Anda di halaman 1dari 2

Zaman pra-kemerdekaan adalah suatu sebutan atas peristiwa yang terjadi pada abad ke 19, sampai

pertengahan abad ke 20 (1800-1945). Pada masa ini tumbuh kesadaran bangsa Belanda untuk
meningkatkan kecerdasanbangsa Indonesia, melalui pendidikan dan memikirkan kesejahteraannya.
Politik ini disebut dengan politik etis. Belanda mulai menerapkan sistem liberalisasi di Indonesia
tahun 1877. Artinya membuka peluang pihak swasta untuk berusaha. Hal ini pengaruh para
pengusaha Belanda yang memiliki uang, terhadap pemerintahan yang selama ini dipegang oleh
kaum konservatif. Ini menimbulkan penderitaan bagi bangsa Indonesia. Untuk memasukkan uang ke
kas negara sistem pajak mulai diterapkan melalui mekanisme struktur sosial tradisional, banyak
menimbulkan konflik. Misalnya perang Kamang tahun 1908 di Bukittinggi. Sejalan dengan itu maka
timbulah kesadaran nasional dalam diri orang Indonesia. Beberapa contoh dalam hal ini misalnya
melalui olah seni budaya. Berdirinya perkumpulan Poesat Tenaga Rakyat (Poetera), dengan
pimpinan Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H.Mansyur. Pada zaman Jepang kegiatan seni
lukis dan seni grafis Indonesia dibangun atas bantuan Poetera dan Keimin Bunka Shidoso (Kelompok
seniman Jakarta).

pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia (1941-1950), terlihat semangat kebangsaan

1. Adanya cita-cita budaya nasional

2. Adanya perhatian pada kesenian sebagai nilai budaya bangsa

3. Adanya reaksi terhadap citra seni masa lampau (seni sebagai kebebasan pribadi untuk
kepentingan bangsa, seni tidak menjadi alat pengabdian kepada penguasa)

4. Bangkitnya rasa harga diri dengan pencarian kepribadian bangsa melalui prestasi seni

5. Bangkitnya dimensi sosial yang bersifat horisontal, menghilangkan perbedaan suku, agama dan
pencarian identitas nasional

6. Adanya suasana kebebasan berekspresi dengan penggalian berbagai sumber tradisi sebagai
bangsa yang merdeka.

7. Pilihan antara sumber tradisi sendiri dan sumber tradisi budaya Barat(dari Kongres Kebudayaan
Indonesia)

Akibat suasana tersebut, maka seniman kemudian mengambil peran yang tak kecil dalam revolusi
fisik antara lain dengan menggunakan seni sebbagai medium politik. Seni sebagai medium
perjuangan, paling tidak, mampu mengikat rasa persatuan di kalangan seniman, dan terasa
pengaruhnya kepada masyarakat melalui medium poster dan slogan-slogan. Pada saat ini timbul
berbagai sanggar di kota-kota besar dan kecil. Kemudian tumbuhnya pendidikan formal seni rupa,
lahirnya Pendidikan Akademi Seni Rupa Indonesia dan Balai Pendidikan Guru Gambar, tahun 1947,
tujuannya untuk melahirkan bibit-bibit seniman dan guru kesenian. Sesuai dengan lingkungan alam
Indonesia yang memiliki tradisi seni yang tua, maka ada keinginan untuk menjadikan tradisi seni
masa lampau itu sebagai dasar titik tolak seni baru. Terutama dengan munculnya Pendidikan
Nasional. (Taman Siswa tahun 1922, Inlandse Nijderheid school, INS) yang mengajarkan seni rupa
Indonesia, adalah langkah awal untuk mengenal seni rupa tradisional Indonesia. Langkah awal ini
diteruskan oleh pendidikan nonpemerintah Belanda, seperti Sekolah Kartini dan sekolah Dwi Sartika
di Bandung. Pada zaman penjajahan Jepang, pengaruh nasionalisme makan terasa dalam kehidupan
seni. Seniman-seniman yang sudah muncul pada zaman kolonial Belanda, secara perorangan
maupun kelompok giat dalam melukis. Seni lukis ini memang tidak berolak dari tradisi masa lampau,
melainkan dari tradisi senilukis Barat.
Raden Saleh lama di Eropah (18830-1851), ia dipengaruhi gaya seni ruparomantik Eropah. Lukisan
Raden Saleh dikenal dengan gayanya yang dinamis, misalnya dalam menggambarkan adegan
petualangan seseorang, adegan dramatik seperti pada lukisan “ Antara hidup dan mati” (1848) yang
melukiskan perkelahian bison dengan singa, “Berburu Banteng di Jawa” (1870), yang melukiskan
penunggang kuda menyerang seekor banteng, “ Hutan terbakar” yang menggambarkan sejumlah
binatang kebingungan oleh amukan api, “Banjir” yang melukiskan orang ketakutan ditengah bencana
alam, dan lain-lain. Seni lukis Raden Saleh mengekspresikan semangat romantis sebagai pengaruh
corak seni lukis realisme-Romantik Eropah, sebagaimana lukisan-lukisan Realisme-Romantik karya
pelukis Perancis Delacroix atau Gericault yang bercorak romantis. Raden Saleh dapat dikatakan
sebagai perintis corak seni lukis modern Indonesia. Seni lukis modern ini berbeda dengan seni lukis
tradisil yang telah berkembang berabad-abad sebelumnya yang memiliki ciri khas sendiri. Gaya seni
rupa, pemilihan tema, pemakaian bahan lukisan, fungsinya banyak berbeda dengan seni lukis tradisi.
Raden Saleh melukis dengan maksud mengembangkan bakat seni pribadi atau potensi kreatif-artistik
seniman secara individual. Gaya seni Eropah ini umumnya berpandangan lebih universal, ketimbang
seni rupa lokal seperti pembuatan patung nenek moyang, seni wayang, ukir kayu, totem dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai