D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELAS : REGULER A
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kami
rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Simulasi Bisnis.
Pembuatan tugas ini bertujuan sebagai tugas wajib mata kuliah Simulasi Bisnis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing dalam
pembuatan tugas ini.
Kami menyadari dalam penulisan tugas ini jauh dari kata kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan isi maupun penyusunnya, karena terterbatasan kami. Untuk itu dengan
rendah hati, kami mengharapkan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pertumbuhan Ekonomi.......................................................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini mau tidak mau memberikan dampak
terhadap berbagai sektor. Pada tataran ekonomi global, pandemi COVID-19 memberikan
dampak yang sangat signifikan pada perekonomian domestik negara-bangsa dan
keberadaan UMKM. Laporan Organisation for Economic Co- operation and
Development (OECD) menyebutkan bahwa pandemi ini berimplikasi terhadap ancaman
krisis ekonomi besar yang ditandai dengan terhentinya aktivitas produksi di banyak
negara, jatuhnya tingkat konsumsi masyarakat, hilangnya kepercayaan konsumen,
jatuhnya bursa saham yang pada akhirnya mengarah kepada ketidakpastian. Jika hal ini
berlanjut, OECD memprediksi akan terjadi penurunan tingkat output antara seperlima
hingga seperempat di banyak negara, dengan pengeluaran konsumen berpotensi turun
sekitar sepertiga.
Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak terutama pada sisi ekonomi.
Indonesia yang didominasi oleh Usaha Mikro, kecil, dan Menengah (UMKM) perlu
memberikan perhatian khusus terhadap sektor ini karena kontribusi UMKM terhadap
pereknomian nasional yang cukup besar.
Pandemi virus COVID-19 atau yang umum disebut virus corona di masyarakat kian
hari semakin menjangkiti perekonomian Indonesia. Dampak ekonomi akibat virus ini
semula hanya menggerus sisi eksternal perekonomian Indonesia melalui kenaikan
sejumlah komoditas impor dari China. Stabilitas perekonomian pun terkena dampak,
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi sektor paling rentan kena
hantaman pandemi virus corona. Sektor ini disebut ekonom tak bisa lagi menjadi
penyangga perekonomian seperti saat krisis ekonomi dan keuangan 1998 dan 2008.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam
suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan
yang ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output dalam
perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek. Secara umum teori tentang
pertumbuhan ekonomi dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi
klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik,
analisis di dasarkan pada kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini
merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara lain Adam Smith, David
Ricardo. Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern.
Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satu teori pertumbuhan ekonomi modern,
teori ini menekankan arti pentingnya pembentukan investasi bagi pertumbuhan ekonomi.
Semakin tinggi investasi maka akan semakin baik perekonomian, investasi tidak hanya
memiliki pengaruh terhadap permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat 15
melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih panjang
investasi akan menambah stok kapital.
1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk mencapai
penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah
.2 Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat.
Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya ada pada
perubahan atau perkembangan itu sendiri.
.3 Menurut Prof. Simon Kuznets
3
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
kapasitas tersebut dimungkinkan oleh adanya kamajuan atau penyesuaian. Dari berbagai
teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar, Neoklasik, dari Solow, dan teori
endogen oleh Romer, bahwasanya terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam
pertumbuhan ekonomi. Ketiganya adalah:
a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
b) Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selajutnya akan memperbanyak jumlah
angkatan kerja.
c) Kemajuan teknologi Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan
penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan
(sustainability).
5
Berbagai laporan dari lembaga studi yang menganalisis dampak Covid-19
menyatakan bahwa akan terjadi pelambatan ekonomi dunia di tahun 2020 ini, tidak
terkecuali Indonesia. United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD,
2020) menyebutkan bahwa Covid-19 memukul negara-negara berkembang pada saat
mereka sedang berjuang dengan beban utang yang tidak berkelanjutan selama bertahun-
tahun. Pada akhir 2018 total stok utang negara- negara berkembang mencapai 191 persen
(atau hampir dua kali lipat) PDB gabungan mereka, level tertinggi yang pernah tercatat.
Krisis utang negara berkembang, yang sudah berlangsung sebelum goncangan
Covid-19, memiliki dua hal yang patut diketengahkan dalam konteks perdebatan tentang
pengurangan utang untuk negara berkembang setelah goncangan Covid-19. Pertama,
krisis utang yang sedang berlangsung tidak terbatas pada negara-negara berkembang
yang termiskin saja, tetapi juga berpengaruh pada semua kategori pendapatan. Kedua,
pada umumnya, tidak disebabkan oleh salah urus ekonomi di dalam negeri, tetapi oleh
salah urus ekonomi dan keuangan di tingkat global.
UNCTAD menambahkan bahwa kerapuhan posisi utang negara berkembang
sebelum krisis Covid-19 semakin meningkat karena perubahan yang bersamaan dengan
kepemilikan dan denominasi mata uang dari utang swasta dan publik mereka. Dengan
demikian, pasar obligasi domestik semakin dalam dimasuki oleh investor asing.
Indonesia juga tidak luput akan adanya kemungkinan terjebak pada bahaya defisit
anggaran yang tidak berkelanjutan.
Economist Intelligence Unit (2020), lembaga pemikir stategis dari The Economist,
menerbitkan analisis dengan kesimpulan bahwa Covid-19 akan membuat hampir semua
negara Group 20 (G-20) masuk ke jurang resesi. Analisis ini terbit pada akhir Maret
2020. Gambaran suasana ekonomi global tampak suram karena jika resesi terjadi pada
anggota G20 maka efek dominonya akan membuat pelambatan ini menyebar ke seluruh
dunia. Meskipun diasumsikan bahwa pemulihan akan terjadi pada paruh kedua tahun
2020, risiko pandemi gelombang kedua dan ketiga akan semakin memperburuk
gambaran proyeksi ekonomi global paling tidak untuk jangka menengah. Tekanan untuk
menerapkan kebijakan karantina wilayah di setiap negara dipastikan akan meningkat,
yang berarti ketidakpastian ekonomi akan cenderung naik dan membuat pelambatan
ekonomi baik secara gradual maupun drastis.
Semua negara akan berhadapan dengan kondisi dimana pendapatan negara turun,
tetapi di sisi lain negara membutuhkan peningkatan pengeluaran negara yang sangat
tinggi untuk berbagai kebutuhan penanganan Covid-19. Keadaan ini akan membuat
5
banyak negara masuk dalam krisis utang yang berkepanjangan.
Jika merujuk proyeksi Economist Intelligence Unit, Indonesia (bersama dengan
India dan Cina) diprediksi masih relatif beruntung dapat mencapai tingkat pertumbuhan
yang positif. Sementara wilayah Eropa adalah daerah yang paling parah terkena
dampaknya. Namun mengingat analisis ini dilakukan pada masa awal pandemi maka
prediksi ini terlalu prematur untuk menumbuhkan optimisme karena diperkirakan tidak
akan ada negara yang mampu menghela pertumbuhan ekonominya di tahun 2020 ini.
Kementerian Keuangan melalui Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Nathan
Kacaribu (2020), menyatakan bahwa pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi
Indonesia di tahun 2020 ini pada rentang angka 2,3 persen dan minus 0,4 persen, sedikit
lebih tinggi dari proyeksi optimis Bank Dunia 2,1 persen dan untuk pesimis Bank Dunia
memprediksi di angka minus 3,4 persen.3 Detil proyeksi lebih mikro dimana
pertumbuhan triwulan I-2020 masih berkisar 4,5 - 4,6 persen, sedangkan pada triwulan
II-2020 masuk dalam rentang nol persen hingga minus 2 persen. Dampak pandemi
Covid-19 mempengaruhi hampir semua aktivitas domestik sejak awal Maret 2020.
Lebih lanjut Kacaribu menjelaskan bahwa saat ini Indonesia menghadapi masa sulit
dengan tingkat ketidakpastian yang belum bisa diprediksi. Perekonomian global dan
nasional dipastikan melambat signifikan. Titik kritis dampak pandemi Covid-19 terhadap
perekonomian Indonesia diperkirakan terjadi selama April-Juni 2020. Kondisi ini juga
seiring dengan semakin banyak daerah yang menerapkan kebijakan pembatasan sosial
berskala besar. Lebih lanjut diungkapkan Febrio bahwa pembatasan sosial berskala besar
akan menggerus konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi 54-55 persen terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kegiatan dunia usaha juga akan menurun sehingga
berpotensi meningkatkan kasus pemutusan hubungan kerja dan pengurangan jam kerja.
Sebagai solusi jangka pendek, untuk memperkecil tekanan, pemerintah mempercepat
pencairan bantuan sosial secara bertahap mulai April. Stimulus bagi dunia usaha juga
diperluas dan diberlakukan pada awal April. Selain itu, suntikan stimulus baru disiapkan
untuk menyelamatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari kebangkrutan.
Stimulus ekonomi juga akan diarahkan untuk mendukung penduduk rentan miskin yang
di atas 20 persen dan pengusaha menengah ke bawah.
Berdasarkan pertumbuhan year-on-year, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen.
Hal ini wajar mengingat dengan adanya anjuran untuk tidak keluar rumah maka banyak
orang mengakses pekerjaan, hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring
6
hal tersebut, volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga meningkat.
Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang
datang ke Indonesia pada Triwulan I-2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta
kunjungan, berkurang 34,9 persen bila dibanding tahun lalu. Hal ini sejalan dengan
adanya larangan penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan
Februari lalu.Jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative seiring
dengan diberlakukannya PSBB.
