Anda di halaman 1dari 14

ILMU KEPELATIHAN

KONDISI FISIK

Dosen Pengampu :
Ikhsan Maulana, M.Pd

KELOMPOK 3
Assayyadatina Aprillia
Juanda Akbar Putra
Roki Andrian

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TAHUN AKADEMIK 2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [judul makalah] ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pak
Ikhsan Maulana, M.Pd pada mata kuliah ilmu kepelatihan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kondisi fisik bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ikhsan Maulana, M.Pd, selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu kepelatihan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Muara bungo,09 juni 2021


Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………….....................................

KATA PENGANTAR …………………………......................................I

DAFTAR ISI ………………………………...........................................II

BAB I PENDAHULUAN ……………………….................................... 1

A. Latar Belakang …………………………………………..................... ..1


B. Rumusan Masalah ……………………………………….......................3
C. Tujuan Penulisan ………………………………………........................3

BAB II PEMBAHASAN …………………………..................................4


A. Pengertian Hakikat kondisi fisik……………………............................4
B.Hakiakt Kekuatan…………………………….…………..................... ..4
C.Hakikat Kecepatan…………………………….…............................... .5
D.Hakikat Dayatahan…………………………………………………………6
E.Hakikat Kelentukan………………………………………………………..7
F.Hakikat Koordinasi………………………………………………………..8

BAB III PENUTUP ………………………..............................................


A. Simpulan ……………………………………...................................... 14
B. Saran ….......………………………...........................……….............. 14
DAFTAR PUSTA..............................……………………....................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengertian Latihan. Secara sederhana latihan dapat dirumuskan yaitu segala daya
dan upaya untuk meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses yang
sistematis dan berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban, waktu atau
intensitasnya.

Latihan adalah suatu proses yang sistrematis secara berulang-ulang, secara tetap dengan
selalu memberikan peningkatan beban.

Berbagai macam bentuk latihan / olah raga yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
kesegaran jasmani. Seperti :

Senam, berenang, bersepeda, berjalan atau lari dan lain-lain. Salah satu macam latihan
yang kita gunakan adalah latihan lari atau berjalan yang dewasa ini amat populer dengan
istilah aerobic. Aerobic artinya adalah hidup dengan udara ( oksigen) Karena latihannya
mudah, murah dan manfaatnya bagi tubuh amat besar. Tetapi seperti dijelaskan diatas
bahwa unsur kesegaran ini ada beberapa macam. Pada latihan lari unsur yang paling
menonjol dilatih adalah Enndurance pada jantung dan paru-paru. Untuk mencapai tingkat
kesegaran menyeluruh ( Totalfitness ) maka perlu juga diberikan latihan-latihan seperti :
Pull Ups, Push Ups, Sit Ups, Squat-thrush, Vertical Jump atau bila memungkinkan latihan
dengan alat dalam bentuk Circuit-training.

1.      Hakikat Latihan Kondisi Fisik

Selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, latihan kondisi fisik merupakan
program pokok dalam pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suatu cabang olahraga.
Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari
kemungkinan cedera yang biasanya Bering terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik
yang berat.
Kurangnya daya tahan, kelentukan persendian, kekuatan otot, dan kelincahan merupakan
penyebab utama timbulnya cedera olahraga. Hal ini disebabkan program latihan kondisi
fisik yangdilakukan seseorang ticlak sempurna sebelum dia terjun mengikuti
pertandingan atau melaksanakan kegiatan fisik yang lebih berat.

Dengan efisien clan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani
adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap,
pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa
menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
Program latihan kondisi fisik perlu direncanakan secara sistematis. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh. Proses latihan
kondisi fisik yang dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat
beban latihannya, akan meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan menyebabkan
seseorang kian terampil, kuat clan efisien dalam gerakannya.

2. Tujuan latihan kondisi fisik

Tujuan pokok dari latihan adalah prestasi maksimal di samping kesehatan serta kesegaran
jasmani bagi atlet. Sesuai dengan tujuannya maka urutan penekanan latihan sebagai
berikut :

1.      Pembentukan kondisi fisik (Phesical build up).Unsur-unsur yang harus di bentuk


dan dikembangkan meliputi.

2.      Kekuatan (stregth)

3.      Kecepatan (speed)

4.      Daya tahan  (endorance)

Kelincahan (agelity)

Kelentukan (flexibility)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hakikat kekuatan
2. Apa itu hakikat kecepatan
3. Apa itu hakikat dayatahan
4. Apa itu hakikat kelentukan
5. Apa itu hakikat koordinasi

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan arti dari hakikat kekuatan?
2. Menjelaskan arti dari hakikat kecepatan?
3. Menjelaskan arti dari hakikat dayatahan?
4. Menjelaskan arti dari hakikat kelentukan?
5. Menjelaskan arti dari hakikat koordinasi?
BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Hakikat Kondisi Fisik

Kondisi fisik atlet memegang peranan penting dalam menjalankan program


latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik,
sitematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dapat menimbulkan atlet
mencapai prestasi yang lebih baik sesuai harapan.
Fisik seorang atlet juga menentukan prestasi atlet seperti yang
dikatakan M. Sajoto (1988: 10), bahwa “kondisi fisik adalah salah satu syarat
yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi atlet, bahkan
dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan prestasi”. Kondisi
fisik merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan, baik
peningkatannya maupun pemeliharaannya, artinya bahwa setiap usaha
peningkatan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen
tersebut walaupun perlu dilakukan dengan prioritas. Komponen kondisi fisik
yang dimaksud menurut M. Sajoto (1988: 10), ada 10 bagian antara lain :
“Kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, kelentukan, keseimbangan,
koordinasi, kelincahan, ketetapan dan reaksi”.
B. Hakikat Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan suatu otot atau sekelompok otot untuk mengatasi
beban atau tahanan (Djoko Pekik Irianto, 2002: 66).

Menurut Tim Anatomi (2004: 45) kekuatan adalah kemampuan kerja otot (usaha)
dalam satuan waktu (detik). Sedangkan menurut M. Sajoto (1988: 58) kekuatan
adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah seorang atlet pada saat
mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu.
Sedangkan menurut Suharno HP yang dikutip oleh Samsul Munawar (2003: 8)
kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban
dalam menjalankan aktifitas.
Menurut M. Sajoto (1988: 99) tubuh manusia terdiri dari
banyak sekali jaringan otot masing-masing mempunyai fungsi tertentu
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai prestasi olahraga selain
latihan rutin juga harus dipenuhi faktor-faktor lainnya. Faktor lainya
adalah keadaan (somatik), umur, psikis, bentuk tubuh, mempunyai arti
yang besar dan dapat menimbulkan prestasi seseorang.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kekuatan otot tungkai adalah kemampuan sekelompok otot dalam
melakukan suatu gerak maupun mengatasi beban. Dalam permainan
sepakbola didominasi dengan gerakan lari. Peranan otot tungkai pada
gerakan lari sangat besar. Untuk itu kelompok otot tungkai merupakan
contoh faktor pendukung utama untuk keberhasilan menggiring bola
pada permainan sepakbola.
C. Hakikat Kecepatan
Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seorang
olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk
menampilkan atau melakukan gerakan secepat mungkin. Kecepatan termasuk
salah satu komponen kondisi fisik yang banyak berpengaruh terhadap
penampilan atlet. Kecepatan juga merupakan potensi tubuh yang merupakan
modal dalam banyak hal yang berhubungan dengan gerak. Seperti yang
dinyatakan oleh M. Sajoto (1988: 12), bahwa kecepatan merupakan kemampuan
yang ada pada diri seseorang untuk digunakan melakukan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dilakukan dalam waktu yang
singkat.
Menurut Nur Hasan (1986: 240), dalam bukunya tes dan pengukuran. Kecepatan
adalah kemampuan seseorang dalam mengarahkan gerak tubuh atau bagian-
bagian tubuhnya melalui suatu ruang gerak tertentu. Dalam rangkaian pengertian
bahwa kecepatan gerak ada hubungan erat antara waktu dan jarak.
Menurut Ismaryati (2008: 57), kecepatan adalah kemampuan bergerak dengan
kemungkinan kecepatan tercepat. Kecepatan merupakan gabungan dari tiga
elemen, yakni waktu reaksi, frekuensi gerakan per unit waktu dan kecepatan
menempuh suatu jarak. Menurut Sardjono (1977: 5), kecepatan (speed) ialah
kemampuan
seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan yang sejenis dengan waktu yang
sesingkat-singkatnya mendapatkan hasil yang sebaik- baiknya.
D. Hakikat Dayatahan
Pengertian Daya Tahan Daya tahan merupakan salah satu komponen biomotorik
yang sangat dibutuhkan dalam aktivitas fisik, merupakan salah satu komponen
yang terpenting dari kesegaran jasmani. Daya tahan diartikan sebagai waktu
bertahan yaitu lamanya seseorang dapat melakukan suatu intensitas kerja atau
jauh dari keletihan. Beberapa ahli mengemukakan pengertian daya tahan antara
lain sebagai berikut: 1. Menurut Annarino (1976), daya tahan adalah hasil
kemampuan individu untuk memelihara gerakannya dalam kurun waktu tertentu.
2. Menurut Kirkendall (1980), daya tahan otot terdiri dari dua macam, yaitu: a.
Daya tahan otot statis: intensitas lamanya waktu yang digunakan pada kontraksi
otot. b. Daya tahan dinamis: merupakan aktivitas yang berkelanjutan mulai dari
memindahkan tahan yang berat melalui serangkaian gerak dengan banyak
pengulangan. 3. Menurut Garbard (1984), daya tahan terdiri dari daya tahan otot
dan daya tahan kardiorespiratori. a. Daya tahan otot adalah kemampuan
sekelompok otot untuk melakukan kontraksi secara berulang (menjalankan
kerja) melalui periode waktu bertahan yang cukup sampai otot menjadi lemah. b.
Daya tahan kardiorespiratori yaitu bentuk-bentuk latihan yang menaikkan denyut
jantung per menit 60% dari maksimal. 4. Menurut Pate (1984), daya tahan juga
dibagi menjadi daya tahan otot dan daya tahan kardiorespirasi: a. Daya tahan
otot ditujukan pada kemampuan untuk menampilkan kontraksi otot yang
berulang-ulang isotonik dan isometrik atau untuk mendukung kontraksi
isometrik terhadap tahanan yang signifikan. Daya tahan otot berhubungan
dengan kekuatan otot. b. Daya tahan kardiorespirasi, adalah kemampuan untuk
menggunakan seluruh tubuh, aktivitas dengan intensitas moderat untuk periode
yang sama. 5. Menurut Singer (1985), bahwa individu yang mempunyai daya
tahan akan dapat mempertahankan pengeluaran energi (energy out put) dengan
waktu yang lama. 6. Menurut Johnson (1986), daya tahan otot ditujukan oleh
lamanya waktu (durasi) otot dapat bertahan dalam melakukan usahanya. .

E. Hakikat Kelentukan

Kelentukan adalah kemampuan persendian untuk bergerak secara leluasa (Djoko


Pekik Irianto, 2004: 4). Kelentukan sebagai salah satu komponen kesegaran jasmani,
merupakan kemampuan menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya seluas mungkin
tanpa terjadi ketegangan sendi dan cedera otot

(Ismaryati, 2006: 101). Menurut Ismaryati (2006: 101), kelentukan dibagi menjadi
dua macam yaitu kelentukan dinamis (aktif) dan kelentukan statis (pasif). Kelentukan
dinamis adalah kemampuan menggunakan persendian dan otot secara terus menerus
dalam ruang gerak yang penuh dengan cepat, dan tanpa tahanan gerakan. Misalnya
menendang bola tanpa tahanan atau beban pada otot-otot hamstring dan sendi panggul,
kelentukan dinamis sangat sulit diukur. Kelentukan statis adalah kemampuan sendi untuk
melakukan gerak dalam ruang yang besar, misalnya gerakan split. Jadi dalam kelentukan
statis yang diukur adalah besarnya ruang gerak.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 68), kualitas kelentukan dipengaruhi oleh stuktur
sendi, kualitas otot tendo dan ligamen, usia, serta suhu. Menurut Mochamad Sajoto
(1998: 51), kelentukan adalah kemampuan persendian, ligamen dan tendo disekitar
persendian, untuk melakukan gerakan seluas-luasnya. Kelentukan persendian
berpengaruh terhadap mobilitas dan dinamika kerja seseorang dan bermanfaat untuk
mengurangi kemungkinan cedera (Djoko Pekik Irianto, 2004: 68). Hal ini sesuai dengan
pendapat Mochhamad Sajoto (1998: 51) bahwa kelentukan penting karena apabila
seseorang mengalami kurang luas gerak dalam persendiannya, maka hal ini akan
menimbulkan gangguan kurang gerak dan mudah menimbulkan cedera serta kurang
cepatnya kelenturan gerakan kita, sehingga aktifitas kita menjadi terbatas serta beban otot
menjadi lebih berat. Menurut Bompa (1983: 317-318), faktor-faktor yang mempengaruhi
kelentukan seseorang antara lain : a. Bentuk, tipe, struktur, sendi, ligament dan tendo. b.
Otot sekitar persendian. c. Umur dan jenis kelamin. Anak-anak dan wanita pada
umumnya memiliki kelentukan yang baik. Kelentukan yang maksimal dicapai pada umur
15-16 tahun. d. Temperatur tubuh dan otot. Pada suhu 40 derajat Celsius kelentukan
meningkat 20%, sedangkan pada suhu 18 derajat Celsius menurun 10-20%. e. Waktu

F.Hakikat Koordinasi

Pengertian Koordinasi. Koordinasi sebagai hubungan yang harmonis dan hubungan


yang saling berpengaruh diantara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja yang
ditunjukkan dengan berbagai tingkat keterampilan. Koordinasi sangat sulit dipisahkan
secara nyata dengan kelincahan, sehingga kadang-kadang suatu tes koordinasi juga
bertujuan untuk mengukur kelincahan. Koordinasi merupakan perpaduan fiingsi beberapa
otot secara tepat dan seimbang menjadi satu pola gerak. koordinasi yang baik akan
mampu mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang
benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa mengeluarkan energi
berlebihan. Dengan demikian hasil gerakan yang dilakukan sangat efisien, halus, mulus
dan terkoordinasi dengan baik. Menurut Ismaryati (2006:55)

koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat komplek.


Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, fleksibilitas dan
juga sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Dengan
kata lain koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan
tanpa ketegangan, dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang komplek
secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan.
Sajoto (1995:17), menyatakan bahwa, "Koordinasi adalah kemampuan seseorang
untuk merangkaikan beberapa gerakan kedalam satu pola gerakan yang selaras dan
efektif sesuai tujuannya". Misalnya dalam bermain tens; seorang pemain akan kelihatan
mempunyai koordinasi yang baik bila is dapat bergerak kearah bola sambil mengayun
raket, kemudian memukulnya dengan teknik yang benar. Koordinasi (coordination)
merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang relatif sulit didefenisikan secara tepat
karena fungsinya sangat terkait dengan elemen-elemen kondisi fisik yang lain dan sangat
ditentukan oleh kemampuan siswa, Syafruddin (2005:118-119). Koordinasi pada
prinsipnya merupakan pengaturan saraf-saraf pusat dan saraf tepi secara harmonis dalam
menggabungkan gerak-gerak otot synergis dan antagonis, Sajoto (1995:17). b. Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi Untuk dapat mencapai tingkat koordinasi yang
baik, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. i
BAB III

PENUTUP

A..   Kesimpulan
Selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, latihan kondisi fisik
merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suatu
cabang olahraga. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan
terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya Bering terjadi jika seseorang
melakukan kerja fisik yang berat.
Kurangnya daya tahan, kelentukan persendian, kekuatan otot, dan kelincahan
merupakan penyebab utama timbulnya cedera olahraga. Hal ini disebabkan
program latihan kondisi fisik yangdilakukan seseorang ticlak sempurna sebelum
dia terjun mengikuti pertandingan atau melaksanakan kegiatan fisik yang lebih
berat.
B.  Saran
Untuk setiap atlet yang berkecimpung di bidang olahragamanapun di harap kan
agar bisa meningkatkan kondisi fisiknya masing – masing, sehingga dalam suatu
pertandingan tidak mengalami kelelahan atau pun cedera pada saat latihan, di era
yang kaya akan teknologi dan pengertian dan pemahaman dalam peningkatan fisik
perlu peningkatan mutu gizi juga.
Setiap pelatih dalam setiap bidang olahraga haruskan mengerti dan memahami
cara peningkatan kualitas fisik atlet dan bukan hanya fisik saja yang harus
dimengerti oleh seorang pelatih tetapi juga tentang kebutuhan gizi setiap atlet
harus diperhatikan oleh setiap pelatih. Agar kedepanya para pelatih dapat
menciptakan atlet yang mempunyai kualitas fisik bagus dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Ardle WM. 1994. Essensial of Exercise Physiology. Lea and Febiger, USA. Pp.
13-14.

Benardot, D. 2006. Advanced Sports nutrition. Human Kinetics, Champaign, IL.


Brooks GA. 1986. The lactate shuttle during exercise and recovery. Med Sci

Sports Exerc. 18(3):360-8

Karyono, 2006. Sang Juara Harus Dicetak. Majalah Psikologi Plus, Edisi Juli
2006.
Nasution, Y. (2007) Latihan Mental Bagi Atlet
Dangsina Moeloek., (1994). Dasar Fisiologi Kesegaran Jasmani dan Latihan
Fisik. Kumpulan
Djoko P.I. (2000). Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman).
Yogyakarta: Lukman Offset.
M. Sajoto. (1995). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga.
---------------Pate RR. Mc., Clengham B., Rotella R., (1993). Dasar-Dasar Ilmiah
Kepelatiha, (Scientific
Macmillan Company of Australia PTY LTD, 107 Moray Street. Sadoso
Sudharno Sastropanular., (1997). Tes Sederhana untuk Mengukur Kapasitas
Aerob.
 --------------Sukimah Sri. Kebutuhan gizi atlet. Universitas
Indonesia----------------

13

Anda mungkin juga menyukai