Anda di halaman 1dari 23

TUGAS kelompok

Askeb kegawatdaruratan maternal neonatus


“ komplikasi dan penyulit pada kehamilan trimester iii”
DOSEN PENGAMPUH : Muji Lestari, S.SiT,M.Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5

Nur Asyisya
Ninik itlay
Yunita Alvina C.Mansnemra
Laura Merry Iwo
SEMESTER IV

KEBIDANAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena perkenannyalah
Makalah ASUHAN KEBIDAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL
NEONATAL yang membahas tentang komplikasi dan penyulit kehamilan
trimester III .

Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang mungkin


kita temui dalam makalah yang kami buat ini. Namun sekiranya makalah ini dapat
membantu kami selaku mahasiswa D-III kebidanan poltekes jayapura dalam
mempelajari mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL NEONATAL.

Semua kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini sangat kami
harapkan. Dan bagi semua pihak yang telah membantu sampai selesainya makalah
ini kami sampaikan terima kasih.

JAYAPURA, 01 MARET 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Kata pengantar

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan materi

Bab II pembahasan

A. Kehamilan dengan Hypertensi


B. Ante Partum Bleeding

Bab III Penutup

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Kehamilan, persalinan, dan menjadi seorang ibu
merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita.
Kehamilan trimester III adalah kehamilan dengan usia 27-40 minggu, masa ini merupakan
suatu masa yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua yang menanti
kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin berkembang pada trimester ini. Pada
trimester ini juga merupakan saat-saat yang paling mendebarkan bagi ibu hamil, terutama
menjelang mendekatinya proses persalinan. Gambaran persalinan, lahirnya buah hati yang
telah dikandung selama 9 bulan semakit dekat. Namun, hal ini dapat berubah menjadi
bencana apabila sang ibu mengalami berbagai masalah menjelang persalinannya. Salah satu
akibat terburuk adalah dapat menimbulkan kematian bagi ibu maupun janinnya.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai
¾ resiko jumlah kematian ibu. Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi
hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah
perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015, demikian pernyataan
resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat. Dalam pernyataan yang diterbitkan
di laman resmi WHO itu dijelaskan, untuk mencapai target MDGs penurunan angka
kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data
WHO,UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini
masih kurang dari satu persen per tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apasaja penyulit hypertensi pada kehamilan trimester III ?
2. Apa saja penyulit ante partum pada kehamilan trimester III ?

C. Tujuan Masalah
Agar mahasiswa D III Kebidanan dapat mengetahui komplikasi dan penyulit kehamilan
trimester III.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI


1. Hipertensi kronik
a. Definisi
Hipertensi kronik adalah Adalah hipertensi dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
yang telah didiagnosis sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan 20
minggu dan tidak berhubungan dengan gestasional tropoblastic disease.

b. Diagnosis
• Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
• Hipertensi telah didiagnosis sebelum kehamilan atau hipertensi terdeteksi sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
• Hipertensi persisten setelah 12 minggu postpartum.

c. Terapi
• Dianjurkan melakukan pemeriksaan ANC yang teratur. Bila diperlukan konsultasi pada
spesialis.
• Dianjurkan cukup istirahat, menjauhi emosi dan dilarang melakukan pekerjaan berat.
• Dicegah penambahan berat badan yang berlebihan. Dianjurkan untuk diet tinggi protein,
rendah lemak dan rendah garam.
• Pengawasan ketat terhadap janin. Dilakukan monitoring dengan elektrokardiografi fetal,
fetal heart monitoring, ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH
darah janin.
• Medikamentosa
- Obat antihipertensi : metildopa
- Obat penenang : fenobarbital, valium, frisium ativan.
• Dapat dipertimbangkan pengakhiran kehamilan bila terjadi hipertensi yang berat (TD ≥
200/120) atau pre-eklamsia berat atau janin meninggal dalam kandungan.

d. Prognosis
• Prognosis bagi ibu
Prognosis untuk ibu kurang baik. Angka kematian ibu sekitar 1-2 %. Dapat disebabkan
oleh perdarahan otak, payah jantung, dan uremia.
• Prognosis bagi janin
Prognosis bagi janin juga kurang baik karena bisa terjadi insufisiensi plasenta, solusio
plasenta, prematuritas dan dismaturitas. Angka kematian bayi 20 %.

