Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MERGER PT. BRI SYARIAH, PT. BNI SYARIAH, DAN PT. BANK SYARIAH
MANDIRI MENJADI PT. BANK SYARIAH INDONESIA DITINJAU DARI
ASPEK HUKUM

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Aspek Hukum Dalam Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Riska Wijayanti, S.H., M.H.

Disusun oleh :

MUHAMMAD HAFIDZ 1905026122

PRODI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2021
ABSTRAK
Merger bank adalah penggabungan dua bank atau lebih dengan cara
mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank tersebut tanpa adanya likuidasi
terlebih dulu. Penggabungan bank dilakukan karena dua alasan, yang pertama yaitu
meningkatkan dan mengembangkan perusahaan dari dalam seperti peningkatan
kapasistas produksi, efisiensi biaya atau mencari pasar baru. Alasan kedua adalah
meningkatkan nilai perusahaan dengan cara menggabungkan dua bank atau lebih.
Pelaksanaan merger harus memperhatikan kepentingan dari semua pihak yaitu
kepentingan bank, kepetingan kreditur, kepemtingan pemegang saham minoritas dan
nasabah bank.
Sector perbankan upaya merger, konsolidasi, dan akuisisi merupakan suatu
hal yang sering dilakukan. Banyak alasan pelaku usaha untuk melakukan upaya
tersebut adalah menciptakan bank yang lebih baik dengan merevitalisasi secara sadar
sehingga terbentuk sinergi yang kuat dan akhirnya memberikan dampak pada system
perbankan yang sehat, efisiensi, tangguh, dan mampu bersaing di kancah
perekonomian global dan pasar bebas yang semakin ketat.
Adanya merger bank ini tentu tidak lepas dari adanya permasalahan dan
tantangan yang dihadapi. Maka dari itu, diperlukan analisis lebih lanjut terhadap
adanya merger bank syariah, baik dari tahapan, perlidungan hukum,dampak hukum,
permaslahan yang muncul, dan keberlangsungan sumber daya manusia, agar
berdirinya merger bank ini memberikan manfaat bagi semua orang.

I
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
islam dan iman, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Merger PT. BRI Syariah, PT. BNI Syariah, dan PT. Bank Syariah Mandiri menjadi
PT. Bank Syariah Indonesia ditinjau dari Aspek Hukum” yang diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi Islam di kelas Ekonomi
Islam C5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.

Dan tak lupa, penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M. Ag, selaku Rektor Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

2. Dr H Muhammad Saifullah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

3. Riska Wijayanti S.H., M. H, selaku dosen pengampu mata kuliah Aspek Hukum
syg,

Dalam Ekonomi Islam kelas Ekonomi Islam C5 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


kesalahan. Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
bermanfaat untuk menjadikan penulis lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan. Terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb.

II
DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………….I
KATA PENGANTAR………………………………………………..II
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………..1
BAB II : Rumusan Masalah………………………………………….1
BAB III : PEMBAHASAN
Tahapan-tahapan dalam kegiatan merger…………………………..…2
Perlindungan hukum bagi karyawan, mitra usaha, nasabah
dan pemegang saham………………………………………….………4
Dampak hukum atas kegiatan merger…………………………………8
Permasalahan yang muncul dari kegiatan merger……………………..9
Keberlangsungan sumber daya manusia berdasarkan
kontrak perjanjian kerja pasca merger…………………………….….10
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan…………………………………………………………...11
Saran………………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..13

