Anda di halaman 1dari 28

LABORATORIUM FARMASETIKA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLIDA


JURUSAN FARMASI

JURNAL FORMULA TFSS ASPIRIN-CAFFEIN

OLEH :

KELOMPOK : III (TIGA)


KELAS :A
ASISTEN : AGNES LALLO ALLOLAYUK

Nama Nim Tugas Nilai dokumen Nilai diskusi


Almira Azahriantika G70119117 Preformulasi
Mar’atul Azizah S.N G70119002 Preformulasi
Veren Anastasya G70119110 Formulasi
Retla Lady Marchella G70119032 Formulasi
Jusriani G70119068 Kemasan
Nurul Hikmah G70119069 Kemasan
Chrisya Anatalia G70119126 Evaluasi
Putri Lestari G70117143 Evaluasi

PALU
2021
I. Rancangan Produk
Nama Produk : ASCAFF®
Nama Perusahaan : PT. FILOSOFI
Nomor Registrasi Sediaan :
DKL2112345610A1 Kandungan Aspirin/tab : 300 mg
Kandungan Caffein/tab : 30 mg
Bobot Tablet : 500 mg
Jumlah Tablet yang Dibuat : 10 tablet

Formula
Setiap 1 tablet sediaan mengandung 300 mg Aspirin dan 30 mg Caffein.

Jumlah
No Nama Bahan Fungsi
Dalam % Dalam g/ml
1. Aspirin Zat aktif - 300 mg
2. Caffein Zat aktif - 30 mg
3. Laktosa Diluent q.s q.s
4. Avicel Binders 10% -
5. Amylum maydis Disentegran 15% -
6. Asam stearat Lubrikan 1% -
7. Talk Glidant 2% -

Bahan Kemas
Primer : Aluminium Foil dan blister
Sekunder : Kertas Foto
Label : Stiker
Leaflet : Kertas 70 gsm

Klaim Etiket :
1 tab @ 1 strip, tiap 1 tablet mengandung 300 mg Aspirin dan 30 mg Caffein.
II. Rancangan Bahan Produksi
Nama Perusahaan : PT. FILOSOFI
Nomor Registrasi :
DKL2112345610A1

Tabel master batch


Jumlah
No No.Item Nama Bahan Fungsi
Per Pcs Per Batch
1. A 0001 Aspirin Zat aktif 300 mg 3000 mg
2. A 0002 Caffein Zat aktif 30 mg 300 mg
3. B 0001 Laktosa Diluent 30 mg 3000 mg
4. B 0002 Avicel Binders 50 mg 500 mg
5. B 0003 Amylum maydis Disentegran 75 mg 750 mg
6. B 0004 Asam stearat Lubrikan 5 mg 50 mg
7. B 0005 Talk Glidant 10 mg 100 mg

III. Dasar Formulasi


III.1 Dasar pembuatan sediaan (minimal 3 pustaka)
1. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja
(Hasyim, dkk, 2018)
2. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (Tim PGMP Pati, 2015).
3. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Tablet
merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan, karena massanya dapat dibuat
secara masinel dan harganya murah. Tablet takarannya tepat, dikemas secara
baik, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan serta stabilitas obatnya
terjaga dalam sediaannya dan mudah ditelan (Ambari Y, dkk, 2019).
III.2 Dasar pemilihan zat aktif (minimal 3 pustaka)
1. Aspirin adalah obat analgesik nonnarkotik yang tertua yang masih di pakai. Kini
aspirin dapat di beli dalam macam-macam nama dan isi tambahan, seperti anacin
yang mengandung kafein. Efek utama aspirin adalah analgesik untuk nyeri, tetapi
juga mempunya efek antipiretik (Hayes dan Joyce, 1996).
2. Kafein dapat meningkatkan daya aspirin dan obat-obatan penghilang rasa sakit
lainnya. Itu sebabnya, pada beberapa jenis obat unsur kafein di tambahkan (Toruan,
2007).
3. Asetosal yang sering dikenal sebagai aspirin digunakan oleh masyarakat luas
sebagai analgesik atau penahan rasa sakit atau nyeri minor, antipiterik (penurun
demam) dan anti-inflamasi (peradangan) (Kuntari, dkk., 2017). Kafein banyak
digunakan untuk terapi, misalnya pada obat-obat stimulan, pereda nyeri, diuretik,
pereda demam, dan obat pengontrol berat badan (Rahayu, 2019).

