Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

ANALISA DATA

2.1. ANALISA PASANG SURUT

Analisa data pasang surut dilakukan untuk mendapatkan elevasi penting seperti
elevasi muka air tertinggi (LWS), muka air rata-rata (MSL) dan sebagainya.
Elevasi ini berguna bagi desain dimensi suatu struktur yang senantiasa
berinteraksi dengan laut seperti pelabuhan, breakwater, groin, dan sebagainya.

Dalam analisis pasang surut dilakukan 2 kegiatan utama yaitu :


1. Menguraikan data pasang surut
2. Meramal fluktuasi muka air.

Yang dimaksud dengan menguraikan data pasang surut ke dalam komponen-


komponen tersebut untuk kemudian dibentuk lagi data pasang surut “ramalan”
baru. Hasil peramalan fluktuasi muka air ini perlu dicocokkan dengan data
pengamatan pasang surut tadi, jika terlihat sangat sesuai maka peramalan yang
kita lakukan cukup memuaskan.

Jika hasil peramalan cukup memuaskan, maka dapat dilakukan peramalan untuk
waktu-waktu selanjutnya sampai dirasakan elevasi pasang surut terlingkup
secara keseluruhan kejadiannya di lapangan. Waktu peramalan yang paling ideal
diambil selama-lamanya, namun pada pekerjaan ini ditetapkan waktu peramalan
pasang surut selama 30 tahun. Setelah data pasang surut diramal selama waktu
tersebut, maka dilakukan analisis penentuan elevasi penting yang dimaksud
dalam pekerjaan analisis pasang surut ini.

1. Metode penguraian data pasang surut


Salah satu metode yang digunakan dalam penguraian data pasang surut,
adalah Metode Admiralty. Metode Admiralty didasarkan pada aturan
perhitungan tabel-tabel pasang surut yang dikembangkan pada awal abad 20
ini. Metode Admiralty hanya terbatas untuk menguraikan data pasang surut
PT. BINA BUANA RAYA

yang mempunyai selang waktu 15 hari atau 29 hari. Interval pencatatan


data juga terbatas yaitu harus berinterval 1 jam.

2. Metode peramalan fluktuasi muka air


Peramalan pasang surut dilakukan dengan metode penjumlahan dengan
koreksi pasang surut. Metode penjumlahan dengan koreksi diturunkan untuk
mendapatkan data fluktuasi muka air laut untuk beda waktu tertentu
terhadap waktu awal acuan.
Metode ini dikembangkan sejalan dengan metode penguraian pasang surut
Admiralty sehingga sudah merupakan suatu paket dengan Metode Admiralty.
Yang dimaksud dengan koreksi adalah suatu faktor pengali terhadap harga
amplitudo dan fase komponen pasang surut yang diakibatkan adanya
perbedaan waktu acuan adalah 1 januari 19.00 pukul 00.00.

3. Metode peramalan fluktuasi muka air


Setelah diperoleh peramalan untuk jangka waktu yang lama (misal 30 tahun)
maka dipercaya bahwa pasang surut yang terjadi di lapangan tidak berada di
luar dari hasil ramalan pasang surut tersebut. Jika demikian maka elevasi
rata-rata, elevasi tertinggi, dan elevasi terendah dari pasang surut di lokasi
tersebut dapat ditentukan dengan memeriksa data peramalan berjangka
waktu panjang ini satu-persatu sehingga diperoleh harga elevasi yang
dimaksud. Khusus untuk diperoleh dari proses merata-ratakan pasang
tertinggi dan surut terendah setiap periode waktu spring (periode waktu
spring ditetapkan sebesar 15 hari sekali)
Jika fenomena pasang surut tadi dianggap sebagai fenomena acak, maka
probabilitas kejadian pasang surut dapat dianalisis berdasarkan kejadian dari
data hasil ramalan berjangka waktu panjang ini. Probabilitas yang dicari di
sini adalah probabilitas kejadian terlampauinya suatu harga elevasi untuk
data-data yang berada di atas dari MSL. Harga probabilitas ini sangat
penting untuk melihat sebanyak apa kemungkinan terjadinya elevasi-elevasi
penting yang ditetapkan pada proses sebelumnya.

Bab II - 2
PT. BINA BUANA RAYA

4. Hasil pengamatan
Untuk kebutuhan perencanaan selanjutnya data elevasi muka air hasil
perhitungan yang akan digunakan adalah HWL untuk kedudukan air tertinggi
dan LWL kedudukan air terendah.

a. Hasil Pengamatan di Desa Pasar Madang


Pada Gambar 2.1 disajikan grafik pasang surut berdasarkan hasil
pengamatan yang dilaksanakan di Desa Pasar Madang dan hasil pemodelan
pasang surut dengan metode admiralty.

Gambar 2.1 Pasut Lokasi Pasar Madang


140
Data
120 Model
)
m 100
(c
i 80
as
ev
El 60

40

20

0
0 80 160 240 320 400 480 560 640 720

Data (jam)

b. Hasil Pengamatan di Desa Sukabanjar


Pada Gambar 2.2 disajikan grafik pasang surut berdasarkan hasil
pengamatan yang dilaksanakan di Desa Sukabanjar dan hasil pemodelan
pasang surut dengan metode admiralty.

Bab II - 3
PT. BINA BUANA RAYA

Gambar 2.2 Pasut Lokasi Desa Sukabanjar


140
data
120 Model

100

80

60
Elevasi (cm)

40

20

0
0 80 160 240 320 400 480 560 640 720
Data (jam)

Dari hasil pengolahan dan peramalan data pasang surut masing-masing


lokasi pengamatan didapatkan komponen pasang surut sebagai berikut:

Tabel 2.1. Komponen Pasang Surut Metode Admiralty


Komponen
No Parameter
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A. Lokasi Pasar Madang
1 Amplitudo 60.5 16.9 6.6 1.4 22.3 7.3 2.2 0.7 1.8 7.4
2 Beda 0 93.5 291.2 217.4 248.1 74.7 126.2 39.3 291.2 248.1
3 Frekwensi 0 28.98 30 28.44 15.04 13.94 57.97 58.98 30.08 14.96
B. Lokasi Sukabanjar
1 Amplitudo 60 17 7.6 1.6 19.5 7.4 2.2 0.8 2 6.4
2 Beda 0 148.2 292.2 133.3 237.9 146.2 234.9 98.6 292.2 237.9
3 Frekwensi 0 28.98 30 28.44 15.04 13.94 57.97 58.98 30.08 14.96

Berdasarkan komponen yang telah didapatkan dapat diketahui type /sifat


pasang surut yang terjadi pada daerah tersebut dengan
K1  O1
F = = 1.26 untuk Lokasi Pasar madang
M 2  S2
K1  O1
F = = 1.09 untuk Lokasi Sukabanjar
M 2  S2
Dengan nilai F (Formazalh) didapat berada dalam interval 0,25 < F < 1.5
maka dikategorikan dalam Pasang Campuran (dominant ganda).

2.2. ANALISA DATA ANGIN DAN PERIODE GELOMBANG

Bab II - 4
PT. BINA BUANA RAYA

2.2.1. Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Tinggi gelombang dan karakteristik dari gelombang didefinisikan secara


langsung dari kecepatan angin yang ada, kedalaman air serta panjang
fetch. Untuk mendapatkan fetch effektif yang ditinjau pada daerah
Pantai Kota Agung.

Jika panjang tinggi gelombang terdapat pada interval waktu yang lama
maka prediksi tinggi gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan
data angin, karena anginlah yang membangkitkan gelombang jenis sea
waves. Jika terdapat hembusan angin yang kencang maka minimal akan
terdapat dua fenomena yaitu, gelombang yang tinggi dan kenaikan muka
air laut karena hembusan angin (Wind set-up). Pantai Kota Agung
merupakan pantai yang lautnya mempunyai pembangkitan gelombang
(fetch) yang panjang dan dalam, maka besarnya wind set-up akan sangat
kecil sekali (sekitar 10 centimeter).