III
BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Pada tanggal 1 February 2020 lalu, terjadi sejarah baru dalam ekonomi
syariah dibidang perbankan, yaitu bersatunya merger tiga bank besar, yaitu bank
Syariah Mandiri, bank BNI Syariah dan bank BRI Syariah. Pilihan tiga bank syariah
merupakan hasil kajian Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah yang telah
dibentuk oleh pemerintah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi nasional
dan mendorong percepatan pengembangan sector keuangan syariah.
Pilihan untuk melakukan merger tiga bank syariah yang kemudian
bertransformasi menjadi Bank Syariah Indonesia tentu bukanlah pilihan yang mudah.
Tujuan untuk mendirikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah diantaranya harus
didukung dengan eksistensi entitas bisnis syariah diantaranya Bank Syariah yang
mampu bersaing di pasar global.
Setiap kegiatan perusahan, termasuk saaat perusahaan melakukan merger,
perbuatan hukum tersebut harus tetap mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, sehingga apapun perbuatan hukum perusahaaan tidak
merugikan pihak-pihak yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan analisis
yang mendalam dan komprehensif terkait dengan pihak-pihak yang berpotensi
dirugikan pasca merger tiga bank BUMN syariah menjadi Bank Sayriah Indonesia,
sehingga dapat menjadi rambu-rambu hukum bagi semua stakehokder yang terlibat
didalamnya.

BAB II : RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja tahapan-tahapan dalam kegiatan merger?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi karyawan, mitra usaha, nasabah dan
pemegang saham dalam kegiatan merger?
3. Apa saja dampak hukum pelaksanaan kegiatan merger?
4. Apa saja permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan merger?
5. Seperti apa keberlangsungan sumber daya manusia berdasarkan kontrak
perjanjian kerja pasca merger?

1
BAB III : PEMBAHASAN
a. Tahapan-tahapan dalam kegiatan merger
Tahapan-tahapan dalam kegiatan merger pada bank yaitu sebagai berikut:
1) Penanda tanganan naskah kesepakatan
Dalam rangka melakukan persiapan-persiapan penggabungan usaha para
Direksi bank peserta penggabungan bersama-sama menandatangani naskah
kesepakatan pada tanggal tertentu yang berisi antara lain mengenai kesepakatan
untuk melakukan penjajagan perihal kemungkinan dilakukannya merger, masing-
masing komisaris bank peserta penggabungan telah menyetujui dan memberikan
kewenangan penuh kepada Direksi bank-bank untuk melakukan penjajagan
perihal kemungkinan dilakukannya penggabungan oleh dan diantara bank-bank
peserta penggabungan.1
2) Pembentukan tim merger
Anggota dari tim merger terdiri dari Direksi dan senior officer bank-bank
peserta penggabungan. Tim merger ini terbagi dua, yaitu tim merger intern
dimasing-masing bank dan tim merger gabungan yang beranggotakan tim merger
dari bank-bank peserta merger. Maksud dari penunjukkan dan pembentukan tim
ini adalah dalam rangka menunjang pelaksanaan proses merger agar berjalan
dengan sebaik-baiknya dan terbagi dalam dua bidang yaitu bidang hukum dan
finansial.
Berdasarkan hasil pertemuan tim merger ini kemudian dibuat jadwal
sementara penggabungan usaha dan rapat umum pemegang saham yang meliputi
seluruh tahapan proses merger berikut penentuan waktunya.
3) Penunjukan pihak-pihak independen
Dalam merger ini, bank bertindak sebagai coordinator dan juga penerima
penggabungan, sedangkan bank merupakan bank yang akan melakukan
penggabungan. Bank peserta penggabungan menunjuk pihak-pihak independen,
seperti kantor akuntan public, kantor konsultan hukum, appraisal company,
financial advisor, dan kantor notaris.2
4) Proses “due diligence”

1
Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, Edisi Ketiga, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama), 1999
2
Thomas Suyatno,Op-Cit

