Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol.3 No.

1 Maret 2017 ISSN: 2302-2663

KEBIJAKAN TENTANG PENGELOLAAN ANGGARAN PENDIDIKAN


DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Siti Sanisah
Kepala Seksi GTK PAUD dan DIKMAS,
Dinas Pendidikan Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
Sitisanisah25@gmail.com

Abstract
The research aimed at exploring the education budget policies that carried out in the context of
regional autonomy concerning to: formulation, content, implementation, evaluation and policy
impact. The research was qualitative and using deep interviews, observations and focus group
discussions. The source of information were the related staffs of Educational Board, Regional
Development Planning Bureau, Local government and legislatives in Lombok Tengah which then
run on purposive and snowball sampling technique. It was concluded that formulation stages
applied three main approaches namely participatory, technocratic and political. The contents of the
budget policy met the demands of budgeting regulation (20%), but still focus on infrastructure
development and bureaucratic spending. The implementation process using a top down approach
that automatically implementer predominantly from government agencies. The results were still
below of the standards (criteria) that have been defined previously on planning stage. Finally, the
impact provided less social benefit to the community.
Keywords: policy of analysis and educational budgeting

masih mengalami hambatan dan

PENDAHULUAN termasuk rendah jika dibanding

Mutu pendidikan tidak hanya negara lain di Asia Tenggara.

dipengaruhi satu faktor sebagai Implikasinya akan berimbas pada

penentu. Terdapat pengelola sekolah, kondisi sektor pendidikan secara

lingkungan (keluarga, masyarakat umum, terlebih jika dikaitkan mutu.

dan sekolah), kualitas pembelajaran, Pendidikan nasional (daerah)

kurikulum, sistem evaluasi dan dihadapkan berbagai masalah yang

ketersediaan anggaran yang menuntut solusi konkrit untuk

memadai guna membiayai kegiatan mengatasinya. Dibutuhkan kerjasama

pendidikan. Ironis, penyediaan serius pemerintah dan masyarakat

anggaran pendidikan di Indonesia dalam semua dimensi pendidikan.


http://ojs.jpeb.net 101
Solusi sederhana sesungguhnya PGRI Nusa Tenggara Barat

pada perencanaan dan perumusan menyatakan bahwa mekanisme itu

program pendidikan yang harus efektif masih lemah dilakukan Pemerintah

dan efesien bagi semua. Implikasi Daerah Lombok Tengah, sehingga

logisnya akan bermuara pada anggaran capaian pendidikan tidak maksimal.

pendidikan yang harus disediakan Gambaran kondisi pendidikan

pemerintah. Selama ini, keterbatasan dimaksud seperti tertuang dalam

anggaran selalu jadi alasan klasik RPJMD Lombok Tengah tahun 2011-

keterlambatan kemajuan pembangunan 2015, yaitu masih rendahnya (1)

pendidikan. Bagaimanapun juga aksesibilitas pendidikan bagi

anggaran pendidikan merupakan masyarakat miskin; (2) sarana dan

komponen masukan instrumental yang prasarana pendidikan; (3) mutu

sangat penting dalam penyelenggaraan penyelenggaraan pendidikan dan (4)

pendidikan. Karena, dalam setiap kualitas dan kuantitas pendidik dan

upaya pencapaian tujuan pendidikan, kependidikan disertai distribusinya yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif belum merata. Di sisi lain, capaian

anggaran pendidikan memiliki peran pembangunan pendidikan juga tidak

menentukan. Maka, pengelolaan maksimal, mengingat Lombok Tengah

anggaran pendidikan yang profesional memiliki angka buta huruf tertinggi di

sesuai kaidah yang berlaku menjadi NTB (63.667 orang pada tahun 2010);

urgen adanya. Pada seminar angka drop out memprihatinkan jenjang

Membedah Potret Pelayanan pendidikan dasar (tahun 2010 tertinggi

Pendidikan Lombok Tengah, Ketua di Provinsi NTB dengan 750 orang

http://ojs.jpeb.net 102
siswa SD, 63 orang siswa MI, 595 tamat SD). Kualitas sektor pendidikan

kasus di SMP dan MTs 381 kasus). juga dapat dipahami dari capaian APM

Dan rata-rata lama sekolah tahun 2011 dan APK Kabupaten Lombok Tengah

menunjukkan angka 5,9 tahun (belum berikut.

SD SMP SMA
No Tahun
APK APM APK APM APK APM
1 2008 110,65 92,93 93,92 76,27 58,81 40,93
2 2009 117,15 98,89 99,42 85,80 59,57 47,42
3 2010 117,22 99,21 99,51 89,44 59,30 48,29
4 2011 114,01 99,22 99,53 89,45 60,04 55,76
5 2012 113,67 99,23 101,05 89,47 71,51 61,67
6 2013 113,69 99,61 96,40 89,91 61,17 59,06
Sumber: Profil Pendidikan Kabupaten
Loteng Tahun 2013

Atas dasar rendahnya capaian dan SMK 0,94% pertahun. Namun,

APK dan APM (terutama di SMP dan tidak berdampak signifikan terhadap

SMA) dan potret kondisi pendidikan penurunan angka drop out maupun

lainnya mendorong pemerintah provinsi peningkatan kondisi pendidikan lainnya.

NTB dan Lombok Tengah Sesungguhnya hal ini tidak perlu

menandatangi nota kesepahaman terjadi mengingat besaran anggaran

menurunkan angka drop out, tahun yang dialokasikan Pemerintah

2008 dan 2011. Dalam nota disebutkan Kabupaten Lombok Tengah untuk

bahwa Pemerintah Lombok Tengah sektor pendidikan cukup besar dan

akan dan bersedia menurunkan angka terus mengalami peningkatan

drop out SD 0,37% pertahun, SMP sebagaimana diilustrasikan dalam

0,51% pertahun, SMA 0,47% pertahun Grafik perkembangan anggaran


http://ojs.jpeb.net 103
pendidikan Kabupaten Lombok Tengah bottom-up approach, konsistensi

berikut. pengelolaan anggaran lemah, tidak

konsisten dan sinergisnya waktu antar-

tingkatan pengelolaan serta dominasi

sistem politik (Sukardi, 2009). Di

samping itu berkurangnya proporsi

angaran pendidikan di pemerintah

pusat atau sebaliknya bertambahnya

proporsi anggaran yang dikelola

pemerintah daerah sesungguhnya

hanya merupakan implikasi pengalihan


Sumber: Ringkasan APBD pertahun (2009-
2014) kewenangan dari pusat ke daerah,

Jika besaran alokasi anggaran bukan meningkatnya alokasi dana

dikomparasikan kondisi pendidikan di (Toyamah dan Usman, 2004).

Lombok Tengah sungguh tidak Kebijakan anggaran pendidikan

sepadan. Anggaran cukup tinggi, sebagai kebijakan pembangunan dalam


bertambah dari tahun ke tahun namun bidang pendidikan secara umum
kondisi dan kualitas pendidikan tidak dipahami sebagai kebijakan publik
meningkat signifikan. Kondisi dominan bidang pendidikan. Setiap keputusan
diakibatkan oleh tumpang tindihnya
tentang pendidikan yang dibuat dan
kerangka legal dan pelaksanaan
melibatkan anggota organisasi dalam
formulasi dan implementasi anggaran,
pendidikan harus dibuat maksimal
sering berubah, multi-interpretasi,
berdasarkan fact and value (Simon,
pemahaman tentang formulasi
1976) termasuk kebijakan tentang
anggaran partisipatif masih disamakan
pengelolaan anggaran pendidikan.
http://ojs.jpeb.net 103
Masyarakat memahami bahwa scanning model, democratic model,

anggaran pendidikan merupakan strategic model, deliberatif and public

rencana pendapatan dan belanja choice (Dye, 1995; Henry, 1975 dan

negara/daerah dalam kurun waktu satu Dror, 1968), rational actor model,

tahun dalam bentuk pendapatan dan organizational behavior model dan

belanja serta pembiayaan pendidikan governmental political model (Allison

berupa setiap penerimaan yang perlu dan Zelikow, 1999). Dalam setiap

dibayar kembali dan/atau pengeluaran model mengisyaratkan pengelolaan

yang akan diterima kembali. Karena itu, kebijakan publik melalui serangkaian

kebijakan anggaran pendidikan juga tahapan. Tahap dimaksud dilukiskan

harus disusun berdasarkan penjabaran berbeda. Dari agenda setting, policy

visi, misi pendidikan, dalam rangka formulation, policy adoption, policy

mewujudkan tercapainya tujuan implementation and policy evaluation

pendidikan dalam suatu masyarakat (Dunn, 1995; Ripley, 1985; Smith dan

untuk kurun waktu tertentu (Tilaar dan Larimer, 2009). Tahap lain yang dapat

Nugroho, 2008). dilakukan meliputi agenda setting,

Pengeloaan kebijakan anggaran problem definition, policy design, policy

sebagai kebijakan publik dapat legitimation, implementation, impact

mengikuti proses yang dikemukakan dan termination (Palumbo, 1987;

beberapa ahli yang diklasifikasi menjadi Parsons, 1995). Sementara kebijakan

group theoretic model, elite theoretic pengelolaan anggaran dilakukan

model, incremental model, institutional melalui budget formulation, budget

model, rational model, game theoretic approval, budget execution and budget

model, systems theoretic model, mixed oversight (Ramkumar, 2008).

http://ojs.jpeb.net 104
Dalam konteks otonomi daerah di untuk memahami sistem pengelolaan

Indonesia, pengelolaan anggaran kebijakan anggaran pendidikan secara

kebijakan pendidikan diselenggarakan kaffah di suatu daerah dalam konteks

dengan dasar hukum UU Nomor otonomi daerah, maka harus dilakukan

32/2004, UU Nomor 17/2003, UU pengamatan dan analisis mendalam

Nomor 20 tahun 2003, PP 58/2005, terhadap proses pengelolaan kebijakan

Permendagri 13/2006, PP nomor 48 dimaksud.

tahun 2008 dan regulasi lainnya yang


METODOLOGI PENELITIAN
relevan. Karenanya analisis kebijakan
Penelitian ini merupakan policy
tentang pengelolaan anggaran
research dengan pendekatan kualitatif.
pendidikan di Lombok Tengah
Data diperoleh dari kegiatan participant
disesuaikan proses penyusunan
observation, semistructure interview,
kebijakan publik dan regulasi yang
dokumentasi, focus group discussion
berlaku di Indonesia. Meliputi formulasi
dan penelitian kepustakaan. Informan
kebijakan tentang anggaran
berasal dari Dinas Pendidikan Pemuda
pendidikan, isi kebijakan sebagai hasil
dan Olahraga, Bappeda, Pemerintah
formulasi, implementasi kebijakan,
Daerah dan DPRD Kabupaten Lombok
evaluasi terhadap proses implementasi
Tengah yang ditentukan secara
kebijakan anggaran dan dampak
purposive dan snowball sampling.
implementasi kebijakan tentang
Guna memastikan keabsahan data
anggaran pendidikan di Kabupaten
hasil penelitian dilakukan uji credibility
Lombok Tengah. Aspek di atas
melalui prolonged engagement,
sekaligus diposisikan sebagai tujuan
persistent observation, triangulation
dilakukannya penelitian mengingat
dan multiangulation, peer debriefing,
http://ojs.jpeb.net 105
referential adequacy checks dan pendekatan partisipatif planning dan

member checks. Uji dependability technocratic planning secara berjenjang

dilakukan melalui audit keseluruhan dari desa-kabupaten (berbasis wilayah)

proses penelitian. Uji confirmability dan berbasis sektoral. Penganggaran

dilakukan auditor independen untuk merupakan aktivitas yang dilakukan

menilai kualitas hasil penelitian dengan dengan maksud menguji kelayakan

cara penelusuran atau pelacakan data hasil perencanaan program pendidikan

dan informasi yang disampaikan. Uji dengan pembiayaan yang diajukan

transferability dilakukan dengan eksekutif dan cenderung didominasi

mendiskripsikan hasil penelitian serinci pendekatan political planning.

dan sejelas mungkin tentang konteks Dilakukan bertahap sejak penetapan

fokus penelitian. Data dianalisis melalui RKPD hingga pengesahan kebijakan

reduksi data, display, verifikasi dan anggaran (APBD). Pelaksanaan

kesimpulan. kegiatan terjadwal dalam regulasi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN memayungi kegiatan secara bertahap,

Formulasi kebijakan anggaran namun sering tidak tepat waktu.

Aktor dalam formulasi kebijakan


Formulasi kebijakan anggaran
anggaran pendidikan di Lombok
pendidikan terpilah menjadi dua
Tengah berasal dari pemerintah
aktivitas penting yaitu perencanaan dan
daerah, birokrat, legislatif, kelompok
penganggaran. Perencanaan dilakukan
kepentingan, akademisi, pemerhati
dengan maksud untuk mengidentifikasi
pendidikan dan masyarakat secara
masalah pendidikan guna dipecahkan
individu. Output yang dihasilkan terdiri
melalui sejumlah program alternatif.
dari berbagai macam dokumen yang
Aktivitas diselenggarakan dengan
http://ojs.jpeb.net 106
dilegalkan dalam bentuk nota penganggaran walau secara makro

kesepahaman, rancangan peraturan anggaran pendidikan telah mencapai

daerah, peraturan daerah, rancangan lebih 20% (terutama pasca putusan

peraturan bupati dan peraturan bupati. MK). Sumber dominan anggaran dari

Output proses perencanaan terdiri dari dana perimbangan dengan

konsekuensi logis untuk kebutuhan


prioritas program yang akan diusulkan
birokrasi dan fisik, sementara fokus
ke jenjang perencanaan berikutnya.
pembangunan pendidikan berdasarkan
Sedangkan output yang dihasilkan
alokasi anggaran cenderung ke
pada proses penganggaran adalah
program pendidikan dasar. Fenomena
dokumen yang berisi program dan
lainnya adalah penggunaan anggaran
pembiayaan yang sudah disepakati
cenderung tidak proporsional, double
pada setiap level penganggaran,
budgeting, tidak efisien dan tidak pro-
dilengkapi nota kesepakatan
poor dan peserta didik (tidak pro child).
Pemerintah Daerah dengan DPRD dan
Artinya, rumusan kebijakan anggaran
menjadi dasar eksekusi anggaran. belum memenuhi aspek konsistensi,
Dokumen dimaksud berupa RKPD, efisiensi dan manfaat.
KUA, PPA, RKA-SKPM, RAPBD, APBD
Implementasi kebijakan anggaran
dan DPA Pendidikan. Dokumen
Prosedur implementasi kebijakan
penganggaran tidak disosialisasikan
anggaran pendidikan yang diterapkan
dan cenderung eksklusif.
di Kabupaten Lombok Tengah sesuai
Isi (content) kebijakan anggaran regulasi dan mengarah pada top-down
Content kebijakan anggaran approach. Program dan kegiatan yang
pendidikan menunjukkan bahwa hasil pembiayaannya bersumber dari dana
perencanaan tidak konsisten dengan perimbangan diselenggarakan
http://ojs.jpeb.net 107
berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan tercapai dengan hasil yang baik dan 5

(Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) kriteria pada posisi middle area (tidak

dari pemerintah pusat. Aktor dominan tercapai penuh). Tercapainya 7 kriteria


adalah birokrasi terutama pemerintah pembangunan pendidikan disinyalir
daerah dan Dikpora, yudikatif, DPRD karena didukung ketersediaan sumber
dan interest group. Kelompok birokrasi
daya (manusia, finansial dan waktu),
dianggap paling bertanggungjawab
kejelasan isi kebijakan dan kondusifnya
dalam implementasi, karena memiliki
lingkungan eksternal (sosial, ekonomi
wewenang menguasai “area”
dan politik). Faktor yang dinilai
implementasi dalam wilayah operasi
menghambat capaian implementasi
(termasuk kewenangan diskresi)
adalah tidak sehatnya sistem birokrasi,
karena mendapat mandat dari legislatif
kegiatan tidak terperinci jelas, karakter
dan kuasa di atasnya sehingga
dan perilaku implementor, minimnya
cenderung powerfull.
koordinasi dan pengawasan serta
Capaian keberhasilan
kurangnya keterlibatan masyarakat.
implementasi kebijakan aggaran

pendidikan yang dilakukan masih Evaluasi proses implementasi


dalam kategori minim. Hal ini dapat Kriteria evaluasi proses

dilihat dari 15 kriteria pembangunan implementasi yang dipergunakan

pendidikan di Lombok Tengah yang adalah efektivitas, kecukupan,

telah ditetapkan dalam RPJMD, pemerataan, responsivitas dan

terdapat 7 kriteria dikategorikan tidak ketepatan sasaran. Hasil penelitian

berhasil mencapai target/gagal. menunjukkan bahwa kelima aspek

Sementara hanya 3 kriteria yang dapat belum terpenuhi secara maksimal.


http://ojs.jpeb.net 108
Indikator efektivitas diwarnai orientasi kurang memuaskan sehingga loyalitas

hasil yang fokus pada output (capaian masyarakat minim. Dengan kondisi

kuantitatif), sering melakukan kegiatan tersebut, dapat dipastikan capaian

diluar perencanaan dan lemah pada indikator ketepatan tidak maksimal,

mekanisme penentuan pelaksana mengingat indikator ini hanya akan

program. Indikator kecukupan tidak tercapai jika empat indikator lainnya

maksimal karena struktur anggaran terpenuhi.

pendidikan didominasi DAU dan DAK


Dampak implementasi kebijakan
(praktek re-sentralisasi) dengan anggaran

dukungan Pendapatan Asli Daerah Mengingat capaian implementasi


yang kecil, mempersempit ruang gerak kebijakan anggaran yang dominan tidak
pemerintah daerah menetapkan tercapai (tidak memenuh kriteria), maka
program dan kegiatan yang mendukung
dapat dikatakan bahwa dampak yang
target penyelesaian masalah
diharapkan juga minim terpenuhi.
pendidikan. Pemerataan manfaat
Kondisi dimaksud dominan terjadi
program dan kegiatan perlu
karena dominasi intevensi politik dan
diperhatikan serius guna meminimalisir
penyelenggaraan program dan
penyimpangan dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan yang tidak sesusai
program dan kegiatan. Kurang
ketentuan merupakan cermin
maksimalnya capaian pada indikator
ketidakjelasan arah pembangunan
responsivitas ditandai keberadaan
pendidikan. Dampak sistemik berikut
program yang tidak mengakomodir
adalah rendahnya wibawa Dikpora
kepentingan masyarakat, pelaksanaan

