0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan16 halaman
Dokumen tersebut membahas sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah seperti Portugis, Belanda, dan lainnya. Terdapat perjuangan di berbagai daerah seperti Malaka, Johor, Demak, Maluku, Sunda Kelapa, Banten, Mataram, dan Maluku yang dipimpin tokoh-tokoh seperti Sultan Mahmud Syah I, Sultan Alaudin Ri'ayat Syah II, Adipati Unus, Sultan Hairun, Fatahillah, Sultan Ageng Tirtayasa, Untung Suropati
Dokumen tersebut membahas sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah seperti Portugis, Belanda, dan lainnya. Terdapat perjuangan di berbagai daerah seperti Malaka, Johor, Demak, Maluku, Sunda Kelapa, Banten, Mataram, dan Maluku yang dipimpin tokoh-tokoh seperti Sultan Mahmud Syah I, Sultan Alaudin Ri'ayat Syah II, Adipati Unus, Sultan Hairun, Fatahillah, Sultan Ageng Tirtayasa, Untung Suropati
Dokumen tersebut membahas sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah seperti Portugis, Belanda, dan lainnya. Terdapat perjuangan di berbagai daerah seperti Malaka, Johor, Demak, Maluku, Sunda Kelapa, Banten, Mataram, dan Maluku yang dipimpin tokoh-tokoh seperti Sultan Mahmud Syah I, Sultan Alaudin Ri'ayat Syah II, Adipati Unus, Sultan Hairun, Fatahillah, Sultan Ageng Tirtayasa, Untung Suropati
A. Peristiwa Perjuangan sebelum tahun 1908 a. Perjuangan melawan Portugis Perjuangan yang dilakukan pahlawan Indonesia untuk melawan dan mengusir Portugis yaitu : Perjuanagn Rakyat Malaka Pada tahun 1511 dibawah pimpinan Sultan Mahmud Syah I melakukan perlawanan terhadap Portugis namun Malaka dapat di desak hingga menyingkir ke pulau Bintan. Akhirnya Malaka jatuh ke portugis pada 1511. Pada 1526 pulau Bintan diserbu oleh Portugis Sultan Mahmud Syah I lari ke pulau Kampar. hingga wafatnya 1528. Perjuangan Rakyat Johor Dipimpin oleh Alaudin Ri’ayat Syah II mulai tahun 1530 kemudian dilanjutkan Abdul Jalil Syah I (1580-1597) dapat menangkis serangan Portugis. Perjuangan Rakyat Demak Dipimpin oleh Adipati Unus. Pada tahun 1512-1523. Melakukan perlawanan terhadap Portugis, dibantu oleh armada Aceh, Palembang, dan Bintan. Berusaha merebut kembali Malaka namun tidak berhasil. Perjuangan Rakyat Maluku Berhasil menaklukkan Malaka tahun 1511. Kemudian menuju ke Maluku Utara karena sebagai penghasil rempah-rempah. Tahun 1512 Portugis mengadakan hubungan dagang dengan Sulatan Harun dari Ternate. Portugis ternyata memonopoli perdagangan, memeras dan menindas rakyat. Penyebaran agama Kristen juga terjadi secara paksa sehingga membuat rakyat melakukan perlawanan. Tahun 1550 rakyat Ternate dibawah pimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan. Portugis menipu dan membunuh Sultan Hairun dengan dalih untuk mengadakan perundingan. Perjuangan diteruskan oleh Sultan Baabullah, putra Sultan Hairun. Tahun 1570-1575 Ternate, Tidore, dan Halmahera bersatu padu melawan Portugis. Tanggal 18 Desember 1577 rakyat Ternate berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Perjuangan Rakyat Sunda Kelapa Fatahillah seorang ulama dari Demak yang menyebarkan agama islam di Jawa Barat memimpin rakyat melakukan perlawanan terhadap Portugis. Tahun 1527 Fatahillah menyerang orang-orang Portugis di Sunda Kelapa dan berhasil mengalahkannya. Portugis terusir kembali ke Malaka. Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta oleh Fatahillah kemudian berdirilah kerajaan Banten. b. Perjuangan melawan Belanda Bergantinya penjajahan dari Portugis ke Belanda hasilnya semakin buruk jauh lebih buruk dan lebih lama dan penjajahan yang dilakukan oleh VOC menerapakan beberapa kebijakan yang sangat merugikan. Karna di berlakukannya tanam paksa dan politik etis oleh Van den Bosch dan Van de Venter. Pada hakikatnya perlawanan secara fisik terhadap Belanda terjadi secara sendiri-sendiri hampir di setiap daerah di Indonesia. Peperangan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro, perang Padri dan peperangan rakyat Aceh. Perlawanan membawa kerugian besar bagi pihak Belanda. Pengorbanan harta benda dan jiwa sangat besar juga dari Indonesia. Sampai awal abad ke-20 Belanda tidak dapat terusir dari tanah air Indonesia. Tidak adanya persatuan dan koordinasi dalam melakukan perlawanan, sehingga tidak berhasil mengusir penjajah.Perjuangan bangsa menentang penjajah Belanda menggunakan kekerasan senjata dimulai pada abad 17, abad ke 19 dan sampai awal abad ke 20. Perjuangan menentang Belanda pada abad ke 16 antara lain dilakukan oleh : Sultan Hasanuddin dari kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan (sampai tahun 1668) Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Perang ini juga disulut oleh perilaku orang- orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan. Sebagai salah satu kota dan Bandar niaga di Asia Tenggara, Somba Opu memiliki setidak – tidaknya lima konsul dagang Eropa sebagai tempat perwakilan dagang Negara – Negara Eropa di kerajaan itu. Sultan Ageng Tirtayasa (1684) Sultan Ageng merupakan musuh VOC yang tangguh. Pihak VOC ingin mendapatkan monopoli lada di Banten. Pada tahun 1656 pecah perang. Banten menyerang daerah-daerah Batavia dan kapal-kapal VOC, sedangkan VOC memblokade pelabuhan. Pada tahun 1659 tercapai suatu penyelesaian damai. VOC menggunakan siasat devide et impera / memecah belah dengan memanfaatkan konflik internal dalam keluarga Kerajaan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji (1682 – 1687) sebagai raja di Banten. Sultan Ageng dan Sultan Haji berlainan sifatnya. Sultan Ageng bersifat sangat keras dan anti-VOC sedang Sultan Haji lemah dan tunduk pada VOC. Maka ketika Sultan Haji menjalin hubungan dengan VOC, Sultan Ageng menentang dan langsung menurunkan Sultan Haji dari tahtanya. Namun, Sultan Haji menolak untuk turun dari tahta kerajaan. Untuk mendapatkan tahtanya kembali, Sultan Haji meminta bantuan pada VOC. Pada tanggal 27 Februari 1682 pasukan Sultan Ageng menyerbu Istana Surosowan di mana Sultan Haji bersemayam. Namun mengalami kegagalan karena persenjataan Sultan Haji yang dibantu VOC lebih lengkap. Akhirnya tahun 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap, dan Sultan Haji kembali menduduki tahta Banten. Meskipun Sultan Ageng telah ditangkap, perlawanan terus berlanjut di bawah pimpinan Ratu Bagus Boang dan Kyai Tapa. Untung Suropati dan Trunojoyo (1670) Untung Suropati adalah putera Bali yang menjadi prajurit kompeni di Batavia. Ketika Untung Suropati mendapat tugas untuk memadamkan perlawanan rakyat Banten, ia berhasil menangkap Pangeran Purbaya. Selanjutnya, antara tahun 1686 sampai 1706, Untung Suropati dan kawan- kawannya menyingkir ke Mataram dan bekerja sama dengan Sunan Mas atau Amangkurat III untuk melakukan perlawanan terhadap kompeni Belanda (VOC) dan membangun pertahanan yang berpusat di Pasuruan (Jawa Timur) dan dinobatkan menjadi Adipati dengan gelar Aria Wiranegara. Wilayah kekuasaan Untung Suropati meliputi Blambangan, Pasuruan, Probolinggo, Bangil, Malang, dan Kediri. Peperangan antara sultan Pakubuwono I dan Untung Surapati yang di bantu oleh Sultan Amangkurat II. Peperangan tersebut dimenangkan oleh VOC dan Pakubuwono I dan melumpuhkan kekuasaan Untung Surapati di Kartasura. Sebagian wilayah kekuasaan mataram menjadi milik VOC karena Sultan Pakubuwono I melakukan sebuah perjanjian. Pada tahun 1705, kompeni Belanda secara sepihak mengangkat Pangeran Puger sebagai Sunan Pakubuwana I untuk menggantikan Amangkurat III atau Sunan Mas. Pada saat Sunan Mas diturunkan oleh kompeni Belanda, ia bergabung dengan Untung Suropati. Pada tahun 1706, wilayah pertahanan Untung Suropati diserbu oleh kompeni Belanda. Ketika pertempuran sengit terjadi, Untung Suropati gugur di Bangil dan Amangkurat III atau Sunan Mas tertangkap, kemudian diasingkan ke Sri Lanka. Pasukan Suropati berhadapan dengan dengan pasukan Mataram dan Belanda. Belanda dengan persenjataan yang modern berhasil mengalahkan pasukan Suropati. Dalam perjalanan menuju Pasuruan ia meninggal dunia (1706 ) berakhir dengan jatuhnya Pasuruan ke Belanda.