III.3 Dasar pemilihan kekuatan sediaan


1. Bentuk dan kekuatan dosis Aspirin-Caffein yakni dalam bentuk tablet terdiri dari :
250mg/65mg, 400mg/32mg, 500mg/32mg, 500mg/32.5mg, 500mg/32.5mg.
Penggunaan sebagai analgesik yakni 1-2 tablet/kaplet/bubuk secara oral setiap 4-6
jam jika perlu. Untuk penggunaan pada anak-anak keamanan dan kemanjuran tidak
ditetapkan sehingga harus sesuai dengan resep dokter (Medscape, 2021).
2. Penggunaan aspirin dalam dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan beberapa
indikasi dan dampak negatif seperti iritasi lambung, perdarahan, perforasi atau
kebocoran lambung serta menghambat aktivitas trombosit (Kuntari, dkk., 2017).
3. Dosis oral aspirin yang biasa sebagai analgesik dan antipiretik adalah 300-900 mg,
diulang setiap 4 sampai 6 jam. Sesuai dengan kebutuhan klinis, hingga maksimal 4
gr setiap hari. Kafein digunakan juga sering dimasukkan dalam lisan sediaan
analgesik dengan aspirin, parasetamol, atau kodein dalam dosis unit sekitar 15
hingga 65 mg tetapi manfaat klinisnya masih diperdebatkan. Kafein adalah kadang-
kadang diberikan dengan ergotamine dalam persiapan untuk pengobatan migrain,
biasanya dalam dosis unit 100 mg. Kafein sitrat telah digunakan dengan cara yang
sama. Untuk rincian dosis pada anak-anak, lihat Administrasi pada Anak
(Sweetman S.C, 2009).
III.4 Dasar pemilihan zat tambahan (min. 3 pustaka tiap bahan)
Laktosa
1. Laktosa dapat digunakan sebagai konstituen makanan bayi dan produk obat-obatan.
Laktosa dipergunakan sebagai pelapis tablet dan kapsul serta sebagai bahan pengisi
(Soeparno, 2021).
2. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena harganya
murah dan merupakan bahan pengisi yang inert ( swabrick J, 2007)
3. Laktosa digunakan karena memiliki stabilitas yang baik dalam kombinasinya
dengan bahan lain dan dari sisi ekonomi laktosa reltif murah (Hayatus dan Fudholi,
2011).

Avicel

1. Avicel PH 102 atau microcrystalline cellulose termasuk golongan selulosa. Avicel


PH 102 banyak digunakan dalam metode cetak langsung karena berfungsi sangat
baik sebagai pengikat kering (Yunita,dkk, 2011).
2. Avicel PH 102 dapat digunakan untuk metode kempa langsung maupun granulasi
basah. Avicel PH 102 mempunyai ukuran partikel yang mempunyai sifat alir yang
baik serta memiliki moisture content yang kecil dan biasanya digunakan dengan
bahan-bahan higroskopis (Rohmani dan Riyanti,2019).
3. Avicel PH-101 (mycrocristaline cellulose) berfungsi sebagai bahan pengikat dengan
potensi daya ikat yang kuat (Suherman.H,2017).

Amylum Maydis
1. Pati jagung digunakan sebagai penghancur karena bahan ini bersifat inert, noniritan.
Membantu memecah sehingga lebih mudah diabsorbsi (Saryanti, D, dkk, 2019).
2. Pati jagung berfungsi sebagai penghancur. Kadar amilosa pati yang biasa digunakan
sebagai exicipient untuk pati jagung 35-39%. Semakin rendah rasio amilosa dan
amilopektin maka semakin lama waktu disintegrasi (Haeria, dkk, 2019).
3. Penggunaan Amylum maydis sebagai bahan pengikat tablet memilki keunggulan
dibandingkan bahan lainnya karena mudah didapat, harganya yang relative murah,
inert (Wattimena dan Charles, 1986).
Asam Stearat
1. Asam stearat biasanya digunakan dalam formulasi sediaan farmasi oral dan topikal.
Biasanya digunakan dalam formulasi oral pada tablet dan kapsul sebagai lubrikan
(HPE, 2009).
2. Penggunaan asam stearat sebagai bahan pelicin memiliki beberapa keuntungan,
seperti harganya yang murah dan mudah didapat. tidak diabsorpsi secara sistemik
sehingga tergolong tidak beracun; serta dapat berfungsi sekaligus sebagai bahan
pelincir, anti lekat dan bahan pelicin sehingga efeknya sebagai bahan pelicin dapat
optimal (Utama, 2010).
3. lubrikan yang lazim digunakan adalah logam stearat, stearowet C, asam stearat,
talk, amilum, natrium benzoat dan natrium klorida, natrium dan magnesium lauril
sulfat, polietilen glikol, dan gliseril behanat (Wukandari.,F. dkk, 2020).

Talk
1. Talk digunakan sebagai glidant dan ditambahkan sebelum proses penabletan untuk
meningkatkan kecepatan alir serbuk dengan konsentrasi 1% - 2% dari bobot tablet
(Julaikho R.Y, 2020).
2. Penambahan glidan yaitu talkum bertujuan untuk meminimalkan ketidak merataan
pada formula (Sulaiman T, 2007).
3. Glidan yang digunakan adalah talk, karena talk selain memiliki sifat alir yang baik
juga digunakan secara luas pada pembuatan produk control released sehingga cocok
digunakan pada pembuatan tablet dan granul (Wijayanti, dkk, 2009).

III.5 Dasar pemilihan bahan kemasan


1. Aluminium foil digunakan dalam industri farmasi untuk kemasan blister. Karena
aluminium foil dapat mempertahankan kelembaban, mikroorganisme, matahari,
oksigen, dan lainnya polutan. Sehingga kemasan jenis ini, sangat baik dan sesuai
untuk produk yang peka terhadap lembab (Kumar, et all., 2019).
2. Kemasan blister ini telah digunakan secara luas untuk pengemasan farmasi karena
beberapa alasan yang bagus. Yaitu kemasan yang mampu memberikan
perlindungan lingkungan yang sangat baik, ditambah dengan penampilan estetis.
Kemasan blister
yang dilapisi aluminium foil harus kompatibel untuk memastikan penyegelan yang
memuaskan, baik untuk perlindungan produk maupun untuk ketahanan terhadap
kerusakan. Kemasan blister yang dilapisi aluminium foil mampu memberikan
perlindungan lebih besar terhadap kelembaban yang tinggi (Manukondakeerthi., et
all 2014).
3. Blister packaging banyak digunakan untuk mengemas pil, kapsul, dan tablet karena
jenis kemasan ini secara efisien melindungi isinya dari kelembaban, cahaya, dan
oksigen yang tidak diinginkan. Kemasan ini terdiri dari film plastik (80-85 % ) dan
aluminium (Al) foil (15- 20 %) (Yousef, et all., 2018).

III.6 Dasar pemilihan metode pembuatan tablet


1. Formulasi tablet aspirin dibuat dengan menggunakan metode cetak langsung karena
aspirin memiliki fluiditas yang baik, tidak tahan terhadap pemanasan, serta cetak
langsung termasuk metode yang mudah dan sederhana (Wibowo A,D dkk. 2011).
2. Cetak langsung merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya. Namun demikian, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif
yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.
Secara umum,sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah
sebagai berikut yaitu alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan
mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet (Murtini dan
Elisa, 2018).
3. Keuntungan kempa langsung yaitu lebih ekonomis karena validasi proses lebih
sedikit, lebih singkat prosesnya karena proses yang dilakukan lebih sedikti maka
waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat tenaga dan
mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit, dapat dipergunakan untuk zat aktif
yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab (Megawati, dkk. 2018).
IV. Preformulasi dan Informasi Bahan
IV.1 Uraian farmakologi zat aktif
1. Aspirin (MIMS, 2021)
Indikasi : Aspirin adalah obat untuk meredakan nyeri, demam,
dan peradangan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap aspirin atau NSAID
lainnya. Ulkus peptikum, penyakit hemoragik,
gangguan koagulasi (misalnya seperti hemofilia,
trombositopenia), asam urat. Gangguan hati dan ginjal
yang parah. Anak-anak <16 tahun dan pulih dari
infeksi virus. Kehamilan (dosis >100 mg setiap hari
selama trimester ke-3) dan menyusui. Penggunaan
bersamaan
dengan NSAID lain dan metotreksat.
Mekanisme kerja : Bekerja melalui inhibisi enzim siklooksigenase 1 dan
2 (COX-1 dan COX-2) secara ireversibel, sehingga
menurunkan produksi prostaglandin dan derivatnya,
yaitu thromboxan A2. Efek yang diperoleh adalah efek
antipiretik, antiinflamasi, dan antiplatelet.
Farmakokinetik :  Absorpsi
Cepat diserap dari saluran pencernaan; kurang
dapat diandalkan (rektal), diserap melalui kulit.
Dihidrolisis sebagian oleh esterase menjadi
salisilat selama penyerapan di saluran GI.
Bioavailabilitas: 50-75% (rilis segera). Waktu
untuk mencapai konsentrasi plasma puncak: Kira-
kira 1-2 jam (dilapisi nonenterik), 3-4 jam (dilapisi
enterik), Kira-kira sekitar 2 jam (batas rilis
diperpanjang).
 Distribusi
Didistribusikan secara luas dan cepat ke sebagian
besar jaringan dan cairan tubuh. Melewati plasenta
dan memasuki ASI. Volume distribusi: 170
mL/kg. Ikatan protein plasma: 80-90%.
 Metabolisme
Dimetabolisme di hati menjadi asam salisilat,
salisil fenolik glukuronida, asil glukuronida
salisilat, asam gentisic, dan asam gentisurat.
Mengalami metabolisme lintas pertama.
 Ekskresi
Pengeluaran melalui urin (75% sebagai asam
salisilat, 10% sebagai asam salisilat). Waktu paruh
eliminasi: 15-20 menit.
Efek samping : Tinitus, anemia, dispepsia, hipoprotrombinaemia,
trombositopenia, iritasi lambung, mual, muntah,
pusing, kebingungan, asma, bronkospasme, dispnea,
rinitis, ruam, urtikaria.
Perhatian : Pasien dengan dispepsia atau lesi pada mukosa GI,
asma atau gangguan alergi, anemia, dehidrasi,
menoragia, hipertensi yang tidak terkontrol, defisiensi
G6PD, tirotoksikosis. Pasien yang menjalani prosedur
pembedahan. Gangguan hati dan ginjal sedang.
Kehamilan.
Dosis : - Demam atau nyeri
Dosis awal 300-900 mg, dosis dapat diulang setelah
4-6 jam jika dibutuhkan. Dosis maksimal 4.000 mg
per hari.
- Stroke, angina pektoris, serangan jantung
Untuk pencegahan terjadinya kondisi tersebut,
dosisnya 150-300 mg.
- Penyakit reumatik
Untuk gangguan reumatik akut, dosisnya 4.000-
8.000 mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis.
Sementara itu, untuk kondisi kronis dosisnya 5.400
mg per hari, dibagi menjadi beberapa dosis konsumsi.
- Pencegahan penyakit kardiovaskular pada pasien
dengan risiko tinggi
Untuk pencegahan jangka panjang, dosisnya 75-150
mg sekali sehari. Untuk pencegahan jangka pendek,
dosisnya 150-300 mg per hari.
Interaksi obat : Peningkatan risiko perdarahan GI dan ulserasi dengan
kortikosteroid. Peningkatan risiko perdarahan dengan
antikoagulan kumarin (misalnya heparin, warfarin,
phenindione) dan agen antiplatelet (misalnya
clopidogrel, dipyridamole). Dapat menyebabkan
asidosis berat dan peningkatan toksisitas SSP dengan
inhibitor karbonat anhidrase (misalnya asetazolamid).
Meningkatkan efek hipoglikemik sulfonilurea.
Mengurangi pengikatan fenitoin dan valproat ke
albumin serum yang menyebabkan peningkatan
konsentrasi obat bebas. Mengurangi efek urikosurik
(misalnya probenesid, sulfinpirazon). Merusak