2
Dalam proses ini masing-masing pihak independen melakukan penilaian
dan memberikan pendapatnya antara lain mengenai metode dan tata cara konversi
saham, melakukan analisa mengenai kewajaran nilai saham, penilaian aktiva tetap
dan memberikan pendapat mengenai aaspek hukum dari penggabungan usaha, dan
pembuatan akta merger, serta membantu mempersiapkan rancangan
penggabungan usaha waktu yang diperlukan dalam merger untuk melakukan
proses ‘due diligence’ adalah sekitar 5 sampai 6 bulan, pembuatan usulan
rancangan penggabungan (URP) dan rancangan penggabungan (RP).
Untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan masing-masing Direksi,
bank peserta penggabungan menyusun URP dan kemudian secara bersama-sama
menyusun rancangan penggabungan. Selanjutnya rancangan penggabungan
dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) masing-masing bank peserta penggabungan.
5) Pengiriman rancangan penggabungan kepada kreditur
Rancangan penggabungan dikirmkan dengan surat tercatat kepada seluruh
kreditur dari bank-bank peserta penggabungan 30 hari sebelum pemanggilan
RPUSLB mengenai penggabungan.
6) Penyampaian pernyataan penggabungan kepada bappepam
dan bursa efek
Untuk memenuhi ketentuan, Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun
1999 Direksi bank penerima penggabungan menyampaikan pernyataan
penggabungan paling lambat akhir hari kerja kedua setelah diperolehnya
persetujuan komisaris.3
7) Pengumuman ringkasan rancangan penggabungan disurat
kabar dan kepada karyawan masing-masing bank peserta
penggabungan
Untuk memenuhi kententuan UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas ringkasan RP wajib diumumkan kepada masyarakat dalam 2 surat kabar
harian berbahasa Indonessia paling lambat akhir hari kerja kedua setelah
diperolehnya persetujuan komisaris. Sedangkan pengumuman kepada karyawan

3
Agus Budiarto, Merger Bank di Indonesia : Beserta Akibat Hukumnya, (Jakarta : Ghaila Indonesia),
2004

3
bank peserta penggabungan paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPSLB
mengenai penggabungan dari masing-masing bank peserta penggabungan.
8) Pembuatan surat edaran kepada pemegang saham
Untuk memenuhi ketentutan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1999
bank penerima penggabungan menyediakan bagi pemegang saham surat edaran
paling lambat 28 hari sebelum pelaksanaan RUPSLB mengenai penggabungan.4
9) Pembuatan konsep akta penggabungan
Bank-bank peserta penggabungan dengan mengikut sertakan pihak
independen dalam menyusun konsep akta penggabungan. Sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah no. tahun 2008 tahun 1999 konsep akta
penngabungan yang telah mendapat persetujuan dari RPUSLB mengenai
penggabugan dituangkan dalam akta penggabungan yang dibuat dihadapkan
notaris.
10) Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB)
Untuk memenuhi ketentuan UU no.40 tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah no. 28 tahun 1999 maka rancangan penggabungan dan konsep akta
penggabungan harus mendapatkan persetujuan dari RUPSLB dari masing-masing
bank peserta penggabungan. Bank penerima penggabungan melaporkan kepada
bapepam, bursa efek mengenai hasil dari RPUSLB mengenai penggabungan.
11) Pengajuan izin penggabungan ke bank Indonesia
Sesuai ketentuan Direksi bank peserta penggabungan secara bersama-
sama mengajukan permohonan untuk memperoleh izin penggabungan dengan
tembusan ke Menteri Hukum dan HAM.5
b. Perlindungan hukum bagi karyawan, mitra usaha, nasabah, dan
pemegang saham.
 Kepentingan karyawan
Terhapusnya beberapa staf, baik dari bank target maupun bank pemgambil
alih untuk menekan biaya overhead akan menimbulkan masalah baru. Dalam merger
ini, biasanya karyawan atau staf dari bank yang dilikuidasi masuk menjadi staf atau
karyawan bank target. Konsekkuensi dari masuknya karyawan tersebut, ia harus
4
ibid
5
Thomas Suyatno, Op-Cit

