Anda di halaman 1dari 20

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

A. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal
yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit
yang pathogen (Whaley & Wong’s,1995). Gastroenteritis adalah kondisi
dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi, alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995). Diare
adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah
dan atau tanpa lendir dalam tinja, terjadi secara mendadakdan berlangsung
kurang dari tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Sujono
H, 1999).
Berdasarkan ketiga pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen
yang berlangsung kurang dari tujuh hari.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.

2
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pencernaan

2
Gambar 2.2. Fisiologi Sistem Pencernaan

3
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari
berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan

4
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu
bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu
bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring,
bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran
otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari
otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi


secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.

5
b) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
6
makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-
4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.

Gambar 2.3. Anatomi Kolon

6. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

7
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada
usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

9. Rektum dan Anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan

8
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus.

10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi
menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas yang
berfungsi menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme
dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
9
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh
darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan
tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke
dalam sirkulasi umum.
12. Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-
10 cm dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu
pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan dalam pembuangan
limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal
dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
( Syarifuddin, 1999 )

C. Etiologi

Penyebab dari diare akut antara lain :


1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai
berikut :
1) Infeksi Virus
a) Retovirus
Retovirus merupakan penyebab tersering diare akut pada
bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah. Biasanya
10
timbul sepanjang tahun terutama pada musim dingin.. Dapat
ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
Sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada
saluran pencernaan/pernafasan.
2) Bakteri
a) Sigella
Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September. Insiden
paling tinggi pada umur 1-5 tahun. Dapat dihubungkan
dengan kejang demam. Gejala muntah tidak menonjol.
Terdapat sel polos dalam feses dan sel batang dalam darah.
b) Salmonella
Biasanya menyerang semua umur tetapi lebih tinggi di bawah
umur 1 tahun. Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang
sering muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin
ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol,
terdapat sel polos dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam,
lamanya 2-5 hari, organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat
terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Biasanya bersifat invasis (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik yang lain. Gejala yang sering timbul kram
abdomen yang hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
Gejala yang sering timbul adalah feses mukosa, sering
didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen
11
yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai
apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Cacing (ascaris, tricurus, oyyuris, strongyloides, protozoa, jamur)
b. Infeksi Parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA),
tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain.
2. Faktor Non Infeksi
a. Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa, maltosa,
dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
c. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
besar).

d. Faktor Imun
Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri / flora usus dan
jamur terutama candida
(Suharyono 2003, Mansyoer Arif 2000, Ngastiyah 1997)

D. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dilihat dari beberapa faktor penyebab antara Lain:
1. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan
Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan
untuk penyakit antara lain akilia gastrika, humor, pasca gastrektomi,
vagotomi, vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis,
kolitis ulerosa, poliposis dan endotriatis dapat mengakibatkan
12
perubahan pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding
unsur menurun (normal 5–30x/menit) hal ini menyebabkan
perkembang biakan bakteri bertambah dalam rongga usus atau jika
pergerakan dinding usus meningkat, peristaltik usus juga meningkat,
sehingga terjadi percepatan kontak makanan dengan permukaan usus,
makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus dan kolon, kolon
bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi hipersekresi
yang menambah keenceran tinja.

2. Faktor kelainan diluar saluran pencernaan


Kelainan diluar saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan diare
dibagi atas :
a) Faktor penyakit
Faktor penyakit seperti pankreatitis, uremia, dan penyakit kolagen.
Kelainan endokrin (hipertiroidisme, DM, penyakit addison).
Berdasarkan dari sifat dan karakteristik penyakit ini dalam keadaan
bereaksi, saluran pencernaan berespon terhadap relaksi penyakit
tersebut yang menyebabkan gangguan pegerakan usus bisa
menurun atau meningkat normal 5–30x/menit sehingga terjadi
hipersekresi oleh usus yang mengakibatkan diare.
b) Faktor psikologis / neurologis
Adanya rasa cemas dan takut akan mempengaruhi hipotalamus
yang dapat mengakibatkan penyerapan makanan, air dan elektrolit
terganggu. Hal ini dapat mengakibatkan hiperperistaltaik pada
kolon sehingga terjadi penambahan jumlah cairan dalam kolon dan
mengakibatkan diare.
3. Faktor Infeksi
Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan
dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa
mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan
masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus
akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan
dapat meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air,
dan elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan
13
diare.
4. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi,
masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan
akan dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang
mengandung zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan
bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga
terjadi peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan
diare. ( Ngastiyah 2005, Syarifuddin 1999, Barbara C Long 1999 )

E. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya
timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang
tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus
berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai tampak
yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi),
selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila terus berlanjut, akan terjadi
renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi
lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran
menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi
asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam.
( Ngastiyah, 2005 )

14
Pathways Keperawatan

Inf. (Bakteri, Virus,


Parasit) Mal Aborsi
makanan di usus
makanan beracun
faktor psikologis

Reaksi inflamasi Pergeseran cairan Kerusakan Rangsangan Saraf


dan elektrolit ke rongga usus mukosa usus Parasimpatis Meningkat

Isi rongga usus Motilitas usus


terganggu
Tubuh Kehilangan Gangguan eliminasi
cairan dan elektrolit fekal Hiperperistaltik

Kekurangan valume Bakteri tumbuh


Kehilangan ion Frekuensi BAB Iritasi mukosa usus
cairan dan elektrolit kalsium, air banyak
meningkat / diare
Anoreksia mual
Asidosis Metabolik Metabolise muntah
Feses bersifat karbohidrat oleh
asam bakteri
Pernapasan Pada bagian darah Perubahan
Gas, H2, CO2 nutrisi kurang
kusmaul tidak merata Gangguan
dari kebutuhan
integritas kulit Kembung
Bagian sirkulasi tubuh
Pelepasan
aldosteron
menurun Perfusi jaringan Gangguan rasa
berkurang nyaman nyeri
Reabsobrsi
natrium dalam Hipoksia sianosis
ginjal menurun Syok

Produksi urin
menurun

Gagal ginjal

Penurunnan
cairan

Dehidrasi

( Ngastiyah 2005, Syaifuddin 1994 , Barbara C Long 1999 )

15
F. Manifestasi klinis
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan feses : makroskopis pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi gula (sugar intoleransi) biakan kuman untuk
mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai anti
biotika (pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah : pemeriksaan darah perifer lengkap, analisis
gas darah dan elektrolit (terutama natrium,kalsium,kalium dan
protein serum pada diare yang disrtai kejang). Dapat terjadi
gangguan elektrolit dan gangguan asam basa,pH asam, clinictest
dapat (+) = diare osmotic. Leukosit >5 / LPB (birumetilen) =
disentri. Biakan dan tes sensitivitas untuk etiologi bakteri / terapi
ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)
c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup, bila memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup.
d) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik ( FKUI, 2000 ).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan, pada klien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a) Cairan Per Oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan natrium klorida, hidro klorida,
kalium dan glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat
dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin

16
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b) Cairan Parentral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau berat ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
1) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25–50 ml/KgBB/hari
Kemudian 125 ml/ KgBB /hari

2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50–100 ml/KgBB/oral
Kemudian 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3–10 kg
a. 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kg BB/menit
(infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit.
b. 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit
(infus set 1 ml = 20 tetes).
c. 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak
mau minum,teruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit
atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 2–5 tahun dengan berat badan 10–15 kg.
a. 1 jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit
(infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/ kgBB/menit (1 ml
= 20 tetes).
b. 7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak
tidak mau minum dapat diteruskan dengan intra vena 2
tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25
kg
a. 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit
17
(infus set 1 ml = 20 tetes).

b. 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral

4) Dehidrasi Isotonik

Pada kondisi isonatremia, defisit natrium secara umum dapat


dikoreksi dengan mengganti defi sit cairan ditambah dengan cairan
pemeliharaan dextrose 5% dalam NaCl 0,45-0,9%. Kalium (20 mEq/L
kalium klorida) dapat ditambahkan ke dalam cairan pemeliharaan saat
produksi urin membaik dan kadar kalium serum berada dalam rentang
aman.