implementasi program dan kegiatan diimbangi rendahnya loyalitas

http://ojs.jpeb.net 109
masyarakat terhadap program dan formulation, policy legitimation, policy

kegiatan yang diimplementasikan dan implementation and policy evaluation

lemahnya trust masyarakat terhadap (Dye, 1995). Empat dari enam langkah

kegiatan formulasi kebijakan anggaran dimaksud merupakan tahap formulasi

pendidikan karena kegiatan yang kebijakan. Hasil penelitian

diselenggarakan tidak sesuai menunjukkan bahwa empat langkah

perencanaan (usulan masyarakat). formulasi kebijakan dimaksud

Meski kondisi sarana dan prasarana dilengkapi dengan proses policy

pendidikan kian lengkap, namun belum decision (keputusan kebijakan). Tahap

memadai dari sisi kualitas termasuk ini memiliki aktivitas tersendiri, sebagai

pemeliharaan. Beberapa kegiatan hasil adanya formulasi kebijakan

pembangunan infrastruktur berkualitas sehingga kebijakan anggaran dapat

rendah. Secara umum terlihat disahkan. Pengesahan kebijakan hanya

perubahan kondisi yang signifikan pada dapat dilakukan jika kebijakan telah

sasaran program dan kegiatan diputuskan (terima/tidak). Dengan

pendidikan, jika disesuaikan indikator demikian tahap formulasi kebijakan

capaian pembangunan pendidikan. terdiri identifikasi masalah kebijakan,

Pembahasan penyusunan agenda pemerintah,

Formulasi kebijakan anggaran formulasi kebijakan, keputusan

Proses penyusunan kebijakan kebijakan dan terakhir adalah

pada dasarnya terdiri dari enam pengesahan kebijakan.

langkah yaitu identification of policy Proses formulasi kebijakan pada

problem, agenda setting, policy hakekatnya merupakan proses

http://ojs.jpeb.net 110
berdosis politik tinggi, sangat (GPM) (Allison dan Zelikow, 1999).

dipengaruhi bagaimana perwujudan the Model ini menganggap bahwa

real distribution of power (distribusi keputusan kebijakan merupakan

kekuasaan secara riil), disamping resultante politik yaitu hasil dari

merupakan ajang adu persuasion dan permainan politik antar-aktor.

bargaining (Schultz, 2004) yang Isi (content) kebijakan anggaran


berlangsung di daerah antar aktor yang Kebijakan anggaran pendidikan
terlibat. Aktor dimaksud dibedakan
pada dasarnya merupakan rencana
menjadi the official policy makers and
kerja pemerintah daerah dalam bidang
un-official policy makers (Anderson,
pendidikan yang diwujudkan dalam
2003). Kelompok pertama identik
bentuk program dan kegiatan yang
dengan pemeran serta resmi (formal)
akan dibiayai selama periode tertentu
yaitu pelaku dari lembaga
(satu tahun). Dikatakan bahwa a
pemerintahan seperti birokrasi,
budget is a symbolic representation of
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
what we want from government and
Kelompok kedua identik dengan
what me want for our community
pemeran serta tidak resmi (non formal)
(Schultz, 2004). Dalam konteks
meliputi kelompok kepentingan (interest

group), partai politik, Lembaga pendidikan, anggaran berguna sebagai

Swadaya Masyarakat, media massa alat penentu besarnya pengeluaran,

dan warga secara individu (Winarno, membantu pengambilan keputusan dan

2012). Dominasi peran oleh legislatif perencanaan pembangunan

memposisikan proses formulasi dalam pendidikan. Disamping berperan

model government political model sebagai otoriasi pengeluaran masa

http://ojs.jpeb.net 111
datang, sumber pengembangan ukuran jumlah anggaran (Toyamah dan

standar untuk evaluasi kinerja, alat Usman, 2004). Dalam konteks ini,

motivasi pegawai dan koordinasi menetapkan kebijakan anggaran

pendidikan sebagai salah satu


aktivitas unit kerja bidang pendidikan.
kebijakan publik dalam bidang
Dalam konteks ini tiga hal yang harus
pendidikan tidak dapat dilakukan serta
diperhatikan financing, menyangkut
merta. Untuk mewujudkannya
sumber pembiayaan; budgeting,
diperlukan analisis ekonomis, politis,
bagaimana biaya pendidikan sosiokultural dan administratif terlebih
dialokasikan dan accountability, dahulu (Suryadi dan Tilaar, 1993).

penggunaan dan pertanggungjawaban Berikutnya adalah penyusunan

anggaran. kebijakan anggaran pendidikan minimal

Tidak diakomodirnya aspek mengacu pada aspek konsistensi,

konsistensi, efisiensi dan manfaat efisiensi dan manfaat yang dapat

dalam content kebijakan anggaran diperoleh dari anggaran.

pendidikan berdampak pada stagnan- Pengingkaran terhadap ketentuan

nya peningkatan kualitas pendidikan tersebut berpotensi tidak fokusnya

meskipun anggaran meningkat (bahkan program dan kegiatan yang akan

lebih 20% dari APBD maupun APBN). dibiayai melalui anggaran dalam
Faktanya, menurunnya anggaran yang menjawab masalah pendidikan.
dikelola pemerintah pusat dan
Implikasi logis jika langkah untuk
sebaliknya meningkatnya anggaran
memperbaiki dan mengembangkan
pendidikan yang dikelola pemerintah
suatu sistem ke arah tujuan yang
daerah, hanya impact perubahan
dicapai mengalami hambatan,
wewenang bukan karena peningkatan

http://ojs.jpeb.net 112
kelemahan dan penyimpangan adalah sesuai harapan. Dalam sejarah

terjadinya wastages (pemborosan) atau perkembangan studi implementasi

ekonomi high cost (biaya tinggi) yang kebijakan terdapat dua pendekatan

pokok dalam implementasi kebijakan


justru merugikan sistem dan rendahnya
yaitu top down dan bottom up
produktivitas. Dalam teori ekonomi
(Agustino, 2006). Lombok Tengah
pendidikan, dengan pendekatan human
menggunakan pendekatan pertama,
capital, aspek pembiayaan merupakan
memposisikan implementasi kebijakan
bagian investasi pendidikan yang tersentralisir, aktor hingga keputusan
menentukan taraf produktivitas individu ditentukan dari pusat. Kelemahannya,

maupun kelompok. programs are not totally perfect, a

program may pursue several goals at


Implementasi kebijakan anggaran
the same time, public administrations
Implementasi kebijakan dimak-
are not always transparent and rational
sudkan untuk to take action, to perform,
and society is often hostile and
to carry out programs (Schultz, 2004).
contradictory (Schultz, 2004).
Di dalamnya tercakup keterlibatan
Berhasil tidaknya implementasi
aktor, organisasi, prosedur dan teknik
sesungguhnya dipengaruhi oleh
agar kebijakan yang ditetapkan
tractability of the problems, ability of
mempunyai akibat, yaitu tercapainya
statute to structure implementation and
tujuan kebijakan. Implementasi
nonstatutory variables affecting
dilakukan dengan maksud
implementation (Hill and Hupe, 2002).
menghantarkan kebijakan anggaran
Karena itu agar hasil implementasi
pendidikan yang telah disahkan kepada
kebijakan anggaran pendidikan
masyarakat dengan berbagai cara dan
maksimal terdapat beberapa syarat
prosedur sehingga membawa hasil

http://ojs.jpeb.net 113
yang harus dipenuhi, yaitu (1) appropriateness (Dunn, 2004). Aspek

lingkungan eksternal yang dihadapi responsivitas menjadi pemuas kriteria


badan atau instansi pelaksana tidak lain, efektivitas, efisiensi, kecukupan
mengalami gangguan atau kendala dan kesamaan masih gagal jika belum
serius. Hambatan di maksud dapat menanggapi kebutuhan aktual
berupa hambatan fisik, politis dan
kelompok yang semestinya
sebagainya; (2) untuk melaksanakan
diuntungkan dari adanya suatu
program tersedia waktu dan sumber
kebijakan. Kenyataannya dalam aspek
yang cukup memadai; (3) perpaduan
ini implemetor kebijakan anggaran
sumber yang diperlukan tersedia dan
pendidikan di Kabupaten Lombok
(4) kebijakan yang diimplementaiskan
Tengah disinyalir mengalami
didasarkan suatu hubungan kausalitas
implementation myopa (Nugroho,
handal, langsung dan memiliki sedikit
2008). Indikasinya risorsis yang dimiliki
mata rantai penghubungnya.
dominan dihabiskan untuk membuat
Evaluasi proses implementasi
perencanaan, namun tidak cukup untuk
Kegiatan evaluasi kebijakan dan
bagaimana melaksanakan apa yang
program pada dasarnya dilakukan
sudah direncanakan; sering dianggap
dalam kerangka pikir dua hal yaitu to
bahwa jika kebijakan sudah diputuskan
address questions about program
dan diundangkan lantas rakyat
operations and results (Wholey, Hatry
dianggap tahu tentang kebijakan
and Newcomer, 2010). Untuk maksud
tersebut secara utuh dan jika salah
tersebut dapat menggunakan indikator
langsung dihukum dan jika kebijakan
atau kriteria effectiveness, efficiency,
sudah dibuat, maka implementasi akan
adequacy, equity, responsiveness and
jalan dengan sendirinya.

http://ojs.jpeb.net 114
Dampak implementasi kebijakan lengkap, namun kualitasnya belum
anggaran
memadai termasuk pembangunan dan
Dalam konteks kebijakan
pemeliharaan infrastruktur.
anggaran pendidikan, dampak yang
Semestinya tingginya anggaran
dimaksud adalah perubahan kondisi
pendidikan mampu memberikan social
yang terjadi pada masyarakat karena
benefit pada masyarakat. Dapat
adanya intervensi kebijakan berupa
berbentuk penyelenggaraan pendidikan
penyelenggaraan program dan
gratis; pendidikan berkualitas dan
kegiatan pendidikan. Capaian
murah bagi masyarakat di tingkat SLTA
implementasi kebijakan anggaran di
dan PT; peningkatan kualitas pendidik;
Lombok Tengah yang dominan pada
pemberian beasiswa dan bantuan
kategori tidak tercapai, bermakna
bahwa dampak yang diharapkan juga pendidikan bagi warga masyarakat dan

minim. Indikatornya adalah peningkatan sarana dan prasarana

penyelenggaraan pendidikan masih pendidikan, mengingat biaya

diwarnai lemahnya kepercayaan pendidikan memang mahal. Satu hal

masyarakat terhadap kegiatan yang layak dipahami adalah negara


formulasi kebijakan anggaran (Pemerintah) bertanggung jawab atas
pendidikan karena kegiatan yang pendidikan warga negaranya terutama
diselenggarakan tidak sesuai dalam hal pembiyaan. Abad XX
perencanaan (usulan masyarakat). Hal pendidikan termasuk bidang yang
tersebut berdampak sistemik terhadap
dibiayai besar-besaran di negara maju
rendahnya wibawa Dikpora diimbangi
dan diperkuat conventional wisdom of
rendahnya loyalitas masyarakat
education yaitu keyakinan bahwa
terhadap program dan kegiatan yang
perubahan sosial dapat dikontrol
diimplementasikan. Meski kondisi
dengan mengaplikasikan disiplin
sarana dan prasarana pendidikan kian
intelegensi (Sirozi, 2005).
http://ojs.jpeb.net 115
KESIMPULAN DAN SARAN dilakukan tanpa dasar data, analisis

Proses formulasi kebijakan kinerja, standar capaian real dan tidak

anggaran pendidikan dilakukan dengan berpegang pada prinsip good

tahap (1) identifikasi masalah kebijakan governance serta menggunakan

yang dilakukan melalui musyawarah pendekatan participatory, technocratic

perencanaan berbasis sektoral (oleh dan political planning. Keterlibatan

Dinas Pendidikan Pemuda dan aktor turut mempengaruhi hasil

Olahraga) dan berbasis kewilayahan formulasi yang berupa dokumen

(musyawarah rencana pembangunan kebijakan yang cenderung bersifat

desa-kabupaten); (2) agenda setting private document.

dilakukan dengan mengakomodir hasil Isi kebijakan tidak konsisten

identifikasi masalah kebijakan ke dalam dengan hasil perencanaan, alokasi

RKPD; (3) melakukan formulasi anggaran tidak efisien, tidak tepat

kebijakan, melalui penetapan RKPD, sasaran dan tidak memihak kebutuhan

KUA-PPA, pengesahan Renja dan peserta didik (terutama dari keluarga

miskin) akibat dominannya intervensi


anggaran SKPM; (4) keputusan
politik pada proses penganggaran.
kebijakan, ditandai penyusunan
Prosentase anggaran pendidikan
RAPBD yang akan disampaikan ke
mencapai lebih 20% dari total APBD,
DPRD dan dibahas pada sidang
didominasi dana perimbangan dengan
paripurna dan (5) pengesahan
penggunaan dominan untuk belanja
kebijakan, persetujuan DPRD terhadap
tidak langsung (belanja aparatur dan
RAPBD, pengesahan APBD dan DPA
birokrasi), fisik dan fokus pada
Pendidikan. Proses cenderung
pengembangan pendidikan dasar.
http://ojs.jpeb.net 116
Implementasi kebijakan anggaran kepuasan masyarakat terhadap kinerja

dilakukan dengan pendekatan top- implementasi kebijakan anggaran

down (berdasarkan juklak dan juknis). pendidikan. Rendahnya capaian kinerja

Cenderung tanpa mengedepankan kebijakan berdampak pada tidak

prinsip pengelolaan anggaran, bersifat maksimalnya social benefit yang

government oriented, minim partispasi diperoleh sasaran kebijakan. Artinya,

dan dukungan masyarakat. peningkatan jumlah anggaran

Implementor didominasi pemerintah, pendidikan tidak berbanding lurus

interest group dan organisasi dengan peningkatan kualitas

komunitas tanpa melibatkan pendidikan.

