Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hendri

NIM : A4322320035
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Mata Kuliah : Seminar Bahasa Daerah
Dosen : SUSI NURATMI, S. Pd

Tugas !

1. Jelaskan pengertian ejaan Bahasa Sunda !


2. Jelaskan tata cara memakai Bahasa Sunda !
3. Terjemahkan teks Bahasa Sunda yang sudah dikirim lewat grup WA !

Jawaban !

1. Ejaan Bahasa Sunda adalah bunyi Bahasa Sunda dalam tulisan serta penggunaan tanda baca
dalam Bahasa Sunda.
2. Tata cara memakai Bahasa Sunda yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan kaidah bahasa
bakunya, baik kaidah bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

3. Kasepuhan Ciptagelar

Kasepuhan Ciptagelar yaitu salah satu kampung adat di Daerah Sunda. Tepatnya ada di wilayah
Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Beda
dengan umumnya kampung adat, Kasepuhan Ciptagelar termasuk sudah semi modern, dimana
masyarakatnya sudah mengetahui tentang teknologi dan mempunyai barang-barang yang
sifatnya modern. Mungkin bisa dikatakan satu-satunya kampung adat yang paling modern.
Setiap rumahnya sudah menggunakan listrik yang dihasilkan dari turbin yang dipasang di air
terjun. Itu disebabkan masyarakatnya menutup diri dari inovasi dan kemajuan zaman. Bahkan
beberapa sesepuh sudah mempunyai kendaraan seperti mobil dan motor.

Disebut kampung adat sebab kebiasaan penduduknya yang masih kuat memegang adat
kebiasaan leluhurnya. Mereka pantang melanggar adat kebiasaan yang sudah diwariskan dari
leluhurnya. Menurut kepercayaannya, melanggar adat sama dengan tidak menghargai kepada
leluhur.

Kasepuhan Ciptagelar secara geografis ada di ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut.
Keadaan cuacanya pasti dingin yaitu antara 20 0C sampai ke 260C serta rata-rata cuaca tiap
tahunnya yaitu 250C. Kasepuhan Ciptagelar dikelilingi oleh gunung-gunung, yatu Gunung
Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng. Kasepuhan Ciptagelar meliputi beberapa
kampung diantaranya Ciptagelar, Ciptarasa, Sirnarasa, Sirnaresmi, Sirnagalih, dan Cipulus.

Jika kita ingin datang ke Kasepuhan Ciptagelar, bisa menggunakan kendaraan seperti mobil
atau motor. Tapi itu juga kendaraannya jangan terlalu dekat tanah bawahnya. Sebab jalan yang
akan dilalui benar-benar jalan yang hanya di batu saja. Jika kendaraan yang dipakai telah
memenuhi syarat, itu juga hanya datang ke Desa Sirnaresmi saja. Dari situ harus jalan kaki
supaya bisa datang ke Kasepuhan Ciptagelar. Selain itu kita diwajibkan mematuhi aturan
adatnya jika ingin datang kesana. Lelaki wajib memakai ikat kepala sedangkan wanita harus
memakai sarung.

Adapun rumah di Kasepuhan Ciptagelar harus rumah panggung, yang dibuat dari kayu dan
bambu. Atapnya harus menjulang tinggi dari ijuk, ilalang, atau dari daun pohon sagu. Tidak
boleh memakai genteng. Tidak boleh juga ditembok, meskipun mampu membuat rumah
tembok atau beton. Semua rumah harus menghadap ke selatan. Tidak boleh dicet, selain
dikapur.
Masyarakat Kasepuhan dikelompokkan menjadi 2 bagian. Kelompok ke satu yaitu warga jiwa
dalam dan kelompok kedua yaitu warga jiwa luar. Yang dimaksud warga jiwa dalam adalah
warga kasepuhan yang ada kaitannya dengan leluhur Kasepuhan Ciptagelar yaitu Abah Anom,
walaupun sodara jauh dan susah sekali diketahui keturunannya. Warga jiwa dalam tinggalnya
di Kampung Besar Kasepuhan Ciptagelar dan kampung-kampung lainnya yang masih kuat
dengan tradisi, utamanya dalam tatanan.

Kelompok kedua yaitu warga jiwa yang merupakan warga simpatisan yang mengikuti
kebiasaannya adat Kasepuhan Ciptagelar, tapi sangat kuat dengan adatnya. Warga jiwa luar
biasanya suka meminta bantuan spiritual ke sesepuh Kasepuhan Ciptagelar di Kampung Besar.
Sebagai gantinya warga jiwa luar mempunyai kewajiban membayar uang menjiwa atau Bahasa
Sundanya sensur incu putu dan memberi sesajen (iuran upacara adat seren taun). Menurut Abah
Anom, warga jiwa luar tersebar dibeberapa wilayah yang meliputi Sukabumi, Lebak, Bogor,
Bandung, Jakarta, Lampung. Palembang bahkan sampai ke Sulawesi.

Di Kasepuhan Ciptagelar ada yang disebut dengan Bumi Ageung, yaitu rumah yang ditinggali
oleh pemimpin adat, dan Leuit Si Jimat yaitu tempat yang dipakai untuk menyimpan padi
pemimpin adat. Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar umumnya sudah memeluk agama Islam.
Tapi dalam menentukan aturan kehidupan sehari-hari masih lebih mengikuti aturan leluhurnya.
Misalnya dalam perkara menjaga alam. Mereka mempunyai anggapan bahwa alam semesta
merupakan sistem yang teratur dan seimbang. Maka dari itu masyarakat begitu kuat dalam
aturan leluhurnya, apalagi dalam hal yang kaitannya dengan alam, sebab jika dilanggar akan
datang malapetaka.

Seperti halnya kampung adat yang lainnya tentu saja mempunyai rupa-rupa upacara adat.
Begitu juga di Kasepuhan Ciptagelar. Upacara-upacara adatnya berbeda dengan yang ada di
kampung kita seperti upacara yang berkaitan dengan kelahiran, memberi nama, sunat, menikah,
kematian, datang ke ziarah kubur leluhurnya di Bogor dan Banten Kidul. Tapi di Kasepuhan
Ciptagelar upacara adatnya sengaja diramaikan juga dengan diiringi segala macam dari mulai
kesenian dogdog lojor, debug, pantun datang ke wayang golek. Apalagi jika menjelang upacara
adat seren tahun. Dari beberapa daerah datang ke Ciptagelar hanya untuk melihat gimana
ramainya itu upacara adat. Bahkan sampai beberapa Bupati dari beberapa tempat suka datang
pas acara seren taun, misalnya saja Bupati Lebak, dan Purwakarta.

Kasepuhan Ciptagelar sekarang dipimpin oleh Abah Ugi, anaknya Abah Anom. Sistem
mengganti pemimpinnya yaitu dari Bapak ke Anak. Abah Ugi yang menyukai hal-hal modern
apalagi yang berkaitan dengan barang elektronik menjadikan Kasepuhan Ciptagelar menjadi
kampung adat yang paling modern diantara kampung adat lainnya yang ada di daerah Sunda.
Bahkan sekarang di Ciptagelar mempunyai Channel Tv sendiri yaitu CIGATV yang bisa
ditangkap di wilayah Kasepuhan Ciptagelar saja. Tayangannya memperlihatkan kehidupan
sehari-hari masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Stasiun tv-nya dikelola oleh masyarakat
Ciptagelar sendiri umumnya oleh pemuda-pemudinya.

Anda mungkin juga menyukai