ekskresi ginjal lithium dan digoxin. Berpotensi Fatal:
Peningkatan risiko perdarahan GI dan ulserasi dengan
NSAID lainnya. Peningkatan risiko toksisitas
hematologis metotreksat.
2. Caffein (MIMS, 2021)
Indikasi : Stimulan untuk merangsang sistem saraf.
Kontraindikasi : Gejala atau riwayat aritmia jantung, gangguan
kecemasan. Penggunaan bersamaan dengan xantin lain
(misalnya teofilin).
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja Caffein yaitu menyekat reseptor
adenosine, menghambat enzim fasfodiesterase, dan
menginduksi translokasi kalsium intraseluler.
Farmakokinetik :  Absorpsi
Cepat dan sepenuhnya diserap dari saluran
pencernaan. Waktu untuk mencapai konsentrasi
plasma puncak: 30 menit sampai 2 jam (neonatus).
 Distribusi
Didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh;
mudah masuk ke SSP dan air liur (kafein sitrat).
Melintasi plasenta; memasuki ASI (dalam jumlah
kecil). Volume distribusi: 0,8-0,9 L/kg (neonatus);
0,6 L/kg (dewasa). Ikatan protein plasma: Sekitar
36%.
 Metabolisme
Hampir sepenuhnya dimetabolisme di hati melalui
oksidasi, demetilasi, dan asetilasi oleh CYP1A2.
 Ekskresi
Ekskresi melalui urin (dewasa: kira-kira 1%
sebagai obat yang tidak berubah; neonatus: 86%
sebagai obat yang tidak berubah). Waktu paruh
eliminasi: Sekitar 3-7 jam (dewasa); kira-kira 3-4
hari (neonatus).
Efek samping : Takikardia, hipoglikemia, diuresis, kehilangan
elektrolit, kelelahan, penurunan kewaspadaan,
peningatan metabolisme, aritmia, gangguan
gastrointestinal, kejang, tremor, sakit kepala,
insomnia, gugup, lekas marah, kecemasan,
peningkatan
pernapasan.
Perhatian : Pasien dengan riwayat gangguan kejang, penyakit KV
lain yang diketahui, riwayat tukak lambung dan/atau
GERD, hipertensi, agitasi, tremor. Pasien pulih dari
alkoholisme kronis dan mengambil disulfiram.
Individu yang naif kafein dan sensitif. Gangguan
ginjal dan hati. Neonatus dan anak-anak. Kehamilan
dan
menyusui.
Dosis : 100-200 mg setiap 3-4 jam.
Interaksi obat : Penurunan eliminasi atau pembersihan dengan
cimetidine, ketoconazole, asam pipemidat atau
methoxsalen. Peningkatan eliminasi atau pembersihan
dengan fenobarbital, fenitoin atau disulfiram. Dapat
menurunkan efek vasodilatasi adenosin dan
dipiridamol. Dapat meningkatkan efek takikardi dari
fenilpropanolamin. Dapat memusuhi efek obat
penenang, obat penenang dan -blocker (misalnya
atenolol, metoprolol, propranolol). Menghambat
metabolisme clozapine. Efek CV yang signifikan.
dengan efedrin. Penggunaan bersamaan dengan litium
karbonat dapat menyebabkan peningkatan kadar litium
serum yang kecil hingga sedang. Dapat meningkatkan
efek stimulan dengan MAOI. Berpotensi Fatal:
Interkonversi antara kafein dan xantin lainnya
(misalnya teofilin) dapat terjadi pada neonatus
prematur.
IV.2 Uraian Farmasetik zat aktif
1. Aspirin (FI Edisi III : 43, 1979)
Nama resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM
Sinonim : Asetosal, Aspirin, Asam Asetilsalisilat
RM/BM : C9H8O4 / 180,16
Rumus Struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan
tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau
berbau lemah, rasa asam
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%)
P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P; agak
sukar larut dalam eter mutlak
Khasiat : Analgetikum, antipiretikum
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Stabil di udara kering; di dalam udara lembap secara
bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam
asetat
Inkompatbilitas Inkompatibel dengan asam bebas, garam Fe, sodium
fenobarbiton, garam kuinin, kalium iodida, natrium
iodide, alkali hidroksida, alkali karbonat, dan alkali
strerat
2. Caffein (FI Edisi III : 175, 1979)
Nama resmi : COFFEINUM
Sinonim : Kafeina
RM/BM : C8H10N4O2 / 194,19
Rumus Struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk mengkilat biasanya
menggmpal, putih; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;
mudah larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter
P
Khasiat : Stimulan syaraf pusat, kardiotonikum
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Stabil pada suhu kamar 15-300C
Inkompatbilitas : Kompatibel dengan asam amino 8,5%; dextrose 5 atau
50% dalam air, dan emulsi lemak 20%
IV.3 Uraian Farmasetik zat tambahan
1. Amylum Maydis (FI Edisi IV, 1995 : 108)
Nama resmi : AMYLUM MAYDIS
Sinonim : Pati Jagung
RM/BM : -/-
Rumus Struktur : -
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol (95%) P
Kegunaan : Sebagai bahan tambahan penghancur
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering
Stabilitas : Stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat.
Berwarna senyawa inklus terbentuk dengan yodium

2. Asam Stearat (FI Edisi III, 1979 : 57-58)


Nama resmi : ACIDUM STEARICUM
Sinonim : Asam Stearat
RM/BM : C18H36O2 / 284,47
Rumus Struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur, putih atau pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam 20 bagian etanol
(95%)P, dalam 2 bagian kloroform dan dalam 3 bagian
eter P
Kegunaan : Zat tambahan pelicin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Stabil
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan sebagian besar hidroksida
logam dan mungkin tidak sesuai dengan basa, zat
pereduksi, dan zat pengoksidasi.

3. Talk (FI Edisi IV, 1995 : 771)


Nama resmi : TALCUM
Sinonim : Talk
RM/BM : -/-
Rumus Struktur : -
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Kegunaan : Zat tambahan pelican
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan
pemanasan pada 160oC selama 1 jam
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa amonium kuaterner

4. Laktosa
Nama resmi : LACTOSUM
Sinonim : Lactose
RM/BM : C12H22O11.H2O / 36,30
Rumus Struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih ; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Stabil disimpan pada tempat tertutup, kering dan eter
Inkompatibilitas : Laktosa anhidrat tidak cocok dengan oksidator kuat.
Campuran yang mengandung antagonis leukotrien
hidrofobik dan laktosa anhidrat atau laktosa
monohidrat disimpan selama enam menit minggu pada
40oC dan 75% RH, campuran yang mengandung
anhidrat laktosa menunjukkan penyerapan air yang
lebih besar dan degradasi obat.

5. Avicel
Nama resmi : CELLULOSE,MICROCRYSTALIN
Nama lain : Cellulosa gel
RM/BM : C14H26O11 / 370.35

Rumus struktur :

(Pubchem,2021)
Pemerian : Putih, tidak berbau, Kristal putih terdiri dari partikel
berpori.
Kelarutan : 5% w/v dalam NaOH, sukar larut dalam air, bahan yang
bersifat asam,dan pelarut-pelarut organik.
Penyimpanan : Tempat dingin, tempat kering.
Stabilitas : Material higroskopis yang stabil. Disimpan diwadah
tertutup rapat pada tempat yang sejuk.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat.
V. Rancangan Pengemasan
1. Label

2. Leaflet
3. Kemasan Sekunder
VI. Perhitungan
Dosis Sekali = 500 mg
Dosis Se hari = -

1. Perhitungan Dosis
 Dosis Lazim
𝑛
=20 x DL
6
Usia 6 tahun =
6+12 x 500 mg = 166,6 mg
7
Usia 7 tahun =
7 +12 x 500 mg = 184,21 mg
8
Usia 8 tahun =
8+12 x 500 mg = 200 mg
9
Usia 9 tahun =
20 x 500 mg = 225 mg
Usia 10 tahun = 10 x 500 mg = 250 mg
20

Usia 11 tahun = 11 x 500 mg = 275 mg


20

Usia 12 tahun = 12 x 500 mg = 300 mg


20

Usia 13 tahun = 13 x 500 mg = 325 mg


20

Usia 14 tahun = 14 x 500 mg = 350 mg


20

Usia 15 tahun = 15 x 500 mg = 375 mg


20

Usia 16 tahun = 16 x 500 mg = 400 mg


20

Usia 17 tahun = 17 x 500 mg = 425 mg


20

Usia 18 tahun = 18 x 500 mg = 450 mg


20

Usia 19 tahun = 19 x 500 mg = 475 mg


20

Usia 20 tahun = 20 x 500 mg = 500 mg


20

 Dosis Maksimum
-
 Aturan pakai DL Usia 8 tahun = 200 𝑚𝑔
500 𝑚𝑔
166,6 mg
Usia 6 tahun = Usia 9 tahun = 225 mg
500 𝑚𝑔
500 𝑚𝑔
184,21 mg
Usia 7 tahun = Usia 10 tahun = 250 𝑚𝑔
500 𝑚𝑔
500 𝑚𝑔
Usia 11 tahun = 275 mg
500 𝑚𝑔