4
tunduk pada aturan yang berlaku pada bank target. Apabila keberatan, ada dua
alternative yang diberikan, yaitu mengundurkan diri atau pindah kepada perusahaan
lain dalam grupnya. Perlindungan terhadap tenaga kerja dari perusahaan yang diambil
alih juga penting.
Secara spesifik pula, pasal 126 ayat 1 UUPT menghendaki agar perbuatan
hukum penggabungan, pengambil alihan atau pemisahan wajib memperhatikan
kepentingan karyawan dari bank yang menjadi sasasran. Tidak diperhatikannya
kepentingan karyawan perseroan, dan sebagai akbat karyawan dirugikan dapat
memberikan hak bagi karyawan yang dirugikan itu untuk menggugat perseroan
berdasarkan pasak 1365 KUH Perdata menegaskan bahwa “tiap perbuatan melanggar
hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugitan itu, mengganti kerugian tersebut.”
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kepentingan para
pegawai bank adalah:6
1. Prinsip-prinsip umum mengenai kebijakan kesejahteraan social yang akan
diterapkan setelah merger.
2. Waktu yang tepat untuk berkonsultasi dengan organisasi pea=gawai bank.
3. Cara dan saat untuk menginformasikan merger kepda pegawai bank.
4. Cara untuk mencegah atau setidak-tidaknya mengeliminsai kemungkinan kerugian
materiil kepada pihak pegawai, termasuk memberikan kompensasi yang berisfat
materiil.
5. Aktivitas khusus dari organisasi pekerja dalam perusahaan.
6. Suatu garansi terhadap keamanan dan ketersediaan pekerjaan setelah merger.
Dalam kasus-kasus merger dan akuisisi, seringkali dengan alasan peningkatan
efisiensi dan perampingan usaha, setelah merger dan kuisisi sebagian karyawan
ataupun pekerja diputuskan untuk di-PHK. Pihak pekerja menurut system hukum kita
hampir-hampir tidak punya upaya hukum apappun menolak PHK tersebut. Karena itu,
asalkan PHK tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka pelaksanaan PHK tersebut sudah sah. Namun, jika
dalam pelaksanaan merger yang dilakukan oleh bank tidak bermaksud untuk
melakukan pemutusan kerja dan oleh karenanya tidak akan memberikan paket
pesangon, namun tetap memeprhatikan Peraturan Perundang-Undangan
Ketenagakerjaan mengenai kompensasi dalam hal ada karyawan yang ingin
6
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika,2007)

5
mengundurkan diri, dengan sebelumnya meminta untuk memandatangani surat
pengunduran diri bagi pihak karyawan yang tidak ingin bergabung, yang dibuat sama
dengan tanggal efektif penggabungan.
Pada beberapa negara tertentu ada peraturan yang menyaratkan beralihnya
setiap kontrak kerja atas atau kesepakatan kerja bersama dari perusahaan yang dilebur
kepada perusahaan yang melakukan merger by the operation of law.7
 Kepentingan mitra usaha
Dalam proses merger saham yang terjadi secara sukarela atau secara wajar,
memang kepentingan mitra usaha tidak dapat diabaikan, namun dalam hal merger
terjadi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 37 UU no.10 tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang Undang no.7 tahun 1992 tentang Perbankan, maka pada
hakikatnya itu adalah tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia sebagai
konsekuensi dari kesalahan pihak pengurus. Oleh karena itu, kepentingan mereka
diperbolehkan, bahkan justru harus diabaikan sebagai tebusan atas kesalahan mereka
sendiri.8
 Kepentingan nasabah
Selain dalam hal merger, konsolidasi atau akuisisi saham yang terjadi
sukarela, tetapi dalam hal merger, konsolidasi atau akuisisi merupakan tindakan Bank
Indonesia untuk melakukan penyelamatan bank yang bermasalah, justru terutama
kepentingan nasabah penyimpan dana dari bank yang ditugasi untuk mengambil alih
tidak boleh dirugikan, bahkan apabila memungkinkan diuntungkan dengan tindakan
tersebut. Hal ini dijamin oleh pasal 126 ayat 1 UUPT yang menentukan bahwa
perbuatan hukum penggabungan, pengambil-alihan atau pemisahan wajib
memeprhatikan kepentingan:
A. Perseron, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan.
B. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan.
C. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Kepentingan nasabah penyimpan dana dari suatu bank yang akan mengambil
alih, besar kemungkinan akan menghadapi bahaya dalam hal banknya dalam hal
melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain. Seringkali merger
menimbulkan kesulitan pada bank yang mengambil alih. Implementasi merger yang
tidak baik akan menyebabbkan kelangsungan hidup dari bank yang mengambil alih
7
Adrian Sutedi, Op-Cit
8
ibid

6
setelah melakukan merger atau konsolidasi, menjadi terseok-seok. Kesulitan lain
dapat timbul karena tidak diketahuinya secara pasti dan tepat jenis dan besarnya
masalah yang tersembunyi, termasuk pertanggungjawaban dari bank yang menjadi
sasaran merger.
Juga benturan dari kedua budaya perusahaan yang tidak dapat berasimiliasi
dengan baik, antara lain system akuntansi, kepegawaian, perkreditan, treasury. Belum
lagi terjadinya demoralisasi dan dmotivasi dari para pegawai yang diambil alih,
terutama di tingkat manajer akan sangat menggangu pula jalannya bank yang
mengambil alih setelah terjadinya merger. Maka dari itu, kepentingan nasabah dari
bank yang menjadi sasaran merger haruslah diperhatikan sebagaimana diharuskan
pada pasal 126 ayat 1 huruf (a) UUPT.9
 Kepentingan pemegang saham
Para pemegang saham harus menerima appraisal remedy-nya dan appraisal
rights-nya. Apabila appraisal remedy dan appraisal rights dari pemegang saham tidak
dijamin, maka keputusan perseroan yang merugikan para pemegang saham dapat
menimbulkan sengketa yang tidak mustahil akan berupa proses litigasi atau gugatan
di pengadilan sebagaimana diatur pada pasal 61 UUPT.
Sengketa bisa timbul terutama jika merger saham merupakan tindakan Bank
Indonesia untuk menyelamatkan bank yang bermasalah. Sebab, harus diingat bahwa
yang dikenai oleh Bank Indonesia adalah bank-nya sebagai suatu bussines entity, dan
bukan para pemegang sahamnya sebagai pribadi. Kesalahan yang dilakukan, baik
dengan sengaja ataupun tidak sengaja, sampai terpaksa bank tersebut mengalami
kesulitan yang membahayakan usahanya, bukan merupakan tindakan pemegang
saham, tetapi merupakan tindakan manajemen bank yang bersangkutan, yakni Direksi
dan Dewan Komisaris.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemegang saham tidak bisa
dipaksakan untuk menerima begitu saja harga yang ditawarkan oleh bank yang akan
mengambil alih seperti yang disebutkan pasal 62 UUPT. Namun, di pihak lain
memang harus pula disadari oleh para pemegang saham bahwa apabila merger saham
tidak sampai terjadi, maka Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank tersebut.
Dalam hal demikian, maka pemegang saham tidak akan memperolah apa-apa kecuali

9
ibid

7
sisa harta likuidasi setelah dibagi-bagikan kepada kreditor lain dari bank tersebut
berdasarkan prioritasnya.10
c. Dampak hukum terhadap notifikasi merger
Dampak hukum notifikasi merger meliputi dampak positif dan negative,
dampak positifnya adalah:11
 Bagi pengusaha terkait mendapat kesempatan konsultasi yang berisfat sukarela
dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU. Dari konsultasi tersebut, jika
hasil konsultasi menganggap merger tersebut berakibat pada praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat maka kerugian besar bagi pihak pengusaha dapat
dihindari yaitu menghentikan pelaksanaan merger yang berakibat monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat, bekerja sama dengan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) untuk meresktrukturisasi rencana merger atau memberikan jaminan
lain agar merger tidak mengakibatkan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak
sehat.
 Bagi pihak pemegang saham menjadi lebih siap dalam menghadapi atau
menerima perubahan komposisi atau susunan kedudukan saham terkait dengan aktiva
dan pasiva perusahaan dengan rencana merger yang dikonsultasikan pada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Ditambah para pemegang saham perlu
memperhatikan pemenuhan hak bagi para karyawan dengan adanya kemungkinan
terjadinya pemutusan hubungan kerja, karena tidak dapat dipungkiri bahwa karyawan
merupakan salah satu penggerak usaha dan merupakan pihak yang terkena dan
merasakan akibat langsung dari merger yang dilakukan oleh perusahaan yang
melakukan merger.
 Bagi karyawan, dengan adanya kemungkinan trjadinya pemutusan hubungan
kerja, maka hak karyawan tersebut sudah dapat terlebih dahulu dialokasikan dan
diperhitungkan oleh pengusaha serta lebih terjamin kepastian pemenuhan hak
karyawan atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak sesuai pasal 150-172 UU no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
 Bagi pihak ketiga atau kreditur yang telah melakukan kerjasama dengan
perusahaan atau bank merger juga mendapatkan dampak atau pengaruh yang tidak
kalah pentingnya. Notifikasi merger, khususnya pra-notifikasi yang telah dilakukan

10
ibid
11
Sryani Br. Ginting, Dampak Hukum Notifikasi Merger Menciptakan Persaingan Usaha Yang Sehat,
Jurnal Law Pro Justitia Vol. I, No. 1 2015

8
dengan konsultasi dengan KPPU untuk menjadi penilaian awal sebelum dilakukannya
merger, dapat menolong diperhatikannya posisi mereka terkait dengan hak dan
kewajiban sesuai perjanjian kerjasamanya dengan adanya perubahan yang menjadi
konsekuensi logis dilakukannya merger perusahaan atau bank yang bersangkutan.
Pihak ketiga tersebut akan mendapatkan pemberitahuan sebelum dilakukannya merger
dan juga karena adanya publikasi rencana merger yang dikonsultasikan oleh
perusahaan atau bank yang bersangkutan. Untuk kreditur dapat mengajukan keberatan
kepada perseroan dalam jangka waktu 14 hari setelah penguguman rencana merger
oleh Direksi, paling sedikit dalam satu surat kabar sesuai yang diatur dalam pasal 127
UU Perseoran Terbatas atau UU no.40 tahun 2007. Apabila keberatan dari kreditur
tersebut tidak dapat diselesaikan oleh Direksi maupun Rapat Umum Pemegang
Saham, maka merger tersebut tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut tampak adanya
perlindungan terhadap pihak ketiga atau pihak kreditur yang telah melakukan
perjanjian kerjasama dengan perusahaan atau bank yang bersangkutan dengan
merger.12
Sedangkan dampak negative yang ditimbulkan oleh notifikasi merger adalah
dengan dilakukannya konsultasi oleh pengusaha atau bank terkait dan ekspose
terhadap rencana merger yaitu mengumumkan rencana merger tersebut kepada public,
padahal rencana merger merupakan rahasia penting perusahaan yang bersangkutan.
Pada umumnya pengusaha menghindari publikasi tersebut dan lebih memilih post-
notifikasi yaitu prosedur pemberitahuan, meskipun ada ancaman sanksi denda untuk
pembatalan merger jika merger tersebut mengakibatkan praktik monopoli atau
persaingan tidak sehat.13
d. Permasalahan yang muncul dari dilaksanakannya merger
Keputtusan untuk melakukan merger menimbulkan respon yang berbeda-beda
diantaranya para pakar dan pelaku ekonomi syariah, ada yang pro dan anda juga yang
kontra. Dalam salah satu diskusi yang digagas Himpunan Ilmuwan Dan Sarjana
Syariah beberapa waktu yang lalu, salah seorang pembicara menyatakan bahwa salah
satu problem yang mungkin akan timbul sebenarnya dari tujuan yang ingin dicapai
dalam rangka meningkatkan market standing bank syariah bukanlah merger, akan
tetapi penambahan modal salah satu bank syariah agar mampu melakukan ekspansi
pasar, selain itu adalah komitmen pemerintah untuk menggunakan jasa perbankan
12
Sryani Br. Ginting, Op-Cit
13
ibid