masyarakat. Berdasarkan hasil analisis

Evaluasi terhadap proses direkomendasikan agar (1) pengelolaan

implementasi dihadapkan pada kebijakan anggaran pendidikan harus

kenyataan bahwa aspek efektivitas, memperhatikan Lima Tepat (tepat cara,

kecukupan, perataan, responsivitas dan tepat waktu, tepat pelaksana, tepat

target dan tepat lingkungan); (2)


ketepatan dalam implementasi
menerapkan model implementasi yang
kebijakan anggaran pendidikan belum
menitikberatkan pada prinsip interaktif,
terpenuhi. Kapasitas implementor, good
partisipatif, manajemen pendidikan dan
will dan political will pemerintah,
good governance dan (3) melibatkan
pressure dari interest group dan
masyarakat dalam monitoring dan
partisipasi masyarakat menentukan
evaluasi implementasi kebijakan
capaian kinerja implementasi, yang
dengan menggunakan pendekatan
akhirnya berdampak pada tingkat
participatory assessment.
http://ojs.jpeb.net 117
Daftar Pustaka Practice. London: Sage
Publications, 2002.
Agustino, Leo. Dasar-Dasar Kebijakan
Publik. Bandung: Alfabeta, 2006. Lugg, Catherine A. Kitsch, From
Education to Public Policy. New
Allison, Graham & Philip Zelikow. York: Falmer Press, 2002.
Essence of Decision, Explaining
the Cuban Missile Crisis, 2th Nugroho, Riant. Public Policy: Teori
edition. New York: Addison- Kebijakan-Analisis Kebijakan-
Wesley Educational Publishers Proses Kebijakan, Perumusan,
Inc, 1999. Implementasi, Evaluasi, Revisi,
Risk Management Dalam
Anderson, James E. Public
Kebijakan Publik, Kebijakan
Policymaking: An Introduction. sebagai the Fifth Estate-Metode
Boston: Houghton Mifflin Penelitian Kebijakan. Jakarta:
Company, 2003. Gramedia, 2008.
Dror, Yehezkel. Public Policy Making Ramkumar, Vivek. Our Money, Our
Reexamined. Scranton Pa: Responsibility: A Citizen’s Guide
Chandler Publishing, 1968. to Monitoring Government
Dunn, William N. Assesing the Impact Expenditure. Washington:
of Policy Analysis: The Functions International Budget Project,
of Usable Ignorance. Knoledge 2008.
and Policy: The International Ripley, Randall B. Policy Analysis in
Journal of Knowledge Transfer Political Science. Chicago: Nelson
and Utilization., Volume 4, Nomor
Hall Publishers, 1985.
4, 1995
Schultz, David. Encyclopedia of Public
Dunn, William N. Public Policy Analysis: Administration and Public Policy.
An Introduction: Third edition. New
New York: Fact on File, 2004.
Jersey: Prentice Hall, 2004
Simon, Herbert A. Administrative
Dye, Thomas R. Understanding Public Behavior: A Study of Decision-
Policy. New Jersey: Prentice, Making Processes in
1995. Administrative Organization,
Henry, Nicholas. Public Administration Fourth Edition. London: The Free
and Publis Affairs. New Jersey: Press, Collier Macmillan
Prentice Hall, 1975. Publishers, 1976.
Hill, Michael dan Peter Hupe. Sirozi, M. Politik Pendidikan, Dinamika
Implementing Public Policy: Hubungan antara Kepentingan
Governance in Theory and in Kekuasaan dan Praktik
Penyelenggaraan Pendidikan.

http://ojs.jpeb.net 118
Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005.
Smith, Kevin B dan Christopher W.
Larimer. The Public Policy Theory
Primer. Boulder: Westview Press,
2009.
Sukardi, Ahmad. Participatory
Governance dalam Pengelolaan
Keuangan Daerah. Yogtyakarta:
LaksBang Press Indo, 2009.
Suryadi, Ace dan HAR Tilaar. Analisis
Kebijakan Pendidikan (Suatu
Pengantar). Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993.
Tilaar, HAR dan Riant Nugroho.
Kebijakan Pendidikan: Pengantar
untuk Memahami Kebijakan
Pendidikan dan Kebijakan
Pendidikan Sebagai Kebijakan
Publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Toyamah, Nina dan Syaikhu Usman.
Alokasi Anggaran Pendidikan di
Era Otonomi Daerah: Implikasinya
Terhadap Pengelolaan Pelayanan
Pendidikan Dasar. Jakarta:
Lembaga Penelitian SMERU,
2004.
Wholey, Joseph S, HP. Hatry dan KE.
Newcomer, (Ed). Hanbook of
Practical Program Evaluation:
Third Editions. San Fransisco:
Jossey-Bass, 2010.

http://ojs.jpeb.net 119

Anda mungkin juga menyukai