Anda di halaman 1dari 4

4.

5 Asam Asetat
Asam asetat (glasial) memiliki kode produk PF001, PF002 dengan nama lain Asam;
Asam Metanakarboksilat; Asam Asetat, dibuat oleh perusahaan Pioneer Forensics, LLC. Pada
peringatan keselamatan, asam sulfat memiliki nomor CAS 64-19-7 Etanoat. Asam sulfat
berbahaya, yang mana cairan dan uap udah terbakar dan korosif sehingga dapat menyebabkan
luka bakar parah pada kulit, mata, dan saluran pencernaan. Kabut atau uap dari asam sulfat ini
juga sangat mengiritasi mata dan saluran pernapasan. Produk ini dianggap sebagai “Bahan Kimia
Bebahaya” dan memiliki potensi efek kesehatan yang akut apabila terhirup, tertelan, kontak
kulit, dan kontak mata, yang mana asam asetat menyebabkan korosif pada segala rute paparan,
serta paparan zat yang berulang atau berkepanjangan dapat menghasilkan kerusakan organ target.
Namun, tidak hanya pada manusia, pada lingkungan juga asam asetat berbahaya bagi organisme
akuatik karena mempengaruhi keasaman (pH) air yang menyebabkan efek berbahaya pada
organisme air (Pioneer Forensics LLC., 2012).
Komposisi asam sulfat, yaitu hanya asam asetat dengan formula C 2H4O2 dengan berat
60,05 dan merupakan bahan berbahaya. Adapun pertolongan pertama apabila terhirup, tertelan,
terkena kulit, ataupun kontak mata, pastikan semua bagian yang terkena segera dihindarkan dari
zat ini, baik dengan pindah ke udara segar, membilas apabila tertelan, dibilas dengan air selama
15 menit, serta apabila merasa tidak enak badan, maka harus segera dapatkan bantuan medis dan
tunjukkan label zat agar tenaga medis mengetahui bahan yang terlibat. Berdasarkan peringkat
NFPA, kesehatan (warna biru) menunjukkan angka 3, kemudahan terbakar (merah)
menunjukkan angka 2, serta reaktivitas (warna kuning) menunjukkan angka 1, dan bahaya
khusus lainnya (warna putih) menunjukkan angka 0, yang mana itu berarti bahan asam sulfat ini
memiliki efek kesehatan dengan bahaya serius, kemudahan terbakar berbahaya moderat,
reativitas biasanya stabil, tetapi bisa tidak stabil apabila pada suhu atau tekanan tinggi, serta tidak
ada bahaya/bahaya minimal bahaya khusus lainnya. Oleh karena itu, media pemadaman yang
cocok, antara lain air, serbuk kering,busa, dan karbon dioksida, tetapi jangan gunakan aliran air
padat (lurus) karena dapat menyebarkan dan menyebarkan api. Adapun tindakan pelepasan
kecelakaan dengan pencegahan pribadi dapat dilakukan dengan mengisolasi area bahaya dan
menjauhkan semua orang yang tidak berkepentingan, pastikan tetap melawan angin, dan
dijauhkan dari daerah rendah, serta hindari darai konta mata, kulit dan pakaian. Pencegahan
terhadap bahaya pada lingkungan dilakukan dengan mencegah kebocoran atau tumpahan lebih
lanjut, tidak mencemari air, dihindari dari saluran pembuangan, saluran air ataupun tanah, serta
apabila tumpahannya besar, maka disarankan untuk ditanggul. Adapun pembersihan dilakukan
dengan diserapnya tumpahan dengan bahan inert, seperti misalnya vermikulit, pasir kering,
tanah, kain, bulu domba, dan ditempatkan dalam wadah tahan api yang sesuai untuk dibuang.
Pembersihan juga dilakukan dengan menetralkan kembali area tumpahan dan pencucian (Pioneer
Forensics LLC., 2012).
Bekerja dengan zat asam asetat harus hati-hati dengan tidak memegang atau membuka
bahan di dekat api, sumber panas, atau sumber api, serta bahan harus dilindungi dari sinar
matahari langsung. Tak lupa juga harus mengenakan alat pelindung diri dan pada area yang
berventilasi. Kontak dengan kulit, mata, dan pakaian, serta tidak menghirup uap atau kabut
semprot, tidak menelannya, serta selama menggunakan bahan ini tidah boleh makan, merokok,
atau minum. Berdasarkan hal tersebut, maka teknik penyimpanan terbaik untuk asam sulfat
adalah dengan disimpan di tempat yang sejuk, kering, berventilasi, jauh dari bahan yang tidak
kompatiel, disimpan pada wadah aslinya, wadah dijaga agar tetap tertutup rapat dan tegak,
jauhkan dari makanan, minuman, dan bahan makanan hewan, serta jauhkan juga dari jangkauan
anak-anak. Teknik mengontrol bahan ini ada an digunakan agar pengendalian berjalan baik aalah
dengan memastikan ventilasi memadai dan tingkat ventilasi disesuaikan dengan kondisi,
gunakan selungkup, ventilasi pemuangan local,atau teknik lain yang dapat menjaga tingkat udara
di bawah batas paparan. Alat perlindungan diri yang harus dikenakan dalam penanganan bahan
asam asetat, antara lain kacamata pengaman bahan kimia dan pelindung wajah, pakaian tahan
bahan kimia yang sesuai dengan lengan panjang dan sarung tangan yang tahan bahan kimia, seria
jika ventilasi kurang memadai, maka disarankan menggunakan respirator (Pioneer Forensics
LLC., 2012).
Sifat fisika dan kimia dari asam asetat, antara lain berbentuk fisik cair, transparan, aroma
atau baunya kuat seperti cuka, dan memiliki formula molekuler C2H4O2 dengan berat molekul
60,05; pH 2,4; berat jenis 1,05; titik beku/cair 16,6 °C (61,9 °F); titik didih 118,1 °C (244,6 °F) .
Batas mudah terbakar di udara menurut volume dalam persen, yaitu 19,9% lebih (atas) dan 4%
(bawah) dengan tekanan uap 2,09 kPa pada 25°C. Adapun ambang batas bau, yaitu 0,48 ppm.
Asam asetat ini stabil dalam kondisi normal dan zat ini bersifat higroskopis dan akan menyerap
air melalui kontak dengan uap air di udara. Terdapat kondisk yang harus dihindari, yaitu kondisi
panas nyala api, percikan api, sumber penyulutan, bahan yang tidak cocok, kelembapan. Adapun
bahan tidak cocok pada asam asetat, antara lain oksidator, peroksida, kaustik, glikol, dan logam,
serta adapun sedangkan produk yang berbahaya dari asam asetat adalah karbon dioksida dan
karbon monoksia yang dapat terbentuk apabila dipanaskan sehingga kemungkinan bahaya yang
dapat ditimbulkan adlah bereaksi keras atau eksplosif dengan bahan yang tidak kompatibel
(Pioneer Forensics LLC., 2012).
Efek yang akut akan diperoleh apabila asam asetat adalah sangat korosif sehingga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dalam, sedangkan efek lokal yang diperoleh adalah
menyebabkan luka bakar yang parah. Efek kronis dari bahan ini adalah korosif pada kulit. Organ
sasaran yang berbahaya adalah kulit dan mata, serta gejala yang dapat timbul adalah korosif.
Adapun ekotoksisitas dari asam asetat adalah berbahaya bagi organisme perairan karena dapat
mempengaruhi keasaman (pH) sehingga bahaya lingkungan tidak dapat dihindari jika terjadi
enanganan atau pembuangan yang tidak professional. Adapun degradabilitas dari bahan ini
diharapkan dapat mudah terurai secara hayati (Pioneer Forensics LLC., 2012).
Pembuangan bahan asam sulfat ini dan wadahnya harus dilakukan ke tempat
pengumpulan limbah berbahaya atau khusus atau membakar bahan di bawah kondisi terkendali
dalan insenerator yang disetujui. Semua limbah dari zat ini harus ditangani ssesuai peraturan
lokal, negara, dan federal. Untuk informasi transportasi, tidak terapat ketentuan khusus, tetapi
pengemasan jenis zat ini aalah kelompok II. Berdasarkan peraturan federal Amerika Serikat,
produk ini dianggap sebagai “Bahan Kimia Berbahaya”. Berdasarkan lembar MSDS, kompoenen
yang ada pada produk ini sudah memenuhi persyaratan inventaris yang diatur oleh beberapa
negara benua Asia, Eropa, dan Amerika. Informasi lain terkait asam asetat, yaitu produk ini
digunakan dalam laboratorium dan/atau reagen lapangan, serta informasi berkaitan dengan
keselamatan kerja ini disediakan oleh Poineer Forensics LLC (Pioneer Forensics LLC., 2012).

4.6 Amonium Hidroksida


Amonium hidroksida memiliki kode produk PF011, PF012 dengan nama lain Aqueous
ammonia atau Ammonia aqueous, serta dibuat oleh perusahaan Pioneer Forensics, LLC. Pada
peringatan keselamatan, amonium hidroksida memiliki nomor CAS 1336-21-6. Amonium
hidroksida berbahaya korosif sehingga dapat menyebabkan luka bakar parah pada kulit, mata,
dan saluran pencernaan, serta bahaya apabila tertelan. Kabut atau uap dari amonium hidroksida
ini juga sangat mengiritasi mata dan saluran pernapasan, yang mana dapat menyebabkan
kerusakan pada selaput lendir di hidung, tenggorokan, paru-paru, sistem bronkial, serta apabila
pemaparannya terus berulang atau berkepanjangan, maka akan menyebabkan kerusakan organ.
Tidak hanya pada manusia, zat ini diperkirakan juga sangat beracun bagi organisme akuatik
(Pioneer Forensics LLC., 2012).
Komposisi ammonium hidroksida, yaitu ammonia, anhydrous dan air, yang mana
ammonia, anhydrous (NH3) ini berbahaya, sedangkan air tidak. Adapun pertolongan pertama
apabila terhirup, tertelan, terkena kulit, ataupun kontak mata, pastikan semua bagian yang
terkena segera dihindarkan dari zat ini, baik dengan pindah ke udara segar, memuntahkan apabila
tertelan, dibilas dengan air selama 15 menit, serta apabila merasa tidak enak badan, maka harus
segera dapatkan bantuan medis dan tunjukkan label zat agar tenaga medis mengetahui bahan
yang terlibat. Berdasarkan peringkat NFPA, kesehatan (warna biru) menunjukkan angka 3,
kemudahan terbakar (merah) menunjukkan angka 1, serta reaktivitas (warna kuning) dan bahaya
khusus lainnya (warna putih) menunjukkan angka 0, yang mana itu berarti bahan ammonium
hidroksida ini memiliki efek kesehatan dengan bahaya serius, kemudahan terbakar membutuhkan
pemanasan awwal yang cukup besar, serta tidak ada bahaya/bahaya minimal terkait reaktivitas
atau bahaya khusus lainnya. Oleh karena itu, media pemadaman yang cocok, antara lain air,
serbuk kering, busa, dan karbon dioksida. Disarankan juga untuk menggunakan semprotan air
untuk mendinginkan wadah yang belum dibuka, dinginkan wadah yang telah terkena api dengan
jumlah air yang tergenang sampai api padam, serta apabila terjadi kebakaran, maka tidak boleh
menghirup asapnya (Pioneer Forensics LLC., 2012).
Tindakan pelepasan kecelakaan dengan pencegahan pribadi dapat dilakukan dengan
mengisolasi area bahaya dan menjauhkan semua orang yang tidak berkepentingan, pastikan tetap
melawan angin, dijauhkan dari daerah rendah, serta hindari darai konta mata, kulit dan pakaian.
Pencegahan terhadap bahaya pada lingkungan dilakukan dengan mencegah kebocoran atau
tumpahan lebih lanjut, tidak mencemari air, dihindari dari saluran pembuangan, saluran air
ataupun tanah, serta apabila tumpahannya besar, maka disarankan untuk tanggul. Adapun
pembersihan dilakukan dengan diserapnya tumpahan dengan bahan inert, seperti vermikulit,
pasir kering, tanah, kain, bulu domba, dan ditempatkan dalam wadah tahan api yang sesuai untuk
dibuang. Pembersihan juga dilakukan dengan menetralkan kembali area tumpahan dan pencucian
dengan asam asetat encer (Pioneer Forensics LLC., 2012).
Bekerja dengan zat aamonium hidroksida harus menggunakan alat pelindung diri, harus
berada di area berventilasi baik, menghindarkan dari kontak kulit, mata, pakaian, tidak
menghirup atau menelannya, serta saat menggunakannya tidak boleh makan, merokok, ataupun
minum, dan bahan ini juga harus dijauhkan dari bahan lain yang tidak kompatibel. Berdasarkan
hal tersebut, maka teknik penyimpanan terbaik untuk ammonium hidroksida adalah dengan
disimpan di tempat yang sejuk, kering, berventilasi, jauh dari bahan yang tidak kompatiel,
disimpan pada wadah aslinya, wadah dijaga agar tetap tertutup rapat dan tegak, jauhkan dari
makanan, minuman, dan bahan makanan hewan, serta jauhkan juga dari jangkauan anak-anak.
Teknik mengontrol bahan ini agar pengendalian berjalan baik aalah dengan memastikan ventilasi
memadai dan tingkat ventilasi disesuaikan dengan kondisi, gunakan selungkup, ventilasi
pemuangan lokal atau teknik lain yang dapat menjaga tingkat udara di bawah batas paparan. Alat
perlindungan diri yang harus dikenakan dalam penanganan bahan ini, antara lain kacamata
pengaman bahan kimia dan pelindung wajah, pakaian tahan bahan kimia yang sesuai dengan
lengan panjang dan sarung tangan yang tahan bahan kimia, seria jika ventilasi kurang memadai,
maka disarankan menggunakan respirator (Pioneer Forensics LLC., 2012).
Sifat fisika dan kimia dari ammonia hidroksida, antara lain berbentuk cair, dapat
bercampur dengan air, transparan, aroma baunya ammonia, dan memiliki formula molekuler
NH4OH dengan berat molekul 35,05; pH 13,8; berat jenis 0,90; titik beku/cair -74,4 ° C (-101,6 °
F ); titik didih 27,2 °C (81 °F). Batas mudah terbakar di udara menurut volume dalam persen,
yaitu 28% NH3 (atas) dan 15% NH3 (bawah) dengan tekanan uap 287,9 kPa pada 25°C. Adapun
ambang batas bau, yaitu 5-50 ppm sebagai ammonia. Amonium hidroksida ini stabil dalam
kondisi normal, tetapi terdapat kondisk yang harus dihindari, yaitu kondisi panas dan
inkompatibel. Adapun bahan yang kompatibel pada amonium hidroksida, antara lain oksidator,
asam, logam, halgen, dan nitromethane, sedangkan produk yang berbahaya dari amonium
hidroksida adalah oksida nitrogen dan asap ammonia (Pioneer Forensics LLC., 2012).
Efek yang akut akan diperoleh apabila amonium hidroksida ini tertelan, sedangkan efek
lokal yang diperoleh adalah menyebabkan luka bakar yang parah, serta iritasi. Efek kronis dari
bahan ini adalah korosif pada kulit dan mata. Organ sasaran yang berbahaya adalah selaput
lendir, kulit dan mata, serta gejala yang dapat timbuladalah korosif. Adapun ekotoksisitas dari
amonium hidroksida adalah sangat beracun bagi perairan organisme sehingga bahaya lingkungan
tidak dapat dihindari jika terjadi enanganan atau pembuangan yang tidak professional.
Degradabilitas dari bahan ini diharapkan dapat mudah terurai secara hayati (Pioneer Forensics
LLC., 2012).
Pembuangan bahan ini dan wadahnya harus dilakukan ke tempat pengumpulan limbah
berbahaya atau khusus atau membakar bahan di bawah kondisi terkendali dalan insenerator yang
disetujui. Semua limbah dari bahan ini harus ditangani ssesuai peraturan lokal, negara, dan
federal. Untuk informasi transportasi, tidak terapat ketentuan khusus, tetapi pengemasan jenis
zat ini aalah kelompok III. Berdasarkan peraturan federal Amerika Serikat, produk ini dianggap
sebagai “Bahan Kimia Berbahaya” dengan konsentrasi minimal 1,0%. Berdasarkan lembar
MSDS, kompoenen yang ada pada produk ini sudah memenuhi persyaratan inventaris yang
diatur oleh beberapa negara benua Asia dan Amerika. Informasi lain terkait amonium hidroksida,
yaitu produk ini digunakan dalam laboratorium dan/atau reagen lapangan, serta informasi
berkaitan dengan keselamatan kerja ini disediakan oleh Poineer Forensics LLC (Pioneer
Forensics LLC., 2012).

Pioneer Forensics LLC. 2012. Acetic Acid MSDS. Diakses pada 10 Oktober 2021 melalui:
http://sds.chemtel.net/webclients/safariland/finished_goods/Pioneer%20Forensics%20-
%20PF001%20-%20PF002%20-%20Acetic%20Acid%20-%20Glacial.pdf.
Pioneer Forensics LLC. 2012. Ammonium Hydroxide MSDS. Diakses pada 9 Oktober 2021
melalui: http://sds.chemtel.net/webclients/safariland/finished_goods/Pioneer
%20Forensics%20- %20PF011%20-%20PF012%20-%20Ammonium%20Hydroxide.pdf.

Anda mungkin juga menyukai