9
syariah dalam pelaksanaan anggaran belanja baik pusat maupun daerah, kalau saja
ditetapkan presentase tertentu dari pelaksanaan anggaran dan pendapatan belanja baik
pusat maupun daerah maka sudah dapaat dipastikan market standing bank syariah
akan naik secara signifikan.14
Contoh lain adalah terkait bagi hasil yang diterrima oleh deposan. Salah satu titik
kritisnya adalah bagi hasil saat bulan pertama bank bergabung tidak dapat serrta merta
disamakan equivalent rate-nya karena harus dilakukan konsolidasi keuangan yang
akurat dan menyeluruh. Hal ini karena uang deposan diinvestasikan dalam portofolio
yang berbeda sesuai dengan asal bank sebelum merger. Belum lagi masalah nisbah
bagi hasil deposito yang berbeda beda antara tiga bank tersebut dengan nasabah.15
e. Keberlangsungan sumber daya manusia berdasarkan kontrak
perjanjian kerja pasca merger
Dengan diadakannya merger, konsolidasi dan akuisisi bank, maka mau
tidak mau akan terjadi restrukturisasi organisasi, akibatnya akan terjadi perubahan dan
pengurangan pegawai bank yang tidak potensial, karena tidak mustahil karyawan
bank yang meleburkan diri dengan merger, konsolidasi maupun akuisisi bobot dan
jumlahnya jauh berbeda.16
Berlangsungnya sumber daya manusia dilihat dari tata cara penyeleksian yang
diserahkan sepenuhnya kepada pihak bank terkait dengan memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan seperti:17
1. Status kepegawaian karyawan yang bersangkutan, jika statusnya pegawai tetap
pada bank asal akan lebih diprioritaskan oleh pihak bank hasil penggabungan,
daripada meereka yang statusnya kontrak atau pegawai sementara.
2. Masa kerja karyawan yang bersangkutan, karena terkait dengan pengalaman kerja
dan pengetahuan karyawan bank yang semula mempekerjakannya.
3. Usia karyawan bank yang bersangkutan, bagi mereka yang mendekati usia
pensiun disarankan untuk mengambil program pensiun sukarela bank.
4. Pangkat atau jabatan karyawan yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud
dengan karyawan atau pegawai bank yaitu pihak pelaksana yang menjalankan
14
Ahmad Satiri, Aspek hukum merger bank syariah,
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/aspek-hukum-merger-bank-syariah-oleh-
ahmad-satiri-15-4, diakses pada 6 Oktober 2021
15
Ahmad Satiri, Op-cit
16
Misranto, Kedudukan Hukum Karyawan Bank Pasca Dilakukan Merger, Konsolidasi Dan Akuisisi,
Vol. XII no. 2 Univeristas Merdeka Pasuruan, 2007
17
Misranto , Op-Cit

