Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Sejarah Fotografi

Kata fotografi berasal dari bahasa Yunani, foto yg berarti sinar dan grafia, menggambar
menggunakan sinar, segala proses, kegiatan, dan penciptaan karya seni, berupa gambar
diam (still picture) maupun bergerak (moving picture), melalui perekaman radiasi sinar pada
media yang sensitif terhadap sinar. Istilah fotografi sendiri mulai populer setelah
diperkenalkan oleh astronom sekaligus matematikawan, dan ahli kimia dari Inggris pada
tahun 1839, yang bereksperiman dalam bidang “fotografi”, Sir John Frederick William
Herschel.
Dasar pemikiran tentang adanya bayangan yang mempunyai bentuk, maupun warna
sesuai, atau sangat mendekati aslinya telah diamati oleh filsuf Yunani Aristoteles (384 SM –
322 SM) pada bayangan yang dihasilkan oleh celah kecil di bawah pepohonan. Pengamatan
tersebut menjadi dasar pembuatan pinhole camera, oleh filsuf China, Mo-Zi/Mo-Ti/Mo-Chi
(470 SM - 390 SM). Pinhole Camera merupakan cikal bakal kamera Obscura, Jenis kamera
tersebut dibuat pertama kali oleh filsuf Arab Persia Abu Ali Al-Hasan Ibn al-Haitham/al-
Hazen (965 M - 1039 M).
Perkembangan fotografi tidak lepas dari berbagai penemuan bersifat teknis, antara lain:
• Albertus Magnus (1193/1206-1280) menemukan (discovered) perak nitrat.
• Georges Fabricius (1516-1571) menemukan perak klorida.
• Daniel Barbaro described pada tahun 1568 memperkenalkan diafragma/aperture/iris.
• Wilhelm Homberg pada tahun 1694 menemukan bahwa beberapa macam bahan kimia
akan berubah menjadi gelap setelah terkena sinar.
Foto permanen pertama dibuat pada tahun 1825 oleh penemu (inventor) Perancis,
Joseph Nicéphore Niépce, yang merekam gambar pada keping logam pewter berlapis
bitumen (salah satu derivat minyak bumi). Bitumen akan mengeras bila terkena sinar, lalu
bagian yang tidak mengeras dilarutkan menghasilkan relief yang bisa di-lumuri tinta untuk
dipindahkan ke kertas. Niépce menyempurnakan penemuannya dengan mengubah bahan
peka cahayanya berdasar hasil penelitian Johann Heinrich Schultz (1724) berupa campuran
perak dan kapur. Bahan tersbut berubah gelap saat terkena sinar.
Louis Daguerre dari Perancis bekerja sama dengan Niépce menghasilkan proses yang
lebih sempurna melalui pencucian seperti proses pencucian film yang dikenal saat ini. Hasil
penemuan tersebut dikenal dengan nama daguerreotype, diumumkan pada tahun 1839,
dan mendapat hak patent dari pemerintah Perancis.
Proses yang sangat mirip ditemukan oleh penemu sekaligus pelukis Brazil-Perancis,
Hercules Florence, pada tahun 1832, namun tetap tidak mendapatkan hak patent walau
cukup lama diperjuangkannya. Pada tahun 1839 Fox Talbot berdasar penelitian astronom
John Herschel menemukan fixer yang jauh lebih efektif dibanding yang pernah ada
sebelumnya. Pada tahun itu juga Fox Talbot berhasil membuat keping “film” kaca, foto
dengan media kaca pertama. Prosedur teknis pembuatan foto pada media kaca dilakukan
pada tahun 1841 oleh Janez Puhar dari Slovenia.
Sejarah baru dalam bidang fotografi, yaitu penggunaan media rekam bukan lempeng
logam atau kaca, diawali oleh penemuan George Eastman Kodak pada tahun 1884, yang
merupakan film pertama. Sejak saat itu industri fotografi mulai berkembang pesat.
Di Indonesia sendiri fotografi bermula dari masa penjajahan dan para fotografer pada
zaman “VOC” bukan dari kalangan awam kebanyakan mereka (orang Indonesia) berasal dari
kalangan kelas menengah dan pernah belajar di sekolah-sekolah didikan Hindia-Belanda
serta banyak fotografer Indonesia yang berdarah atau keturunan Belanda. Kebanyakan
karya mereka berkutat pada momen sejarah yang terjadi di Indonesia, bisa dilihat banyak
karya-karya foto mereka yang menjadi saksi bisu dalam buku-buku sejarah khususnya yang
banyak memuat foto-foto yang berkenaan dengan perang & detik-detik proklamasi
kemerdekaan.
Pada zaman dahulu foto begitu penting & sangat “mahal”, karena foto-foto sejarah
adalah momen yang abadi serta fotografi dulu merupakan ilmu yang hanya dimiliki oleh
orang-orang tertentu saja, namun semakin berkembangnya zaman dunia fotografi mulai
didalami oleh semua kalangan.

1.2 Jenis Kamera dan Lensa


i. Jenis Kamera
a. Compact digital

Kamera jenis ini merupakan kamera digital paling simpel. Dengan ukurannya yang tidak
telalu besar dan pas di kantong atau biasa disebut kamera saku, menjadikan kamera ini banyak
dipilih untuk pengguna yang membutuhkan kamera yang hanya sekedar mendapat foto saja.
Dengan fitur standar namun memiliki mobilitas tinggi. Kamera ini juga tidak mempunyai shoot
mode dialer.
Biasanya untuk menekan harga kamera ini memiliki dua jenis input bateri, batre AAA
atau pun bateri bawaan yang bisa di charge. Yang menggunakan bateri AAA harganya jauh lebih
murah.
Cocok digunakan pada Event indoor, Event outdoor yang tidak terlalu mengandalkan zoom,
dokumentasi standar, Anda yg memiliki mobilitas tinggi & tidak mau repot.
Ciri-cirinya     :
1. Ada mode exposure manual
2. Berukuran sensor besar
3. Dapat memilih format foto RAW
4. Punya hotshoe untuk dudukan flash external/aksesoris
5. Bodi kamera biasanya lebih besar dari biasanya.

Kelebihan       :
1. Sensor Yang Lebih Kecil
2. Ukuran Lebih Kecil Dan Mudah Dibawa Keman-Mana
3. Harga Terjangkau

Kekurangan   :
1. Auto Focus Yang Lambat
2. Kualitas gambar yang kurang bersih
3. Kualitas rentang dinamis yang kurang baik

b. Prosumer

Kata “prosumer “ diambil dari PROfesional dan conSUMER. Kamera  yang berjenis “point
and shoot” ini mempunyai fitur lebih lengkap dibandingkan dengan kamera saku, antara lain
pengaturan exposure dan iso secara manual. Ada beberapa orang yang menggunakan kamera
jenis ini untuk memulai belajar fotografi karena dirasa lebih praktis dan fungsional daripada
kamera DSLR.

Ciri-ciri                        :
1. Kamera prosumer terdiri dari dua jenis, yaitu Kamera prosumer berbentuk Kamera digital
SLR (DSLR-like) yang juga disebut Bridge Camera
2. dengan lensa tetap yang tak dapat dilepas, sedangkan MILC walaupun lensanya dapat
dilepas, tetapi tidak memiliki Cermin Reflex dan tentunya juga tidak memiliki Optical
Viewfinder dan sebagai gantinya dipakai Electronical Viewfinder atau layar LCD saja.

Kelebihan      :
1. Kamera digital prosumer memiliki bodi mirip kamera DSLR dan berlensa panjang namun
tidak bisa dilepas-pasang layaknya lensa pada kamera DSLR.
2. Untuk ukuran lingkaran lensa, prosumer cenderung lebih kecil dari pada DSLR dan lebih
besar dari compact.
3. Untuk fitur, kamera prosumer menyerupai DSLR. Setingan programnnya bisa diatur secara
manual. Aperture/diafraghma, ISO dan Shutter Speed bisa diatur secara manual.
4. Dengan kemampuan dan tekhnologi yang ada, prosumer dianggap lebih praktis untuk
fotografi sehari-hari.

Kekurangan   :
1. Sensor prosumer yang lebih kecil disbanding DSLR berakibat kualitas hasil foto tidak bisa
sebaik kamera DSLR
2. Kecepatan auto focus dan jeda antar satu foto dengan foto selanjutnya juga
3. merupakan kendala bagi yang membutuhkan moment penting dan cepat.

Anda mungkin juga menyukai