Dari analisis data angin selama sepuluh tahun yaitu dari tahun 1994 –
2003 diperoleh frekwensi terlampauinya kecepatan angin dengan terlebih
dahulu merata-ratakan kecepatan angin selama sepuluh tahun.

Tabel 2.2 Prosentase Kecepatan Angin Dari Bandara Branti


Kecepatan Angin (Knot)
No Arah Angin
0-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12
1 Utara 7.62 2.19 0.66 0.14 0.00
2 Timur Laut 2.33 0.99 0.63 0.25 0.00
3 Timur 6.55 2.25 1.23 0.47 0.11
4 Tenggara 8.19 4.63 3.51 1.34 0.22
34,86
5 Selatan 2.77 1.67 1.51 0.38 0.05
6 Barat Daya 1.07 1.48 0.60 0.14 0.00
7 Barat 1.75 1.23 0.71 0.19 0.00
8 Barat Laut 3.59 2.71 1.73 0.22 0.03

Selanjutnya dari data tabel di atas dapat digambarkan windrose sebagai


berikut:

Bab II - 5
PT. BINA BUANA RAYA
U

BL TL

B T

BD TG

Gambar 2.3 Windrose Bandara Radin Inten II Branti

Dengan memperhatikan kondisi geografis dari pantai Kota Agung maka


hanya angin yang berasal dari arah Tenggara yang digunakan untuk
menentukan kecepatan angin rencana.

2.2.2. Peramalan dan Pengolahan Data Gelombang

Peramalan gelombang dalam pekerjaan ini dilakukan dengan mengikuti


metode yang diberikan dalam: “Shore Protection Manual” (Coastal
Engineering Research Center, US Army Corp of Engineer) yang
merupakan acuan standar bagi praktisi pekerjaan – pekerjaan
pengembangan, perlindungan dan pelestarian pantai.

Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan diperlukan


masukan berupa data angin dan peta bathimetri. Interaksi antara angin
dan permukaan air menyebabkan timbulnya gelombang (istilah lebih
tepatnya adalah gelombang akibat angin atau waves, untuk membedakan
dengan jenis gelombang lain yang ditimbulkan misalnya oleh gempa,
pasang surut, dan sebagainya).

Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh


bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan

Bab II - 6
PT. BINA BUANA RAYA

gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama


dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin.

Sementara peta bathimetri untuk menentukan fetch atau kawasan


(daerah) pembentukan gelombang. Panjang daerah pembentukan
gelombang atau fetch ini ditentukan dengan cara:
 Ditarik garis-garis fetch setiap interval sudut 5 derajat.
 Tiap penjuru angin (arah utama) mempunyai daerah pengaruh selebar
22,5 derajat ke sebelah kiri dan sebelah kanan.
 Panjang garis fetch dihitung dari lokasi peramalan sampai ke darat di
ujung lainnya.
 Masing-masing garis fetch dalam daerah pengaruh suatu penjuru angin
(arah utama) diproyeksikan ke arah penjuru tersebut.
 Panjang garis fetch diperoleh dengan membagi jumlah panjang
proyeksi garis-garis fetch dengan jumlah cosinus sudutnya.

04 44 594 mT

04 44 616 mT 93 92 060 mU
93 92043 mU
05° 30'S

104° 30' T
04 44 616 mT 04 72308 mT

93 90

93 85

104° 30' T
05° 45'S
04 44640 mT
93 64 407 mU

104° 30' T

P. T A B U A N

Tl.Tampang

Tl. Belimbing

Gambar 2.4. Panjang Fetch Lokasi Pasar Madang

Dari gambar tersebut di atas di dapatkan data dan pengolahan data


berdasarkan jarak fetch dan sudut.