10
wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas operasional bank,
termasuk dalam hal ini adalah Direksi bank. Sedangkan pejabat bank adlah
mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai pimpinan, pelaksana, atau
pengawas pada bank tersebut yang meliputi anggota komisaris dan Direksi.
5. Hal-hal lain, misalnya loyalitas karyawan trhadap bank asal yang semula
mempekerjakannya, tidak melakukan perbuatan yang tercela selama menjadi
karyawan, serta selalu mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku pada bank
asal.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Merger bank adalah penggabungan dua bank atau lebih dengan cara mendirikan bank
baru dan membubarkan bank tersebut tanpa adanya likuidasi terlebih dahulu.
Tahapan-tahapan dalam melaksanakan proses merger adalah penanda tanganan
naskah kesepakatan, pembentukan tim merger,penunjukan pihak-pihak lain, proses
due diligence,pengiriman rancangan penggabungan kepada kreditur, penyampaian
pernyataan penggabungan kepada bapepam dan bursa efek, pengumuman ringkasan
rancangan penggabungan disurat kabar dan kepada karyawan masing-masing bank
peserta penggabungan, pembuatan surat edaran kepada pemegang saham, pembuatan
konsep akta penggabungan, pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa,
pengajuan izin penggabungan ke bank Indonesia. Perlindungan hukum merger terdiri
dari empat kepentingan, yaitu kepentingan karyawan, kepentingan mitra usaha,
kepentingan nasabah, dan kepentingan para pemegang saham. Dampak hukum akibat
pelaksanaan merger terbagi menjadi dua, dampak positif dan dampak negative.
Dampak positif bagi pengusaha yaitu mendapat kesempatan konsultasi yang bersifat
sukarela. Bagi pemegang saham menjadi lebih siap dalam menghadapi perubahan
komposisi. Hak karyawan terlebih dahulu dapat dialokasikan, dan kreditur
mendapatkan notifikasi merger. Sedangkan dampak negativenya, yaitu dengan
mengumumkan rencana merger tersebut kepada public. Permasalahan yang muncul
dalam pelaksanaan merger adalah penambahan modal salah satu bank syariah agar
mampu melakukan ekspansi pasar, komitmen pemerintah untuk menggunakan jasa
bank syariah, dan bagi hasil yang diterima deposan. Keberlangsungan sumber daya
manusia pasca merger dilihat dari tata cara penyeleksiannya, seperti status

11
kepegawaian yang bersangkutan, masa kerja karyawan, usia karyawan bank, pangkat
atau jabatan karyawan, dan hal-hal lain seperti loyalitas karyawan terhadap bank.
Saran
Ada beberapa hal yang mungkin perlu dikoreksi kembali, seperti:
Pemberharuan hukum tentang pelaksanaan merger yang ada di Indonesia perlu
direvisi lagi, karena tidak sesuai dengan keadaan yang terjadi.
Pihak-pihak yang terkait dalam merger bank haruslah mempunyai tanggung jawab
supaya tidak merugikan para pihak yang masih memiliki dana yang ada di bank.
Pihak Bank Syariah Indonesia perlu meningkatkan kualitas pelayanan perbankan
syariah, mengingat setelah merger ini Bank Syariah Indonesia memiliki fasilitas dan
akumulasi asset yang lebih memadai untuk untuk melayani nasabah.

DAFTAR PUSTAKA

12
Ginting, Sryani Br, (2015), DAMPAK HUKUM NOTIFIKASI MERGER
MENCIPTAKAN PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT, Jurnal Law Pro Justitia Vol.
I, No. 1

Satiri, Ahmad, Aspek Hukum Bank Syariah,


https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/aspek-hukum-merger-
bank-syariah-oleh-ahmad-satiri-15-4, diakses pada 6 Oktober 2021

Sutedi, Adrian, 2007, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika

Suyatno, Thomas, dkk, 1999, Kelembagaan Perbankan, Edisi Ketiga, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama

Budiarto, Agus, 2004, Merger Bank di Indonesia : Beserta Akibat Hukumnya,


Jakarta : Ghaila Indonesia

Misranto, 2007, Kedudukan Hukum Karyawan Bank Pasca Dilakukan Merger,


Konsolidasi Dan Akuisisi, Vol. XII no. 2 Universitas Merdeka Pasuruan,

13

Anda mungkin juga menyukai