2. Preeklampsia
a. Definisi
Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi dan
kandungan protein yang tinggi dalam urine. Kondisi ini dapat membahayakan organ-
organ lainnya, seperti ginjal dan hati. Jika tidak diobati, preeklamsia dapat menjadi
eklamsia.

b. Factor resiko
• Usia remaja < 20 tahun atau > 35 tahun
• Mempunyai riwayat hipertensi kronis sebelumnya
• Mempunyai riwayat preeklamsia sebelumnya
• Terdapat riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
• Primigravida, terutama primigravida muda
• DM, kelainan ginjal, lupus, rheumatoid arthritis
• Mola hidatidosa
• Penyakit ginjal
• Kehamilan ganda
• Hidrops fetalis
• Obesitas
c. Patofisiologi
Etiologi dan patogenesis preeclampsia masih belum banyak diketahui. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa preeclampsia diinduksi oleh gangguan pada endothelium,
yang dikarakteristikkan dengan tampakan anemia hemolitik mikroangiopati. Penelitian
terhadap manusia menunjukkan bahwa terdapat peningkatan fibronektin selular yang
bersirkulasi dan antigen factor VIII, dimana kedua marker ini merupakan tanda cedera sel
endotel, pada wanita dengan preeklampsia sebelum akhirnya berubah menjadi
simtomatik. Penurunan produksi factor endothelial yang menginduksi relaksasi (seperti
nitrit oxide dan prostasiklin) dan peningkatan produksi endoltelin dan tromboksan pada
wanita dengan preeclampsia juga menyebabkan abnormalitas fungsi endotel. Model
preeclampsia ini juga menunjukkan adanya proteinuria dan hipertensi.

d. Tanda dan gejala


 Gangguan penglihatan (berkaitan dengan vasospasme serebral).
 Nyeri epigastrik (berkaitan dengan pembengkakan hepar dan inflamasi).
 Pada wanita hamil yang normal umum terjadi edema ekstremitas bawah yang ringan,
namun pada wanita preeklampsia terjadi progress yang cepat dari edema dependent
atau terjadi edema non dependent (di area wajah dan tangan).
 Peningkatan berat badan secara cepat (merupakan hasil dari edema akibat kebocoran
kapiler --> retensi cairan dan sodium).
 Nyeri abdomen kuadran kanan atas (akibat pembengkakan hepar tersebut).

e. Diagnosis
Diagnosis diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, kemudian ditambah dengan
temuan dari pemeriksaan penunjang.
1) Anamnesis
Tanyakan gejala preeklamsia seperti yang telah terbahas sebelumnya, diantaranya :
 Berat badan meningkat drastic, biasanya akibat penumpukan cairan
 Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas
 Sakit kepala berat
 Perubahan pada reflex hiperrefleksia
 Menurunnya produksi urin, bahkan anuria
 Mual muntah berlebihan.

2) Pemeriksaan Fisik
 Diawali dengan mengamati keadaan umum
 Pemeriksaan tanda vital, pada pemeriksaan tekanan darah, yang lebih menjadi
patokan adalah diastolik. Karena merupakan hasil pengukuran tekanan perifer
dan tidak berhubungan dengan emosi.
 Kemudian mulai menilai status generalis dan lokalis dan dikaitkan dengan
gejala dan tanda pada preeklamsia

3) Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium : tes fungsi hati ginjal dan darah

f. Terapi
1) Untuk hipertensi yang tidak berat (TD 140-159/90-109 mmHg)
 Terapi antihipertensi harus bisa menurunkan SBP sampai 130-155 mmHg dan
DBP pada 80-105 mmHg)
 Terapi inisial bisa dengan salah satu dari agen antihipertensi seperti :
methyldopa, labetalol, beta blockers (metoprolol, pindolol, propanolol) dan
calcium channel blocker (nifedipine).
 Sebaiknya ACE inhibitor dan ARB (angiotensin receptor blocker) tidak
digunakan.
 Atenolol dan prazosin tidak direkomendasikan.
2) Untuk hipertensi berat (SBP > 160 mmHg atau DBP > 110 mmHg)
 TD harus diturunkan sampai SBP < 160 mmhg dan DBP < 110 mmHg)
 Terapi inisial dengan antihipertensi seperti labetalol, nifedipine capsule,
nifedipine PA tablet atau hydralazine.
 MgSO4 tidak direkomendasikan sebagai anti hipertensi.
g. Komplikasi
1) Ibu
a) Ginjal
 Spasme arteri
 Aliran darah ginjal dan GFR menurun karena penebalan lempeng
glomerulus yang mengandung deposit protein pada membrane basalis
menurunnya produksi urin dan proteinuria
b) Otak
 Spasme arteri gejala sakit kepala hebat
c) Hati
 Nekrosis, iskemia, edema hepatoseluler
 Peningkatan enzim hati
2) Janin
 Kerusakan pembuluh darah system vaskularisasi rusak terganggunya
pertukaran oksigen dan nutrisi melalui plasenta prematuritas plasenta
pertumbuhan janin terhambat, BBLR, membahayakan ginjal janin
 Kelahiran premature diikuti oleh akibat dari kelahiran premature tersebut :
keterlambatan belajar, epilepsy, serebral palsy, masalah pada pendengaran dan
penglihatan
 Menurunnya produksi urin janin sebelum lahir sehingga terjadi
oligohydromnion (sedikitnya jumlah air ketuban)
 Abortus
 Bayi meninggal

h. Pencegahan
Beberapa percobaan telah dilakukan seperti memberikan diet rendah garam, diuretic,
tirah baring, zink, magnesium, minyak ikan, dan suplementasi vitamin C dan E serta
heparin untuk mencegan kejadian preeclampsia pada wanita, tetapi hal ini ternyata tidak
memeberikan hasil. Belakangan, dua percobaan klinis (RCT) dengan menggunakan
vitamin C dan E pada wanita yang sehat dan wanita yang memiliki risiko tinggi
menunjukkan tidak ada penurunan pada risiko preeclampsia, intrauterine growth
restriction (IUGR), atau risiko kematian atau output yang serius pada janinnya. Penelitian
menunjukkan bahwa 1.5 g dosis kalsium per harinya tidak mencegah angka kejadian
preeclampsia, tetapi bisa menurunkan progresivitasnya kearah yang lebih parah,
morbiditas maternal, dan mortalitas neonatal.
Sejauh ini, pencegahan yang bisa dilakukan hanyalah tirah baring bagi wanita yang
menderita preeclampsia walaupun mungkin hal ini belum pasti bisa mencegah angka
kejadiannya. Pengaturan diet tetap diberikan seperti pemberian minyak ikan, antioksidan
(vitamin C, E, beta karoten, N-asetilsistein, asam lipoik, zink, magnesium, dan kalsium.

3. Eklampsia
a. Definisi
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, saat persalinan, atau setelah persalinan.
Kondisi ini merupakan komplikasi berat dari preeklampsia, yang ditandai dengan
timbulnya kejang dan dapat disertai koma.

b. Factor resiko
1) Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada
wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil
berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten.
2) Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua, primigravida tua risiko
lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat
3) Ras / golongan etnik
Bias (mungkin ada perbedaan perlakuan / akses terhadap berbagai etnikdi banyak
negara)
4) Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko
meningkat sampai 25%.
5) Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan
janin
6) Diet / gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/ pola diet tertentu (WHO). Penelitian
lain: kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka
kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese/ overweight
7) Iklim / musim
Di daerah tropis insidens lebih tinggi

c. Gejala dan Tanda


Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-eklampsia dan terjadinya
gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal. gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di
epigastrium dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera di obati akan
timbul kejang, terutama pada persalinan bahaya ini besar.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkatan, yaitu:
1) Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata penderita
terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala
diputar ke kiri dan ke kanan.
2) Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam
tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan mengenggam dan
kaki membengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah
dapat tergigit.
3) Stadium ini kemudian disusul oleh tingkatan kejang klonik yang berlangsung antara 1-2
menit. Spasme tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata
menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan
sianosis. Penderita menjadi tidak sadar. Kejang klonik ini dapat demikian
hebatnya,sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang
berhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
4) Tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan
penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul
serangan baru dan yang berulang sehingga tetap dalam koma.

Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40 derajat

Celsius. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti:

 lidah tergigit, perlukaan dan fraktur


 gangguan pernafasan
 solusio plasenta
 perdarahan otak.

Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik
penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas
panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan
baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari
kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.

Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma
setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya
segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus – kasus yang berat,
keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat
pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat
diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian.

Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50
kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung derajat
hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan
keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan
pada susunan saraf pusat.
d. Diagnosis
Diagnosis eklampsia cenderung sama seperti diagnosis preeclampsia, karena dari
pengertiannya eklampsia adalah preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau
koma.
Adapun kriteria diagnosisnya adalah:
 Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg.
 Proteinuria = 5 atau (3+) pada tes celup strip.
 Oliguria, diuresis < 400 ml dalam 24 jam
 Sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan
 Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen atau ada icterus
 Edema paru atau sianosis
 Pertumbuhan janin yang terhambat
 Kejang dan/atau koma.

Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan eklampsia sebaiknya diperiksa
juga:

 pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : ureum-kreatinin, SGOT, LD, bilirubin
 pemeriksaan urine : protein, reduksi, bilirubin, sedimen
 kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat, konfirmasi USG bila ada.
 nilai kesejahteraan janin (kardiotokografi).

4. Hipertensi gestasional
a. Definisi
Hipertensi gestasional (pregnancy-induced hypertension atau transient hypertension)
adalah berkembangnya hipertensi selama kehamilan atau dalam 24 jam pertama postpartum
pada seorang wanita yang sebelumnya normotensi. Tidak ada petunjuk-petunjuk lain dari
pre-eklampsia atau penyakit vaskuler hipertensi. Tekanan darah biasanya kembali ke batas
normal dalam 10 hari setelah persalinan. Hipertensi gestasional berat diartikan sebagai
tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah sistolik > 110 mmHg yang bertahan
selama > 6 jam. Sebagian besar hipertensi gestasional dianggap sebagai hipertensi kronik
yang tidak terdiagnosis atau tahap awal pre-eklampsia.
b. Diagnosis
Diagnosis hipertensi gestasional dibuat jika terjadi hipertensi pertama kali tampak setelah
usia kehamilan > 20 minggu atau selama 48 sampai 72 jam post-partum dan menghilang
pada 12 minggu post-partum, tanpa disertai proteinuria. Sangat sulit untuk membedakan
kondisi ini dengan tahap awal dari pre-eklampsia. sebagian pasien dengan hipertensi
gestasional yang nyata akan berkembang mengalami proteinuria dan sindrom preeklampsia
pada tahap kehamilan selanjutnya. Diagnosis hipertensi gestasional hanya bisa dilakukan
secara retrospektif, yaitu pada saat kehamilanya sudah selesai tanpa disertai timbulnya
proteinuria dan saat tekanan darahnya kembali ke normal tepat sebelum 12 minggu post-
partum.

c. Tatalaksana
Secara umum, pengobatan tidak diperlukan karena sebagian besar pasien mengalami
hipertensi ringan. Akan tetapi karena sekitar 50% pasien akan berkembang menjadi pre-
eklampsia maka diperlukan tatalaksana sebagai berikut :
1) Hipertensi gestasional ringan < 37 minggu. Tujuannya adalah untuk mencegah
progresivita menjadi hipertensi berat dan pre-eklampsia atau pertumbuhan janin yang
terganggu. Pada saat hipertensi gestasionalnya diketahui, jika kehamilannya masih jauh
dari term, pasien ditatalaksana sesuai dengan pasien dengan pre-eklampsia.
2) Hipertensi gestasional ringan > 37 minggu. Pasien tersebut harus melakukan persalinan
jika serviksnya sudah memadai. Penatalaksanaannya sama dengan pasien pre-eklampsia
ringan dengan usia kehamilan > 37 minggu.
3) Hipertensi gestasional berat
 Jika tekanan darahnya dalam rentang yang dikategorikan berat, terapi
antihipertensi sangat penting. Tujuan terapinya adalah untuk menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik secara bertahap sehingga berada dalam
rentang hipertensi ringan untuk mempertahankan perfusi uteroplasenta
 Jika responnya terhadap terapi medis tidak adekuat, pasien harus dimasukkan ke
ruangan antepartum untuk dimonitoring secara ketat. Tatalaksananya sama
dengan pasien dengan pre-eklampsia.
B. ANTE PARTUM BLEEDING
1. Definisi dan klasifikasi
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang terjadi pada ibu hamil dengan
kehamilan tua. Abortus merupakan perdarahan pada kehamilan muda. Pedarahan
antepartum biasanya di batasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 Minggu,
walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 28 Minggu.
Perdarahan setelah kehamilan 28 Minggu biasanya lebih banyak & lebih berbahaya dari
pada sebelum kehamilan 28 Minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan berbeda.