Bab II - 7
PT. BINA BUANA RAYA

Tabel 2.3. Perhitungan Fetch Effektif


No.  X (m) Cos  X * Cos 
1 40.00 3648.57 0.77 2794.97
2 35.00 5729.46 0.82 4693.29
3 30.00 7544.47 0.87 6533.70
4 25.00 9591.22 0.91 8692.60
5 20.00 10716.26 0.94 10069.99
6 15.00 10751.82 0.97 10385.46
7 10.00 10513.31 0.98 10353.59
8 5.00 10329.53 1.00 10290.22
9 0.00 10751.82 1.00 10751.82
10 -5.00 11103.42 1.00 11061.16
11 -10.00 11831.54 0.98 11651.79
12 -15.00 12449.95 0.97 12025.73
13 -20.00 13154.80 0.94 12361.46
14 -25.00 13730.22 0.91 12443.81
15 -30.00 14375.33 0.87 12449.40
16 -35.00 15121.24 0.82 12386.59
17 -40.00 16309.45 0.77 12493.76
Jumlah 15.49 171439.32

Maka panjang fetch efektif di dapat :

Fe =
 Xi. cos  =
171439,32
= 11068,96 m = 11,07 km
 cos  15,49

2.2.3. Konversi Kecepatan Angin

Data pengukuran angin yang diperoleh merupakan data pengukuran di


daratan (Bandara Radin Inten II), padahal di dalam rumus-rumus
pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah yang ada di
atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi dari data
angin di atas daratan yang terdekat dengan lokasi studi ke data angin di
atas permukaan laut. Hubungan antara angin di atas laut dan angin di
atas daratan terdekat diberikan oleh RL = UW/UL seperti dalam Gambar
2.5. Gambar tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan di
Great Lake, Amerika Serikat. Grafik tersebut dapat digunakan untuk
daerah lain.
Tabel 2.4. Perhitungan Konversi Angin Darat menjadi Angin Laut
No. knot UL (m/s) RL Uw (m/s) UA (m/s)
1 1.0 0.5 2.7560 1.3780 1.0533
2 2.0 1.0 2.2568 2.2568 1.9322
Bab II - 8
PT. BINA BUANA RAYA

3 3.0 1.5 2.0078 3.0117 2.7555


4 4.0 2.0 1.8480 3.6960 3.5447
5 5.0 2.5 1.7329 4.3322 4.3093
6 6.0 3.0 1.6441 4.9324 5.0550
7 7.0 3.5 1.5727 5.5044 5.7853
8 8.0 4.0 1.5133 6.0531 6.5027
9 9.0 4.5 1.4628 6.5824 7.2089
10 10.0 5.0 1.4190 7.0950 7.9055
11 11.0 5.5 1.3805 7.5929 8.5933
12 12.0 6.0 1.3463 8.0780 9.2735

2
1.9
1.8
1.7
1.6 -0.2883
1.5
y = 2.2568x
2
1.4 R = 0.9982
RL=Uw/Ul

1.3
1.2
1.1
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0 5 10 15 20 25 30 35
m/s

Gambar 2.5. Grafik Konversi Angin Darat menjadi Angin Laut

Adalah informasi yang diperoleh dari inventarisasi gelombang besar.


Periode gelombang yang digunakan untuk simulasi dapat dengan
memplotkan harga gelombang rencana pada suatu Diagram Scatter
Tertinggi Gelombang.

Dari grafik Konversi Angin di Darat menjadi Angin di Laut diperoleh faktor
tegangan angin (UA) sebesar 9,2 m/dt. Berdasarkan data UA dan data
fetch effektif yang dilihat pada grafik peramalan gelombang didapat :

Tinggi gelombang signifikan (H) = 0.5 meter


Periode (T) = 2.9 detik
Durasi minimum angin bertiup = 2.0 jam

Sedangkan ditinjau dari arah angin Tenggara diketahui :


Fetch = 37 Kilometer
Bab II - 9
PT. BINA BUANA RAYA

UA = 9 m/detik
Didapatkan:
Tinggi gelombang signifikan (H) = 1.0 meter
Periode (T) = 4.5 detik
Durasi minimum angin bertiup = 4.5 jam

2.2.4. Analisa Perubahan Garis Pantai

Berikut ini diuraikan mengenai analisa atau simulasi perubahan garis


pantai yang akan dilaksanakan dalam pekerjaan ini.

Perubahan garis pantai di lokasi studi dapat diperkirakan dengan


melaksanakan simulasi numerik dengan menggunakan model satu garis
(One-Line Model).