Usia 12 tahun = 300 𝑚𝑔 = 0,33 tab


500 𝑚𝑔

Usia 13 tahun = 325 mg = 0,36 tab


500 𝑚𝑔

Usia 14 tahun = 350 𝑚𝑔 = 0,4 tab


500 𝑚𝑔

Usia 15 tahun = 375 mg = 0,45 tab


500 𝑚𝑔

Usia 16 tahun = 400 𝑚𝑔 = 0,5 tab


500 𝑚𝑔

Usia 17 tahun = 425 mg = 0,55 tab


500 𝑚𝑔

Usia 18 tahun = 450 mg = 0,6 tab


500 𝑚𝑔

Usia 19 tahun = 475 𝑚𝑔 = 0,65 tab


500 𝑚𝑔

Usia 20 tahun = 500 𝑚𝑔 = 0,7 tab


500 𝑚𝑔

= 0,75 tab

= 0,8 tab

= 0,85 tab

= 0,9 tab

= 0,95 tab

= 1 tab

 Aturan pakai DM
-
2. Perhitungan Bahan
 Per tablet
 Aspirin = 300 mg
 Caffein = 30 mg
 Avicel (10%) = 10
100 x 500 mg = 50 mg
 Amylum maydis (15%) = 15
100 x 500 mg = 75 mg
 Asam stearat (1%) 1
= 100
x 500 mg = 5 mg
 Talk (2%) = 2
100 x 500 mg = 10 mg
 Laktosa (q.s) = 500 mg - (300 mg + 30 mg + 50 mg + 75 mg)
= 500 mg – (455 mg + 5 mg + 10 mg)
= 500 mg – 470 mg
= 30 mg

 Per Batch
 Aspirin = 300 mg x 10 = 3000 mg
 Caffein = 30 mg x 10 = 300 mg
 Laktosa = 30 mg x 10 = 300 mg
 Avicel = 50 mg x 10 = 500 mg
 Amylum maydis = 75 mg x 10 = 750 mg
 Asam stearat = 5 mg x 10 = 50 mg
 Talk = 10 mg x 10 = 100 mg
VII. Skema Kerja

Alat dan Bahan

Ditimbang semua
bahan

Digerus zat aktif


hingga homogen
- Tambahkan
Zat tambahan

Pengayakan

Cetak Tablet
VIII. Peralatan
1. Timbangan analitik
2. Lumpang dan alu
3. Ayakan nomor mesh 100
4. Alat pencetak tablet
5. Disintegration tester
6. Hardness tester
7. Friability tester
8. Kertas perkamen
9. Wadah
10. Sudip
11. Cawan porselin
IX. Rancangan Detail Proses Manufaktur
1. Penyiapan kemasan
Disiapkan alat dan bahan kemasan terlebih dahulu, lalu dibuat kemasan primer yang
akan di gunakan.
2. Penyiapan alat dan bahan obat
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam membuat tablet Aspirin-Caffein.
3. Pencampuran
 Ditimbang semua bahan menggunakan timbangan digital
 Digerus semua didalam lumpang berupa zat aktif dan bahan tambahan lainnya.
4. Pengayakan
 Disiapkan alat dan bahan
 Diayak campuran serbuk homogen dengan ayakan No. 100 Mesh
5. Pembuatan/Pencetakan tablet
 Disiapkan alat dan bahan
 Dimasukkan campuran serbuk homogen yang telah diayak ke dalam mesin kempa
yang diatur kekuataan pengempaan
 Dilakukan pengempaan tablet
 Dimasukkan tablet yang telah dikempa dalam kemasan primer yang telah disiapkan
6. Labeling
 Disiapkan alat dan bahan
 Ditutup kemasan primer yang telah diisi tablet furosemid
 Ditempel label yang telah dikempa dalam kemasan primer yang disiapkan
7. Kemasan sekunder
 Dimasukkan strip tablet
 Dimasukkan leaflet ke dalam box yang telah didesain.
DAFTAR PUSTAKA

Ambari Y, dkk. (2019). Optimasi Formulasi Tablet Ibuprofen Dengan Kombinasi CMC – Na &
Sorbitol Sebagai Pengikat dan Amilum Solani Sebagai Disintegran Terhadap Waktu
Hancur Tablet. Jawa Timur : J.Pham Vol.2 No.2.

Departemen Kesehata Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehata Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Haeria, ddk .(2019). Studi Potensi Ubi Kelapa (Dioscorea alata L. ) Sebagai Bahan Penghancur
Tablet. Jurnal Ilmiah farmasi 15(1).

Hasyim, dkk. (2018). Karakteristik Metode Kerja Kempa Langsung Menggunakan Pengisi
Avicel Ph 102 Konsentrasi 6%, 5% Dan 4% Pada Pembuatan Tablet CTM. Makassar :
Jurnal Farmasi Sandi Karsa Volume 5, Nomor 1

Hayatus dan fudholi. (2011). Optimasi Formula Tablet Teofilin Menggunakan Co-Processed
Excipients Campuran Laktosa dan Avicel. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Hayes dan Joyce. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.

Https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses Pada Tanggal 08 Oktober 2021, Pukul 08.10 WITA.

Julaikho R.Y. (2020). Formulation and Evaluation of Tablet of Active Antioxidant Fraction Green
Grass Jelly Leaves. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol.12 No.1

Kuntari, T., dkk. (2017). Verivikasi Metode Penentuan Astosal Dalam Obat Sakit Kepala Dengan
Metode Spektrofotometri UV. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol 6 (1): 31-40.

Kumar, et all. (2019). Analysis and Design of Automated Medicine Vending Machine. Journal For
Advanced Research In Applied Sciences, Volume VI Issue II ; 93.

Manukondakeerthi., et all. (2014). A review For Different Formulations. Asian J.Res.pharm.Sci,


Vol 4(3) ; 140-150.

Meedscape. (2021). Diakses Pada Tanggal 08 Oktober 2021, Pukul 08.20 WITA.

Megawati, dkk. (2018). Karakteristik Metode Kerja Kempa Langsung Menggunakan Pengisi
Avicel pH 102 Konsentrasi 6%, 5% dan 4% Pada Pembuatan Tablet CTM. Jurnal Farmasi
Sandi Karsa Volume 5, Nomor 1.

Murtini, G., dan Elisa, Y. (2018). Teknologi Sediaan Solid. Jakarta : Kemenkes RI.
Rahayu, M. (2019). Analisis Pengaruh Konsumsi Kopi Terhadap Denyut Jantung Pada Pemuda.
Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik. Vol 6 (2): 5-12.

Rohmani., S dan Riyanti., K. M. P. (2019). Pengaruh Variasi Konsentrasi Avicel PH 102


dengan Dikalsium Fosfat Anhidrat sebagai Fillerbinder terhadap Sifat Fisik Tablet
Vitamin C. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Rowe, et all. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth Edition. UK : Pharmaceutical


Press.

Sariyanti, D, dkk. (2019). Optimasi Campuran Pati Jagung Dan Avicel PH 101 Sebagai Bahan
Penghancur Pada Tablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.) Secara Granulasi
Basah. Jurnal Ilmiah Manuntung, 5(1), 105-114, 2019.

Soeparno. (2021). Properti dan Teknologi Produk Susu. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Sulaiman T. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suherman., H. (2017). Pengaruh Penggunaan Variasi Konsentrasi Avicel Ph-101 Pada Formula
Tablet Prednisolone. Viva Medika Edisi Khusus/Seri 1/ November/2017.

Swabrick J. (2007). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. USA : Informa Healthcare USA,


Inc.

Sweetman S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Sixth Edition. London :
Pharmaceutical Press.

Tim PGMP Pati. (2015). Farmakologi Jilid 1. Yogyakarta : Deepublish

Toruan. (2007). Fat-Loss Not Weight Loss : Gemuk Tapi Ramping. Jakarta : Transmedia Pustaka.

Utama,dkk. (2010). Pengaruh konsentrasi asam stearate sebagai bahan pelican terhadap sifat
fisik tablet pada pembuatan tablet vitamin E untuk anjing. Denpasar : Universitas Udayana

Wattimena, dkk. (1986). Beberapa Aspek Pokok Pengujian Mutu Perbekalan Farmasi. Bandung:
Depkes Republik Indonesia.

Wibowo A,D. dkk. (2011). Formulasi Sediaan Tablet Lepas Lambat Aspirin Dengan Etil Selulosa
Aqualon T10 Sebagai Matrik. Jurnal Pharmacy Volume 8 Nomor 1.

Wijayanti,dkk. (2009). Pengaruh Talk Pada Berbagai Konsetrasi Sebagai Bahan Pelicin
Terhadap Sifat Fisik Tablet Pada Formulasi Tablet Vit B Kompleks. Bali : Universitas
Undayana.
Wulandari F, dkk. (2020) . Formulasi dan evaluasi fisik sediaan kapsul ekstrak daun cincau
hijau (cyclea barbata miers ) sebagai anti inflamasi. As-Syifaa Jurnal Farmasi. 12(2) :
150-157.

Yousef, et all . (2018). Cleaner and Profitable Industrial Technology For Full Recovery of
Metallic and Non-Metallic Fraction of Waste Pharmaceutical Blisters Using Switchable
Hydrophilicity Solvents. Journal of Cleaner Production.

Yunita., B. dkk. (2011). Pengaruh bahan pengisi pada tablet ibuprofen dengan metode cetak
langsung. Majalah Farmasi Indonesia (22)4, 279 – 285, 2011.
Zaman N.N dan Sopyan I. (2020). Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet.
Bandung : Mfarmasetika.

Anda mungkin juga menyukai