Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPHOID

Disusun Oleh :

Julaiha Nanda Sari 17142013007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIK BINA HUSADA PALEMBANG

2021
1. Pengertian Typhoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna,
dengan gejala demam lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, gangguan kesadaran
(Sodikin, 2011). Demam tifoid ialah suatu sindrom sistemik terutama di sebabkan oleh
Salmonella Thyphi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari jenis Salmonellosis. Jenis
lain dari demam enteric adalah demam paratifoid yang di sebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri, dan S. Hirschfeldii (Widagdo, 2011).

Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yangdisebabkan oleh
salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melaluimakan, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonellathypii. (Hidayat Alimul Azis.A, 2006, Edisi I,
Pengantar Ilmu KeperawatanAnak, Jakarta, Salemba Medika)

Demam tifoid, enteric fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanyamengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satuminggu, gangguan pada pencernaan,
dan gangguan kesadaran (Ngastiyah,2005, Edisi II, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC).

2.Anatomi Dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal

a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu:
1)  Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.
2)  Bagian dalam/rongga mulut.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus).
c. Esofagus
Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior
terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira
25 cm (10 inci), menjadi distensi bila maknan melewatinya.
d. Lambung
Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah
diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas
sekitar 1500 ml. Intlet ke lambung disebut pertemuan esofagogastirk. Bagian ini dikelilingi
oleh cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau springter kardia. Yang pada
saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat
bagian anatomi: kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan pilarus ( outtlet).
e. Springter piloris
Otot halus serkuler di diding pilorus yang berfungsi mengontol lubang diantara lambung
dan usus halus.
f. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus
dan berakhir pada seikum, dengan panjangnya kurang lebih 2 m.
Lapisan usus halus terdiri dari:
 Lapisan mukosa
 Lapisan otot
 Lapisan serosa (luar)
Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Duodenum (usus duabelas jari)
Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat muara saluran empedu dan
saluran pankreas.
2) Jejenum dan ileum
Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum berhubungan dengan perantaraan
lubang yang bernama orifisim illeoseikal.
Fungsi usus halus:
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler oleh darah
dan saluran limpa.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus antara lain:
 Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
 Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.
g. Usus besar
Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan usus besar terdiri dari
(dari dalam keluar):
1) Selaput lendir
2) Lapisan otot
3) Lapisan ikat
4) Jaringan ikat
Fungsi usus besar:
1)  Menyerap air dari makanan
2)  Tempat tinggal bakteri coli
3)  Tempat feses
Usus besar terdiri dari 7 bagian:
1. Sekum
2. Kolon asenden
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum sampai ke hati,
panjangnya kurang lebih 13 cm.
3. Apendik (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm
4. Kolon tranversum
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang kurang lebih 38
cm.
5. Kolon desenden
Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas ke bawah dengan
panjangnya kurang lebih 25 cm.
6. Kolon sigmoid
Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf ‘S’, ujung bawah
berhubungan dengan rektum.
7. Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
3 Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella paratyphi a b dan c ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan karier
karier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekskresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Penularan demam typhoid terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar
salmonella typhosa atau salmonella paratyphosa yang terdapat didalam air, es, debu maupun
benda lainnya.
4. Patofisiologi dan Patoflow
Penularan bakteri salmonella typhi dan salmonella paratyphi terjadi melalui makanan dan
minuman yang tercemar serta tertelan melalui mulut. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh
asam lambung. Bakteri yang dapat melewati lambung akan masuk ke dalam usus, kemudian
berkembang.
Apabila respon imunitas humoral mukosa (immunoglobulin A) usus kurang baik maka
bakteri akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propia.
Didalam lamina propia bakteri berkembang biak dan ditelan oleh sel-sel makrofag kemudian
dibawa ke plaques payeri di ilium distal. Selanjutnya Kelenjar getah bening mesenterika
melalui duktus torsikus, bakteri yang terdapat di dalam makrofag ini masuk kedalam
sirkulasi darah mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik atau tidak
menimbulkan gejala. Selanjutnya menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa diorgan-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel fagosit dan
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid, kemudian masuk lagi kedalam sirkulasi
darah dan menyebabkan bakteremia kedua yang simtomatik, menimbulkan gejala dan tanda
penyakit infeksi sistemik.

5 Tanda dan Gejala

Masa tunas demam tifoid berlansung 10 sampai 14 hari. Gejala-gejalayang timbul amat
bervariasi, perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagiandunia, tetapi juga di daerah yang sama
dari waktu ke waktu. Selain itu,gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak
terdiagnosa,sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Halini
menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman pundapat mengalami
kesulitan untuk membuat diagnosa klinis tifoid.

1. Demam, pada kasus yang khas demam berlansung 3 minggu bersifat ferbis remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhutubuh berangsur-angsur naik tiap
hari, biasanya menurun pada pagi haridan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan, pada mulut terdapat panas berbautidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutupselaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan, jarangdisertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan
keadaan perut kembung(meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan.Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare ataunormal.gangguan
kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurunwalaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samnolen, jarang terjadi spoor,koma, atau gelisah gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu
bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan
pada minggu pertama.

6 Pemerikasaan Diagnostic Dan Penunjang

a. Pemeriksaan leukosit

Walaupun menurut buku-buku disebutkan bahwa tifoid terdapatleucopenia dan


limpositosis relative, tetapi kenyataan leukopeni tidaklahsering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus tifoid, jumlah leukosit padasedian darah tepi berada dalam batas-batas
normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi
atau infeksisekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak bergunauntuk
diagnosis tifoid.

b. Biakan darah
Biakan darah positif memastikan tifoid, tetapi biakan Negaranegative tidak
menyingkirkan tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah tergantung pada
beberapa factor, antara lain :

1) Tehnik pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda


dengan yang lain, malahan hasil satulaboratorium bisa berbeda dari waktu kewaktu.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.Karena
jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitukurang dari 10
kuman/ml darah, maka untuk jeperluan pembiakan, pada penderita dewasa diambil
5-10 ml darah dan pada anak-anak 2-5ml. bila darah yang dibiakan terlalu sedikit
hasil biakan bisa negative,terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan
yang spesifik.
2) Selain itu darah tersebut harus lansung ditanam pada media biakansewaktu berada
di sisi penderita dan lansung dikirim ke laboratorium.Waktu pengambilan darah
paling baik adalah saat demam tinggi padawaktu bakterimia berlansung.
3) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Pada tifoid biakan darah terhadap S.
typhii terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-
minggu berikutnya. Pada waktukambuh biakan darah bisa positif lagi.
4) Vaksinasi di masa lampau.Vaksinasi terhadap tifoid di masa lampau menimbulkan
antibodydalam darah penderita. Antibody ini dapat menekan bakterimia,sehingga
biakan darah mungkin negativ.
5) Pengobatan dengan obat antimikroba.Bila penderita sebelum pembiakan darah
sudah mendapat obatantimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat danhasil biakan mungkin negative.

c. Reaksi widal

Reaksi widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen danantibody (agglutinin)
yang spesifik terhadap salmonella terhadap dalamserum penderita tifoid, juga pada orang
yang pernah ketularan salmonelladan pada oraang yang pernah di vaksinasi terhadap
tifoidAntigen yang digunakan pada reaksi widal adalah suspensisalmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksudreaksi widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita yang disangka menderita tifoid.
Akibat infeksi oleh S. typhii, penderita membuat antibody(agglutinin), yaitu :

1) 1.Agglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal daritubuh


kuman).
2) 2.Agglutinin H, karena ransangan antigen H (berasal dari flagellakuman).
3) 3.Agglutinin Vi, karena ransangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yangditentukan titernya untuk
diagnosis, makan tinggi titernya, mangkin besar kemungkinan penderita menderita tifoid.
Pada infeksi yang aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada pemerikasaan ulang yang
dilakukanselang paling sedikit lima hari.
Factor-faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. faktor hubungan dengan klien:
1. keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibody.
2. saat pemeriksanselama perjalanan penyakit aglutinin baru jumpai pada daerah setelah
lain sakit satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 5 atau 6.
3. penyakit-penyakit tertentu: ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam thypoid
yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agama globulinemia leukimia dan
karsinoma lanjut.
4. pengobatan ini pengobatan dini dengan antibiotic: pengobatan diri dengan antibiotik
mikroba dapat menghambat pembentukan antibody.
5. obat-obatan immunosuppressive atau kortikosteroid : obat tersebut dapat menghambat
terjadinya pembentukan antibodi karena suprasistem retikululoendotelia.
6. vaksinasi dengan kotipa atau tipa: seorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa
aglutinin O dan H dapat meningkat. Agustino O biasanya menghilang setelah 6 bulan
sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurut perlahan selama 1 atau 2 tahun.
oleh sebab itu titer Aglutinin H yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
diagnostic.
7. Infeksi klien dengan klinis atau subklinis oleh salmonella sebelumnya: keadaan ini dapat
mendukung hasil uji widal yang positif,walaupun dengan hasil yang rendah.
8. Reaksi anamnesa: keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap
salmonella typhi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan thypoid pada
seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. faktor-faktor teknis
1) Aglutinasi silang: beberapa spesies salmonella dapat mendukung antigen O dan H yang
sama, sehingga reaksi aglutinasi pada suatu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi
pada spesies yang lain.
2) konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3) salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen ada penelitian yang berpendapat
bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari salmonella setempat lebih baik dari
suspensi dari strain lain.
7 Panatalaksanaan Medis
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifoid harus dianggapdan diperlakukan
langsung sebagai pasien tifoid dan diberikan pengobatan sebagai berikut:
1) Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan eksreta.
2) Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakityang lama, lemah,
anoreksia, dan lain-lain.
3) Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhunormal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di
ruangan.
4) Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meransang dan tidak menimbulkan
gas. Susu dua gelas sehari. Bilakesadaran pasien menurun di berikan makan cair, melalui
sondelambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat jugadiberikan makanan
lunak.
5) Obat pilihan adalah klorampenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat
lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberianklorampenikol dengan dosis tinggi, yaitu
100mg/kgBB/hari (maksimal2 gram perhari), diberikan 4 kali sehari per oral atau
intravena.Pemberian klorampenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkatwaktu
perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalahmungkin pembentukan zat anti
kurang karena basil terlalu cepat di musnakan.
6) Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bilaterjadi dehidrasi
dan asidisis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya.

Asuhan Keperawatan Thypoid


a. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari, nyeri
kepala, lidah kotor, tidak ada nafsu makan , epistaksis penurunan kesadaran.
a. Data biografi : nama, alamat, umur, setatus perkawinan, tgl MRS, diagnosa
medis, catataan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi
b. Riwayaat Kesehatan Sekarang
Alasan pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utamanya
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat psikososial
Interpersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus
halus.
2. Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit
pada perutnya, muntah, kadang, diare
g. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Perlunya untuk dikaji dari sadar – tidak sadar untuk mengetahui berat
ringanya prognosis penyakit pasien.
h. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
Merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien/ kesadarannya dengan
menggunakan prinsip-prinsip palpasi, perkusi dan auskultasi dan kepala samapi
ujung kaki dan juga penimbangan BB untuk mengetahui status nutrisinya
b.Diagnosa
1) Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan,demam
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah,nafsu makan menurun
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Hipertermi Thermoregulasi - Monitor suhu sesering
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan mungkin
infeksi saluran keperawatan selama...pasien - Monitor warna dan
pencernaan,demam menunjukan : suhu kulit
Suhu tubuh dalam batas - Monitor Vital sign
normal dengan kriteria hasil : - Monitor tingkat
- Suhu 36-37 C penurunan kesadaran
- Nadi dan RR dalam - Monitor wbc hb dan
rentang normal Hct
- Tidak ada perubahan - Monitor intake dan
warna kulit dan tidak ada output
pusing, merasa nyaman - Kelola antibiotik
- Berikan cairan
intravena
- Kompres pasien pada
lipat paha dan axila
- Tingkatkan sirkulasi
udara
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa
2 Ketidakseimbangan - Nutrision status : food and - kaji adanya alergi
Nutrisi kurang dari fluid makanan
kebutuhan tubuh - Intake - kolaborasi dengan
berhubungan dengan - Nutritional status : nutrient ahli gizi untuk
mual, nafsu makan intake menentukan jumlah
menurun - Weight control kalori dan nutrisi
Kriteria hasil yang dibutuhkan
 Adanya peningkatan bb pasien
sesuai tujuan - monitor adanya
Bb ideal sesuai tb penurunan BB dan
 mampu mengidentifikasi gula darah
kebutuhan nutrisi - monitor turgor kulit
 menunjukan peningkatan - monitor mual dan
fungsi pengecapan dan muntah
menelan - monitor pucat,
 tidak ada tanda malnutrisi kemerahan dan
tidak terjadi penurunan bb kekeringan jaringan
yang berarti konjungtiva
- monitor intake nutrisi
- Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
3 Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan … - Pertahankan catatan
berhubungan dengan x 24jam devisit volume intake dan output
mual dan muntah cairan teratasi dengan kriteria - Monitor status hidrasi
hasil : - Monitor vital sign
- Tidak ada tanda-tanda - Monitaor hasil lab
dehidrasi, elestitisitas yang sesuai dengan
turgor kulit baik retensi cairan

ASUHAN KEPERAWATAN TYPHOID


DATA KLIEN
A. Data Umum
1) Nama inisial klien : Ny A
2) Umur : 20 tahun
3) Alamat :jln Smb II RL 17/04
4) Agama : Islam
5) Tanggal masuk RS :19-02-2021
6) No.RM :267121
7) Bangsal : zal umum

1. PENGKAJIAN
b. Health Promotion
1) Kesehatan Umum :
- Alasan masuk RS :
Demam sejak 7 hari yang lalu, tinggi saat malam hari, mual dan muntah, BAB cair
- TD: 120/70
- N : 100 x/mnit
- RR : 22 x/ menit
- T : 39,5o C
- Riwayat penyakit : thypoid
- Riwayat pengobatan : -
- Pengobatan sekarang
No Nama obat manfaat
1 Ceftriaxone Mengobati dan mencegah infeksi bakteri
2 Paracetamol Meredakan nyeri dan demam
3 omeprazole Sebagai terapi gangguan pada system
pencernaan seperti tukak lambung
2) Nutrion
- Nafsu makan menurun dikarenakan mual dan muntah pada saat makan
- Penurunan turgor kulit
- Lidah kotor
- Makan hanya beberapa sendok karena mual dan muntah jika dimasuki makann
3) Eliminasi
- BAK berwarna kuning, sehari BAK 3x
- Penurunan turgor kulit
4) Aktivitas
- Pasien masih ditemani ketoilet namun bias berjalan sendiri
- Pasien masih lemas dan terlihat lesu
- Pasien terkadang duduk dan berbaring di tempat tidur
5) Perception :
- Tingkat pendidikan : mahasiswa
- Pengetahuan cukup baik
- Persepsi pasien normal
- Bahasa yang digunakan baik dan tidak ada kesulitan berkomuniksi
6) Comfort
Pasien tidak nyaman dengan kondisinya : diare,mual muntah dan demam
7) Hasil labolatorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Darah rutin 12,8 12-14 g/dL
Leukosit 9.900 5,000-10,000 uL
Eritrosit 4.3 4,0-5,0 juta/uL
Thrombosit 265,000 150,000-440,000 uL
Hematocrit 36 40-45 %
Segmen 72 50-70 %
Limfosit 21 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
Gol darah O / positif
KIMIA
Glukosa sewaktu 123 <140 mg/dL
SGOT 15 0-35 mg/dL
SGPT 8 0-40,1 mg/dL
IMUNOLOGI/SEROLOGI
WIDAL
Salmonella typhi O 1/160 Negative
Salmonella typhi H 1/160 Negative
Sars Covid 19
IgG Non reaktif Non reaktif
IgM Non reaktif Non reaktif

2. ANALISA DATA
No Data Senjang Etiologi Masalah
dx
1 Ds : pasien mengatakan demam Salmonella thyposa Hipertermia
DO : tubuh pasien teraba panas
TD: 120/70 Minfeksi saluran pencernaan
- N : 100 x/mnit
- RR : 22 x/ menit Demam
- T : 39,5o C
Hipertermia

2 Ds : pasien mengatakan mual Tifus abdominalis Ketidakseimbangan


dan muntah,dan tdk nafsu makn nutrisi kurang dari
Do : pasien lemah, terliat tidak Diserap usus halus kebutuhan tubuh
nafsu mkn berkurang
TD: 120/70 Mual dan muntah,nafsu mkn
- N : 100 x/mnit berkurang
- RR : 22 x/ menit
- T : 39,5o C Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
3 DS : pasien mengatakan bab cair Tifus abdominalis Devicit volume
dan diare lebih dari 2x, mual dan cairan
muntah Diserap usus halus
Do : pasien terpasang infus Rl
Ku lemah, pucat Mual dan muntah,diare
TD: 120/70
- N : 100 x/mnit Devicit volume cairan
- RR : 22 x/ menit
- T : 39,5o C

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan,demam
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah,nafsu makan menurun
4. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Rencana keperawatan


1 Hipertermi Thermoregulasi - Monitor suhu sesering
berhubungan Setelah dilakukan tindakan mungkin
dengan infeksi keperawatan selama...pasien - Monitor warna dan
saluran menunjukan : suhu kulit
pencernaan,demam Suhu tubuh dalam batas normal - Monitor Vital sign
dengan kriteria hasil : - Monitor tingkat
- Suhu 36-37 C penurunan kesadaran
- Nadi dan RR dalam rentang - Monitor wbc hb dan
normal Hct
- Tidak ada perubahan warna - Monitor intake dan
kulit dan tidak ada pusing, output
merasa nyaman - Kelola antibiotik
- Berikan cairan
intravena
- Kompres pasien pada
lipat paha dan axila
- Tingkatkan sirkulasi
udara
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
2 Defisit volume Setelah dilakukan tindakan … x - Pertahankan catatan
cairan berhubungan 24jam devisit volume cairan intake dan output
dengan mual dan teratasi dengan kriteria hasil : - Monitor status hidrasi
muntah - Tidak ada tanda-tanda - Monitor vital sign
dehidrasi, elestitisitas turgor - Monitaor hasil lab
kulit baik yang sesuai dengan
retensi cairan
3 Ketidakseimbangan - Nutrision status : food and - kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari fluid makanan
kebutuhan tubuh - Intake - kolaborasi dengan ahli
berhubungan - Nutritional status : nutrient gizi untuk
dengan mual intake menentukan jumlah
muntah,nafsu Weight control kalori dan nutrisi yang
makan menurun Kriteria hasil dibutuhkan pasien
 Adanya peningkatan bb - monitor turgor kulit
sesuai tujuan - monitor mual dan
Bb ideal sesuai tb muntah
 mampu mengidentifikasi - monitor pucat,
kebutuhan nutrisi kemerahan dan
 menunjukan peningkatan kekeringan jaringan
fungsi pengecapan dan konjungtiva
menelan - monitor intake nutrisi

5. IMPLEMENTASI

No Diagnose Tindakan keperawatan Respon


1 Hipertermi berhubungan - Memonitor suhu sesering S : pasien mengatakan
dengan infeksi saluran mungkin demam
pencernaan,demam - Memonitor warna dan O : TD: 120/70
suhu kulit - N : 100 x/mnit
- Memonitor Vital sign - RR : 22 x/ menit
- Memonitor tingkat - T : 39,5o C
penurunan kesadaran A : masalah belum
- Memonitor intake dan teratasi
output P : Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasikan pemberian - Memonitor Vital sign
antibiotik - Kolaborasikan
- Berikan cairan intravena pemberian antibiotik
- Kompres pasien pada - Berikan cairan
lipat paha dan axila intravena
- Tingkatkan sirkulasi - Kompres pasien pada
udara lipat paha dan axila

2 Defisit volume cairan - Pertahankan catatan S : pasien mengatakan


berhubungan dengan intake dan output bab cair dan diare, mual
mual dan muntah - Monitor status hidrasi dan mutah
- Monitor vital sign O : TD: 120/70
- Monitaor hasil lab yang - N : 100 x/mnit
sesuai dengan retensi - RR : 22 x/ menit
cairan - T : 39,5o C
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
3 Ketidakseimbangan - kaji adanya alergi S : pasien mengatakan
nutrisi kurang dari makanan mual dan muntah, tidak
kebutuhan tubuh - kolaborasi dengan ahli nafsu makan
berhubungan dengan gizi untuk menentukan O : ku lemah
mual muntah,nafsu jumlah kalori dan nutrisi - TD: 120/70
makan menurun yang dibutuhkan pasien - N : 100 x/mnit
- monitor turgor kulit - RR : 22 x/ menit
- monitor mual dan - T : 39,5o C
muntah A : masalah belum
- monitor pucat, teratasi
kemerahan dan P : intervensi dilanjutkan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- monitor intake nutrisi

6. EVALUASI

N Diagnose Evaluasi
o
1 Hipertermi berhubungan dengan S : pasien mengatakan demam
infeksi saluran pencernaan,demam O : TD: 120/90
- N : 80 x/mnit
- RR : 22 x/ menit
- T : 36,7o C
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

2 Defisit volume cairan berhubungan S : pasien mengatakan msih diare


dengan mual dan muntah O : TD: 120/90
- N : 80 x/mnit
- RR : 22 x/ menit
- T : 36,7o C
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang P : pasien mengatakan masih mual dan


dari kebutuhan tubuh berhubungan muntah , tidak nafsu makan
dengan mual muntah,nafsu makan O : TD: 120/90
menurun - N : 80 x/mnit
- RR : 22 x/ menit
- T : 36,7o C
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- monitor mual dan muntah
- monitor intake nutrisi

Anda mungkin juga menyukai