Lalu kapan wabah Covid-19 ini berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap
perekonomian Indoensia? Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore
University of Technology and Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi,
Susceptible Infected Recovered (SIR) dengan DDE (Data Driven Estimation), maka
diperkirakan puncak pandemi di Indonesia telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang
lalu dan secara berangsur akan berakhir secara total pada akhir Juli 2020. Data ini
dikeluarkan per 5 Mei 2020 yang diambil berdasarkan data dari berbagai negara untuk
memprediksi berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan
akhir Mei 2020 kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni
seluruh aktifitas dapat berjalan dengan normal. Bila prediksi yang ditujukan untuk
pendidikan dan penelitian ini benar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
mencapai titik terendah pada kuartal kedua. Idul Fitri yang biasanya mempunyai
pengaruh cukup besar untuk menggerakkan perekonomian, akan menjadi sebaliknya
karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan Juni aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan
pengusaha masih mempunyai waktu untuk langsung operasional.
Stimulus fiskal
Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan pendapatan dalam perekonomian,
stimulus fiskal yang digelontorkan akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta
orang atau 11,84 persen dari total tenaga kerja. Stimulus fiskal ini diharapkan dapat
memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24
persen. Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus moneter yang diberikan oleh
Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro Wajib
Minimum (GWM). Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan diikuti dengan
penurunan tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan
ekonomi.
Pandemi Covid-19 ini juga telah memberikan nuansa baru pada rantai pasokan
dunia (global supply chain). Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih
20 persen oleh negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya
pandemi ini. Tentu saja untuk dapat merebut kue pada global supply chain, Indonesia
harus berbenah diri agar lebih menarik investor. Penurunan tarif pajak penghasilan
perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu diikuti oleh pembenahan
dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang
sehat.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua negara didunia saat ini sedang berlomba menghadapi gelombang serangan
wabah covid-19. Termasuk Indonesia dengan jumlah penduduk besar dan kondisi
perekonomian yang lesu perlu segera memiliki antisipasi kebijakan pemerintah yang tepat.
Meskipun sampai saat ini kebijakan pemerintah dinilai lambat dan kurang tegas menurut
beberapa pengamat kebijakan publik akan tetapi perlu diapresiasi bahwa Pemerintah telah
berupaya keras memberikan berbagai solusi bagi masyarakat.
Cara sederhana beradaptasi dan menghadapi pandemi ini adalah dengan menyiapkan
strategi-strategi jangka pendek dan jangka panjang sambil terus berharap vaksin virus
COVID-19 segera ditemukan dan diproduksi massal. Kebijakan jangka pendek yang dapat
diterapkan adalah bantuan keuangan baik dalam bentuk pinjaman lunak atau bantuan tunai
langsung dengan melibatkan pemerintah dan sektor swasta. Sementara strategi jangka
panjang difokuskan pada pengenalan dan penggunaan teknologi digital bagi UMKM
sekaligus persiapan untuk memasuki era Industri 4.0.
B. Saran
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat menambah wawasan dan manfaat bagi
para pembaca. Menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka
penulis dengan lapang dada mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, Thea Fatanah. ―Jangan Kaget, Ini Prediksi Sri Mulyani Soal Ekonomi RI,‖
CNBC Indonesia, diakses 22 April
2020,
https://www.cnbcindonesia.com/market/2020041909 2613-17-
152924/jangan- kaget-ini-prediksi-srimulyani-soal-ekonomi-ri
Baswir, R. (2015, September 1). Ekonomi Kerakyatan vs. Neoliberalisme. Gema
Keadilan, II, 1-10.
Bhwana, Petir Garda. ―Ministry Proposes Soft Loans for SMEs Affected by COVID- 19,‖
Tempo.co, diakses 22 April
2020, https://en.tempo.co/read/1327970/ministry-
proposessoft-loans-for-smes-affected- by-covid-19.
Budianto, Arif. ―8 Juta UMKM Ditarget Bertransaksi Online Pada 2019,‖ Koran Sindo,
diakses 22 April 2020,
https://economy.okezone.com/read/2018/09/22/320/1 954112/8-
juta-umkm-ditarget-bertransaksi-onlinepada-2019
Hakim, Rakhmat Nur. ―Jokowi Gelontorkan Rp 405,1 Triliun untuk Atasi Covid-19, Ini
Rinciannya,‖ Kompas, diakses 22 April
2020, https://nasional.kompas.com/read/2020/03/31/182538
71/jokowi-gelontorkan-rp- 4051-triliun-untuk-atasicovid-19-ini-
rinciannya.
Lihat Peraturan Menteri Kesehatan No. 9/2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka
Percepatan Penanganan COVID-19, diakses23
April 2020
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No 9_Th_2020_ttg_Pe
doman_Pembatasan_So
sial_Berskala_Besar_Dalam_Penanganan_COVID19.pdf Rahman,
Riska. ―37,000 SMEs hit by COVID-19 crisis as government
prepares aid,‖ The Jakarta Post, 16 April
15
2020,
https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/16/37 000-smes-
hit-by-covid-19-
crisis-as-governmentprepares-aid.html.
Santoso, Yusuf Imam. ―Menghitung dampak Covid19 terhadap dunia usaha hingga
UMKM,‖ Kontan.co.id, diakses22 April 2020,
https://nasional.kontan.co.id/news/menghitungdampak-covid-19-
terhadap-dunia- usaha-hinggaumkm?page=all
16