Anda di halaman 1dari 5

NOTE

VIDEO “Zakat kekuatan ekonomi bangsa” dan JURNAL “Pengaruh Zakat terhadap
Perekonomian Makro Indonesia”

NAMA : MUHAMMAD HAFIDZ ASHSHIDIQIE


NIM : 1905026122

A. VIDEO 1
Yang pertama adalah aspek pemahaman, pemahaman masyarakat tentang zakat, jadi
zakat yang tercatat 5 trilyun itu yang tercatat di Lembaga Amil Zakat, Khilaz maupun
di BAZNAS, tapi diluar banyak yang berzakat secara langsung, jadi pemahaman yang
barangkali belum komprehensif, bahwa sesungguhnya zakat itu tujuannya sebagai alat
pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus juga
kegiatan ekonomi peningkatan, itu tidak mungin bisa terjadi. Fungsi zakat itu kalau
dilakukan secara langsung dengan direct antara muzakki dengan mustahik yang
diberikan lamgsung, dan itu sudah pengalaman sudah menunjukkan betapa banyak
orang berzakat langsung tapi ternyata tidak ada nilai apapun kecuali sifatnya sesaat,
makanya kita dan semua komoditer zakat ini sekarang mencoba melakukan sosialisasi
secara masif untuk memberikan penyadaran kepada kita semua bahwa zakat itu punya
tujuan jangka panjang yang luar biasa karena itu maka mesti dilakukan disalurkan
melaui lembaga.

Yang kedua, satu satunya ibadah secara eksplisit ada di dalam Al Quran dijelaskan
ada petugasnya itu cuma zakat, At Taubah 60 dan 103 yg lain tidak ada. Ini
menggambarkan bahwa zakat bukan urursan indivdu, bukan urursan pribadi tapi
urrusan kita bersama, urursan yang terkait dengan manajemen, urursan yang terkait
dengan bagaimana penataan sistem sehingga dia merupakan sebuah kesatuan yang
tidak terpisahkan. Oleh karena itu kita berharap supaya mengangkat potensi zakat
yang begitu luar biasa di negara kita ya kita harus kerjasama, harus sinergi,
pemerintah masyarakata semua lembaga zakat seperti sekarang, BAZNAS, FOZ,
demikian pula yang lain kita ini sinergi, supaya lebih memudahkan kita untuk
menggali potensi yang kembali kepada masyarakat.

Di Indonesia perkembangan bagus sekali karena sebagian besar masyarakat sudah


membayar zakat dari lembaga, pertumbuhannya semakin besar, dan inovasi-inovasi
zakat di Indonesia juga menarik, berbagai negara juga tertarik ide ide dari indonesia.
Jadi ini adlaah satu contoh yang sangat bagus, dan Indonesia sekarang ini menjadi
slaah satu yang memiliki peran sentral dalam perkembangan zakat di dunia.

Urusan zakat ini urursan kita bersama, satu satunya yang diatur dalam Al Quran
adalah zakat dengan amil, makanya harapannya donasi zakat kepada lembaga amil
zakat yang resmi tentunya sehingga ini bisa mengakselerasi potensi yang ada dan bisa
mempercepat proses pemberdayaan yang ada di masyarakat.

Sekarang ini, kita banyak melakukan kegiatan ibadah asal-asal, yang penting saya
sudah mengeluarkan padahal kan tidak begitu itu juga harus mengikuti sunnah Rasul.
Dan di zaman Rasul dan para sahabat yang namanya zakat selalu melalui amil zakat,
makanya ada Muadz Bin Jabal, Ali Bin Abi Thalib, Ibnu Taibah, semuanya mereka
petugas-petugas zakat yang handal, dan secara empiris ketika zakat dikelola oleh
lembaga zakat mendapat dukungan dari pemerintah, pemerintah yang pro kepada
masyarakat, ternyata zakat itu telah terbukti mengentaskan kemiskinan dalam waktu
yang sangat singkat, yatu 22 bulan kurang dari 2 tahun ketika masa Umar Bin Abul
Aziz, sehingga ketika itu ketika masyarakat berzakat tidak ada lagi orang miskin
disitu, karena sudah terentaskan kemiskinan mereka dengan zakat yang dikelola
dengan baik, tapi yang penting juga dukungan pemerintah yang punya power supaya
lebih memudahkan.

Pertama saling bersatu, saling sinergi, satu dengan yang lain, yang kedua penguatan
lembaga itu sendiri, harus menjadi lembaga amil yang bisa dipercaya amanah, full
time. Alhamdulillah sekarang lembaga-lembaga zakat kebanyakan, sebagian besar
mereka full time, anak-anak muda, usia dibawah 40 tahun, S1,S2, bahkan sudah
banyak S3, ini sudah mengarah kepada penajaman keahlian dan kesungguhan dalam
mengelola zakat.

Kita melihat bahwa zakat ini bisa menjadi satu kekuatan satu instrument ekonomi
bangsa dalam hal pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dengan APBN yang ada,
perlu disupport dengan sumber-sumber yang lain, dengan zakat ini kita bisa bersama
diantara masyakarat dengan pemerintah bersinergi untuk kemudian mengentaskan
kemiskinan yang ada di Indonesia, salah satunya adalah sinergi, sehingga Indonesia
melihat bahwa zakat sangat penting untuk instrument ekonomi bangsa ini.

B. VIDEO 2
Pertama, organisasi pengelola zakat itu apakah itu BAZNAS maupun LAZ, itu
prinsipnya sama, karena memang mustahiknya sama, tidak ada perbedaan, ada 8
golongan yang digambarkan At Taubah ayat 60. Oleh karena itu maka program-
programnya juga itu memang sama yang diberikan kepada mustahik itu. Hanya
mungkin penamaan misalnya BAZNAS punya lima jenis program ada Indonesia
peduli, Indonesia peduli adalah untuk memberikan bantuan kepada mereka yang
mendapatkan musibah yang sifatnya emergency, sifatnya sesaat. Yang kedua ada
Indonesia cerdas, memberikan bantuan dibidang pendidikan, apakah dengan
mendirikan sekollah, seperti teman-teman dompet dhuafa atau rumah zakat juga
mendirikan sekolah-sekolah gratis yang berkualitas yang bermutu. Artinya begini,
orang-orang dhuafa itu punya akses yang kuat terhadap pendidikan maupun juga
terhadap yang lainnya, karena memang tujuannya kesitu. Kemudian dibidang
kesehatan misalnya yang disebut dengan Indonesia sehat, kita sudah mendirikan
rumah sehat BAZNAS, rumah zakat juga begitu, semuanya sudah sekarang itu.
Kemudian yang keempat adalah Indonesia makmur yang berkaitan dengan
pemberdayaan ekonomi, bagaimana supaya mereka yang asal sekarang mustahik, kita
harapkan dengan pendampingan pemberian modal, pendampingan hanya mungkin
dilakukan oleh lembaga, tidak mungkin dilakukan perorangan, ternyata berhasil.
Mereka banyak yang mandiri, bahkan juga kemudian menjadi muzakki pemberi zakat,
munfiq pemberi infaq, dan kelima adalah Indonesia taqwa, artinya untuk
meningkatkan kualitas kehidupan agama masyarakat, ini yang kita berikan jadi
semuanya, dan setiap tahun tidak kurang dari 2,9 juta masyarakat yang mendapatkan
treatment dari dana zakat.
Ada satu riset yang menarik dari tentang lembaga zakat, ketika pengentasan
kemiskinan tanpa zakat, itu tujuh tahun, jika dengan zakat cuma 5,2 tahun, jadi ada
percepatan. Ini barangkali yang disebut dengan berkah. Kalau misalnya sudah
menyatu dengan pemerintah yang kuat, kita ini membantu pemerintah sebenarnya,
bayangkan membantu pemerintah, jadi kita berharap pemerintah juga mendukung,
sehingga ada unsur keberkahan. ya ini mungkin kalo sekarang 5,2 tahun siapa tahu
kalau sama-sama menjadi lima tahun, akan terjadi percepatan yang sangat dahsyat.

