)
dari bentuk ideal anion ini, yaitu spherical (bentuk bola), disebut polarisasi.
Semakin besar sifat polarisasi anion semakin besar derajat ikatan kovalensinya.
g. Hidrasi Ion
Molekul air bersifat polar (dwikutub), dengan muatan negative lebih terpusat
pada atom oksigen dan muatan positif pada atom hydrogen. Pada proses pelarutan
senyawa ionoik kutub negative oksigen dari molekul air akan mengepung dan
menarik kation, dan kutub positif atom hydrogen dari molekul air mengepung dan
menarik anion.

h. Struktur Kristal Ionik

14
Zat padat dapat diklasifikasi atas dasar tipe ikatan, yaitu ioniok, kovalen,
metalik dan van der Waals, dan atas dasar simetri keistal dalam hal hubungan
antar panjang dan sumbu-sumbu Kristal yaitu kubus, tetragonal, ortorombik,
helsagonal, rombohedral, monoklinik, dan triklinik.

i. Kisi Kristal Senyawa Ionik

Prinsip umum untuk kisi ionik yaitu

 Ion-ion diasumsikan sebagai bola-bola bermuatan yang


takterkompresi dan takterpolarisasi.
 Ion-ion mengatur dirinya sedemikian sehingga dikelilingi oleh ion
lawan muatan sebanyak-banyaknya dan sedekat-dekatnya.
 Rasio kation terhadap anion harus menggambarkan komposisi
kimiawi senyawa yang bersangkutan.

Struktur sesium Klorida

Berbeda dengan Natrium KLorida, NaCl, sesium klorida, CsCl, mengkristal


dalam bentuk kubus sederhana atau kubus primitive, jadi tidak termasuk kemas-
rapat.

Struktur zink blade dan wurtzit

Zink sulfide, Zns merupakan satu contoh senyawa polimorf, mengkristal


dalam dua macam bentuk kisi yang sangat berbeda yaitu zink blade dan wurtzit.

Struktur rutil

Rutil merupakan bangun ke mas-rapat heksagonalion O²ˉ, dan ion Ti⁴⁺


menempati hanya setengah rongga oktrahedral. Sususnan seperti ini menghasilkan
Struktur tetragonal dengan ion Ti⁴⁺ menempati hanya setengah rongga
oktahedral. Susunan seperti ini menghasilkan struktur tetragonal dengan ion Ti⁴⁺
menempati pusat badan dan kedelapan sudutnya., sehingga memberikan nilai dua
ion dalam satu unit selnya.

Siklus Born-Haber
Salah satu uji manfaat deskripsi model ionik tersebut adalah
kemampuannya menghasilkan perhitungan harga entalpi pembentukan yang

15
akurat, misalnya bagi NaCl. Perlu dicatat bahwa pada proses reaksi pembentukan

NaCl(s) dari ion-ionnya, Na (g) dan Cl ( g ) , secara prinsip memungkinkan
+¿¿

dilakukan pengukuran entalpi pembentukan secara langsung meskipun secara


ekperimen hal ini tidak mungkin layak dapat dilaksanakan. Tetapi untuk proses
sebaliknya jelas tidak mungkin dilaksanakan karena NaCl(s) tidak menguap
menjadi ion-ionnya, melaikan menjadi NaCl(g) baru kemudian mengalami
disosiasi menjadi atom atomnya. Untuk mengatasi problem ini pada tahun 1919,
M.Born, K.Fajans dan F.Haber menerapkan siklus termodinamik yang kemudian
dikenal dengan siklus Born-Haber. Hal ini didasarkan pada peran hokum Hess
yang menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah sama meskipun reaksi yang
bersangakutan terjadi dalam satu tahap ataupun dalam beberapa tahap.
Suatu hal yang penting dari siklus tersebut yang berkaitan dengan ikatan
kimia adalah bahwa:

1. ΔH A selalu positif, tetapi biasanya relatif kecil dari besar besaran yang
lain dan tidak besar variasinya untuk berbagai senyawa.
2. ΔH IE (energi ionisasi) selalu positif (endotermik) dan besar nilainya
3. ΔH EA (afinitas elektron) halogen selalu eksotermik, tetapi untuk
kalkogen endotermik, hal ini terjadi karena gaya tarik inti terhadap
elektron kedua
4. Dalam berbagai kasus, jumlah energi ionisasi ( ΔH EA ) , ditambah
afinitas elektron ( ΔH EA ) selalu positif (endotermik) dan kestabilan
senyawa ionik terhadap sifat disosiasi menjadi unsur-unsurnya menjadi
bertambah karena adanya kelebihan eksotermik yang ditimbulkan oleh
gaya atraktif antar ion-ion yang berlawanan.

Siklus Born-Haber sering digunakan dengan cara berbeda. Bila diasumsikan


bahwa energy kisi, U yang dihitung menurut model ionic tersebut adalah benar,
maka siklus ini dapat digunakan untuk menaksir beberapa energy yang terlibat.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ikatan metalik model ikatan ialah suatu ikatan antara atom untuk
membentuk senyawa dalam ilmu kimia kita mengenal berbagai macam ikatan
metalik. Diantara teori ikatan metalik yang ada. Yang paling sederhana adalah
model larutan elektron.

Ikatan ionik adalah hasil dari gaya tarik-menarik satu ion dengan ion-ion
berlawanan muatan di sekelilingnya dalam kisi kristal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, K.H., Suyanti, R.D. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Cotton danWilkinson,S., 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.

18
SOAL-SOAL

4. Jelaskan magnesium dan ion tembaga (II) mempunyai jari-jari ionic yang
hampir sama. Ramalkan spesies mana yang mempunyai titik leleh lebih tinggi
antara MgCl₂ dan CuCl₂? Jelaskan

Penyelesaian: MgCl₂ mempunyai ikatan ionic yang sangat kuat hal ini
menyebabkan senyawa MgCl₂ tersebut membutuhkan energi besar sehingga titik
leleh lebih besar dari CuCl₂ MgCl₂ meleleh pada suhu 714ºC dan CuCl₂ meleleh
pada sushu 498ºC.

5. Ramalkan apa kah NaCL larut dalam CCL4 ? jelaskan

Penyelesaian:tidak larut, karenah NaCL bersifat polar jadi hanya larut dalam
pelarut polar seeperti air sementara CCL4 bersifat non polar

6. jelaskan mengapa CaCO3 tidak larut dallam air?

Penyelesaian : karnah gaya tarik antar molekul kalsium karbonat lebih besar dari
gaya tarik antara molekul kalsium karbonat dengan molekul air

7. Ramalkan spesies mana yang mudah terhidrasi dalam fase padatanyya antara
NaCl dan MgCl₂? Jelaskan.

Penyelesaian:Jawabannya NaCl

Karena padatan Nacl lebih besar dari pada padatan MgCl₂

8. Susundiagram siklus Born-Haber untuk pembentukan Kristal aluminium


klorida !

Penyelesaian :

19
10. Jelaskan mengapa padatan MgCl₂ lebih mudah larut dalam air sedangkan
MgO tidak?

Penyelesaian: Karena MgO adalah padatan mineral putih yang secara fisik serta
kimiawi stabil pada suhu tinggi. Sedangkan MgCl₂ mudah larut dalam air karna
terjadi gaya tolak menolak, akibatnya MgCl₂ menjadi mudah terpecah-belah.

20

Anda mungkin juga menyukai