Anda di halaman 1dari 6

Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 2 No 1 Februari 2020

P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

PENAMBAHAN PEKTIN, GULA, DAN ASAM SITRAT DALAM


PEMBUATAN SELAI DAN MARMALADE BUAH-BUAHAN
Fesdila Putri Nurani
UPN “Veteran” Jawa Timur
fesdila.tp@upnjatim.ac.id

Abstract
Quality degradation due to the process of respiration as well as physical, chemical and
biological damage to the fruit is very undesirable because it caused indirectly shorten the
shelf life of the fruit. Damaged fruit will have a low selling value. Various attempts were
made to overcome these problems including of fruit chips, sweets, to fruit leather. In addition
to these methods, fruit can also be processed into bread spread ingredients such as jam and
marmalade. Jam is a thick or semi-solid food product made from crushed or chopped of fruit
with added some sugar. Marmalade is a semi-solid food product made from fruit juice, sugar,
citric acid, and includes pieces of fruit or fruit skin. Marmalade is generally made from citrus
fruits, but nowadays marmalades are also made from other fruits. Both of jam and
marmalade products involve the heating process and the use of high concentrations of sugar
as a preservative. Several factors that influence the making of jam and marmalade include
pectin, sugar, water and the presence of acids which are very influential in gel formation.

Keywords : fruit; jam; marmalade; preservation; sugar

Abstrak
Penurunan mutu akibat proses respirasi maupun adanya kerusakan fisik, kimiawi maupun
biologis pada buah sangat tidak diinginkan karena secara tidak langsung dapat
memperpendek masa simpan buah. Buah yang rusak akan memiliki nilai jual yang rendah.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya pengolahan
keripik buah, manisan, hingga fruit leather. Selain cara tersebut, buah juga dapat diolah
menjadi bahan olesan roti seperti selai dan marmalade. Selai adalah produk makanan yang
berbentuk gel, bersifat kental atau semi padat dibuat dari hancuran buah dan gula. Sedangkan
marmalade adalah produk makanan bersifat semi padat yang terbuat dari sari buah, gula,
asam sitrat, dan menyertakan potongan buah atau kulit buah. Marmalade umumnya dibuat
dari buah jeruk, namun seiring perkembangan jaman, marmalade juga dibuat dari buah yang
lain. Baik produk selai dan marmalade melibatkan proses pemanasan serta penggunaan gula
dengan konsentrasi yang tingi sebagai bahan pengawetnya. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pembuatan selai dan marmalade antara lain kandungan pectin, gula, air serta
adanya asam yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan gel.
Kata kunci: buah; gula; marmalade; pengawetan; selai.

27
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 2 No 1 Februari 2020
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

Latar Belakang leather dari campuran buah sirsak dan


melon (Risti & Herawati, 2017).
Indonesia merupakan negara tropis
Selain produk makanan ringan,
dimana memiliki keanekaragaman hayati pengawetan buah juga dapat dilakukan
yang tinggi, diantaranya buah-buahan. dengan pengolahan selai ataupun
Banyak sekali dijumpai berbagai jenis marmalade. Pada dasarnya selai terbuat
buah dengan bermacam-macam varietas dari campuran dari 45 bagian buah berupa
yang dapat tumbuh di Indonesia. Buah- cacahan atau potongan buah sedangkan 55
buahan juga sudah menjadi salah satu hal bagian lainnya merupakan gula yang
yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat kemudian akan mengental dan membentuk
sehari-hari. Buah-buahan dikenal memiliki stuktur semi padat (Gaffar dkk, 2017).
nilai gizi yang baik, diantaranya Novita dkk (2017) menyebutkan bahwa
karbohidrat, prtotein, serat serta diketahui marmalade merupakan makanan semi
memiliki kadar air yang cukup tinggi. padat dan juga membentuk gel akibat dari
adanya interaksi antara sari buah sebagai
Kadar air yang tinggi seringkali menjadi
bahan utama, gula atau sukrosa, asam
masalah dalam proses penyimpanan buah
sitrat, pektin serta potongan buah. Baik
segar. Suhu udara yang tinggi serta selai maupun marmalade merupakan
kelembaban yang relative tinggi di produk olesan roti berbasis buah.
Indonesia menjadikan buah seringkali Pembuatan selai dan marmalade
tidak memiliki umur simpan yang panjang melibatkan proses pemanasan serta
akibat mudah sekali menjadi busuk. pengawetan dengan gula. Hal ini dilakukan
Berbagai upaya untuk untuk mengurangi resiko kerusakan
memperpanjang masa simpan buah telah produk akibat kontaminasi mikrobiologis.
banyak dilakukan. Umumnya, yang sering Pembuatan selai dan juga marmalade
sering dijumpai adalah dengan pembuatan umumnya menggunakan bahan buah yang
keripik buah. Dalam penelitiannya, memiliki kandungan pectin. Pektin
Lastriyanto dkk (2016) menyebutkan merupakan senyawa polisakarida larut air
yang mampu membentuk gel pada produk
bahwa resiko kerusakan apel manalagi
selai dan marmalade. Pada beberapa jenis
rentan terjadi pada saat panen raya. Untuk buah dengan kandungan pectin rendah
menanggulangi kerusakan tersebut, apel umumnya akan ditambahkan pectin
manalagi kemudian diolah menjadi keripik komersil agar terbentuk gel yang
melalui penggorengan vakum. Suryanto konsisten. Bahan lain yang digunakan
(2018) juga menyebutkan permasalahan dalam pembuatan selai dan marmalade
yang sama, dimana buah nangka yang adalah gula. Gula berperan dalam
telah dipanen akan mengalami penurunan pembentukan gel. Selain itu, gula juga
mutu karena respirasi, sehingga untuk berfungsu sebagai pengawey alami yang
menanggulangi hal itu, nangka diolah mencegah pertumbuhan kapang pada
menjadi keripik. Selain dalam bentuk produk selai dan marmalade. Selain pectin
keripik, upaya pengawetan buah juga dan gula, bahan lain yang berperan dalam
pembuatan selai dan marmalade adalah
dilakukan dengan cara lain seperti
adanya pengasam. Pengasam ditambahkan
pembuatan manisan buah papaya kering
untuk memperoleh pH di kisaran 2.8-3.4
(Wati dkk, 2016), pembuatan manisan untuk membentuk gel yang konsisten,
nanas (Nofriati, 2013), pembuatan fruit memperkuat rasa buah serta meningkatkan
nilai total asam. Umumnya, pengasam

28
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 2 No 1 Februari 2020
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

yang sering digunakan dalam pembuatan tersebut kemudian diipanaskan pada suhu
selai dan marmalade adalah asam sitrat. 80-1000C selama 22-23 menit. Selai yang
Selain asam sitrat, pengasam lainnya yang sudah jadi, dimasukkan dalam botol yang
dapat ditambahkan dalam produk selai telah di sterilisasi dan disimpan rapat.
maupun marmalade antara lain asam Penelitian mengenai marmalade
malat, asam tartaratm asam laktat, asam jeruk kalamansi yang dilakukan oleh
fumarat ataupun asam fosfat. Desrosier Novita dkk (2017) memiliki metode
(1988) menjelaskan ada 4 substansi sebagai berikut : bahan baku berupa sari
penting dalam pembentukan gel pada sari jeruk murni seberat 200 g,
pembuatan marmalade, yaitu sari buah ditambahkan dengan 100 g air. Kemudian
jeruk, pektin, gula, asam dan air. ditambahkan sukrosa dan pectin. Semua
bahan dihomogenkan, baru kemudian
dilakukan pemanasan pada suhu 700C
Metode selama kurang lebih 20 menit hingga
Dalam penelitiannya, Amelia dkk mengental dan membentuk gel. Analisis
yang dilakukan meliputi kekentalan,daya
(2016) menjelaskan mengenai pembuatan
oles, kadar air, pH, serta total padatan
selai buah jambu biji merah yang telah
terlarut
dilakukannyan antara lain pengupasan biji Adityas dkk (2018) menjelaskan
buah jambu biji merah, penimbangan bahwa untuk mendapatkan marmalade
sebanyak 500 g, pencucian, pengecilan kulit jeruk sunkist dapat dilakukan dengan
ukuran dan penghancuran dengan merebus kulit kulit jeruk Sunkist dengan
menggunakan blender. Kemudian air selama ±20 menit dengan suhu 800 C
dilakukan penambahan air serta hingga teksturnya lunak dan pektinnya
penyaringan dan penambahan asam sitrat keluar. Kemudian dicampur dengan
dan pektin. Setelah itu dilakukan proses potongan buah jeruk sunkist, nanas, gula
pemasakan pada suhu 60-650C selama 3-5 sesuai perlakuan dan air perasan jeruk
menit untuk melarutkan asam sitrat dan nipis. Lalu dipanaskan pada suhu 1050 C
pectin. Tahap selanjutnya penambahan selama ±40 menit sehingga marmalade
mengental. Kemudian marmalade yang
sukrosa serta pemanasan pada suhu 100-
telah mengental dimasukkan ke dalam
1100C selama 20-25 menit sambil
botol steril.
dilakukan pengadukan hingga mengental.
Sesekali dilakukan pengujian kekentalan Pektin
dengan spoon test untuk menentukan
kekentalan. Setelah kekentalan yang Pektin adalah senyawa polimer yang
diinginkan tercapai, selai segera diangkat dapat mengikat air, membentuk gel atau
dan dikemas dalam botol. mengentalkan cairan bersama gula dan
asam (Puspitasari, dkk. 2008). Menurut
Fasogbon et al.(2013) dalam
BPOM (2013) pada proses pembuatan
penelitiannya menggunakan buah nanas
produk pangan, pectin dapat digunakan
yang telah didehidrasi secara osmosis. sesuai kebutuhan produk, tidak terdapat
Langkah pertama yang dilakukan adalah proporsi yang tetap dalam penggunaanya.
melakukan rehidrasi pada potongan nanas Amelia dkk (2016) dalam
kering kemudian dihancurkan dengan penelitiannya menyebutkan jumlah pectin
blender dengan penambahan air dengan akan mempengaruhi daya oles selai jambu
perbandingan 18 g air dan 34 g nanas. biji merah. Konsentrasi pectin yang
Kemudian ditambahkan 65% gula, 0.4% digunakan dalam penelitian tersebuta
pectin, dan 0.4% asam sitrat. Campuran antara lain 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1%. Hasil

29
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 2 No 1 Februari 2020
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

yang diperoleh menunjukkan makin tinggi Novita dkk (2017) dalam


pectin yang ditambahkan makin tinggi penelitiannya menyebutkan penambahan
daya olesnya. Namun konsentasi pectin sukrosa sebanyak 95% signifikan
yang terlalu tinggi akan menyebabkan gel berpengaruh terhadap nilai total padatan
semakin keras sehingga akan sulit untuk terlarut (TPT) marmalade jeruk kalamansi.
dioles. Perlakuan terbaik didapatkan Kehadiran pectin dan sukrosa diduga
dengan penambahan pectin sebesar 1%
menjadi komponen yang menyusun total
yang mengahsilkan daya oles sebesar 2,72.
padatan terlarut.
Penelitian yang dilakukan oleh
Penambahan sukrosa pada
Novita dkk (2017) mengamati karakteristik
pembuatan selai jambu biji merah yang
marmalade jeruk kalamansi dengan kajian
dilakukan oleh Amelia dkk (2016)
konsentrasi pectin dan sukrosa. Dalam
menunjukkan pengaruh yang nyata
penelitian tersebut, dijelaskan bahwa
terhadap nilai kadar air selai yang
perlakuan penambahan pectin berpengaruh
dihasilkan. dalam penelitian ini,
pada kekentalan marmalade. Perlakuan
konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah
terbaik didapatkan dengan penambahan
40%, 50% dan 60%. Perlakuan terbaik
pectin sebesar 2,25%. Pektin berfungsi
didapatkan dari penambahan sukrosa
dalam pembentukan gel, khususnya pada
sebesar 60%. Hal ini disebabkan karena
buah-buahan yang memiliki kandungan
sukrosa bersifat higroskopis (mengkikat
pectin yang rendah, sedangkan air pada
air) sehingga penambahan sukrosa yang
bahan diikat oeh gula sehingga gel
semakin meningkat konsentrasinya
terbentuk dan memberikan kesan kental
menyebabkan terikatnya sebagian besar air
yang baik. (Sundari dan Komari, 2010).
bebas.
Sukrosa
Asam Sitrat
Salah satu bahan yang banyak
Beberapa faktor diketahui
dilibatkan dalam pengawetan dan
mempengaruhi proses pembentukan gel
pembuatan produknmpangan adalah gula.
dengan kekenyalan dan kekuatan tertentu,
Beberapa bentuk gulan yang umum
antara lain: konsentrasi pectin, pH, ipn
dijumpai adalah sukrosa, fruktosa,
kalsium, suhu pemanasan, serta jumlah
glukosa, laktosa, maupun dekstrosa.
sukrosa. Faktor yang mempengaruhi
Fungsi gula pada pembuatan selai
lebarnya kisaran kekentalan larutan pectin
utamanya adalah untuk membentuk tekstur
adalah jumlah pectin, garam serta ukuran
gel yang baik, kenampakan produk yang
menarik serta memberikan rasa dan flavor. rantai asam poligalakturonat (Yulistiani
dkk., 2011). Pada pembuatan selai dan
Gula berperan penting dalam membentuk
marmalade, umumnya ditambahkan
gel karena berinteraksi dengan pectin yang
pengasan salah satunya asam sitrat agar
berasal dari buah-buahan (Yuliani, 2011).
terbentuk gel yang yg konsisten.
Menurut Siregar (2009) penambahan
Winarno et al (1984) menyebutkan
gula akan mempengaruhi keseimbangan
salah satu asidulan yang dapat berperan
pectin dan air, pektin akan menggumpal
sebagai penegas rasa dan mampu
dan membentuk suatu serabut halus,
menyamarkan “after taste” yang kurang
kontinuitas dan kepadatan ditentukan oleh
disukai adalah asam sitrat. Asam sitrat
banyaknya kadar pektin dan gula yang
juga dapat mengatur pH dalam hal ini
digunakan.
menurunkanj pH sehingga dapat mencegah

