DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 (KELAS REGULER)
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis Kompetensi,
Ibu DR. Mumun Mulyati, MM.Pd pada Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam Pasca Sarjana Universitas Attahiriyah Jakarta. Selain itu, makalah ini untuk
menambah wawasan tentang Managemen Kurikulum dan Manajemen
Hubungan Masyarakat dengan Lembaga Sekolah bagi para pembaca dan
juga tim penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen DR. Mumun Mulyati,
MM.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada
bidang studi yang saat ini kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di kelompok 2
yang telah berusaha semaksimal mungkin, bekerja sama dalam penyelesaian
makalah ini ditengah segala aktifitas dan rutinitas pribadi yang juga tak kalah
penting, hanya dari Allah jualah segala kekuatan dan kemudahan sehingga
makalah ini bisa terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan penulisan berikutnya.
Tim Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................2
BAB IV PENUTUP...............................................................................................
A. Kesimpulan 25
B. Saran-saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
telah merumuskan Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial
mengajar untuk memudahkan pendidik menerapkan Kompetensi Pedagogik,
Kepribadian, Profesional, dan Sosial Kompetensi Pedagogik, Kepribadian,
Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial yang sudah
ditemukan oleh para ahli.
Maka, makalah ini menjelaskan tentang peran dan tugas kepala sekolah
dalam manajemen berbasis kompetensi serta peran dan tugas guru serta
karakteristik Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial
sebagai bagian dari sisstem pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepala sekolah?
2. Bagaimana kompetensi kepala sekolah?
3. Bagaimana tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen
berbasis kompetensi?
4. Apa pengertian peran dan tugas guru?
5. Bagaimana peran dan tugas serta karakteristik guru dalam
Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial?
2
Secara umum, makalah ini membahas tentang Peran dan Tugas Kepala
Sekolah dalam Manajemen Berbasis Kompetensi dan Peran dan Tugas Guru
dalam Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial agar
mendapatkan manfaat dan pengetahuan tentang Kompetensi Pedagogik,
Kepribadian, Profesional, dan Sosial bagi yang membacanya terutama di
kalangan mahasiswa karena makalah ini akan menjadi bahan kajian mata kuliah
Manajemen Pendidikan Berbasis Kompetensi.
3
BAB II
Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala
sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik. Di
sini berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai
tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran
atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berarti
kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan
dan tenaga pendidik.
1
B. Kompetensi Kepala Sekolah
Selain itu, menurut Mulyono (2008; 153) mengatakan bahwa kepala sekolah
harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimiliki antara lain adalah:
2
6. Memimpin sekolah
7. Mengembangkan budaya sekolah
8. Memiliki dan melaksanakan kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan
9. Mengembangkan diri
10. Menyusun dan melaksanakan regulasi sekolah
11. Memberdayakan sumber daya sekolah
12. Melakukan koordinasi/ penyerasian
13. Mengambil keputusan secara terampil
14. Melakukan monitoring dan evaluasi
15. Menyiapkan, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil akreditasi
16. Membuat laporan akuntabilitas sekolah
17. Melaksanakan supervisi/ penyeliaan
3
Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat
tujuh peran kepala sekolah yaitu educator (pendidik), manajer, administrator,
supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja, dan wirausahawan.
Maka hal yang perlu diperhatikan oleh seorang kepala sekolah sebagai
pendidik mencakup dua hal pokok yaitu sasaran atau kepada siapa
perilaku sebagai pendidik itu diarahkan dan bagaimana peranan
sebagai pendidik itu dilaksanakan. Oleh karena itu ada tiga yang
menjadi sasaran utamanya yaitu para guru atau tenaga fungsional
yang lain, tenaga administratif (staf) dan para siswa atau peserta didik.
Disamping ketiga sasaran utama pelaksanaan peranan kepala sekolah
sebagai pendidik, terdapat pula kelompok sasaran lain yang tidak
kalah pentingnya yaitu organisasi orang tua siswa, organisasi siswa,
dan organisasi para guru. Keberadaan organisasi orang tua siswa
lebih banyak diperlukan untuk membantu dan mengatasi keperluan
berbagai sumber daya dalam membina kehidupan kepala sekolah,
4
baik berupa dana, sarana, jasa maupun pemikiran-pemikiran juga
membantu pelaksanaan pembinaan kesiswaan, khususnya
pelaksanaan program-program diluar kurikuler. Organisasi siswa
diperlukan dalam usaha memberikan wadah bagi para siswa dalam
menumbuhkan dan mengembangkan berbagai minat, bakat, dan
kreativitas melalui program-program kokurikuler, maupun diluar
kurikuler serta dalam usaha menunjang keberhasilan program
kurikuler. Organisasi guru sebenarnya merupakan organisasi profesi,
sebab didalam organisasi terhimpun para guru yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang sama. Sebagai organisasi profesi ada dua
hal pokok yang sangat penting menjadi acuan, yaitu sebagai salah
satu wadah pembinaan dan pengembangan profesi sesuai dengan
bidangnya.
- Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work with
and through other people).
- Kepala sekolah bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan (responsible and accountable).
- Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang Kepala sekolah
harus mampu menghadapi berbagai persoalan (managers balance
competing goals and set priorities).
- Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan konsepsional
(must think analytically and conceptionally).
- Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators).
- Kepala sekolah sebagai politisi (politicians)
- Kepala sekolah adalah seorang diplomat.
- Kepala sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan yang sulit
(make difficult decisions).
5
3. Kepala sekolah sebagai pemimpin
6
- Berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan
menggerakkan semangat baru guru, staf dan siswa dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan;
- Dapat menciptakan rasa aman didalam lingkungan sekolah agar
guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman;
- Menjadi teladan dalam hal sikap dan penampilan;
- Selalu memberikan penghargaan terhadap guru, staf dan siswa
yang berprestasi.
Menurut Gorton (Sagala, 2009) bagi kepala sekolah ada tiga alasan
penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam memberikan
pelayanan pendidikan yaitu:
7
- menyelenggarakan program latihan berkesinambungan bagi guru-
guru;
- mengusahakan alat-alat yang bermutu dan mencukupi bagi
pembelajaran;
- membangkitkan dan memotivasi kegairahan guru yang kuat untuk
mencapai prestasi kerja yang maksimal;
- membangun hubungan yang baik dan kerjasama antara sekolah,
lembaga social dan instansi terkait serta masyarakat.
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru
lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang
disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu,
dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif,
kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
8
tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam
penyusunan tujuan tersebut,
- para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap
pekerjaannya,
- pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan,
- usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru,
sehingga memperoleh kepuasan
Dampak dari tugas dan peran kepala sekolah yang juga harus dipahami
dipahami adalah kepala sekolah harus mampu melihat kinerjanya dalam
memahami dan menghayati Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan
melaksanakannya secara tepat, serta memahami lingkungan sekolah
sebagai bagian dari sistem sekolah yang bersifat terbuka.
Tugas dan peran kepala sekolah lainnya menurut Glickman, Stephen, and
Jovita (Glatthorn, 2006: 232) yaitu berhubungan dengan guru yaitu
membantu mengembangkan kompetensi guru. Ada empat cara membantu
guru untuk meningkatkan kompetensinya yaitu; menawarkan bantuan secara
langsung, memberikan service pendidikan, bekerja dengan guru dalam
mengembangkan kurikulum, dan membantu guru dalam melakukan
penelitian tindakan kelas.
Selain itu kepala sekolah berperan dalam hal pengambilan keputusan yang
berkenaan dengan pengembangan sekolah. Ada tujuh langkah yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin dalam hal pengambilan keputusan, yaitu;
9
Langkah 1: Mengenali, mendefinisikan, dan membatasi kebutuhan
Langkah 5: Merumuskan, memilih, dan menguji satu atau lebih cara untuk
memenuhi kebutuhan
BAB III
10
A. Pengertian Peran dan Tugas Guru
1. Peran Guru
Arti peran dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah pemain
sandiwara (film): -utama.1 Suparlan (dalam Ahmad Sopian : 2016) Guru
memilki satu kesatuan peran dan fungsi yang tak terpisahkan, antara
kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat
kemampuan tersebut merupakan kemampuan integrativ, yang satu sama
lain tak dapat dipisahkan dengan yang lain.2
Secara komprehensif sebenarnya guru harus memiliki keempat
kemampuan tersebut secara utuh. Meskipun kemampuan mendidik harus
lebih dominan dibandingkan dengan kemampuan yang lainnya. Dari sisi
lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal dengan
EMASLIMDEF (educator, manager, administrator, supervisor, leader,
innovator, dinamisator, evaluator, dan fasilitator). EMASLIM lebih
merupakan peran kepala sekolah. Akan tetapi, dalam skala mikro di
kelas, peran itu juga harus dimiliki oleh para guru.
Educator merupakan peran yang utama dan terutama, khususnya
untuk pesertadidik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Peran
ini lebih tampak sebagaiteladan bagi peserta didik, sebagai role model,
memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku, dan membentuk
kepribadian peserta didik. Sebagai manager, pendidik memiliki peran
untuk menegakkan ketentuan dan tata tertib yang telah disepakati
bersama di sekolah, memberikan arahan atau rambu-rambu ketentuan
agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
oleh warga sekolah.
Sebagai administrator, guru memiliki peran untuk melaksanakan
administrasi sekolah, seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar
nilai, buku rapor, administrasi kurikulum, administrasi penilaian dan
sebagainya. Bahkan secara administrative para guru juga sebaiknya
memiliki rencana mengajar, program smester dan program tahunan, dan
1
Kamus Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) halaman 1155
2
Tugas, Peran dan Fungsi Guru dalam Pendidikan Ahmad Sopian, RAUDHAH Proud To Be Professionals
JurnalTarbiyahIslamiyah
Volume 1 Nomor 1 Edisi Juni 2016, hal 90
11
yang paling penting adalah menyampaikan rapor atau laporan pendidikan
kepada orang tua siswa dan masyarakat. Peran guru sebagai supervisor
terkait dengan pemberian bimbingan dan pengawasan kepada peserta
didik, memahami permasalahan yang dihadapi peserta didik, menemukan
permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran, dan akhirnya
memberikan jalan keluar pemecahan masalahnya.
Peran sebagai leader bagi guru lebih tepat dibandingkan dengan
peran sebagai manager. Karena manager bersifat kaku dengan ketentuan
yang ada. Dari aspek penegakan disiplin misalnya, guru lebih
menekankan disiplin mati. Sementara itu, sebagai leader guru lebih
memberikan kebebasan secara bertanggung jawab kepada peserta didik.
Dengan demikian, disiplin yang telah ditegakkan oleh guru dari peran
sebagai leader ini adalah disiplin hidup.
Dalam melaksanakan peran sebagai innovator, seorang guru
harus memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk menambah
pengetahuan dan keterampilannya sebagai guru. Tanpa adanya
semangat belajar yang tinggi, mustahil bagi guru dapat menghasilkan
inovasi-inovasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran
di sekolah. Adapun peran sebagai motivator terkait dengan peran sebagai
educator dan supervisor. Untuk meningkatkan semangat dan gairah
belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik
motivasi dari dalam dirinya sendiri (intrisik) maupun dari luar (ekstrinsik),
yang utamanya berasal dari gurunya sendiri3
Menurut Djamarah seperti dikutip HA Ametembun dalam Akmal
Hawi, guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid baik secara individual maupun klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.4
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
pendidikan. Terlebih lagi dalam lingkup pendidikan formal yang
dibutuhkan kehadiran seorang guru untuk mendidik peserta didik.
2. Tugas Guru
3
Ibid hal 91
4
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers : 2014) halaman 9
12
Arti tugas dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah yang
wajib dikerjakan atau yg ditentukan untuk dilakukan; pekerjaan yg
menjadi tanggung jawab seseorang; pekerjaan yg dibebankan.
Hamalik dalam Bahar, mengatakan bahwa menjadi guru adalah
suatu pekerjaan profesional, jabatan guru memerlukan keahlian khusus
yang menuntut seorang guru itu harus menguasai seluk-beluk pendidikan
dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, supaya dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dan secara otomatis akan mampu menghasilkan
output yang baik.5
Para ahli pendidikan, khususnya yang tergabung dalam tim
perumus Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad
ke-21 (SPTK-21) pada tahun 2002, merumuskan beberapa tugas
operasional konkret guru sebagai berikut:
1. Menjabarkan kebijakan dan landasan pendidikan dalam wujud
perencanaan pembelajaran di kelas dan luar kelas.
2. Mengaplikasikan komponen-komponen pembelajaran sebagai suatu
sistem dalam proses pembelajaran.
3. Melakukan komunikasi dalam komunitas profesi, sosial dan
memfasilitasi pembelajaran masyarakat.
4. Mengelola kelas dengan pendekatan dan prosedur yang tepat dan
relevan dengan karakteristik peserta didik.
5. Meneliti, mengembangkan, berinovasi di bidang pendidikan dan
pembelajaran dan mampu memanfaatkan hasilnya untuk pengembangan
profesi.
6. Melaksanakan fungsinya sebagai pendidik untuk menghasilkan lulusan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika, kesatuan dan nilai luhur bangsa,
masyarakat dan agama.
7. Melaksanakan fungsi dan program bimbingan dan konseling dan
administrasi pendidikan.
5
Dr. Hj. Munirah, M.Pd, MENJADI GURU BERETIKA DAN PROFESIONAL (Sumatera Barat : Insan Cendekia Mandiri : 2020)
halaman halaman 71
13
8. Mengembangkan diri dalam wawasan, sikap dan keterampilan profesi.
Memanfaatkan teknologi, lingkungan, budaya dan sosial serta lingkungan
alam dalam mengembangkan proses pembelajaran.6
Berdasarkan informasi tersebut bahwa tugas guru sangat
kompleks dan berat. Karena seorang guru harus memiliki keterampilan
khusus dalam menjalankan pekerjaannya.
6
Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. dkk, Profesi Kependidikan: “Perspektif Guru Profesional” (Jakarta : Rajawali Pers :
2015) halaman 23
7
Dr. Hj. Munirah, M.Pd, MENJADI GURU BERETIKA DAN PROFESIONAL (Sumatera Barat : Insan Cendekia Mandiri : 2020)
halaman halaman 132
14
tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Peters, mengemukakan bahwa tugas dan tanggung jawab guru
yaitu sebagai berikut: a) Guru sebagai pengajar,
b) Guru sebagai pembimbing, dan,
c) Guru sebagai administrator.8
Menurut Shabir (Dalam Munirah : 2020) Tugas guru sebagai suatu
profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik,
mengajar, dan melatih, peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu
profesi. Tugas guru sebagai pendidik berati meneruskan dan
mengembangkan nilai hidup kepada peserta didik. Tugas guru sebagai
mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi kepada peserta didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti
mengembangkan kepelatihan dan menerapkannya demi masa depan
peserta didik.
Secara lebih terinci tugas guru berpusat pada:
1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian
tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai.
3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti, sikap, nilai-nilai
dan penyesuaian diri. Demikianlah dalam proses pembelajaran, guru
tidak terbatas sebagai penyampaian ilmu pengetahuan akan tetapi lebih
dari itu, ia bertanggung jawab akan seluruh perkembangan kepribadian
siswa. Ia harus menciptakan proses pembelajaran yang sedemikian rupa
sehingga dapat merangsang siswa untuk dapat belajar aktif dan dinamis
dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.9
8
Dr. Hj. Munirah, M.Pd, MENJADI GURU BERETIKA DAN PROFESIONAL (Sumatera Barat : Insan Cendekia Mandiri : 2020)
halaman halaman 61
9
Ibid halaman 120
15
2. Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Kompetensi
profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
NasionalPendidikan.10
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (UU
No. 14 Tahun 2005, Bab I Pasal 1) Keberadaan guru yang profesional
merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi guna
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing
dengan negara-negara maju lainnya. Hampir semua bangsa di dunia
ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong terciptanya
guru yang kompeten dan berkualitas. Salah satu indikator guru
profesional adalah guru yang mampu beradaptasi dengan
perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin canggih. Selain
itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu
menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan
waktu dan kebutuhan peserta didik. Penerapan pola ini akan
menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar, rileks dalam
mengajar, yang pada akhirnya akan menghasilkan proses
pembelajaran yang berkualitas termasuk peserta didik yang
berprestasi.
Menurut pandangan tradisional guru adalah seorang yang
berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru
adalah orang yang layak digugukan dan ditiru. Guru adalah orang
10
Andi Abd. Muis, IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH (Gowa :
Panrita Global Media : 2014) halaman 97
16
yang pekerjaannya mengajar. Pendapat lain menyatakan bahwa guru
pada hakikatnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul berat
tanggung jawab kemanusiaan, khususnya berkaitan dengan proses
pendidikan generasi penerus bangsa menuju gerbang pencerahan
dalam melepaskan diri dari belenggu kebodohan. Trianto,
mengemukakan bahwa betapa berat tugas dan kewajiban yang harus
diemban oleh guru tersebut sehingga menuntut profesionalitas dalam
proses pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Syafaruddin Nurdin,
menyebutkan bahwa guru adalah seorang tenaga profesioanal yang
dapat menjadikan peserta didiknya mampu merencanakan,
menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dari
beberapa uraian tersebut tergambar bahwa menjadi seorang guru
tidaklah mudah.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pada
pendidik profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Guru juga dapat diartikan dengan digugu
dan ditiru setiap ucapan, tindakan ataupun tingkah lakunya sebagai
suatu pedoman atau penuntun pada setiap peserta didik baik di
lingkungan sekolah ataupun di lingkungan keluarga dan juga di
masyarakat. Profesional adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi. Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian,
tanggung jawab, rasa kesejawatan dan piawai dalam melaksanakan
profesinya.
Profesi berasal dari bahasa latin “proffesio” yang mempunyai
dua pengertian, yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat
dalam pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan “apa saja” dan
“siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu
keahlian tertentu. Dalam arti sempit, profesi berarti kegiatan yang
dijalankan berdasarkan keahlian dan dituntut pelaksanaan norma
sosial dengan baik. Profesionalisme adalah seorang guru, yang ahli
17
dalam bidang keilmuan yang dikuasainya, dituntut bukan hanya
sekadar mampu menstransfer keilmuan ke dalam diri peserta didik,
tetapi juga mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri
peserta didik. Profesionalisme terdiri atas pengetahuan dan
pemahaman mengenai sikap terhadap profesi. Ketiganya diperoleh
melalui pendidikan profesi dan sikap profesional ini mulai terbentuk
selama yang bersangkutan mengikuti pendidikan profesionalnya.
Kualitas profesionalisme ditunjukkan dalam lima unjuk kerja sebagai
berikut: (1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang
mendekati standar ideal; (2) meningkatkan dan memelihara citra
profesi; (3) keinginan untuk mengejar kesempatan pengembangan
profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas
pengetahuan dan keterampilan; (4) mengejar kualitasdan cita-cita
profesi; dan (5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya.32
Sebagai guru profesional, guru berkewajiban untuk terus
mempertahankan profesionalitasnya sebagai guru. Pembinaan profesi
guru secara terus menerus (continous professional development)
menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu kelompok kerja
guru (KKG) untuk tingkat SD dan Musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) untuk tingkat sekolah menengah. Aktivitas guru di
KKG/MGMP tidak saja untuk menyelesaikan persoalan pengajaran
yang dialami guru dan berbagai pengalaman mengajar antar guru,
tetapi dengan strategi mengembangkan kontak akdemik dan
11
melakukan refleksi diri.
Karakter Guru Profesional
Untuk menjadi guru yang profesional tentulah harus memiliki
karakter sebagai berikut: 1) Memiliki kadar pengetahuan yang maju di
mata pelajaran spesialisasinya; 2) Berpengalaman mengajar; 3)
Ucapannya jelas; 4) Antusias; 5) Peduli; 6) Ceria dan santai; 7) Siap
bekerja sama dengan guru lain maupun orang tua siswa; 8) Berniat
memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan pendidikan; 9)
Kelasnya secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu
11
Dr. Hj. Munirah, M.Pd, MENJADI GURU BERETIKA DAN PROFESIONAL (Sumatera Barat : Insan Cendekia Mandiri : 2020)
halaman halaman 49-52
18
mengajar; 10) sesedikit mungkin; 11) Masuk kelas dalam keadaan
siap; 12) Dorongan positif; 13) Memonitor dan menangani gangguan
di kelas; 14) Mendisiplinkan siswa secara adil dan wajar; 15)
Menyampaikan suatu tingkat perencanaan dan organisasi yang
tinggi.12
3. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik dalam Kamus besar bahasa Indonesia berarti ilmu
pendidikan atau ilmu pengajaran.70 Saudagar dan Idrus dalam Rifma
menyatakan pedegogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang
ruang ringkupnya terbatas pada hubungan edukatif antara pendidik
dengan peserta didik. Hoogveld dalam Sadulloh pedagogik adalah
ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan
tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan
tugas hidupnya. Kompetensi pedagogikmerupakan salah satu jenis
kompetensi yang mutlak perlu dikuasi guru. Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta
didik. Kompetensi pedagogik itu yang membedakan guru dengan
profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan
hasil pembelajaran peserta didik.
Menurut M. Gorky Sembiring dalam Munirah menyebutkan
bahwa Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran untuk kepentingan peerta didik.
Setidaknya harus meliputi pemahaman wawasan atau landasan
kepemimpinan dan pemahaman terhadap peserta didik. Selain itu
juga meliputi kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan
silabus termasuk perancangan dan pelaksanaan pembelajaran
peserta didik serta dialogis. Ada pemanfaatan teknologi
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik di dalamnya. Hal ini dimaksudkan demi mengaktualisasikan
semua potensi yang dimiliki oleh guru untuk kepentingan pencapaian
tujuan pembelajaran.13
12
Ibid halaman 52-53
13
Dr. Hj. Munirah, M.Pd, MENJADI GURU BERETIKA DAN PROFESIONAL (Sumatera Barat : Insan Cendekia Mandiri : 2020)
halaman halaman 134
19
4. Kompetensi Kepribadian
Dalam pengertian terminologis, Muhammad Abdul Khaliq
sebagaimana dikutip oleh Chaerul Rochman dalam Munirah
menyebutkan bahwa yang disebut kepribadian adalah majmū’ah ash-
shifah al-‘aqliyyah wa al-khulqiyyah al-latī yamtazu bihā asy-syakhshu
‘an ghairih (sekumpulan sifat yang bersifat aqliyah dan perilaku yang
dapat membedakan seseorang dengan orang lain). Dalam pengertian
lain, kepribadian sering dimaknai sebagai personality is your effect
upon other people yakni pengaruh seseorang kepada orang lain.
Berdasarkan pengertian ini, orang yang besar pengaruhnya disebut
berkepribadian. Pengaruh tersebut dapat dilatarbelakangi oleh ilmu
pengetahuannya, kekuasaannya, kedudukannya, atau karena
popularitasnya, dan lain sebagainya. Sedangkan kompetensi diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lain dari
kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam
pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh
lapangan.14
Muyasa dalam Munirah menyebutkan Adapun yang berkaitan
dengan kompetensi kepribadian guru, sebagaimana dinyatakan dalam
Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir B, dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia.
Pemilikan sifat-sifat kepribadian yang dimaksud yaitu (a) berakhlak
mulia, (b) arif dan bijaksana, (c) mantap, (d) berwibawa, (e) stabil, (f)
dewasa, (g) jujur, (h) menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, (i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (j)
mau dan siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru yaitu: a) Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaaan
nasional Indonesia; b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
14
Ibid halaman 146-147
20
berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; c)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa; d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; e)
Menjunjung kode etik profesi guru.15
21
keterbukaan psikologis dalam kontinum tersebut. Sebagai fasilitator
pembelajaran, guru harus terbuka dalam pikiran maupun tindakannya,
karena ia senantiasa akan berinteraksi dengan siswa sebagai pribadi.
Proses pembelajaran yang efektif menuntut adanya pemahaman yang
mendalam terhadap siswa serta terciptanya suasana hubungan
pedagogis yang mendorong siswa untuk mengembangkan diri.
22
material yang bersifat statis. Sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1
kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar.17
Hujair A. Sanaky menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah
perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta
tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial mencakup
kemampuan interaktif dan pemecahan masalah kehidupan sosial.93
Mulyasa mengatakan kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan pesrta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.18
17
Ibid halaman 162
18
Ibid halaman 163
23
a) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun
agama;
b) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi;
c) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi;
d) Memiliki pengetahuan tentang estetika;
e) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial;
f) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan
pekerjaan;
g) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
kepala sekolah. (Sudarman 2002: 145). Meskipun sebagai guru yang mendapat
tugas tambahan, kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung
jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendidikan yang inovatif di
sekolah. Secara umum tugas dan peran kepala sekolah memiliki 5 dimensi
kompetensi sebagaimana termaktub pada Peraturan Menteri Pendidikan
19
Ibid halaman 163-164
24
Nasional no. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan kompetensi
sosial.
Seorang kepala sekolah jika memahami betul apa yang menjadi tugas
dan perannya disekolah, maka ia akan mudah menjalankan tugasnya, terutama
berkenaan dengan manajemen sekolah yang akan dikembangkannya. Bekal
kemampuan dalam memahami kompetensi sebagai seorang kepala sekolah ini
akan menjadi bekal dalam pelaksanaan kinerja yang harus dilakukannya. Ada
banyak kompetensi kepala sekolah yang setidaknya harus sudah dilaksanakan
oleh kepala sekolah dalam tugasnya sehari-hari disekolah yang dipimpinnya.
Kompetensi yang dimiliki kepala sekolah adalah memahami bahwa
sekolah adalah sebagai suatu sistem yang harus dipimpin, karena kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai
tujuan dan sasaran yang diharapkan. Jadi kepemimpinan kepala sekolah harus
menunjuk kepada suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing,
mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada
dibawah pengawasannya.
B. Saran-saran
25
2. Diharapkan para kepala sekolah dapat menjalankan tugas dan
peranannya secara maksimal melalui manajemen berbasis kompetensi
3. Diharapkan kepada para guru dapat menyelenggarakan pembelajaran
yang optimal terhadap anak didiknya dengan meningkatkan kompetensinya
sebagai seorang guru.
4. Diharapkan kepada guru selaku pendidik untuk mengikuti program
keprofesian secara berkelanjutan baik secara kelompok maupun mandiri untuk
tercapainya tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
26
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Dalam konteks
menyukseskan MBS dan KBK.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Munirah, Dr Hj. 2020. Menjadi Guru Beretika dan Profesional. Sumatra Barat :
Insan Cendikia Mandiri
Sopian, Ahmad. 2016. Peran dan Fungsi Guru dalam Pendidikan. Jurnal :
Raudhah Proud To Be Profesionalis. Jurnal Tarbiyah Islamiyah Volume 1 Nomor
1 Edisi Juni 2016
27
Muis, Andi Abd. 2014. Implementasi Kompetensi Profesional Guru Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Gowa : Panrita Global Media
28