Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

PADA PENDERITA HIPERTENSI

NATALIA G. MARCUS

NIM. P07120119031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN AMBON

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan

danpengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi

dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2016). Sistem yang berperan

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistempencernaan yang terdiri atas

saluran pencernaan dan organ aksesori dalamanatomi fisiologi saluran

pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan

organ aksesori terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas masing-masing

fungsi dari ketiga organ ini membantuterlaksananya sistem pencernaan

makanan secara kimiawi (Hidayat, 2015).

Gangguan kebutuhan nutrisi dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu terlalu sering mengonsumsi makanandengan rasa pedas, gurih,

penggunaan santan yang kental, banyak mengandung lemak dan

garam secara berlebihan sehingga mengakibatkan meningkatnya tekanan darah

naik. Adapun penyakit yang menimbulkan gangguan nutrisi tersebut

adalah hipertensi.

Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada diatas

batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap

atau slinet killer. Hipertensi dengan cara tiba –tiba dapat mematikan seseorang
tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu. Hipertensi berarti tekanan darah

dalam pembuluh- pembuluh darah sangat tinggi (Susilo dan Wulandari, 2011).

Tujuh persen penduduk di negara Barat menderita apendisitis dan

terdapat lebih dari 200.000 Appendiktomi dilakukan di Amerika Serikat

setiaptahunnya. World Health Organization (WHO) menyebutkan insidensi

apendisitisdi Asia dan Afrika pada tahun 2008 adalah 4,8% dan 2,6%

penduduk dari total populasi.Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun

2008, apendisitismenempati urutan keempat penyakit terbanyak diIndonesia

setelah dispepsia, gastritis dan duodenitis, dan penyakit system cerna lain

dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persistem

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah sistolik diatas

90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2014).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan

satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di

negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang, diperkirakan

penderita hipertensi diseluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta

kematian setiap tahun. Di amerika, diperikirakan 1 dari 4 orang dewasa

menderita hipertensi. Perilaku kehidupan seperti pola makan tinggi kalori,

lemak, kolestrol yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti hipertensi

dan diabetes mellitus. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia

terkena hipertensi (DepKes RI, 2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebanyak 34,11%. Angka

prevalensi tertinggi ditemukan di Kalimantan Selatan (44,13%), diikuti Jawa

Barat (39,60%), Kalimantan Timur (39,30%), Jawa Tengah (37,57%) dan

Kalimantan Barat (36,99%). Sedangkan untuk provinsi Lampung sendiri

penderita hipertensi mencapai angka (29,94%) (RisKesDas, 2018).

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016), angka

kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05 %, artinya bahwa dari

setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang diantaranya mengalami sakit.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik melalui Susenas 2012-2014 menyatakan

secara umum derajat kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan dari

tahun 2012-2014. Penyakit-penyakit yang kerap menjangkiti lansia adalah

penyakit tidak menular (PTM) antara lain hipertensi, artris, strok, penyakit paru

obstrukf kronik (PPOK), dan diabetes mellitus (DM) (Ratnawati, 2014).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan

satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di

negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang, diperkirakan

penderita hipertensi diseluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta

kematian setiap tahun. Di amerika, diperikirakan 1 dari 4 orang dewasa

menderita hipertensi. Perilaku kehidupan seperti pola makan tinggi kalori,

lemak, kolestrol yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti hipertensi


dan diabetes mellitus. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan

diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia

terkena hipertensi (DepKes RI, 2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebanyak 34,11%. Angka

prevalensi tertinggi ditemukan di Kalimantan Selatan (44,13%), diikuti Jawa

Barat (39,60%), Kalimantan Timur (39,30%), Jawa Tengah (37,57%) dan

Kalimantan Barat (36,99%). Sedangkan untuk provinsi Lampung sendiri

penderita hipertensi mencapai angka (29,94%) (RisKesDas, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meirina (2011)

berjudul Hubungan Lansia dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bogor Selatan, penelitian dilakukan terhadap 219 responden.

Hasil penelitian disimpulkan ada hubungan dukungan emosional (ρ 0,000),

instrumental (ρ 0,000), dan penghargaan (ρ 0,002) dengan pemenuhan

nutrisipada lansia. Dari karakteristik lansia ada hubungan fungsi

kesehatandengan pemenuhan nutrisi pada lansia (ρ 0,000).