2. Patofisiologi
a. Plasenta Previa:
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan normal plasenta terletak dibagian atasuterus.

1) Klasifikasi
Plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu.
• Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup plasenta.
•Plasenta previa lateralis/parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir tertutup plasenta.
• Plasenta previa marginalis : pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
•Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus,
tapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta berada kira-kira
3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan
jalan lahir.
Karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologis,
maka klasifikasi akan berubah setiap waktu.

2) Etiologi
Plasenta previa pada primigravida yang berumur > 35 Th , 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur < 25 Th.
Gambaran klinik
 HAP tanpa nyeri & perdarahan tanpa alasan
 Darah berwarna merah segar
 Bagian terbawah janin belum masuk PAP
 Kelainan letak janin

Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan, maka sesegera mungkin
pasien datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Penentuan letak plasenta previa

 Penentuan letak plasenta secara langsung.


Perabaan fornises / melalui kanalis servikalis, berbahaya karena dapat
menimbulkan perdarahan banyak.
 Penentuan letak plasenta tidak langsung.
USG adalah cara yang sangat tepat, karena tidak menimbulkan bahaya radiasi
bagi ibu dan janinnya & tidak menimbulkan rasa nyeri.

3) Diagnosis
Setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah
plasenta previa, solusio plasenta dll.
a) Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 Minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyak perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
b) Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP, apabila presentasi kepala
biasanya kepala masih terapung diatas PAP & sukar didorong ke dalam PAP.
c) Pemeriksaan inspekulo
Bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks & vagina, seperti erosio porsionis uteri,
karsinoma porsio uteri, polipus serviks uteri, varises vulva & trauma. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum harus dicurigai plasenta previa.
4) Penanganan
a) Prinsip dasar penanganan
Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke Rumah Sakit
yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah & operasi.
 Penanganan pasif
− Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan
− Janin masih premature dan masih hidup
− Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu
− Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram
− Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untukmenunda persalinan
sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik.
− Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT)
− Tangani anemia
− Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada
pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, dari pada
memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam.
Tujuan penanganan pasif : Pada kasus tertentu sangat bermanfaat untuk
mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas. Pada
penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk angka kematian perinatal pada
kasus plasenta previa sentralis.
 Penanganan aktif
− Perdarahan di nilai membahayakan
− Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu
− Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan sudah mulai
− Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.

Terdapat 2 pilihan cara persalinan :


− Persalinan pervaginam
Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta & bagian plasenta yang
berdarah selama persalinan berlangsung. Sehingga perdarahan berhenti.
Dilakukan dengan cara :
1) Pemecahan selaput ketuban karena: bagian terbawah janin menekan
plasenta dan bagian plasenta yang berdarah; bagian plasenta yang berdarah
dapat bebas mengikutiregangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan
plasenta dapat dihindari
2) Pemasangan Cunam Willett dan versi Braxton Hiks
− Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

b. Solusio plasenta
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Solusio plasenta dibagi dalam 3 macam :
1. Solusio plasenta totalis : plasenta lepas seluruhnya
2. Solusio plasenta parsialis : plasenta lepas sebagian
3. Solusio plasenta ringan / ruptura sinus marginalis : Plasenta lepas pinggirnya (sedikit).
Penyebab solusio placenta belum diketahui. Faktor predisposisi: umur ibu tua,
multiparitas, hipertensi kronis, preeklamsi, trauma, tali pusat pendek, dan lain-lain.