Sementara itu mereka yang berjuang pada abad ke 19 antara lain dilakukan oleh :
Pattimura dari Maluku (1817)
Perang Pattimura / Maluku ini terjadi tahun 1817 merupakan reaksi & perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura (Thomas Matulessy) yang dibantu beberapa pejuang antara lain Philip Latumahina, Thomas Pattiwael , Anthony Reebok & Christina Martha Tiahahu. Rakyat Maluku memulai perlawanan pada tanggal 15 Mei 1817 dengan melakukan serangan malam ke Pos Perahu di Pelabuhan Porto dan berhasil membakar perahu-perahu milik pemerintahan Belanda tersebut. Di keesokan harinya Pasukan Pattimura menyerang & mengepung Benteng Duurstede. Tidak berselang lama akhirnya benteng tersebut dapat dikuasai & membunuh Residen Van Den Berg dan perwira lainya. etelah terjadinya penyerangan tersebut, pemerintah Belanda tidak tinggal diam. Belanda mengirim pasukan bersenjata lengkap dibawah pimpinan Mayor Beetjess dan di tanggal 20 Mei 1817 terjadi pertempuran di daerah Saparua antara Pasukan Pattimura dengan Pasukan Belanda. Akhirnya kemenangan memihak ke kubu Pasukan Pattimura & Mayor Beetjess pun mati tertembak dan pasukan Belanda dapat ditumpas habis . Setelah datangnya pasukan bantuan dari Ambon yang dipimpin Kapten Lisnet & Mayer, di bulan November 1817, Belanda melakukan serangan besar-besaran ke daerah pertahanan Pasukan Pattimura dan Benteng Duurstede. Pasukan Pattimura yang terdesak akhirnya terpaksa mengosongkan benteng tersebut. Pasukan Pattimura mundur & benteng ditempati Belanda. Banyak daerah yang jatuh ke tangan Belanda. Satu persatu pimpinan Pasukan Pattimura tertangkap sampai akhirnya Pattimura sendiri tertangkap. Pattimura diajak berunding oleh Belanda namun menolak. Akhirnya pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung di Benteng New Victoria Ambon. Pangeran Diponegoro (1825-1830) Perang Diponegoro terjadi diawali dengan persengketaan antara Belanda dan Pangeran Diponegoro. Persengketaan terjadi ketika Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat jalan ke tanah Tegalrejo tanpa seijin Diponegoro sehingga menimbulkan amarah pada Diponegoro dan rakyatnya. Peristiwa yang terjadi pada 20 Juli 1825 itu ternyata tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak. Karena perdamaian tidak tercapai. Belanda kemudian melakukan serangan terhadap pasukan Diponegoro. Maka mulai pecahlah perang yang dikenal dengan perang Diponegoro. Pangeran Diponegoro mendapat dukungan yang luas, baik dari rakyat petani, para pangeran dan juga dari para ulama. Mulai tanggal 1827 Belanda menggunakan taktik “Benteng Stelsel” dalam menghadapi pasukan Diponegoro. Pasukan Diponegoro mulai terdesak terutama setelah bertambahnya kekuatan pasukan Belanda dengan datangnya pasukan dari daerah-daerah lain. Meningkatnya jumlah pemimpin pasukan Diponegoro yang tertangkap oleh Belanda ternyata juga menyebabkan makin lemahnya pasukan Diponegoro. Usaha Belanda untuk segera mengakhiri perang antara lain dilakukan dengan memberi pengumuman pemberian hadiah 20.000 ringgit kepada siapapun yang dapat menangkap Dponegoro, tetapi usaha ini tidak berhasil. Kemudian Belanda berusaha lagi untuk membujuk Diponegoro guna mengadakan perundingan yang diadakan pada tanggal 28 Maret 1830 ternyata berakhir dengan kegagalan. Namun dengan siasat licik Jenderal de Kock, kemudian Diponegoro ditangkap. Kegiatan perlawanan di daerah-daerah menjadi menurun sejak awal 1830 dan menjadi semakin lemah dan akhirnya tidak berarti lagi. Pangeran Diponegoro oleh Belanda kemudian dibawa ke Batavia dan selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1830 ia diasingkan ke Menado. Pada tahun 1834 ia dipindahkan oleh Belanda ke Ujungpandang sampai wafatnya pada tanggal 8 Januari 1855. Imam Bonjol dari Minagkabau (1822-1837), Perang ini terjadi di Minangkabau Sumatera Barat. Bermula dari pertentangan dua pihak dalam masyarakat, yakni antara kaum Padri dengan kaum adat. Kaum Padri atau kaum ulama melakukan gerakan untuk memperbaiki keadaan masyarakat Minangkabau dengan cara mengembalikan kepada ajaran Islam yang murni, ternyata ini mendapat reaksi keras dari kaum adat yang ingin mempertahankan kebiasaan mereka. Perang saudara makin meluas dan keadaan ini dimanfaatkan betul oleh Belanda, terutama sesudah kaum adat meminta bantuan kepada Belanda. Langkah Belanda bukan saja untuk melawan kaum Padri, tetapi juga ditujukan untuk menanamkan kekuasaannya di Minangkabau. Pada tanggal 18 Februari 1821 dimulailah perang Padri melawan Belanda. Salah satu kekuatan perlawanan kaum Padri terhadap Belanda adalah di Bonjol yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Pasukannya banyak melakukan serangan yang merugikan Belanda. Karena Belanda ingin segera mengakhiri peperangan di Sumatera Barat dan ingin segera menguasainya, kemudian Belanda mendatangkan bantuan pasukan dari Batavia. Dengan bantuan militer dari Jawa ini pasukan Belanda bertambah kuat sehingga beberapa daerah yang dikuasai kaum Padri dapat didudukinya. Pada bulan Oktober 1837 Belanda mengepung dan menyerang benteng Bonjol, dan pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol beserta pasukannya menyerah kepada Belanda. Tuanku Imam Bonjol kemudian dibuang oleh Belanda ke Cianjur Jawa Barat, kemudian dibuang lagi ke Ambon dan dipindahkan lagi ke Menado. Ia meninggal disana pada tanggal 6 November 1864. Dan secara umum perlawanan kaum Padri baru dapat dipatahkan pada akhir tahun 1838. Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien dari Aceh (1673-1904) Pada bulan Maret 1973 Belanda meminta Sultan Aceh yaitu Sultan Muhammad Daud Syah untuk mengakui kedaulatan Hindia Belanda atas daerahnya. Sultan Aceh tidak bersedia mengkuinya walaupun Belanda memintanya berulang kali. Hingga pada tanggal 26 Maret 1873 datang maklumat perang dari pihak Belanda, maka mulailah perang rakyat Aceh dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Pada bulan April 1873 Belanda melakukan penyerangan ke kerajaan Aceh. Rakyat Aceh mampu memukul mundur pasukan Belanda, sehingga Belanda meninggalkan pantai Aceh. Serangan Belanda yang pertama mengalami kegagalan. Serangan kedua dilakukan pada bulan Desember 1873, akhirnya Belanda berhasil memukul pasukan Aceh sehingga istana Sultan pun jatuh ke tangan Belanda. Pada tanggal 11 Februari 1899 Belanda menyerang markas pertahanan Teuku Umar dan gugurlah ia. Perjuangannya kemudian diteruskan oleh istrinya, Cut Nya’ Dhien. Namun beliau dapat ditangkap oleh Belanda dan pada tahun 1906 beliau dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Sementara itu, karena terdesak oleh Belanda, Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah terpaksa menyerah kepada Belanda pada tanggal 20 Januari 1903. Panglima Polem pun akhirnya menyerah juga pada tanggal 6 September 1903. Dengan kejadian tersebut maka Pemerintah Hindia Belanda telah menanamkan kekuasaannya di Aceh.
Selain penjelasan diatas, ada juga perlawanan lain yang dilakukan abad ke – 19, diantaranya yaitu :
Sultan Agung dari Mataram (1613-1645),
Sultan baddarudin dari Palembang ( 1817), Pangeran Antasari dari Kalimantan (1860), Jelantik dari Bali (1850), Anak Agung Made dari Lombok (1895), Sisimangamaraja dari Batak (1900). B. Peristiwa perjuangan setelah tahun 1908 Budi Utomo (1908) Budi Utomo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Didirikan oleh para mahasiswa STOVIA di Jakarta. Diprakarsai oleh gerakan dr. Wahidin Sudirohusodo yang sebelumnya memulai kampanye untuk meningkatakan martabat rakyat dengan cara membentuk dana pelajar. Dengan diketuai oleh dr. Sutomo. Budi Utomo telah memberikan teladan dengan berdiri di barisan terdepan membawa panji-panji kesadaran, dan menggugah semangat persatuan. Indische Vereniging
Indische Vereniging pada mulanya bergerak dalam bidang sosial. Didirikan
oleh mahasiswa yang berada di negeri Belanda, pada tanggal 15 november 1908 yang di ketuai oleh Sutan Casyangan Soripada. Indische Vereniging bergerak lebih terbuka dan lebih tegas. Lalu berubah nama menjadi “Perhimpunan Indonesia”, dan sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan istilah “Indonesia”. Serekat Dagang Islam Serekat Dagang Islam berdiri pada tanggal 5 april 1909 yang di ketuai oleh Sjech Achmad bin Abdoelrachman Badjenet yang menghendaki untuk organisasi dagang. SDI yang berganti tujuan ke arah bidang politik. Maka kata “dagang” di hilangkan, menjadi “Serekat Islam” pada tanggal 9 november 1911 yang diketuai oleh Haji Samanhudi. Sarekat Islam didirikan untuk melawan pedagang Cina dan untuk menentang penghinaan terhadap rakyat Bumiputra. Gerakan Sarekat Islam berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan terhadap penindasan penjajahkepada pihak Indonesia. Sehingga Sarekat Islam dapat dengan cepat menarik massa. Indische Partij Didirikan pada tanggal 6 september 1912. Pendirinya adalah dr. Cipto Mangunkusumo, EFE. Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat, Indische Partij berpijak pada asas nasionalisme yang mencita-citakan Indonesia merdeka, sehingga menarik banyak massa. Indische Partij dikenal sebagai partai politik pertama di Indonesia. Organisasi ini bersifat agak radikal sehingga pemerintah Hindia Belanda bersifat tegas dan dianggap sebagai organisasi terlarang. Perguruan Muhammadiyah Bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial yang tetap berjiwa Islam. Perguruan Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan memilih "Muhammadiyah" sebagai nama Persyarikatan tersebut, karena memang beliau mengidolakan tokoh pembaharu dari Mesir bernama Muhammad Abduh. Gerakan Pemuda Gerakan pemuda sebelumnya oleh Budi Oetomo, namun karena lebih didominasi oleh golongan tua, maka para golongan muda keluar. Dan gerakan pemuda sebenarnya adalah Tri Koro Darmo yang berdiri di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh dr. R. Satiman Wiryosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Tri Koro Darmo memiliki arti tida tujuan mulai, yaitu: sakti, budhi, dan bakti. Dalam Kongres di Solo, mulai 12 Juni 1918 Tri Koro Darmo berubah nama menjadi Jong Java. Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya agar dapat mebnagun Jawa Raya dengan cara mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota dan menumbuhkan cinta pada budaya sendiri. Organisasi Pemuda Indonesai di luar negeri yang paling terkenal adalah Perhimpunan Indonesia. Perhimpunan Indonesia berpusat di Belanda dan menyampaikan informasi ke dunia luar tentang perjuangan rakyat Indonesia. Perhimpunan Indonesia mempunyai arah ke politik terutama ketika dipimpin oleh Muhammad Hatta dan A. Subardjo. Partai Nasional Indonesia PNI didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 oleh Ir. Soekarno dan kawan-kawan. Partai ini bersifat radikal. Tujuan dari PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia yang akan dicapai dengan asas percaya pada diri sendiri. Dengan asas ini PNI bersikap nonkoperatif, artinya tidak mau bekerjasama atau iku serta dengan dewan-dewan bentukan Belanda. Dalam kongres PNI pertama tanggal 27-30 Mei di SurabayaIr. Soekarno terpilih sebagai ketua Pengurus Besar PNI. Cita-cita PNI untuk menggalang persatuan bukan hanya mempengruhi pikirn organisasi-organisasi politik lainnya, melainkan juga berpengaruh positif pada organisasi pemuda yang kemudian mengadakan sumpah pemuda, dan organisasi persatuan wanita yang kemudian membentuk Perserikatan perempuan Indonesia. Kemajuan PNI dalam membawa rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan membuat pemerintah kolonial Belanda merasa cemas. Akhirnya mereka menangkapi para tokoh dan anggota PNI pada 29 Desember 1929. Fraksi Nasional Fraksi nasional dalan volksraad didirakan pada 27 Januari 1930 di jakarta yang beranggotakan 10 orang anggota volksraad dengan ketua Moh. Husni Thamrin. Fraksi nasional mempunyai tujuan untuk menjamin adanya kemerdekaan nasional yakni: Mengusahakan perubahan-perubahan ketatanegaraan. Berusaha menghapuskan perbedaan-perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual sebagai antithese colonial. Mengusahakan kedua hal tersebut di atas dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum. C. Perjuangan setelah kemerdekaan Atas nama bangsa Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh Bung Karno didampingi oleh Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai negara yang baru memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia mendapat simpati dari bangsa-bangsa di dunia. Hal ini tampak dari adanya pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945. Sebagai sebuah negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan pemilihan Presiden yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden. Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkan orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas Oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu. D. Peristiwa setelah Kemerdekaan Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya Petempuran ini terjadi antara pihak tentara Britania Raya dengan tentara Indonesia. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya. Pertempuran ini merupakan perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan salah satu pertempuran terberat dan terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia kepada kolonialisme. Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan “neraka” bagi mereka karena kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit pengalaman mereka tewas di surabaya serta puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara yang membuat Inggris serasa terpanggang di neraka telah membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati setiap tahunnya sebagai hari Pahlawan. Pertempuran Ambarawa Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai para bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu. Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Medan Area Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya. Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata dan menduduki gedung- gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan. Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para korban ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini kemudian dikenal sebagai pertempuran “Medan Area”. Bandung Lautan Api Istilah Bandung Lautan Api menunjukkan terbakarnya kota Bandung sebelah selatan akibat politik bumi hangus yang diterapkan TKR. Peristiwa itu terjadi tanggal 23 Maret 1946 setelah ada ultimatum perintah pengosongan Bandung oleh Sekutu. Seperti di kota-kota lainnya, di Bandung juga terjadi pelucutan senjata terhadap Jepang. Di pihak lain, tentara Serikat menghendaki agar persenjataan yang telah dikuasai rakyat Indonesia diserahkan kepada mereka. Para pejuang akhirnya meninggalkan Bandung, tetapi terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung. Peristiwa tragis ini kemudian dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api. Tragedi Nasional (Masa Orde Lama). Tragedi nasional adalah suatu rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa Indonesia. Tragedi ini tentu membawa akibat yang sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Peristiwa-demi peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia sekaligus merupakan ancaman, tantangan dan hambatan. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan. Pemberontakan PKI Madiun 1948 Peristiwa Madiun tidak dapat dipisahkan dari pembentukn Fron Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948. FDR adalah kumpulan beberapa partai seperti partai Sosialis, Pesindo, partaiBuruh, PKI dan Sobsi. Peristiwa Madiun itu diawali dari kota Solo yang dilakukan oleh para pengikut Muso dan Amir SyarifuddinPada tahun 1948 Muso kembali dari Rusia. Sekembalinya itu Musobergabung dengan Partai Komunis Indonesia. Ajaranyang diberikan pada para anggota PKI adalah mengadu domba kesatuan nasional denganmenyebarkan teror. . Pada tanggal 18 September 1948 di Madiun tokoh-tokoh PKI memproklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia. Orang-orang yang dianggap musuh politiknya dibunuh oleh PKI. Dengan terjadinya peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera mengambil tindakan tegas. Pemberontakan Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah mengangkat Gubernur Militer Kolonel Subroto yang wilayahnya meliputi Semarang, Pati dan Madiun. Walaupun dalam menghancurkan kekuatan PKI dalam peristiwa Madiun menelan banyak korban, namun tindakan itu demi mempertahankan Kemerdekaan yang kita miliki. Ketika Belanda melakukan agresi terhadap Republik Indonesia, PKI justru menikam dari belakang dengan melaukan pemberontakan yang sekaligus dapat merepotkan pemerintah Republik. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) Usai pendudukan oleh Kekaisaran Jepang pada 1945, para pemimpin khususnya yang berdomisili di Pulau Jawa menyatakan kemerdekaan Indonesia. namun Tidak semua suku dan wilayah di Indonesia langsung menerima dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kala itu banyak terjadi pemberontakan dan Pemberontakan pribumi pertama yang terorganisasi muncul di Maluku Selatan dengan bantuan Belanda, pemberontakan tersebut biasa disebut Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan). Gerakan 30 September 1965 (G.30 S / PKI) Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di saat tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta.
2. Menganalisis karakteristik perjuangan bangsa Indonesia
a. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 Kurang adanya persatuan Perjuangan masih bersifat kedaerahan Faktor persenjataan Senjata yang dimiliki para pejuang Indonesia masih sangat sederhana Politik Devide et Impera Perjuangan masih dilakukan dengan cara fisik, dan dipimpin oleh seorang bangsawan ataupun pemimpin daerah yang lainnya. Perjuangan sangat bergantung pada pemimpin atau tokoh tertentu b. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia sesudah tahun 1908 Perjuangan bersifat nasional Pimpinan perjuangan ditentukan berdasarkan kemauan, kemampuan, kecerdasan dan keterampilan (rasional), tidak lagi berdasarkan kharisma. Perjuangan berkesinambungan, walaupun pimpinan perjuangan tertangkap atau meninggal, pimpinan perjuangan dapat diganti setiap saat. Perjuangan diatur dan dikendalikan oleh organisasi modern sebagai wadah dan alat perjuangan. Cita-cita perjuangan sangat jelas, yaitu terwujudnya bangsa dan negara Indonesia merdeka dan berdaulat. Perjuangan untuk kepentingan bangsa Indonesia, tidak untuk kepentingan pribadi/golongan.