Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

AGAMA ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1. Tri fajar restu hadi

2. Nauval fajar

3. Afifah raysa hanan

4. ghefira mardiyansya

5. salsabillah
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunianya sehinggah makalah ini sanggup di susun hinggah selesai. Tidak lupa
kami berterimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal dari pihak yang
bersedia berkonstribusi bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik
anggapan maupun materi yang telah mereka konstribusikan.

Dan kita juga berharap makalah ini juga bisa menambah pengalaman serta ilmu
bagi pembuat dan juga pembaca, sehinggah kedepannya sanggup memperbaiki
bentuk maupun tingkat isikan makalah ini. Sehinggah menjadi makalah yang lebih
memiliki wawasan luas dan lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, percaya tetep banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami berharap saran dan keritikan
dari pembaca atau pun pendengar.
DAFTAR ISI
Kata penghantar ……………………………………………………………………………………………….i

Daftar isi……………………………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. latar belakang

B. Rumusan masalah

C. tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. DEMOKRASI MENURUT AGAMA ISLAM

B. DEMOKRASI MENURUT ULAMA

C. APA ITU SYURAH

D. APA KAITAN ANATA SYURAH DAN DEMOKRASI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi Demokrasi secara kebasaan ialah terdiri dari dua kata yaitu : “Demos”
dan “Cratos” yang berartin kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi merupakan cara terbaik untuk melakukan sesuatu yang bersifat
menyuruh suatu pemerintahan untuk mengkoreksi suatu masalah yang ada di
pemerintahan tersebut atau seatu negara tersebut.

Namun demikian dalam pandangan ulama / cendikiawan muslim terhadap


demokrasi terbagi dua pandangan yang pertama menolak sepenuhnya dan yang
kedua ada yang menerimanya tetapi ada syarat syarat tertentu baru bis di
terima , tetapi yang memegang kekuasaan sepenuhnya ialah ALLAH SWT, setiap
peraturan haruslah berpandangan padahukum ALLAH SWT.

1. RUMUSAN MASALAH
A. Demokrasi menurut pandangan islam.

B. Demokrasi menurut ulama

C. Apa itu syura


D. apa hubungan syura terhadap demokrasi.

BAB II
PEMBAHASAN DEMOKRASI
Menurut bahsa Demokrasi berarti “rakyat berkuasa” atau goverment rule the
people (kata Yunani demos berarti rakyat, kratos atau kratein berarti kekuasaan
atau berkuasa).  Demokrasi merupakan asas dan sistem yang paling baik didalam
sistem politik dan ketatanegaraan kiranya tidak dapat dibantah. Khasanah
pemikiran dan preformansi politik diberbagai negara sampai pada satu titik temu
tentang ini. Demokrasi adalah pilihan terbaik dari berbagai pilihan lainnya. Sebuah
laporan studi yang disponsori oleh salah satu organ PBB, yakni UNESCO pada
awal 1950-an menyebutkan bahwa tidak ada satupun tanggapan yang menolak
“Demokrasi” sebagai landasan dan sistem yang paling tepat dan ideal bagi semua
organisasi politik dan organisasi modern. Studi yang melibatkan lebih dari 100
orang sarjana barat dan timur itu dapat dipandang sebagai jawaban yang sangat
penting bagi studi-studi tentang demokrasi.

A. Pandangan Islam tentang Demokrasi 


Di dalam sistem demokrasi, rakyat merupakan pemegang kendali penuh. Suatu
undang-undang disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat.
Setiap peraturan yang ditolak oleh masyarakat, maka dapat dibuang, demikian pula
dengan peraturan baru yang sesuai keinginan dan tujuan masyarakat itu sendiri
dapat disusun dan diterapkan. Berbeda halnya dengan sistem Islam, seluruh
kendali maupun hasil keputusan berpatokan pada hukum Allah SWT. Masyarakat
tidaklah diberi kebebasan menetapkan suatu peraturan apapun kecuali peraturan
tersebut sesuai dengan hukum Islam. Demikian juga dalam permasalahan
ijtihadiyah, suatu peraturan dibentuk sesuai dengan hukum-hukum politik yang
sesuai dengan syari’at Islam. Kewenangan majelis syura dalam Islam terikat
dengan nash-nash syari’at dan ketaatan kepada  ulil amr (pemerintah). Syura
(Musyawarah) terbatas pada permasalahan yang tidak memiliki nash (dalil tegas)
atau permasalahan yang memiliki nash namun memiliki indikasi beberapa
pemahaman. Adapun permasalahan yang memiliki nash yang jelas dan dengan
indikasi hukum yang jelas, maka syura tidak lagi diperlukan. Syura hanya
dibutuhkan dalam menentukan mekanisme pelaksanaan nash-nash syari’at.

Menurut Syafii Maarif, pada dasarnya syura merupakan gagasan politik utama
dalam Al-Qur’an. Jika konsep syura itu ditransformasikan dalam kehidupan
modern sekarang, maka sistem politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-
cita politik Qur’ani, sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktik demokrasi
barat.

Adapun dasar-dasar musyawarah sebagaimana yang sudah digariskan oleh Al-


qur’an dapat dijumpai dalam surah Ali-Imran ayat 159, yang berbunyi sebagai
berikut.

“maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjatuhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membetulkan tekad, maka bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang bertawakal kepada-Nya.
(Qs. Ali ‘Imran [3]: 159.

B. Demokrasi menurut ulama:


1.) Pandangan Al-Maududi

Dalam hal ini al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam
tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada
rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus
produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler.
Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan
sesuatu yang bersifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi
(berdasarkan hukum Tuhan). Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di Barat
pada abad pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas pada para
pendeta.

2.) Muhammad Imarah


. Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak
menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan
menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam
sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah
pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan
dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta
berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah.
Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syâri’ (legislator) sementara manusia berposisi
sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan) hukum-Nya

C. SYURA
Syura adalah musyawarah dalam islam musyawarah lebih dian jurkan karena
musyawarahh merupakan salah satu cara yang baik dalam menyampaikan sesuatu
yang kita inginkan dan cara ini dinilai lebih bagus karena dengan cara ii kita
melakuakan perundingan secara kepala dingin, dan tidak bisa memaksakan secara
sepihak karena keputusan yang baik itu adalah keputusan yang dapat di terima oleh
orang banyak. Untuk melakukan syurah kita harus mencari tema yang diangap bisa
di rundingkan untuk mencapai kesepakatan.

Cara ini pun pernah di pakai oleh rasulah saat ingin mengambil keputusan pada
saat pristiwa perang badar saat itu rasullah menuruti salah satu perintah sahabatnya
akan posisi dimana mereka berakurang tepat karena mereka tidak bisa bergerak
maju dan mundur jika perang tiba tempatnya di nilai merupak siasat untuk
membuat mereka kewalahan, jadi sahabat rasullah (hubab bin mundir).
Menyarankan berpindah temapat yang din ilai cocok untuk tempat posisi mereka.

D. hubungan Demokrasi dan syurah.


Demokrasai merupakan suatu sistem pemerintahan yang kekuasan sepenuhnya
ada di tangan rakyat. Rakyat memegang kendali sepenuhnya terhadap kekuasaan di
suatu negara maupun di suatu pemerintahan.

Syurah aadalah sejenis musyawarah yang berlandaskan islam dan di dasari oleh
aqhlakiah yang bersumber dari agama. Oleh karena itu, nilai-nilai tersebut bersifat
tetap dan tidak tunduk terhadap berbagai perubahan kepentingan dan tujuan.
Dengan demikian, nilai-nilai tersebutlah yang akan menetapkan hukum atas
berbagai aktivitas dan tujuan umat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Demokrasi maupun syurah adalah cara yang terbaik mengambil keputusan kepada
pemerintah karena di nilai pemerintah yang berkuasa yang membuat kebijakan
yang dinilai dapat membuat rakyat tidak adil dalam hal tertentu. Dapat merubah
sikapnya yang lebih baik lagi.tetepi cara syurah lebih disaran kan dalam
mengambil keputusan karena dinilai cara ini berlandaskan agama dan memiliki
nilai aqhlakiah.

B. SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini berharap agar makala ini berguna untuk kita
semua, kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam menyusun makalah ini,
karna yang hanya sempurna iyalah hanya allah swt. Maka dari itu kami berharap
kepada pembaca atau pun pendegar agar memberikan saran atau pun keritik
gunanya iyalah agar mengatahui kesalahn pada makalah ini, supaya tidak terulang
lagi kesalahan di pertemuan berikutnya. Atas perhatian nya kami mengucapkan
terima kasih banyak.

Anda mungkin juga menyukai