Dilihat dari banyaknya penderita l yang mengalami hipertensi, maka

penulis tertarik untuk menyusun laporan tentang asuhan keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi pada penderita hipertensi, dengan harapan klien

dapat memelihara dan meningkatkan mutu kesehatan serta mendapat gambaran

tentangasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada klien hipertensi.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah

“BagaimanaGambaran asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada penderita hipertensi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Ini Adalah Untuk Menjelaskan bagaimana gambaran

asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada penderita

hipertensi”

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada penderita hipertensi

2. Bagi Penulis

Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi pada penderita hipertensi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh

yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.

Dimana zat makanan itu terdiri atas zat-zat gizi dan zat lain yang dapat

menghasilkan energi dan tenaga. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima

makanan atau bahan-bahan penting dari lingkungan hidupnya dan menggunakan

bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan

sisanya. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana individu

yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan

metabolik (Wilkinso Judith M, 2016).

Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh.

Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen

yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan

sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh

manusia. (Sutanto dan Fitriana, 2017).


Macam – Macam Nutrisi

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan

terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian di manfaatkan tubuh dan

kelebihan glukosa akan di simpan dihati dan jaringan otot dalam bentuk

glikogen ( Tarwoto dan Wartonah, 2010 ). Kebutuhan karbohidrat untuk

lansia yaitu:

1) Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun sehubungan dengan

penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak yang inaktif) dan

kegiatan fisik cenderung menurun.

2) Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40- 49 tahun dan

10% pada usia 50- 59 tahun serta 60 – 69 tahun.

3) Menurut Nasrullah (2016), kecukupan nutrisi yang dianjurkan untuk

usia lanjut (≥ 60 tahun) adalah pada laki- laki 2200 kalori dan wanita

1850 kalori.

a) Kebutuhan kalori untuk wanita di atas 50 tahun, tidak aktif secara

fisik, membutuhkan 1.600 kalori per hari, sedikit aktif,

membutuhkan 1.800 kalori per hari, sedangkan aktif,

membutuhkan 2.000 sampai 2.200 kalori per hari.

b) Kebutuhan kalori untuk pria di atas 50 tahun, tidak aktif secara

fisik,membutuhkan 2.000 kalori per hari, Sedikit aktif,


membutuhkan 2.200 sampai 2.400 kalori per hari, sedangkan aktif,

membutuhkan 2.400 sampai 2.800 kaloriper hari.

4) Kekurangan energi mengakibatkan berat badan rendah, sedangkan

berat badan yang rendah dapat mengakibatkan fungsi umum menurun

seperti menurunnya daya tahan dan kesanggupan kerja.

5) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50% dari

hidrat arang yang merupakan hidrat arang komplek (sayuran, kacang-

kacangan, dan biji-bijian) (Nasrullah, 2016).

b. Protein

Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan

senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan antibodi (Tarwoto dan

Wartonah, 2010). Kebutuhan protein untuk lansia yaitu :

1) Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel –sel jaringan

yang rusak serta mengatur fungsi fisiologis tubuh.

2) Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein

hewani dan nabati dengan perbandingan 1 : 3.

3) Jumlah protein yang di perlukan untuk laki – laki usia lanjut (≥60

tahun) adalah 55 g per hari dan wanita usia lanjut 48 g per hari.

4) Hindari konsumsi protein yang berlebih karena akan memberatkan

fungsi ginjal dan hati

5) Protein diperlukan lebih pada usia lanjut yang menderita penyakit

infeksi serta mengalami stress berat.


6) Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia,

yaitu 8- 10% dari seluruh total kalori (Nasrullah, 2016).

c. Lemak

Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang mengasilkan

jumlah kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein (Tarwoto

dan Wartonah, 2010). Kebutuhan lemak untuk lansia yaitu: Lemak

merupakan sumber tenaga selain hidrat arang Konsumsi lemak yang

berlebihan tidak dianjurkan pada usia lanjut karena dapat meningkatkan

kadar lemak dalam tubuh khususnya kadar kolesterol darah. Kebutuhan

lemak usia lanjut lebih sedikit. Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih dari

seperempat kebutuhan energi.

Pada usia lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi asam lemak tak

jenuh (berasal dari nabati). Dan pembatasan konsumsi lemak untuk

usia lanjut karena mengingat :

1) Berkurangnya aktivitas tubuh.

2) Berkurangnya produksi enzim sehingga pencernaan lemak tidak

sempurna akan membebani lambung dan usus.

3) Bisa menyebabkan arterosklerosis bila mengkonsumsi asam

lemak jenuh yang tinggi.

4) Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total

kalori (Nasrullah, 2016).

d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam

jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin

sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai

katalisator. Untuk usia lanjut dianjurkan untuk mengingatkan konsumsi

makanan kaya vitamin A,B,E untuk mencegah penyakit degeneratif (sebagai

antioksidan). Selain itu, mengonsumsi makanan yang makanan yang banyak

mengandung vitamin B12, asam folat, dan B1 juga dianjurkan, untuk

menanggulangi risiko penyakit jantung (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Kebutuhan vitamin untuk usia lanjut perorang per hari adalah :

1) Vitamin A wanita 500 RE dan laki- laki 600 RE

2) Vitamin B1 1,0 μg.

3) Vitamin B6 wanita 1,6 μg dan laki- laki 2,0 μg

4) Vitamin B12 1,0 μg

5) Asam folat wanita 150 μg dan laki- laki 170 μg

6) Vitamin C60 μg

7) Vitamin D5 μg

8) Vitamin E wanita 8 μg dan laki-laki 10 μg (Nasrullah, 2016).

9) Mineral

Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena

peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak

menghasilkam energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam

mempertahankan proses tubuh.


Pada usia lanjut dianjurkan mengonsumsi makanan kaya Fe, Zn,

selenium dan kalsium untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang

terutama pada wanita (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Kebutuhan mineral untuk lansia per hari adalah :

1) Kalsium wanita 500 μg dan laki-laki 600 μg.

2) Zat besi wanita 14 μg dan laki-laki 13 μg.

3) Natrium (NaCl) 2,8-7,8 g.

4) Seng (Zn) 15 μg.

5) Selenium wanita 55 μg dan laki-laki 70 μg (Nasrullah, 2016).

e. Air

Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam

kehidupan sel-sel tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh

kita melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh

berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar 10-11

liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan

yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya

direabsorpsi. Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan

terjadi melalui proses difusi (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Kebutuhan air yaitu : Minum air 6-8 gelas per hari, banyak minum

dan kurangi makanan yang terlaluasin, dan pembatasan minum kopi dan teh

(Sunaryo, 2016)

2. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


a. Kalori pada lanjut usia dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut

usia, misalnya gemuk/kurus atau disertai penyakit demam.

b. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.

c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan.

dan terjadi penyakit, 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.

d. Vitamin dan mineral kebutuhannya sama dengan usia muda.

e. Air, 6-8 gelas per hari.

3. Keseimbangan Energi

Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk aktivitas dan fungsi fisiologi organ tubuh

agar fungsi-fungsi tubuh berjalan normal, maka energi yang digunakan harus

seimbang dengan energi yang masuk. Dinamika keseimbangan energi yaitu :

Energi yang masuk adalah total pengeluaran energi (kebutuhan energi)

sehingga keseimbangan energi sama dengan energi yang masuk dikurangi

pengeluaran energi (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

4. Masalah Kebutuhan Nutrisi

Secara umum, gangguan nutrisi terdiri atas kekurangan dan

kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung

korener, kanker dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).

a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang

dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan

akibat tidak kecukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Bila

konsumsi kalori terlalu rendah dari yang kebutuhan, hal tersebut

menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabilakondisi inidisertai

kekurangan protein, kerusakan sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki,

akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah

terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.

b. Kelebihan nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami

seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat

asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.

Pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurangnya aktivitas

fisik, Kebiasaan makan tersebut sulit untuk di ubah walaupun klien telah

menyadari untuk mengurangi makan.Kegemukan merupakan salah satu

pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus,

penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi lansia

1) Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi

atau ompong

2) Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap

cita rasa manis, asin, asam, dan pahit


3) Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran.

4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5) Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan

konstipasi.

6) Penyerapan makanan di usus menurun.

7) Indera penciuman dan penglihatan juga terganggu, sehingga

mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat

terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena depresi dan

kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering

dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang

tidak nyaman. Selain itu, lansia umumnya mempunyai paling sedikit satu

masalah kesehatan, seperti artritis, penyakit kardiovaskular, dan

diabetes. Ditambah pula menurunnya kapasitas mental yang berkaitan

dengan otak. Gangguan kesehatan pada lansia itu berkaitan dengan apa

yang dimakan. Mereka membutuhkan pengaturan menu yang tepat,

contohnya makanan rendah lemak dan garam (Azizah, 2011).

5. Status Nutrisi

Status nutrisi menurut (Tarwoto dan Wartonah, 2010), karakteristik status

nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body mass index-BMI) dan

berat badan tubuh ideal (ideal body weight- IBW).

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan

Status nutrisi seseorang, dalam hal ini klien dengan gangguan status

nutrisi, dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D (Mubarak,

2008).

a. Pengukuran antropometrik

b. Data biomedis

c. Tanda – tanda klinis status nutrisi

d. Diet

1) Tujuan mengkaji kebutuhan nutrisi :

a) Mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaruh terhadap

status kesehatan.

b) Mengumpulkan informasi khusus guna menetapkan rencana

asuhankeperawatan terkait nutrisi.

c) Menilai keefektifan asuhan keperawatan terkait nutrisi dan

kemungkinan untuk memodifikasi asuhan tersebut.

d) Mengidentifikasi kondisi kelebihan nutrisi yang berisiko

menyebabkan obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung,

hipertensi.

e) Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien.

2) Pemeriksaan biokimia

Nilai yang umum digunakan pemeriksaan ini adalah kadar total

limfosit albumin serum, zat besi, transferrin serum, kreatinin,


hemoglobin, hematocrit, keseimbangan nitrogen, dan tes antigen

kulit (Barkaukas,1995 dalam Mubarak, 2008).

3) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian kondisi

fisik yang berhubungan dengan masalah nutrisi. Prinsip pemeriksaan

ini adalah head to toe yaitu dari kepala sampai kekaki. Selanjutnya

dilakukan pengamatan terhadap tanda – tanda atau gejala klinis

defisiensi nutrisi

4) Pengukuran antropometri

Metode pengukuran ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi

tubuh manusia. Pengukuran antropometrik terdiri atas:

(a) Tinggi badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, TB

tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Tinggi badan

merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah

lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan

tepat, serta dapat digunakan sebagai ukuran kedua yang penting,

karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (qua stick)

faktor umur dapat di kesampingkan. Pengukuran tinggi badan

dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan microtoise

dengan kepekaan 0.1 cm dengan menggunakan satuan


sentimeter atau inci. Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri

lurus dan tanpa menggunakan alas kaki.

Cara pengukuran TB untuk lansia :

Tinggi lutut (TL) untuk menentukan tinggi badan (TB) lanjut

usia

Pria = (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) +

64.19

Wanita = (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun))

+ 84.88

Pengukuran tinggi badan dengan panjang depan

Pria = 118,24 + (0,28 x panjang depa) – (0,07 x umur) cm

Wanita = 63,18 + (0,63 x panjang depa) – (0,17 x umur) cm

(b) Berat badan

Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering

digunakan. Pengukuran berat badan juga dapat memberikan

gambaran status gizi seseorang dengan mengetahui indeks

massa tubuh. Pengukuran berat badan inimenggunakan

timbangan injak seca.

(c) Tebal lipatan kulit

Pengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan cara menentukan

presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan

penyusun komposisi tubuh yang merupakan salah satu indikator


yang bisa digunakan untuk memantau keadaan nutrisi melalui

kadar lemak dalam tubuh. Pengukuran lipatan kulit

mencerminkan lemak pada jaringan subkutan, massa otot dan

status kalori. Pengukuran ini dapat juga digunakan untuk

mengkaji kemungkinan malnutrisi, berat badan normal atau

obesitas.

(d) Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas merupakan pengkajiam umum yang

digunakan untuk menilai status nutrisi. Pengukuran LILA

dilakukan dengan menggunakan sentimeter kain (tape around).

Pengukuran dilakukan pada titik tengan lengan yang tidak

dominan. Nilai normal lingkar lengan atas pada lansia adalah 21

hingga 22 cm.

Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan

mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh

(Nasrullah, 2016).

(e) Hasil pemeriksaan penunjang

Normal kadar kolesterol dibawah 100 mg/dl dan ada

peningkatan atau penurunan kadar kolesterol.

(f) Riwayat diet

Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan

jenis makanan yang dikonsumsi pasien selama 24 jam yang


meliputi karbohidrat, protein, lemak, sayur, buah – buahan, air,

dan mineral. Pengkajian asupan dan pola makan meliputi

pengkajian dan informasi mengenai makanan yang dikonsumsi,

persiapan makanan, dan kebiasaan makan (Moore 1997 dalam

Mubarak, 2008). Analisis diet klien dapat dilakukan dengan

menggunakan kelompok makanan harian (daily food groups)

dan table komposisi makanan (food composition table). Pola

makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar

belakang etnis, status sosial ekonomi, dan aspek psikologi

(Mubarak, 2008)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),

dagnosa keperawatan yang muncul pada masalah nutrisi adalah (PPNI,

2017):

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat akibat mual

dan muntah

2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori

dan protein

3. Rencana Intervensi Keperawatan


Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa

merujuk pada intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

a. Intervensi keperawatan sebagai berikut :

1) Ketidakseimbangan nutrisi dengan kebutuhan tubuh berhubungan

dengan asupan nutrisi tidak adekuat akibat mual dan muntah

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat

Kriteria hasil

a) Meningkatkan masukan oral

b) Meningkatkan peningkatan BB

Intervensi

a) Manajemen nutrisi

(1) Identifikasi status nutrisi

(2) Identifikasi makanan yang disukai

(3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

(4) Monitor asupan makanan

(5) Monitor berat badan

b) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat

R/ Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi

c) Timbang setiap hari R/ Deteksi dini perubahan nutrisi yang

adekuat

d) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat


R/ Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk

masukan nutrisinya

e) Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)

R/ Aroma yang enak akan membangkitkan selera makanan

f) Berikan dorongan individu untuk makan bersama orang lain

R/ Dengan makan bersama-sama secara psikologis meningkatkan

selera makan

g) Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan

sesudah mengunyah makan

R/ Dengan situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan

h) Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering

R/ Mengurangi perasaan tegang pada lambung

i) Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan

untuk:

(1) makan makanan kering saat bangun tidur

(2) hindari makanan yang terlalu manis dan berminyak

(3) minum sedikit-sedikit melalui sedotan

(4) makan dalam porsi kecil rendah lemak dan makan sering R/

meningkatkan asupan makanan.

2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan asupan kalori

dan protein
Tujuan : klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-

tanda infeksi

Kriteria hasil

a) Tanda-tanda peradangan tidak ditemukan (panas, bengkak, nyeri,

merah, gangguan fungsi)

Intervensi

(1) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur R/ Mendeteksi

dini untuk mencegah terjadinya radang

(2) Tingkatkan kemampuan asupan nutrisi

TKTPR/Meningkatkan kadar protein dalam tubuh sehingga

meningkatkan kemampuan kekebalan dalam tubuh

(3) Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat

menyebabkan imunosupresi R/ Menurunkan risiko terjadinya

infeksi.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh

perawat. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan implementasi

adalah intervensi yang dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan

validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal,

intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efesien dan situasi yang tepat,

keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan

berupa pencatatan dan pelaporan


5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum

dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam (Hidayat dan Uliyah, 2012) :

a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan

dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila kurang dari

kebutuhan

b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditentukan dengan tidak adanya tanda

kekurangan atau berlebihan berat badan

c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan dengan

adanya proses pencernaan makan yang adekuat.

C. Tinjauan Konsep Penyakit Hipertensi pada Lansia

1. Definisi Penyakit Hipertensi

Hertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (Morbiditas) dan angka kematian (Mortalitas) (Aspiani,

2014). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persistem

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah sistolik

diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg (Aspiani,

2014). Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada diatas

batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap


atau slinet killer. Hipertensi dengan cara tiba-tiba dapat mematikan seseorang

tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu. Hipertensi berarti tekanan darah

dalam pembuluh- pembuluh darah sangat tinggi (Susilo dan Wulandari,

2011)

2. Batasan – Batasan Lanjut Usia

Menurut WHO, lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia (45-59 tahun).

b. Lanjut usia (eldery) antara (60-74 tahun).

c. Lanjut usia (old) antara (75 dan 90 tahun).

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. 2011)

3. Manajemen Nutrisi Pada Diet Hipertensi

Manajemen non-farmakologi yang sangat penting diterapkan oleh

individu yang memiliki hipertensi adalah diet. Diet adalah salah satu cara

untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius karena metode

pola makan. Prinsip yang dilakukan untuk diet hipertensi adalah makanan

beraneka ragam, jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi

penderita, jumlah garam dibatasi sesuai dengan dengan kesehatan penderita

dan jenis makanan dalam daftar diet. Tujuan dari diet hipertensi adalah

mengurangi asupan garam, memperbanyak serat, menghentikan kebiasaan

buruk, memperbanyak asupan kalium. Selain itu diet hipertensi bertujuan

untuk penderita hipertensi menghindari makanan yang dapat meningkatkan


kadar kolesterola dan tekanan darah sehingga tidak mengalami stroke dan

infark jantung (Vitahealth, 2004).

4. Etiologi Hipertensi

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat

mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak sama

sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang sangat berlainan

(Susilo dan Wulandari, 2011).

a. Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan tekanan perifer.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi :

1) Genetik : respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport Na.

2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3) Stress karena lingkungan

b. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadi

perubahan –perubahan pada :

1) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

2) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena

kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.


3) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Aspiani, 2014).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk literture review

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien dengan

hipertensi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan

yang meliputi identifikasi data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini, subyeknya ialah klien dewasa yang dirawat di rumah

sakit. Kriteria untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Klien berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan

2. Subyek terdiri dari klien dewasa dengan kasus penyakit hipertensi

3. Klien yang terdiagnosis hipertensi dan terdiagnosis hipertensi dengan

penyakit penyerta lainnya

C. Definisi Operasional

1. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah persisten dengan tekanan

sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.

Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit gagal jantung, stroke, dan

gagal ginjal. Hipertensi merupakan diagnosa medis pasien yang dapat dilihat

dari rekam medis pasien.

2. Asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi

Asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi adalah bentuk pelayanan

keperawatan yang professional yang diberikan kepada yang menderita

hipertensi menggunakan metodelogi proses keperawatan. Proses keperawatan

sendiri meliputi pengkajian, diangnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan

evaluas.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan :

a) Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data antara peneliti dan

pasien, Tujuan dari wawancara ialah mendengarkan dan

meningkatkan kesejahteraan pasien melalui hubungan saling

percaya dan suportif. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan

masalah utama pasien dan riwayat penyakit saat ini (Bickley Lynn S

& Szilagyi Peter G, 2018).

b) Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh kekuatan

indera seperti pendengaran, penglihatan, perasa, sentuhan, dan cita rasa

berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa empiris (Hasanah, 2016).

Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh pasien

untuk menentukan ada atau tidaknya masalah fisik. Tujuan

pemeriksaan fisik adalah untuk mendapatkan informasi valid tentang

kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara

melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi),

mendengarkan (auskultasi) pada system tubuh klien (Kedokteran,

2018).

c) Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan suatu data atau

informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi

dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan melihat hasil dari

pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan, seperti pemeriksaan

fisik lainnya untuk mengetahui kelainan-kelainan pada klien.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format asuhan

keperawatan medikal bedah sesuai ketentuan yang berlaku.

E. Keabsahan Data

Keabsahan data yang dilakukan peneliti dimaksudkan untuk membuktikan

kualitas data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga

menghasilkan data dengan validitas tinggi. Selain itu, keabsahan data dilakukan

dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan, sumber informasi

tambahan menggunakan triangulasi data dalam pengumpulan data.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpula data dan sumber data

yang telah ada. Dalam penelitian menggunakan 3 triangulasi yaitu :

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda dengan teknik yang sama. Misalnya melalui observasi dan


wawancara, peneliti bias menggunakan observasi terlihat pada dokumen-

dokumen klien atau rekam medis, dan pemeriksaan penunjang yang dapat

berupa foto atau gambar.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat menggunakan wawancara,

observasi, dan pemeriksaan fisik untuk mengecek kebenaran. Selain itu,

peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengetahui

kebenarannya contohnya seperti keluarga dan perawat.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu juga dapat mempengaruhi kreditibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari saat narasumber masih

segar sehingga akan memungkinkan data yang lebih valid.

F. Analisa Data

Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi selanjutnya menggunakan analisis data. Analisis data dilakukan

sejak peneliti dilahan penelitian, sewaktu pengumpulan data sampai dengan

semua data terkumpul. Teknik analisis dapat dilakukan dengan


caramengumpulkan jawaban-jawaban dari penelitian yang di peroleh dari

hasil wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Kemudian dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi

yang menghasilkan data untuk selanjutnya dikumpulkan oleh peneliti, data yang

dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data

subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu pendapat terhadap

suatu situasi atau kejadian. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat

diobservasi dan diukur, yang diperoleh menggunakan panca indera (melihat,

mendengar, mencium, dan meraba) selama pemeriksaan fisik. Dari data tersebut,

selanjutnya peneliti menegakkan diagnosa keperawatan. Kemudian peneliti

menyusun intervensi atau rencana keperawatan, melakukam implementasi atau

pelaksanaan serta mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai