Disusun Oleh :
2021
1. Pengertian Typhoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna,
dengan gejala demam lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, gangguan kesadaran
(Sodikin, 2011). Demam tifoid ialah suatu sindrom sistemik terutama di sebabkan oleh
Salmonella Thyphi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari jenis Salmonellosis. Jenis
lain dari demam enteric adalah demam paratifoid yang di sebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri, dan S. Hirschfeldii (Widagdo, 2011).
Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yangdisebabkan oleh
salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melaluimakan, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonellathypii. (Hidayat Alimul Azis.A, 2006, Edisi I,
Pengantar Ilmu KeperawatanAnak, Jakarta, Salemba Medika)
Demam tifoid, enteric fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanyamengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satuminggu, gangguan pada pencernaan,
dan gangguan kesadaran (Ngastiyah,2005, Edisi II, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC).
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu:
1) Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.
2) Bagian dalam/rongga mulut.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus).
c. Esofagus
Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior
terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira
25 cm (10 inci), menjadi distensi bila maknan melewatinya.
d. Lambung
Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah
diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas
sekitar 1500 ml. Intlet ke lambung disebut pertemuan esofagogastirk. Bagian ini dikelilingi
oleh cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau springter kardia. Yang pada
saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat
bagian anatomi: kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan pilarus ( outtlet).
e. Springter piloris
Otot halus serkuler di diding pilorus yang berfungsi mengontol lubang diantara lambung
dan usus halus.
f. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus
dan berakhir pada seikum, dengan panjangnya kurang lebih 2 m.
Lapisan usus halus terdiri dari:
Lapisan mukosa
Lapisan otot
Lapisan serosa (luar)
Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Duodenum (usus duabelas jari)
Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat muara saluran empedu dan
saluran pankreas.
2) Jejenum dan ileum
Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum berhubungan dengan perantaraan
lubang yang bernama orifisim illeoseikal.
Fungsi usus halus:
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler oleh darah
dan saluran limpa.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus antara lain:
Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.
g. Usus besar
Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar terdiri dari
(dari dalam keluar):
1) Selaput lendir
2) Lapisan otot
3) Lapisan ikat
4) Jaringan ikat
Fungsi usus besar:
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri coli
3) Tempat feses
Usus besar terdiri dari 7 bagian:
1. Sekum
2. Kolon asenden
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum sampai ke hati,
panjangnya kurang lebih 13 cm.
3. Apendik (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm
4. Kolon tranversum
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang kurang lebih 38
cm.
5. Kolon desenden
Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas ke bawah dengan
panjangnya kurang lebih 25 cm.
6. Kolon sigmoid
Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf ‘S’, ujung bawah
berhubungan dengan rektum.
7. Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
3 Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella paratyphi a b dan c ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan karier
karier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekskresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Penularan demam typhoid terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar
salmonella typhosa atau salmonella paratyphosa yang terdapat didalam air, es, debu maupun
benda lainnya.
4. Patofisiologi dan Patoflow
Penularan bakteri salmonella typhi dan salmonella paratyphi terjadi melalui makanan dan
minuman yang tercemar serta tertelan melalui mulut. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh
asam lambung. Bakteri yang dapat melewati lambung akan masuk ke dalam usus, kemudian
berkembang.
Apabila respon imunitas humoral mukosa (immunoglobulin A) usus kurang baik maka
bakteri akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propia.
Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel makrofag kemudian
dibawa ke plaques payeri di ilium distal. Selanjutnya Kelenjar getah bening mesenterika
melalui duktus torsikus, bakteri yang terdapat di dalam makrofag ini masuk kedalam
sirkulasi darah mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik atau tidak
menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa diorgan-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid, kemudian masuk lagi kedalam sirkulasi
darah dan menyebabkan bakteremia kedua yang simtomatik, menimbulkan gejala dan tanda
penyakit infeksi sistemik.
Masa tunas demam tifoid berlansung 10 sampai 14 hari. Gejala-gejalayang timbul amat
bervariasi, perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagiandunia, tetapi juga di daerah yang sama
dari waktu ke waktu. Selain itu,gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak
terdiagnosa,sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Halini
menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman pundapat mengalami
kesulitan untuk membuat diagnosa klinis tifoid.
1. Demam, pada kasus yang khas demam berlansung 3 minggu bersifat ferbis remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhutubuh berangsur-angsur naik tiap
hari, biasanya menurun pada pagi haridan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan, pada mulut terdapat panas berbautidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutupselaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan, jarangdisertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan
keadaan perut kembung(meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan.Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare ataunormal.gangguan
kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurunwalaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samnolen, jarang terjadi spoor,koma, atau gelisah gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu
bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan
pada minggu pertama.
a. Pemeriksaan leukosit
b. Biakan darah
Biakan darah positif memastikan tifoid, tetapi biakan Negaranegative tidak
menyingkirkan tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah tergantung pada
beberapa factor, antara lain :
c. Reaksi widal
Reaksi widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen danantibody (agglutinin)
yang spesifik terhadap salmonella terhadap dalamserum penderita tifoid, juga pada orang
yang pernah ketularan salmonelladan pada oraang yang pernah di vaksinasi terhadap
tifoidAntigen yang digunakan pada reaksi widal adalah suspensisalmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksudreaksi widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita yang disangka menderita tifoid.
Akibat infeksi oleh S. typhii, penderita membuat antibody(agglutinin), yaitu :
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yangditentukan titernya untuk
diagnosis, makan tinggi titernya, mangkin besar kemungkinan penderita menderita tifoid.
Pada infeksi yang aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada pemerikasaan ulang yang
dilakukanselang paling sedikit lima hari.
Factor-faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. faktor hubungan dengan klien:
1. keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibody.
2. saat pemeriksanselama perjalanan penyakit aglutinin baru jumpai pada daerah setelah
lain sakit satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 5 atau 6.
3. penyakit-penyakit tertentu: ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam thypoid
yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agama globulinemia leukimia dan
karsinoma lanjut.
4. pengobatan ini pengobatan dini dengan antibiotic: pengobatan diri dengan antibiotik
mikroba dapat menghambat pembentukan antibody.
5. obat-obatan immunosuppressive atau kortikosteroid : obat tersebut dapat menghambat
terjadinya pembentukan antibodi karena suprasistem retikululoendotelia.
6. vaksinasi dengan kotipa atau tipa: seorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa
aglutinin O dan H dapat meningkat. Agustino O biasanya menghilang setelah 6 bulan
sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurut perlahan selama 1 atau 2 tahun.
oleh sebab itu titer Aglutinin H yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
diagnostic.
7. Infeksi klien dengan klinis atau subklinis oleh salmonella sebelumnya: keadaan ini dapat
mendukung hasil uji widal yang positif,walaupun dengan hasil yang rendah.
8. Reaksi anamnesa: keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap
salmonella typhi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan thypoid pada
seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. faktor-faktor teknis
1) Aglutinasi silang: beberapa spesies salmonella dapat mendukung antigen O dan H yang
sama, sehingga reaksi aglutinasi pada suatu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi
pada spesies yang lain.
2) konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3) salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen ada penelitian yang berpendapat
bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari salmonella setempat lebih baik dari
suspensi dari strain lain.
7 Panatalaksanaan Medis
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifoid harus dianggapdan diperlakukan
langsung sebagai pasien tifoid dan diberikan pengobatan sebagai berikut:
1) Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan eksreta.
2) Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakityang lama, lemah,
anoreksia, dan lain-lain.
3) Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhunormal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di
ruangan.
4) Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meransang dan tidak menimbulkan
gas. Susu dua gelas sehari. Bilakesadaran pasien menurun di berikan makan cair, melalui
sondelambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat jugadiberikan makanan
lunak.
5) Obat pilihan adalah klorampenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat
lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberianklorampenikol dengan dosis tinggi, yaitu
100mg/kgBB/hari (maksimal2 gram perhari), diberikan 4 kali sehari per oral atau
intravena.Pemberian klorampenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkatwaktu
perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalahmungkin pembentukan zat anti
kurang karena basil terlalu cepat di musnakan.
6) Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bilaterjadi dehidrasi
dan asidisis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya.
1. PENGKAJIAN
b. Health Promotion
1) Kesehatan Umum :
- Alasan masuk RS :
Demam sejak 7 hari yang lalu, tinggi saat malam hari, mual dan muntah, BAB cair
- TD: 120/70
- N : 100 x/mnit
- RR : 22 x/ menit
- T : 39,5o C
- Riwayat penyakit : thypoid
- Riwayat pengobatan : -
- Pengobatan sekarang
No Nama obat manfaat
1 Ceftriaxone Mengobati dan mencegah infeksi bakteri
2 Paracetamol Meredakan nyeri dan demam
3 omeprazole Sebagai terapi gangguan pada system
pencernaan seperti tukak lambung
2) Nutrion
- Nafsu makan menurun dikarenakan mual dan muntah pada saat makan
- Penurunan turgor kulit
- Lidah kotor
- Makan hanya beberapa sendok karena mual dan muntah jika dimasuki makann
3) Eliminasi
- BAK berwarna kuning, sehari BAK 3x
- Penurunan turgor kulit
4) Aktivitas
- Pasien masih ditemani ketoilet namun bias berjalan sendiri
- Pasien masih lemas dan terlihat lesu
- Pasien terkadang duduk dan berbaring di tempat tidur
5) Perception :
- Tingkat pendidikan : mahasiswa
- Pengetahuan cukup baik
- Persepsi pasien normal
- Bahasa yang digunakan baik dan tidak ada kesulitan berkomuniksi
6) Comfort
Pasien tidak nyaman dengan kondisinya : diare,mual muntah dan demam
7) Hasil labolatorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Darah rutin 12,8 12-14 g/dL
Leukosit 9.900 5,000-10,000 uL
Eritrosit 4.3 4,0-5,0 juta/uL
Thrombosit 265,000 150,000-440,000 uL
Hematocrit 36 40-45 %
Segmen 72 50-70 %
Limfosit 21 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
Gol darah O / positif
KIMIA
Glukosa sewaktu 123 <140 mg/dL
SGOT 15 0-35 mg/dL
SGPT 8 0-40,1 mg/dL
IMUNOLOGI/SEROLOGI
WIDAL
Salmonella typhi O 1/160 Negative
Salmonella typhi H 1/160 Negative
Sars Covid 19
IgG Non reaktif Non reaktif
IgM Non reaktif Non reaktif
2. ANALISA DATA
No Data Senjang Etiologi Masalah
dx
1 Ds : pasien mengatakan demam Salmonella thyposa Hipertermia
DO : tubuh pasien teraba panas
TD: 120/70 Minfeksi saluran pencernaan
- N : 100 x/mnit
- RR : 22 x/ menit Demam
- T : 39,5o C
Hipertermia
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan,demam
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah,nafsu makan menurun
4. INTERVENSI
5. IMPLEMENTASI
6. EVALUASI
N Diagnose Evaluasi
o
1 Hipertermi berhubungan dengan S : pasien mengatakan demam
infeksi saluran pencernaan,demam O : TD: 120/90
- N : 80 x/mnit
- RR : 22 x/ menit
- T : 36,7o C
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan