Anda di halaman 1dari 2

Rel kereta api pertama kali di jawa

Baru pada tahun 1862 disetujui rencana pembangunan jalan kereta api pertama di Jawa,
yaitu jalur Semarang-Vorstelanden (daerah Kerajaan Yogyakarta dan Surakarta yang ketika itu
merupakan daerah pertanian paling produktif, tapi sekaligus juga paling sulit dijangkau), dan
jalur antara Batavia (Jakarta) – Buitenzorg (Bogor), tempat kedudukan pemerintah Hindia
Belanda dan daerah penghasil teh dan kopi. Kedua jalur ini dibangun dari sebuah perusahaan
swasta, yaitu Nederlandsch – Indische Spoorweg Maatschappj (NIS). Setelah diadakan berbagai
persiapan termasuk bentuk konsesi yang akan diberikan, maka pada hari Jumat tanggal 7 Juni
1864 di Kota Semarang diselenggarakan upacara sebagai tanda pekerjaan pemasangan jalan rel
dimulai. Sebagai puncak upacara ditandai pencangkulan tanah pertama yang dilakukan oleh JAJ
Baron Sloet van den Beele (Subarkah, 1987, halaman 3). Berbagai masalah mewarnai
pembangunan jalan rel ini, baik yang berupa hambatan kondisi alam yang sulit maupun masalah
keuangan, silih berganti muncul.

Meski demikian pada 10 Agustus 1867 jalan kereta api pertama di Indonesia bisa
diresmikan, yaitu dari Samarang sampai ke Tangoeng (sekarang Tanggung, Kabupaten
Grobogan) sejauh sekitar 25 kilometer. Tapi bukan berarti kesulitan telah bisa diatasi. Bahkan
tidak lama kemudian pekerjaan terpaksa dihentikan, karena Algemene Maatschappj voor Handel
en Nijverheld Amsetrdam, pemegang saham utama NIS, mengalami kesulitan keuangan dan
nyaris bangkrut. Pembangunan baru bisa dilanjutkan lagi setelah pemerintah turun tangan
memberikan pinjaman lunak. Stasiun pertama NIS di Semarang berada di Tambaksasi
(Kemijen), bernama Stasiun Samarang di dekat Pelabuhan Semarang. Stasiun Tambaksari ini
adalah stasiun ujung, atau dalam bahasa Belanda disebut kopstation. Tahun 1914 stasiun
Tambaksari dibongkar untuk memungkinkan pembangunan jalan rel ke stasiun NIS yang baru di
Tawang. Sebagian bangunan stasiun Tambaksari masih dipakai untuk gudang, sehingga
kemudian dikenal sebagai stasiun Semarang Gudang.

Kedua jalur ini dibangun dari sebuah perusahaan swasta, yaitu Nederlandsch – Indische
Spoorweg Maatschappj (NIS). Setelah diadakan berbagai persiapan termasuk bentuk konsesi
yang akan diberikan, maka pada hari Jumat tanggal 7 Juni 1864 di Kota Semarang
diselenggarakan upacara sebagai tanda pekerjaan pemasangan jalan rel dimulai. Sebagai puncak
upacara ditandai pencangkulan tanah pertama yang dilakukan oleh JAJ Baron Sloet van den
Beele (Subarkah, 1987, halaman 3). Berbagai masalah mewarnai pembangunan jalan rel ini, baik
yang berupa hambatan kondisi alam yang sulit maupun masalah keuangan, silih berganti muncul.

Meski demikian pada 10 Agustus 1867 jalan kereta api pertama di Indonesia bisa
diresmikan, yaitu dari Samarang sampai ke Tangoeng (sekarang Tanggung, Kabupaten
Grobogan) sejauh sekitar 25 kilometer. Tapi bukan berarti kesulitan telah bisa diatasi. Bahkan
tidak lama kemudian pekerjaan terpaksa dihentikan, karena Algemene Maatschappj voor Handel
en Nijverheld Amsetrdam, pemegang saham utama NIS, mengalami kesulitan keuangan dan
nyaris bangkrut. Pembangunan baru bisa dilanjutkan lagi setelah pemerintah turun tangan
memberikan pinjaman lunak.
Stasiun pertama NIS di Semarang berada di Tambaksasi (Kemijen), bernama Stasiun
Samarang di dekat Pelabuhan Semarang. Stasiun Tambaksari ini adalah stasiun ujung, atau
dalam bahasa Belanda disebut kopstation. Tahun 1914 stasiun Tambaksari dibongkar untuk
memungkinkan pembangunan jalan rel ke stasiun NIS yang baru di Tawang. Sebagian bangunan
stasiun Tambaksari masih dipakai untuk gudang, sehingga kemudian dikenal sebagai stasiun
Semarang Gudang.

Dengan berbagai masalah yang timbul, akhirnya pada 10 Februari 1870 selesailah jalur
sampai ke Solo, setahun kemudian pembangunan jalan rel telah sampai ke Yogyakarta.
Akhirnya, pada 21 Mei 1873 jalur Semarang-Surakarta-Yogyakarta, termasuk cabang
Kedungjati-Willem I (Ambarawa) diresmikan pemakainnya. Pada tahun itu selesai pula alur
Batavia-Buitenzorg.
Melihat besarnya kesulitan yang dihadapi NIS, tidak ada investor yang tertarik untuk
membangun jalan kereta api. Terpaksa pemerintah terjun langsung. Pemerintah mendirikan
perusahaan Staat Spoorwagen (SS). Jalur rel pertama yang di bangun oleh SS adalah antara
Surabaya-Pasuruan sepanjang 115 kilometer yang diresmikan pada 16 Mei 1878.

Setelah NIS maupun SS kemudian terbukti mampu meraih laba, bermunculan belasan
perusahaan-perusahaan kereta api swasta besar maupun kecil. Umumnya mereka membangun
jalan rel ringan atau tramwagen yang biaya pembangunannya lebih murah. Tramwagen biasanya
di bangun di sisi jalan raya. Dan karena konstruksinya yang ringan, kecepatan kereta api tidak
bisa lebih dari 35 kilometer per jam. Di antara perusahaan-perusahaan tersebut yang mempunyai
jaringan terpanjang adalah Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) sepanjang 417
kilometer dan Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) sepanjang 373 kilometer.
Yang terpendek adalah Poerwodadi-Goendih Stoomtram Maatschappj (PGSM) yang hanya
mempunyai jaringan sepanjang 17 kilometer.

Keberhasilan swasta, NV NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang


kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang – Surakarta (110
kilometer), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya.
Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864-1900 tumbuh dengan
pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 kilometer, tahun 1870 menjadi 110 kilometer, tahun 1880
mencapai 405 kilometer, tahun 1890 menjadi 1427 kilometer dan pada tahun 1900 menjadi 3338
kilometer.

Sumber : sejarahunik.net/sejarah/bagaimana-sejarah-kereta-api-indonesia

Anda mungkin juga menyukai