5) Dehidrasi Hipotonik

Pada tahap awal diberikan cairan pengganti intravaskuler NaCl 0,9%


atau RL 20 mL/kgBB sampai perfusi jaringan tercapai. Pada
hiponatremia derajat berat (<130 mEq/L) harus dipertimbangkan
penambahan natrium dalam cairan rehidrasi. Koreksi defisit natrium
melalui perhitungan = (Target natrium - jumlah natrium saat tersebut) x
volume distribusi x berat badan (kg).Cara yang cukup mudah adalah
memberikan dextrose 5% dalam NaCl 0,9% sebagai cairan pengganti.
Kadar natrium harus dipantau dan jumlahnya dalam cairan disesuaikan
untuk mempertahankan proses koreksi perlahan (<0,5 mEq/L/jam).
Koreksi kondisi hiponatremia secara cepat sebaiknya dihindari untuk
mencegah mielinolisis pontin (kerusakan selubung mielin), sebaliknya
koreksi cepat secara parsial menggunakan larutan NaCl hipertonik (3%;
0,5 mEq/L) direkomendasikan untuk menghindari risiko ini.

6) Dehidrasi Hipertonik

Pada tahap awal diberikan cairan pengganti intravaskuler NaCl 0,9%


20 mL/kgBB atau RL sampai perfusi jaringan tercapai. Pada tahap kedua,
tujuan utama adalah memulihkan volume intravaskuler dan
mengembalikan kadar natrium serum sesuai rekomendasi, akan tetapi
jangan melebihi 10 mEg/L/24 jam. Koreksi dehidrasi hipernatremia
terlalu cepat dapat memiliki konsekuensi neurologis, termasuk edema
serebral dan kematian. Pemberian cairan harus secara perlahan dalam

18
lebih dari 48 jam menggunakan dextrose 5% dalam NaCl 0,9%.
Apabila pemberian telah diturunkan hingga kurang dari 0,5
mEq/L/jam, jumlah natrium dalam cairan rehidrasi juga dikurangi,
sehingga koreksi hipernatremia dapat berlangsung secara perlahan.
c) Pemasangan NGT bila :
a). Kehilangan cairan berat
b). Gagal terapi dehidrasi oral
c). Gagal mencoba berulang kali saat akses intra
vena 1. Diatetik
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada
penderita dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga
kesehatan penderita.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih
2. Medikamentosa
a) Obat anti sekresi
Asetosal : dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin : dosis 0,1 -1 mg/kgBB/hari
b) Obat anti spasmolitik
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverin, ekstra
beladona, opium, ioperamid tidak diperlukan untuk mengatasi diare
akut hanya digunakan pada diare kronik
c) Obat anti biotic
Obat antibiotic tidak diperlukan untuk mengatasi diare kecuali bila
penyebabnya jelas, seperti :
1. Kolera : diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/kgBB/hari
2. Lampaylobacter diberikan critomisin 40–50 mg/kgBB/hari
3. Antibiotic lain dapat diberikan bila terdapat penyakit penyerta
seperti infeksi ringan (Otitis media akut, faringitis) diberikan
penicilin prokain 50.000 u/kgBB/hari, infeksi sedang (bronchitis)
diberikan penicilin prokain 90 mg/kgBB/hari, infeksiberat

19
(bronkopneumonia) diberikan penicillin dengan klorampenikal 75
mg/kgBB/hari.

H. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan Hipovomelik
3. Kejang
4. Bakterikimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikimia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroentritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2–5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kembali lambat, rewel, kehausan, kencing sedikit, suara serak,
penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan 5–8% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kembali lambat, elastisitas kulit kurang, ubun-ubun cekung (untuk bayi
yang ubun-ubun besarnya belum menutup/usia kurang dari 1 tahun),
kelopak mata cekung, suara serak, anak cenderung diam/tidak rewel,
penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8–10% dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot kaku sampai sianosis, keadaan umum buruk, kejang, nafas
cepat dan dalam (Mansjoer Arif, 1999).

20

Anda mungkin juga menyukai