Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAHASA BAKU DAN BAHASA NONBAKU

Dosen Pengampu : Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd

DIUSUN OLEH :

ACHMAD RAIALDINO ZEBUA (7203540012)

MAULINDA SAFITRI (7201240014)

NAZWA MUTIA (7203540015)

NOVA KHAIRUNISA PUTRI (7203240011)

ROY KRISTANTO LUMBAN TOBING (7203240045)

PRODI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
kami berjudul “Bahasa Baku Dan Bahasa NonBaku ".
Adapun makalah tentang "Bahasa Baku Dan Bahasa NonBaku" ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga
dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang "Bahasa Baku Dan
Bahasa NonBaku" ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran akan kami terima untuk perbaikan makalah ini
agar lebih baik kedepannya.

Medan, September 2021

Penulis,
Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan

Bab II PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa baku


B. Pengertian bahasa nonbaku
C. Pengertian bahasa Indonesia baku dan nonbaku
D. Ciri-ciri bahasa baku dan nonbaku
E. Pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar

Bab III PENUTUP

Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh
masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal bakal
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara berawal dari pernyataaan sikap
politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah pemuda. Menurut Sugono (2007) sikap politik
pemuda nusantara yang menyatakan “memjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia “
merupakan pengakuan terhadap banyaknya bahasa di Indonesia sebanyak 746 bahasa. Dalam
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi
antar etnik yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa
Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnik di
Indonesia.

Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara yang ditetapkan sehari setelah
hari proklamasi kemerdekaan republik Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam pasal 36
UUD 1945, sejak saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan dalam
mengelola Negara dalam situasi formal, seperti interaksi di kantor-kantor, di sekolah-sekolah,
pidato dan ceramah serta secara tertulis dalam buku. Namun tidak semua orang menggunakan
tatacara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu
sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku
cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa
Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam
bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan
standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia.

Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah
tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah
bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat
bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi
resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita
berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).

Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak
berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan
bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas
tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa nonbaku, pengertian bahasa Indonesia
baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa nonbaku, serta pemakaian bahasa Indonesia dengan
baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut ;
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
2. Apa yang dimaksud dengan bahasa non-baku?
3. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
4. Apa ciri-ciri bahasa baku dan bahasa non-baku?
5. Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?

C. Tujuan Penulisan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk


1. Mengetahui pengertian dari bahasa baku.
2. Mengetahui pengertian bahasa non-baku.
3. Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
4. Dapat menjelaskan cirri-ciri bahasa baku dan bahasa non-baku.
5. Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BAHASA BAKU


Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan
fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang
paling betul” bagi sesuatu bahasa.

Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dan penggunaannya.

Hartmann dan Stork (1972: 218) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa secara
sosial lebih digandrungi, seringkali lebih berdasarkan pada ujaran orang-orang yang
berpendidikan di dalam dan di sekitar pusat kebudayaan dan politik suatu masyarakat.

Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa
yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati
penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.

Bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran,
atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk
memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang
saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya
dibahas di bawah ini.

Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan
sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di
dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah
ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman
tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan
juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode
kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah
setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi
pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan
ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian
kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.

Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa
baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa
baku.

Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan olehmasyarakat secara
luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode
pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris
dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius
Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa
yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat
secara luas.

Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian bahwa
bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan
dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa
rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf berpengertian
bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk
seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).

Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran
teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan
kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah
kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan zaman.Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.

B. PENGERTIAN BAHASA NON-BAKU

Istilah bahasa nonbaku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa
nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”,
“ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.

Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu
variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai
kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai
oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).

Bahasa nonbaku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda
pelafalan, tata bhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi
dalam Barus 2014:7)

Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang
berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan
tidak resmi.

C. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA BAKU


Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya
telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat
Indonesia secara luas.

Contoh pada Undang-undang dasar :


Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan bahasa baku, dan
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.

Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi,
tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi
dipakai oleh masyarakat secara khusus.

D. CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA BAKU DAN NONBAKU

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia nonbaku telah dibuat oleh para pakar
bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana,
Anton M. Moeliono, dan Suwito.

Ciri-ciri bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia nonbaku itu dibeberkan di bawah ini setelah
merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:

(1) Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang
relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
BAHASA BAKU BAHASA NON BAKU
Atap Atep
Kalau Kalo
Habis Abis
Senin Senen
Mantep Mantep
Hilang Ilang
Dalam Dalem
(2) Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi
bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu. Kuliah sudah berjalan dengan
baik.
(3) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.

(4) Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.

(5) Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.

(6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat. Mereka-
mereka itu harus diawasi setiap saat. Semua negara-negara melaksanakan pembangunan
ekonomi. Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.

(7)Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.

(8) Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia terima.

(9) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
saudaranya dikomentari mengotori harganya

(10) Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya: Kepala Kantor pergi keluar negeri. Rumah orang itu bagus.

(11) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis ataudiucapkan secara jelas dan
tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data
dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.

(12) Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi,
tidak begini, begitu, silakan.
(13) Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik
kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

(14) Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan
Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).

E. PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku
adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian bahasa Indonesia
baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal
bahasa baku. Sebaliknya pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah
pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku,
melainkan kaidah gramatikal bahasa nonbaku.

Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang
sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Pemakaian bahasa Indonesia
nonbaku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri
kode bahasa Indonesia nonbaku. Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia
baik baku maupun nonbaku saling mendukung saling berkait. Konsep yang benar adalah
pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Kita harus
memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh karena itu, unsur
umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak
sasaran kita tidak boleh diabaikan.

Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Ada empat hal
yang harus diperhatikan, yaitu: tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan
atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulisan.
Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa
pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain
dengan bahasa.

Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar:


1. Tata bunyi (fonologi), misalnya bunyi f,v,dan z. contao kata-kata yang benar adalah fajar,
motif, aktif, variabel, vitamin,devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel,
pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalh lafal juga termasuk aspek tata bunyi. Pelafalan yang
benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.
2. Tata bahasa (kata dan kalimat) misalnya, bentuk kata yang benar adalah ubah, mencari,
terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawabkan, bukan obah, rubah, robah, nyari,
kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. 3. Aspek kosa kata (termasuk istilah),
kata-kata seperti bilang, kasih, entar, dan udah lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan,
memberi, sebentar dan sudah dalam penggunaan bahasa yang benar. Dalam peristilahan,
istilah dampak (impact), bandar udara, keluaran (output) dipilih sebagai istilah yang benar
daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil.
4. Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, system, objek, jadwal, kualitas, dan
hierarki.
5. Dari segi maknanya, penggunaan bahas ayang benar bertalian dengan ketepatan
menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam bahasa ilmu tidak
tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan).
BAB III
PENUTUP KESIMPULAN

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan
dasar ukuran atau yang dijadikan standar,digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif
karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik
karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan,
secara tertulis maupun terucap. Bahasa nonbaku adalah ragam yang berkode bahasa yang
berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa
nonbaku sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dll.

Anda mungkin juga menyukai