1) Manefestasi klinis
a) Solusio plasenta ringan
Terjadi ruptura sinus marginalis / sebagian kecil plasenta yang lepas, perdarahan
sedikit / terjadi bisa pervaginam dan berwarna kehitaman, perut agak sakit atau
tegang, bagian janin masih mudah diraba.
b) Solusio plasenta sedang
Terjadi pelepasan plasenta lebih dari 1/4 bagian atau kurang dari 2/3 bagian, sakit
perut berlebihan, perdarahan pervaginam, dinding uterus tegang dan nyeri tekan
sehingga janin sukar diraba, ibu syok dan gawat janin, kelainan pembekuan darah &
ginjal.

c) Solusio plasenta berat


Plasenta lepas lebih dari 2/3 bagian, terjadi tiba-tiba, ibu syok dan janin sudah
meninggal, terjadi perdarahan pervaginam, kelainan pembekuan darah & payah
ginjal.

2) Gejala solusio plasenta


 Jika darah masih sedikit maka tidak selalu terjadi perdarahan pervaginam.
 Gejala awal : nyeri abdomen, uterus tegang, nyeri tekan uterus
 Darah berwarna kehitaman
 Perdarahan banyak sehingga terjadi syok & janin sudah meninggal

3) Komplikasi
 Perharahan sehingga terjadi syok hipovolemik
 Kelainan pembekuan darah
 Oliguria sampai dengan payah ginjal
 Gawat janin sampai menyebabkan kematian janin

4) Penanganan
a) ANC
 Harus waspada jika ada factor presdiposisi maka harus ditangani dengan segera
 Kelainan letak janin
 Bagian bawah janin belum masuk PAP maka harus dicurigai terjadi plasenta
previa sehingga segera di lakukan pemeriksaan dengan USG
 Tangani anemia
 Pemeriksaan golongan darah ibu & calon donor
 ANC & persalinan harus dilaksanakan di Rumah sakit
b) Pertolongan pertama
 Pada setiap perdarahan lebih dari normal sebelum persalinan harus dianggap HAP
apapun penyebabnya
 Harus dibawa ke rumah sakit yang memiliki saranaoperasi dan tranfusi darah
 Periksa dalam (VT) menyebabkan banyak perdarahansehingga tidak boleh
dilakukan diluar kamar operasi
 Tampon vagina tidak berguna karena berbahaya
 Pasang infus sebelum syok
 Penyediaan darah segera

c) Penanganan
 Solusio plasenta ringan
 Pada kehamilan kurang dari 37 Minggu jika perdarahan berhenti, nyeri
abdomen berkurang, uterus tidak tegang, maka pasien boleh pulang. Tapi
jika perdarahan bertambah lagi & tanda-tanda solusio plasenta berlebihan
maka akhiri kehamilannya.
 Pada kehamilan lebih dari 37 Minggu dengan mengakhiri kehamilan.
 Solusio plasenta sedang dan berat
 Sediakan /pasang tranfusi darah
 Memecahkan ketuban dapat dilakukan persalinan pervaginam lebih 6
jam, setelah solusio plasenta maka harus dilakukan seksio sesarea.
 Sediakan/beri infus oksitosin
 Penanganan komplikasi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada kehamilan trimester III, dapat terjadi berbagai macam penyulit dan komplikasi
yang dapat memberikan efek negatif, baik bagi ibu maupun bagi janin yang di
kandungnya. Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini
perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh
karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada
penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga
angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan maupun penyebab yang lain dapat
menurun. Diperlukan pula suatu upaya pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi, antara
lain dengan selalu rajin memberikan penyuluhan bagi para ibu hamil. Apabila ibu hamil
menderita berbagai kemungkinan penyulit dan komplikasi yang tersebut di atas, maka
harus dilakukan tindakan penatalaksanaan yang cepat dan tepat untuk memperbaiki
kualitas ibu dan kehamilannya.
DAFTAR PUSTAKA

www.alodokter.com › waspadai-preeklampsia-di-masa-kehamilan
https://www.klikdokter.com/penyakit/eklampsia
id.scribd.com//komplikasi dan penyulit pada kehamilan trimester III

Anda mungkin juga menyukai