Paket program yang akan digunakan adalah GENESIS (Generalized Model


for Simulating Shoreline Change) yang dikembangkan agar dapat
mensimulasikan perubahan garis pantai pada perairan terbuka dalam
jangka waktu lama, yang disebabkan oleh perubahan transport sedimen
sepanjang pantai (longshore transport). GENESIS merupakan bagian dari
sebuah system permodelan struktur SMS (Shore Modeling System) yang
dikembangkan oleh Hans Hanson, Nicholas C Kraus dan Mark B. Gravens
dari CERC-(Coastal Engineering Research Center).

Hasil simulasi ini tidak bersifat kuantitatif, dalam arti lebih cenderung
untuk meramalkan pola perubahan garis pantai yang terjadi berdasarkan
kondisi bathymetri dan iklim gelombang pada suatu saat, dalam hal ini
garis pantai yang disimulasikan pada suatu titik terdeposisi atau tererosi.
Hal ini karena model numerik yang digunakan didasarkan pada sejumlah
asumsi dan penyederhanaan untuk mempermudah penyusunan persamaan
model matematik yang berpengaruh, dan memiliki keterbatasan dalam
memodelkan semua parameter atau faktor-faktor yang kemungkinan
berpengaruh dalam proses fisik yang sebenarnya. Namun demikian
secara numerik besarnya perubahan garis pantai yang terjadi pada suatu
titik tetap dapat diperoleh dari out put simulasi.

Bab II - 10
PT. BINA BUANA RAYA

Perubahan garis pantai di lokasi studi dapat diperkirakan dengan


melaksanakan simulasi numerik dengan menggunakan model satu garis
(One line model).

Paket program yang akan digunakan adalah GENESIS (Generalized model


for Simulating Shoreline change), yang dikembangkan agar dapat
mensimulasikan perubahan garis pantai pada perairan terbuka dalam
jangka waktu lama, yang disebabkan oleh perubahan transport sedimen
sepanjang pantai (longshore transport). Genesis merupakan bagian dari
sebuah sistem pemodelan struktur SMS (Shore Modeling System) yang
dikembangkan oleh Hans Hanson, Nicholas C. Kraus dan Mark B. Gravens
dari CERC (Coastal Engineering Research Center).

Hasil simulasi ini tidak bersifat kuantitatif, dalam arti lebih cenderung
untuk meramalkan pola perubahan garis pantai yang terjadi berdasarkan
kondisi batimetri dan iklim gelombang pada suatu saat, dalam hal ini
garis pantai yang disimulasikan pada suatu titik terdeposisi atau tererosi.
Hal ini karena model numerik yang digunakan didasarkan pada sejumlah
asumsi dan penyederhanaan untuk mempermudah penyusunan persamaan
model matematik yang berpengaruh, dan mempunyai keterbatasan dalam
memodelkan semua parameter atau faktor-faktor yang kemungkinan
berpengaruh dalam proses fisik yang sebenarnya. Namun demikian secara
numerik besarnya transport sedimen sepanjang pantai dan besarnya
perubahan garis pantai yang terjadi pada suatu titik tetap dapat
diperoleh dari simulasi.

Data masukan yang dibutuhkan untuk simulasi perubahan garis pantai


adalah:
a. Peta bathymetri garis pantai lokasi studi, dalam bentuk diskritisasi
bentangan garis pantai untuk menentukan grid numerik. Posisi garis
pantai dinyatakan sebagai jarak dalam arah lepas pantai (offshore)
pada setiap titik grid numerik yang diukur dari garis dasar (base line).
Garis dasar ditentukan dalam arah yang paling mendekati arah
memanjang pantai dan sedapat mungkin tidak memotong garis pantai.
Lokasi transformasi gelombang yang menjalar dari perairan dalam.
Bab II - 11
PT. BINA BUANA RAYA

b. Seri waktu data iklim gelombang hasil peramalan berdasarkan data


angin, dimana peramalan gelombang.

Dalam pekerjaan ini, garis pantai lokasi pekerjaan disimulasikan untuk


kurun waktu 5 tahun. Data gelombang yang digunakan untuk simulasi
adalah data gelombang yang diramalkan dari data angin dari stasiun
Metereologi Bandar Lampung. Simulasi dilakukan dengan data sebagai
berikut :

1. Garis pantai yang akan disimulasikan adalah garis pantai disekitar


lokasi dermaga sesuai hasil survey lapangan.
2. Data material pantai diambil berdasarkan asumsi dengan
mengambil properties material pantai yang mendekati kondisi
eksisting.
3. Garis pantai dibagi menjadi 131 grid dengan jarak antar grid 10 m,
sehingga panjang garis pantai yang disimulasikan adalah 1310 m
4. Adanya Couseway atau thalud, disimulasikan sebagai groin kedap
air yang menjorok ke arah laut. Posisi groin diletakkan pada grid no
23, sesuai dengan peta batimetri yang ada.
5. Data gelombang yang digunakan adalah gelombang yang digunakan
untuk perhitungan rencana, sehingga gelombang yang datang ke arah
pantai arahnya sesuai dengan arah gelombang yang digunakan dalam
proses peramalan gelombang. Angin dari arah barat dianggap tidak
menimbulkan gelombang.
6. Lokasi pekerjaan disimulasikan dengan menggunakan gelombang
(dari peramalan berdasarkan data angin) selama 5 tahun. Data garis
pantai hasil pacu pada tahun pertama, selanjutnya digunakan sebagai
data awal untuk pacu pada tahun ke dua. Demikian seterusnya hingga
5 tahun.

Hasil simulasi selama 5 tahun disajikan dimana gambaran kondisi garis


pantai selama 5 tahun dari saat survey (pengambilan data garis pantai
yang digunakan untuk simulasi) disajikan berupa garis putus-putus.

Bab II - 12
PT. BINA BUANA RAYA

Sementara satuan yang digunakan dalam grafik (gambar) perubahan garis


pantai tersebut adalah meter.

Berdasarkan hasil simulasi tersebut, dapat diketahui daerah-daerah yang


berpotensi sebagai lokasi pengendapan dan daerah-daerah yang
berpotensi sebagai lokasi yang tergerus.

Tanda positif (+) bearti daerah yang disimulasikan mengalami


penambahan sedimen pada tiap-tiap titik (grid) simulasi secara lengkap
disajikan dibawah ini.

2.3. ANALISA KUALITAS AIR

Pengambilan sample air dilakukan pada 5 (lima) lokasi yaitu Dermaga TPI Kota
Agung, Muara Sungai Kapuran, Muara Sungai Jelai, Muara Sungai Way Lalaan dan
perairan laut Desa Sukabanjar. Pengujian sample air dilaboratorium dilakukan
untuk mengetahui kadar kandungan zat terlarut (masing masing parameter yang
diuji) di laboratorium air sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran yang
terjadi pada lokasi tersebut.

Tabel 2.5 Hasil Pengujian Sampel Air


Nama Lokasi
No Parameter Satuan TPI Kota Muara way Muara Way
Agung Kapuran Lalaan
1. TDS (Total Padatan) ppm 28.00 34.00 44.00
2. Besi (Fe) ppm 0.034 0.051 0.054
3. Fluorida (F) ppm 0.84 0.44 0.33
4. Kesadahan total ppm 26.18 14.26 11.36
5. Chlorine (Cl) ppm 24.60 16.70 9.74
6. Mangan (Mn) ppm 0.214 0.140 0.138
7. Natrium (Na) ppm 96.40 48.20 24.36
8. Nitrat (NO3) ppm 1.68 1.26 1.74
9. Nitrit (NO2) ppm 0.22 0.11 0.148
10. Sulfat (SO4) ppm 8.42 6.20 6.38
11. Zat organik ppm 0.11 0.14 0.12

Bab II - 13
PT. BINA BUANA RAYA

12. Kekeruhan NTU 0.50 1.09 3.69


13. Konduktivity mmhos/cm 1000.00 453.00 161.00
14. pH -- 8.14 7.82 8.11
15. DO ppm 4.80 4.60 6.40
16. Salinitas 27.45 0.00 0.00
17. Hg mg/l ttd ttd ttd

Bab II - 14

Anda mungkin juga menyukai