Anda di halaman 1dari 2

1.

Sejak lahir sampai mati, perasaan manusia, pemikirannya, dan tindakannya adalah
refleksi dari definisi sosial terhadap jenis kelamin. Semenjak dilahirkan, pertanyaan
yang muncul adalah “Apakah bayinya laki-laki atau perempuan?”. Pertanyaan ini
bukan sekadar ingin tahu tentang jenis kelamin, tetapi juga membawa semua
perspektif yang berkaitan dengan kehidupan sang anak. Jika bayinya laki-laki maka
harus begini, jika perempuan maka harus begitu, dan seterusnya.
Menurut sosiolog yang bernama Jessie Bernard, berpendapat bahwa model
sosialisasi yang dilakukan oleh masyarakat menyesuaikan gender masing-masing
anak. Misalnya di pelbagai masyarakat orang tua sejak awal memperlakukan anak
laki-laki dengan anak perempuannya secara berbeda. Anak laki-laki diharapkan dan
dibentuk sebagai anak yang lebih kuat, lebih agresif, dan lebih mampu memimpin
ketimbang anak perempuan yang lebih lemah, lembut, dan sedikit tegas. Dalam
perbincangan mengenai peran gender pun demikian, ada yang beranggapan bahwa
peran laki-laki dan peran perempuan itu terwariskan sesuai statusnya secara biologis
sehingga karena perempuan secara fisik lebih lemah maka “seharusnya” berperan di
sektor domestik di dalam rumah yang secara fisik akan terlindungi. Sebaliknya, peran
laki-laki otomatis “terwariskan” oleh statusnya secara biologis yang kuat dan perkasa
sehingga lebih tepat bila berperan di luar rumah di sektor publik. Nampak bahwa,
peran gender ini merupakan konstruksi sosial dan budaya dari masyarakat, yaitu
peran yang dideterminasi oleh nilai, norma, dan aturan yang ada di dalam masyarakat.
Sehingga dari hasil konstruksi sosial tersebut, masyarakat menganggap bahwa
perlunya pembedaan sosialisasi antara laki-laki dan perempuan karena menganggap
peran yang dimeban oleh masing-masing dari mereka pun berbeda.

2. Stratifikasi sosial adalah konsep yang termanifestasi dalam sistem bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara. Stratifikasi sosial disebut juga sebagai konsep adanya
pembedaan atau pengelompokan sosial (komunitas) secara bertingkat. Misalnya,
strata tinggi, sedang, hingga rendah. Stratifikasi sosial di masyarakat dibagi
berdasarkan golongan usia, kekuasaan, kekayaan, hingga kualitas pribadi, yang
dapat memicu pelapisan golongan. Lalu, bagaimana keterkaitan stratifikasi sosial
dengan gaya hidup? Mari kita bahas. Pada dasarnya perbedaan stratifikasi sosial
menimbulkan tejadinya perbedaan gaya hidup karena simbol yang menandakan
status seseorang dalam masyarakat. Orang-orang senantiasa akan memperlihatkan
simbol-simbol sebagai representasi atas sesuatu yang ia raih. Semakin tinggi simbol
yang ditunjukkan, semakin tinggi pula sesuatu yang telah diraih. Sebagai contoh
seseorang dengan pendapatan dua digit tiap bulan biasanya memiliki rumah megah,
mobil mewah, dan tabungan yang melimpah. Selain itu pakian yang ia kenakan juga
dari merk-merk yang tersohor yang harganya mahal. Dari sisi penampilan juga
terkesan modis dan fashionable. Sedangkan seseorang dengan pendapatan rendah
terkesan lebih sederhana dalam berpakaian dan berpenampilan. Dari sini bisa kita
simpulkan bahwa gaya hidup seseorang adalah representasi dari stratifikasi sosial
mereka—dalam hal ini kekayaan.
3. Stratifikasi sosial adalah sesuatu yang dipandang universal. Semua masyarakat
membutuhkan sistem yang diwujudkan dalam sistem stratifikasi. Sistem stratifikasi
juga dipandang sebagai struktur dengan menegaskan bahwa stratifikasi tidak hanya
berarti individu dalam sistem stratifikasi namun juga sistem posisi. Perhatian terpusat
pada bagaimana posisi- posisi yang secara fungsional lebih penting dalam
masyarakat. Masyarakat secara sadar juga telah mengembangkan sistem stratifikasi
dimana posisi–posisi level tinggi dapat
terisi dengan tepat. Stratifikasi adalah alat yang harus dikembangkan oleh masyarakat
agar mereka tetap lestari. Sehingga kehidupan di masyarakat dapat berjalan dengan
baik. Contoh startifikasi sosial bagi masyarakat adalah tentang sistem kelembagaan
Indonesia yang memiliki 3 lembaga, yaitu eksekutuf, legislatif, dan yudikatif. Ketiga
lembaga tersebut memiliki peran masing-masing sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Ketiganya berkolaborasi menjalankan tugasnya demi
terciptanya negara yang adil, aman, dan sejahtera. Dan ketiganya merupakan bentuk
stratifikasi sosial dalam masyarakat Indonesia.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/apa-itu-stratifikasi-sosial-definisi-
penyebab-teori-di-sosiologi-f8E2
https://www.sosiologi79.com/2017/04/teori-fungsional-mengenai-
stratifikasi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai