Anda di halaman 1dari 28

َ ُ ُ ْ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ‫ُ ْ َ َ ُّ َ ْ َ ُ و‬

)2( ‫) َل أعبد ما تعبدون‬1( ‫قل يا أيها ألك ِافر ن‬


ْ ُ ْ َ َ َ ٌ َ َ َ ََ ُ ُ ْ َ َ َ ُ َ ْ َُْ ََ
)4( ‫) وَل أنا عا ِبد ما عبدتم‬3( ‫وَل أنتم عا ِبدون ما أعبد‬
ُ ُ ُ َ ُ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ
)6( ‫) لكم ِدينكم و ِل َي ِد ِين‬5( ‫َوَل أنتم عا ِبدون ما أعبد‬
َ ْ ْ ُ َ ْ

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,


2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
4. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
Aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Pendahuluan
• Surat Al-Kafirun adalah surat Makkiyah yaitu
surat yang diturunkan sebelum Nabi saw
hijrah ke Madinah
• Surat ini dalam Al-Qur’an berada pada
urutan ke 109
• Surat ini terdiri dari enam ayat.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan, setelah berputus asa menghadapi Nabi, para
pemimpin Quraisy mendatangi beliau. Mereka melihat adanya
kebaikan dalam dakwah beliau namun mereka enggan
mengikutinya karena kecintaan mereka bertaqlid buta. Mereka
berkata, "Marilah, kami menyembah tuhanmu untuk suatu
masa dan kamu menyembah tuhan kami. Dengan demikian ada
perdamaian di antara kita dan permusuhan lenyap. Jika pada
ibadah kami ada kebenaran anda bisa mengambil sebagian dan
jika pada ibadahmu ada kebenaran kami mengambilnya. Maka
surat ini turun untuk membantah mereka dan memupus
harapan mereka.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin
Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf
bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy datang
menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah
engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan
engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi,
engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah
Tuhanmu setahun. Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka
kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan jika
ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah
bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan mendapat
bagian pula daripadanya". Beliau menjawab, "Aku berlindung
kepada Allah dari mempersekutukan-Nya". Lalu turunlah surah Al
Kafirun sebagai jawaban terhadap ajakan mereka.
Kemudian Nabi SAW pergi ke Masjidilharam
menemui orang-orang Quraisy yang sedang
berkumpul di sana dan membaca surah Al
Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk
dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu
mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan
permusuhan mereka ke pada Nabi dengan
menyakiti beliau dan para sahabatnya, sehingga
tiba masanya hijrah ke Madinah.
Hubungan Surat
• Hubungan surat Al-Kafirun dengan surat sebelumnya
Dalam surat Al-Kautsar Allah memerintahkan agar
mempersembahkan diri kepada Allah, sedangkan dalam surat ini
(Al-Kafirun) perintah tersebut ditekankan lagi.

• Hubungan surat Al-Kafirun dengan surat sesudahnya


Dalam surat Al-Kafirun Allah menegaskan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat jauh antara ibadah dan agama yang dibawa
oleh nabi Muhammad saw dengan ibadah dan agama yang dibawa
oleh orang-orang kafir, sedangkan dalam surat An-Nasr Allah
menegaskan bahwa hanya agama yang dibawa nabi Muhammad
saw sajalah yang akan mendapat kemenangan dan pertolongan
Allah SWT.
Kandungan Surat
• Dalam surat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya
agar menyatakan kepada orang-orang kafir,
bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah
"Tuhan" yang saya sembah, karena kamu
menyembah "tuhan" yang memerlukan
pembantu dan mempunyai anak atau ia
menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam
sesuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau
dakwakan.
• Sedang saya menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-
Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak,
tidak mempunyai teman wanita dan tidak menjelma dalam
sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka bagaimana Dia,
tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa,
tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan
penghubung.
• Maksudnya; perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang
kamu sembah dengan "Tuhan" yang saya sembah. Kamu
menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak sama
sekali bagi Tuhan yang saya sembah
Kebiasaan Nabi saw Membaca Surat Al Kaafirun
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia mengatakan:
َ)‫أّلل حأ ٌََ) َو ( ُق ْل َيا حأ ُّي َها ْأل َك ِاف ُرون‬
ُ َّ ‫َك َان َي ْق َ ُرأ ِفى َّألر ْك َع َت ْين ( ُق ْل ُه َو‬
ِ
“Nabi saw biasa membaca di shalat dua raka’at thowaf yaitu surat Qul Huwallahu Ahad
(Al Ikhlas) dan surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun).” (Muslim no. 1218)
Dari Abu Hurairah, ia berkata:
َ)‫ َق َ حرأ ِفى َر ْك َع َتى ْأل ََ ْْر ( ُق ْل َيا حأ ُّي َها ْأل َك ِاف ُرون‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫أّلل‬ ِ َّ ‫حأ َّن َر ُس َول‬
ِ ِ
ُ َّ ‫َو ( ُق ْل ُه َو‬
)ٌََ ‫أّلل حأ‬
“Rasulullah saw biasa membaca di dua raka’at sunnah Fajr (Qobliyah Shubuh) yaitu surat
Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun) dan surat Qul Huwallahu Ahad (Al Ikhlas).” (Muslim
no. 726)
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,
ُ َّ ‫َر َم ْق ُت َّألنب َّي َص َّلى‬
‫ حأ ْو َخ ْم ًسا َو ِع ْش ِر َين َم َّر ًة َي ْق َ ُرأ‬، ‫أّلل َع َل ْي ِه َو َس َّل َم حأ ْر َب ًعا َو ِع ْش ِر َين َم َّر ًة‬
ْ ْ ْ ِ
‫أّلل‬ ْ ْ
ُ َّ ‫ { َو ُقل ُه َو‬، }‫ِفي َّألر ْك َع َت ْين َق ْب َل أل ََ ْْر َو َب ْع ٌَ أل َم ْغرب { ُقل َيا حأ ُّي َها أل َك ِاف ُرو َن‬
ِ ِ ِ ِ
.}ٌََ ‫حأ‬
“Saya melihat Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam shalat sebanyak dua puluh empat atau
dua puluh lima kali. Yang beliau baca pada dua rakaat sebelum shalat subuh dan dua
rakaat setelah maghrib adalah surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun (Al Kaafirun) dan surat Qul
Huwallahu Ahad (Al Ikhlas).” (Ahmad 2/95. Syaikh Syu;aib Al Arnauth mengatakan, sanad
hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Tafsir ayat 1
َ ْ ُ َ ْ َ ُّ َ َ ْ ُ
. . } ‫{ قل يا أيها ألك ِافرون‬
Katakanlah wahai orang-orang kafir
• Seruan Allah atas sekelompok orang (kafir) dengan
julukan yang sebenarnya, dan mensifati dengan sifat
yang sebenarnya… bahwa mereka bukanlah orang
yang beragama, mereka bukan orang beriman namun
mereka adalah orang-orang kafir. Karena itu, mereka
tidak dapat bertemu dengan engkau wahai
Muhammad dalam jalan yang lurus ini…
• Demikianlah Allah mewahyukan di awal surat ini dan
membukanya dengan seruan, akan hakikat yang
sebenarnya, dalam bentuk pemisahan yang tidak ada
harapan lagi untuk bertemu!
•Bahwa tauhid adalah manhaj, sementara syirik adalah
manhaj lainnya.. Keduanya tidak dapat berjumpa.. Karena
tauhid adalah manhaj yang mengarahkan manusia bersama
dengan seluruh makhluk lainnya kepada Allah yang Maha
Esa dan tidak ada sekutu baginya.
•Lalu ditentukan arah yang dapat mempertemukan manusia
darinya; aqidah dan syariahnya, nilai-nilai dan
timbangannya, perilaku dan akhlaknya, dan seluruh
persepsinya akan kehidupan insan dan alam semesta.
•Arah ini yang didapatkan oleh orang beriman yaitu Allah,
Allah yang Maha Esa dan tidak ada sekutu baginya. Dan oleh
karena itulah hidup secara keseluruhan dibangun atas dasar
ini. Tidak terkontaminasi dengan kemusyrikan dalam bentuk
dan gambaran apapun baik secara tersembunyi dan secara
terang-terangan.. Dan begitulah perjalanan hidup yang
sepatutnya…
Seakan Allah SWT menyatakan kepada Nabi saw:
Ya Muhammad, katakan kepada orang-orang kafir yang
tidak ada kebaikannya sedikit pun pada mereka dan tidak
ada harapan untuk beriman. Katakan kepada mereka, aku
tidak menyembah apa yang kalian sembah. Sebab kalian
menyembah tuhan-tuhan yang kalian jadikan sebagai
perantara kepada Allah yang Esa lagi Maha Perkasa. Kalian
menyembah tuhan-tuhan yang kalian kira terwujud dalam
bentuk patung atau berhala. Sedangkan aku menyembah
Tuhan yang Esa, Satu, Tunggal, Tempat bergantung yang
tidak perlu istri dan anak, tiada yang menyamai dan tiada
pesaing. Tidak terwujud dalam fisik atau pribadi seseorang.
Tidak membutuhkan perantara dan tidak ada yang
mendekati-Nya melalui makhluk. Sarana yang mendekatkan
seseorang kepada-Nya hanyalah ibadah. Jadi, antara apa
yang aku sembah dan kalian sembah sangat berbeda. Maka
aku tidak menyembah apa yang kalian sembah dan kalian
tidak menyembah apa yang aku sembah.
Tafsir Ayat 2-3
َ ْ ُ ُ ْ َ َ ُ ُ ْ
} ‫{ ال أعبٌ ما تعبٌون‬ ‫ح‬ َ
Aku tidak menyembah dengan apa yang kalian sembah

Maknanya adalah bahwa ibadahku bukanlah ibadah


kalian dan sembahanku bukanlah sembahan kalian
ُ ْ ‫ح‬ َ َ ْ ُ ُ ْ ‫ح‬ َ
} ٌ‫{ َوال أنتم عا ِبٌون ما أعب‬
ُ َ ْ
Dan kalian juga tidak menyembah apa yang aku sembah

Maksudnya adalah bahwa ibadah kalian bukanlah


ibadahku dan sembahan kalian bukanlah
sembahanku
Hai orang-orang kafir yang mantap dengan
kakafiran. Aku tidak menggunakan cara ibadah
kalian dan kalian tidak menggunakan cara
ibadahku.

Kedua ayat diatas menunjukkan perbedaan


antara kedua tuhan yang disembah. Nabi
menyembah Allah sedangkan mereka
menyemmbah patung dan berhala berikut
perantara lainnya.
Tafsir ayat 4-5
ْ ُ ْ َ َ َ ‫ح‬ َ
} ‫{ َوال أنا عا ِبٌ ما عبٌتم‬
َ َ
“Dan aku bukanlah penghamba yang kalian hambakan”
Penegasan untuk paragraf sebelumnya dalam bentuk
kata benda, yang menetapkan sifat yang permanen dan
berkelanjutan
ُ ْ ‫ح‬ َ َ ْ ُ ُ ْ ‫ح‬ َ
} ٌ‫{ َوال أنتم عا ِبٌون ما أعب‬
ُ َ ْ
“Dan kalian bukan penghamba yang aku hambakan”
Pengulangan untuk penegasan paragraf kedua. Agar
tidak ada lagi syubhat, karena tidak ada ruang untuk
praduga dan syubhat, setelah penegasan yang berulang
dengan berbagai sarana pengulangan dan penegasan!
Para Mufassir menyatakan:
• Kemudian sesudah Allah menyatakan tentang tidak
mungkin ada persamaan sifat antara Tuhan yang
disembah oleh Nabi SAW. dengan yang disembah oleh
mereka, maka dengan sendirinya tidak ada pula
persamaan tentang ibadah. Mereka menganggap
bahwa ibadah yang mereka lakukan di hadapan
berhala-berhala atau di tempat-tempat beribadah
lainnya, atau di tempat-tempat sepi, bahwa ibadah itu
dilakukan secara ikhlas untuk Allah, sedangkan Nabi
tidak melebihi mereka sedikitpun dalam hal itu.
• Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar
menjelaskan bahwa, "Saya tidak beribadah sebagai
ibadahmu dan kamu tidak beribadah sebagai ibadahku".
Ini adalah pendapat Abu Muslim Al Asfahani.
• Maksud keterangan di atas menjelaskan bahwa hal
tersebut menjadi jelas dengan adanya perbedaan apa
yang disembah dan cara ibadah masing-masing.
• Oleh sebab itu tidak mungkin sama menyembah
Tuhan Yang Maha Esa dan cara beribadah kepada-Nya,
karena Tuhan yang saya sembah maha suci dari sekutu
dan tandingan, tidak menjelma pada seseorang atau
memihak kepada suatu bangsa atau orang tertentu.
Sedang "tuhan" yang kamu sembah itu berbeda dari
Tuhan yang tersebut di atas. Lagi pula ibadah saya
hanya untuk Allah saja, sedang ibadahmu bercampur
dengan syirik dan dicampuri dengan kelalaian dari
Allah, maka yang demikian itu tidak dinamakan ibadah.
• Ayat 4 dan 5 ini menunjukkan perbedaan ungkapan.
Ibadah Nabi itu murni dan tidak oleh kesyirikan serta
jauh dari ketidak-tahuan tentang tuhan yang disembah
itu. Sementara Ibadah orang-oarang kafir penuh dengan
kesyirikan juga tawassul (perantara) tanpa usaha.
Bagaimana mungkin kedua jenis ibadah ini bisa bertemu.
• Sebagian ulama berkata, Pengertiannya adalah aku
tidak menyembah apa yang kalian di masa lalu demikian
pula kalian, tidak menyembah apa yang aku sembah.
Jelas dan akhirnya sama.
Tafsir Ayat 6
ٌ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ ْ ُ َ
} ‫{ لكم ِدينكم و ِلي ِدين‬
“Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”
• Kemudian diungkapkan secara global akan hakikat pemisahan
yang tidak akan bertemu di dalamnya, Pemisahan yang tidak
penyerupaan di dalamnya, pemutusan yang tidak akan tersambung
di dalamnya, bahkan pemilahan yang tidak lagi bercampur di
dalamnya: seakan nabi berkata: “Saya disini kalian disana, tidak
ada lintasan, tidak ada jembatan dan tidak jalan!!!
• Pemisahan yang integral dan sempurna, perbedaan yang jelas dan
mendetil.
• Bahwa pemisahan ini merupakan keniscayaan guna memperjelas
perbedaan yang pundamental dan sempurna, yang mustahil
bertemu di pertengahan jalan. Pemisahan dalam keyakinan, dasar
persepsi, hakikat manhaj, dan tabiat jalan.
Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa Allah mengancam
orang-orang kafir dengan firman-Nya yaitu, "Bagi kamu
balasan atas amal perbuatanmu dan bagiku balasan atas
amal perbuatanku". Dalam ayat lain yang sama
maksudnya Allah berfirman:

ْ‫َو َل َنا حأ ْع َم ُال َنا َو َل ُك ْم حأ ْع َم ُال ُكم‬


"Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan
kamu". (Al Baqarah:139).
Imam Al Bukhari mengatakan,
‫ون َف ُح ِذ َف ِت‬ ُّ ‫ات ب‬
‫الن‬ َ
‫ي‬
‫ح َّ آ‬
‫أال‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ، ‫ى‬ ‫ين‬ ‫د‬ ‫ل‬ ْ ‫ ( َول َى دين ) أإل ْس َال ُم َو َل ْم َي ُق‬. ‫( َل ُك ْم د ُين ُك ْم ) ْأل ُك َْ ُر‬
ِ َِ ِ ‫آ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫ َوال ُأ ِج ُيب ُك ْم ِفيما‬، ‫ون ) أال َن‬ َ ٌُ ‫ َو َق َال َغ ْي ُر ُه ( َال حأ ْع ُب ٌُ َما َت ْع ُب‬. ‫ْأل َي ُاء َك َما َق َال َي ْه ٌِين َو َي ْش َِين‬
َ َّ ِ ِ
‫ َو ُه ُم أل ِذ َين َق َال ( َول َي ِز َيٌ َّن َك ِث ًيرأ ِم ْن ُه ْم َما‬. ) ٌُ ‫ون َما حأ ْع ُب‬ َ ٌُ ‫َب ِق َى ِم ْن ُع ُمرى ( َو َال حأ ْن ُت ْم َعاب‬
ِ ِ َ
ً ْ ُ َ ً َ ْ ُ َ
) ‫أن ِزل ِإليك ِمن ر ِبك طغيانا وك َرأ‬َ ْ َ ْ َ ْ ُ
“Lakum diinukum”, maksudnya bagi kalian kekafiran yang kalian lakukan.
“Wa liya diin”, maksudnya bagi kami agama kami. Dalam ayat ini tidak
disebut dengan (‫)د ِينى‬
ِ karena kalimat tersebut sudah terdapat huruf “nuun”,
kemudian “yaa” dihapus sebagaimana hal ini terdapat pada kalimat (‫ين‬ ٌِ ْ ‫َ)ي‬
‫ه‬
ِ
َ
atau (‫ين‬
ْ َ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ُ ْ ‫ح‬
ِ َِ ‫)يش‬. Ulama lain mengatakan bahwa ayat (‫)ال أعبٌ ما تعبٌون‬,
maksudnya adalah aku tidak menyembah apa yang kalian sembah
untuk saat ini. Aku juga tidak akan memenuhi ajakan kalian di sisa umurku
(artinya: dan seterusnya aku tidak menyembah apa yang kalian sembah),
sebagaimana Allah katakan selanjutnya (ٌ‫) َوال أنت ْم َعا ِبٌون ما أع ُب‬. Mereka
ُ ْ‫ُ َ َ ح‬ ُْ‫َ ح‬
mengatakan,
َ َ
‫َول َي ِز َيٌ َّن َك ِث ًيرأ ِم ْن ُه ْم َما ُأ ْن ِز َل ِإل ْي َك ِم ْن َر ِب َك ُط ْغ َي ًانا َو ُك َْ ًرأ‬
“Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh
akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara
mereka.” ( Al Maidah: 64). Demikian yang disebutkan oleh Imam Al Bukhari.
Mengenai Ayat Yang Berulang dalam Surat Ini

Mengenai firman Allah yang berulang dalam surat ini yaitu pada ayat,

َ‫) َو َال حأنا‬3( ٌُ ‫ون َما حأ ْع ُب‬ َ ٌُ ‫َال حأ ْع ُب ٌُ َما َت ْع ُب‬


َ ٌُ ‫) َو َال حأ ْن ُت ْم َعاب‬2( ‫ون‬
ِ
ُ ُ ْ ‫ح‬ َ َ ُ َ ْ ُ ْ ‫ح‬ ََ ََُْْ َ َ
)5( ٌ‫) وال أنتم عا ِبٌون ما أعب‬4( ‫عا ِبٌ ما عبٌتم‬
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.”
Ada tiga pendapat dalam penafsiran ayat ini:
Tafsiran pertama:
Menyatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah untuk penguatan makna (ta’kid).
Pendapat ini dinukil oleh Ibnu Jarir dari sebagian pakar bahasa.
Yang semisal dengan ini adalah firman Allah Ta’ala,

ً ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َّ ً ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َّ َ
)6( ‫) ِإن مع ألعس ِر يسرأ‬5( ‫ف ِإن مع ألعس ِر يسرأ‬
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyroh: 5-6)
Begitu pula firman Allah Ta’ala,

َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ َّ ُ َ َ ْ َّ ُ َ َ َ
ِ ‫) ثم لترونها عين ألي ِق‬6( ‫لترون ألْ ِحيم‬
)7( ‫ين‬
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu
benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin.” (At Takatsur: 6-7)
Tafsiran kedua:
Sebagaimana yang dipilih oleh Imam Bukhari dan para
pakar tafsir lainnya, bahwa yang dimaksud ayat,

َ ٌُ ‫) َو َال حأ ْن ُت ْم َعاب‬2( ‫ون‬


ٌُ‫ون َما حأ ْع ُب‬ َ ٌُ ‫َال حأ ْع ُب ٌُ َما َت ْع ُب‬
ِ
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.” Ini
untuk masa lampau.

ُ ُ ْ ‫ح‬ َ َ ُ َ ْ ُ ْ ‫ح‬ ََ ْ ُْ َ َ َ َ َ‫ََ ح‬


)5( ٌ‫) وال أنتم عا ِبٌون ما أعب‬4( ‫وال أنا عا ِبٌ ما عبٌتم‬
“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang
kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah.” Ini untuk masa akan
datang.
Tafsiran ketiga:
Yang dimaksud dengan ayat,
َ‫َال حأ ْع ُب ٌُ َما َت ْع ُب ٌُون‬
“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.”
Yang dinafikan (ditiadakan di sini) adalah perbuatan (menyembah selain Allah) karena kalimat ini adalah
jumlah fi’liyah (kalimat yang diawali kata kerja).
Sedangkan ayat,

ْ‫َو َال حأ َنا َعا ِبٌ َما َع َب ٌْ ُتم‬


“Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.”
Yang dimaksudkan di sini adalah penafian (peniadaan) menerima sesembahan selain Allah secara total. Di
sini bisa dimaksudkan secara total karena kalimat tersebut menggunakan jumlah ismiyah (kalimat yang
diawali kata benda) dan ini menunjukkan ta’kid (penguatan makna). Sehingga seakan-akan yang dinafikan
dalam ayat tersebut adalah perbuatan (menyembah selain Allah) dan ditambahkan tidak menerima ajaran
menyembah selain Allah secara total. Yang dimaksud ayat ini pula adalah menafikan jika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mungkin sama sekali menyembah selain Allah. Tafsiran yang terakhir ini pula adalah
tafsiran yang bagus. Wallahu a’lam.
Penutup
1. Dalam ayat ini dijelaskan adanya penetapan aqidah
meyakini takdir Allah, yaitu orang kafir ada yang terus
menerus dalam kekafirannya, begitu pula dengan orang
beriman.
2. Kewajiban berlepas diri (baro’) secara lahir dan batin
dari orang kafir dan sesembahan mereka.
3. Adanya tingkatan yang berbeda antara orang yang
beriman dan orang kafir atau musyrik.
4. Ibadah yang bercampur kesyirikan (tidak ikhlas), tidak
dinamakan ibadah.

Anda mungkin juga menyukai