30
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 2 No 1 Februari 2020
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

aktifnya fenolase dan juga dapat berperan Nanas (Ananas comosus) Dengan
sebagai pengkelat unsur Cu dalam enzim Variasi Penambahan Gula. Jurnal
(Apandi, 1984) JITIPARI Vol 4: 104-111
Pada pembuatan selai tempurung Amelia, O., Astuti, S., & Zulferiyenni.
kelapa yang dilakukan oleh Yuliani 2016. Pengaruh Penambahan Pektin
(2011), asam sirat menunjukkan interaksi dan Sukrosa Terhadap Sifat Kimia
dengan pectin dan menujukkan pengaruh dan Sensori Selai Jambu Biji Merah
pada total gula, kadar pektin, total asam, ( Psidium guajava L.). Prosiding
kadar air, kekentalan, dan derajat Seminar Nasional Pengembangan
keasaman. Perlakuan terbaik pada Teknologi Pertanian Politrknik
penelitian tersebut adalah selai tempurung Negeri Lampung ISBN: 978-602-
kelapa muda dengan penambahan pektin 70530-4-5 hal 149-159
0,75 % dan asam sitrat 0,50 %. Adanya Apandi,M.1984. Teknologi Buah dan
Sayur. Alumni. Bandung
interaksi antara gula dan asam sitrat juga
Badan Pengawas Obat dan Makanan
terjadi pada penelitian mengenai selain
Republik Indonesia. 2013. Peraturan
kulit buah naga merah yang dilakukan oleh BPOM No.202013. Batas
Prasetya (2018). Dalan penelitiannya, Maksimum Penggunaan Bahan
Prasetya (2018) menyebutkan bahwa Tambahan Pangan
perlakuan penambahan gula sebesar 50% Pengemulsi.Jakarta
dan asam sitrat sebesar 0,9% memberikan Beatrice M. Fasogbon, Saka O.
respon terbaik dari segi rasa dan Gbadamosi and Kehinde A. Taiwo.
penerimaan oleh panelis. 2013. Studies on the Chemical and
Sensory
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi
Kesimpulan Pengawetan Pangan. Penerjemah M.
Muljohardjo. UIPress. Jakarta
Pembentukan gel pada selai maupun
Gaffar, R., Lahming, Rais, M. 2017.
marmalade dipengaruhi oleh beberapa Pengaruh Konsntrasi Gula Terhadap
faktor, antara lain kandungan pectin dalam Mutu Selai Kulit Jeruk Bali (Citrus
bahan, konsentrasi sukrosa yang maxima). Jurnal Pendidikan
ditambahkan, serta adanya asam. Pektin Teknologi Pertanian, Vol. 3: S117-
dapat ditambahkan pada buah atau bahan S125
yang kandungan pektinnya rendah. Lastriyanto, A., Sumardi ., R.Y., Melati,
Penambahan pectin, sukrosa dan asam R.M. 2016. Karakterisasi Kimia
dalam konsentrasi tertentu akan Keripik Apel Manalagi Hasil
mempengaruhi karakteristik fisik seperti Penggorengan Vakum Dengan
viskositas dan daya oles, karakter kimiawi Menggunakan Minyak Goreng
seperti kadar air dan nilai total padatan Berulang. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem Vol.
terlarut (TPT) serta mempengaruhi
4 No. 2: 157-172
penerimaan konsumen terhadap produk.
Nofriati, D. 2013. Kajian Pengawetan
Manisan Kering Buah Nanas Ananas
comosus L. Merr) Selama Masa
Daftar Pustaka Penyimpanan. Jurnal Agroindustri
ISSN 2088 – 5369 Vol. 3 No. 2: 77
Adityas, E.W.P., Kurniawati, L., Mustofa,
– 82
A. 2018. Karakteristik Marmalade
Jeruk Sunkist (Caridina propinqua)-

31
Journal of Food Technology and Agroindustry Volume 2 No 1 Februari 2020
P-ISSN: 2656-0623
E-ISSN: 2684-8252

Novita, T., Tutuarima, T. & Suryanto, R. 2018. Rendemen dan Fisiko-


Hasanuddin.2017. Sifat Fisik dan Kimia Keripik Nangka (Arthocarpus
Kimia Marmalade Jeruk Kalamansi sp) Berdasar Masa Masak Optimal
(Citrus microcarpa) : Kajian Buah. Indonesian Green Technology
Konsentrasi Pektin dan Sukrosa. Journal E-ISSN. 2338-1787 ISSN.
Jurnal Eksakta Vol. 18 No. 2 e ISSN 2355-4010: 1-5
2549-7464. Wati, H., Jaya, J. D., Lestari, E. 2016.
Pandiangan, A., Hamzah, F. & Optimasi Manisan Buah Pepaya
Rahmayuni. 2017. Pembuatan Selai Kering. Jurnal Teknologi Agro-
Campuran Buah Pepaya dan Buah Industri ISSN 2407-4624 Vol 3 No.
Terung Belanda. Jom Fakultas 1: 8-21
pertanian Vol. 4 No. 2 Winarno, 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Prasetya, D. N. 2018. Kajian Perbandingan PT. Gramedia Pustaka Utama.
Konsentrasi Gula dan Asam Sitrat Jakarta
Terhadap Sifat Kimia dan Yuliani, H.R. 2011. Karakterisasi Selai
Organoleptik Selai Kulit Buah Naga Tempurung Kelapa Muda. Prosiding
Merah (Hylocereus polyrhizus). Seminar Nasional Teknik Kimia
Skripsi. Universitas Bandar “Kejuangan” Pengembangan
Lampung Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Properties of Jam from Osmotically Sumber Daya Alam Indonesia ISSN
Dehydrated Pineapple Slices. British 1693 – 4393, hal DO 1-6.
Journal of Applied Science & Yulistiani, R., Murtiningsih dan Munifa.
Technology 3(4): 1327-1335 2011. Peran Pektin dan Sukrosa Pada
Puspitasari, D., N., Datti, dan L.,Edahwati. Selai Ubi Jalar Ungu. Jurnal
2008. Pengolahan Sumber Daya Teknologi Pangan 5:114-120.
Alam DanEnergi Terbarukan
(Ektraksi Pektin dari Ampas Nanas).
Surabaya, MakalahSeminar Nasional
Soebardjo Brotohardjono, 18 Juni
2008
Risti, A.P. & Herawati, N. 2017.
Pembuatan Fruit Leather Dari
Campuran Buah Sirsak (Annoma
muricata L.) dan Buah Melon
(Cucumis melo L.). Jom Fakultas
Pertanian, Vol 4 No2: 1-15
Siregar, R., 2009. Pengaruh Konsentrasi
Natrium Benzoat dan Lama
PenyimpananTerhadap Mutu
Marmalade Sirsak (Anona muricata
L). Skripsi.
FakultasPertanian.Universitas
Sumatra Utara, Medan
Sundari, D., dan Komari. 2010. Formulasi
Selai Pisang Raja Bulu Dengan
Tempe Dann DayaSimpannya.
Puslitbang Gizi dan Makanan,
Badan Litbangkes, Kemankes RI.
Vol.33 (1) No. 1 : 93-101.

32

Anda mungkin juga menyukai