Misalnya yang paling mudah itu adalah aturan zakat menjadi pengurangan pajak.
Kalau bisa itu diterapkan seperti di Malaysia, kalau sekarang baru jadi salah satu usur
biaya, kalau bisa menjadi pengganti, jadi hasilnya luar biasa karena potensi kita 217
trilyun di dunia kan potensi zakat 6 ribu trilyun. Kalau kemudian kita ambil contoh
seperti kasus yang dipraktekkan dompet dhuafa dengan mengatas kemsikinan 28%
dari zakat yang digunakan untuk memberdayakan berarti sumbangannya signifikan
kepada mengentas kemiskinan di Indonesia, jadi pemerintah perlu mendukung
memfasilitasi agar zakat semakin termkumpul di lembaga-lembaga zakat kemudian
juga dengan dorongan-dorngan agar masyarakat semakin senang berzakat
berlembaga.

Yang paling penting pemerintah juga harus mulai banyak ikut membantu
memsosialisasikan terutama terkait dengan pentingnya berzakatnya lembaga,
kemudian keamaman karena sekarang ini masih banyak orang berzakat melalui
antrean yang panjang sehingga jatuh korban dan sebagainya, pemerintah harus
melarang dan mencegah yang kemudian mempunyai potensi untuk memberdayakan
orang miskin misalnya, itu penting juga selain berbentuk dukungan-dukungan
kebijakan atau aturan yang membuat masyarakat semakin gemar berzakat.

Sekarang begini, kalau misalnya muzakki yang menyerahkan zakat ke lembaga


katakana kepada BAZNAS yang lain mereka akan mendapatakan NPWZ Nomor
Pokok Waiib Zakat, dan itu akan berkaitan dengan pajak walaupun tadi masih sangat
kecil kedepan diharapkan lebih tinggi. Yang kedua sudah banyak contoh-contoh,
lembaga-lembaga zakat itu sudah bisa memberikan contoh, betapa mereka yang
asalnya miskin, tergantung, tidak berdaya, kemudian setelah mendapat sentuhan dana
zakat mendapatkan pendampingan mereka kemudian menjadi muzakki.

Zakat for life metro tv ada orang yang asalnya seorang ibu-ibu yang asalnya tidak
berdaya, suaminya meinggal, dia harus membiayai anaknya, tapi kemudain dia punya
keahlian dengan menjahit kemudian dia diberikan dana dari zakat untuk membeli
mesin jahit, ternyata mereka bahkan sekarang punya karyawan. Itulah contoh kecil
ternyata banyak yang belum terungkap oleh kita, luar biasa itu. Banyak sekali mereka
yang asalnya mustahik kemudian menjadi muzakki, karena itu maka diharapkan untuk
mensosialisasikan zakat terutama keberhasilan, jangan selalu yang dimunculkan
istilah tidak percaya kebiasaan, kita selalu tidak percaya jadi negative thinking yang
dimunculkan.

C. JURNAL
Konsep Zakat dan Ekonomi Makro
Pengaruh zakat dalam perekonomian yang tercermin dalam indikator makro
seperti pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan merupakan suatu
bagian dari sistem kerja makroekonomi islami. Sistem makroekonomi islami
berbeda dengan teori makro ekonomi arus utama seperti keynesian atau
neoklasik yang bebas nilai. Zakat memiliki pengaruh terhadap tiga indikator
makro yaitu konsumsi agregat, investasi agregat, dan penawaran agregat (Kahf,
1997a). Dalam kerangka Keynesian, dari adanya penurunan marginal prospensity to
consume, suntikan dana zakat akan meningkatkan konsumsi dan mengurangi
tabungan. Pada model ekonomi, pendistribusian modal dalam sistem transfer Islam
yakni zakat akan memiliki pengaruh pada konsumsi dan produksi. Zakat dianggap
sebagai jenis pajak kekayaan yang spesifik dengan tujuan pertumbuhan melalui
distribusi kembali produktivitas (Choudhury & Malik, 1992). Artinya zakat secara
berkelanjutan akan meningkatkan kapasitas produktif dari penerima zakat yang
selanjutnya meningkatkan produktivitas rata-rata dan factor payment di dalam
mekanisme prinsip kerja dan produktivitas.

Zakat bekerja dengan prinsip “kerja dan produktivitas” melalui efek zakat dalam
mengurangi pengangguran sukarela dan struktural yang mengarah pada peningkatan
produktivitas, tingkat penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi, dan utilitas produksi
serta pertumbuhan ekonomi. Zakat juga bekerja di bawah prinsip pemerataan modal
dengan cara menghasilkan transfer payment dan distribusi kembali untuk transformasi
produktif jangka panjang bagi kelompok spesifik yang membutuhkan (Choudhury,
1992).

Zakat juga dapat dimodelkan dalam kerangka model IS-LM Keynesian


dengan menganalogikan zakat sebagai pajak. Secara umum, zakat sebagai alat
kebijakan mampu mengurangi pengangguran, memperhalus efek inflasi dan
fluktuasi ekonomi. Selain itu, adanya zakat dapat memberikan perubahan positif
dalam tingkat pertumbuhan ekonomi dengan syarat bahwa dana zakat yang
didistribusikan dapat mendukung kelompok berpenghasilan rendah termasuk
di dalamnya subsidi upah (Mukherji, 1980). Lebih lanjut Al-Jarhi (1985)
berpendapat bahwa zakat mampu mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi
dan tingkat keuntungan modal yang lebih tinggi, serta distribusi kekayaan yang
lebih merata. Awan (1980) dalam Mahat & Warokka (2013) juga menegaskan
bahwa zakat memiliki kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dan membuat
sirkulasi kekayaan menjadi sehat yang dapat menciptakan pertumbuhan dan
kesejahteraan yang berkelanjutan dalam sebuah perekonomian.

Data Sample Pengumpulan Zakat


Selama periode pengamatan (2015 hingga 2018) total pengumpulan zakat yang
dihimpun oleh BAZNAS terus meningkat. Berikut gambaran perkembangan
pengumpulan zakat berdasarkan data yang dihimpun selama tahun 2015 sampai
dengan tahun 2018.
Grafik di atas menunjukkan pengumpulan zakat di BAZNAS kabupaten/ kota se
Indonesia meningkat signifikan di tahun 2016 sebesar Rp.1,18 triliun, naik Rp.283
miliar atau tumbuh 31,5% dari tahun 2015. Peningkatan ini merupakan progress
tertinggi selama tahun 2015 hingga 2018. Di tahun 2017 pengumpulan zakat tetap
mengalami peningkatan dengan pengumpulan Rp. 1,34 triliun dengan pertumbuhan
13,8%. Pertumbuhan pengumpulan zakat di tahun 2017 mulai melambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun 2016. Pertumbuhan pengumpulan zakat
kembali meningkat di tahun 2018 sebesar Rp.223 miliar atau tumbuh 16,6%.
Pengumpulan zakat rata-rata meningkat sebesar Rp.223 miliar atau rata-rata tumbuh
20,63% per tahun selama periode pengamatan. Peningkatan jumlah pengumpulan
zakat tak lepas dari meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZNAS.
BAZNAS terus mengembangkan inovasi dengan pendekatan digitalisasi zakat untuk
memudahkan pembayaran zakat. Dengan fasilitas pelayanan yang semakin baik,
maka pengumpulan zakat akan semakin meningkat setiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai