Anda di halaman 1dari 15

KONSEP TEORITIS

A. DEFINISI
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik.

B. ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu
juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan
Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di
tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan
terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika
sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan
panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa
menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott).

Ayu Program Profesi NERS


2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka,
selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke
tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami
kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang
disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi
pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita
atritisbreumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid
jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang
mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau
dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

C. KLASIFIKASI
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari
bisul, luka, fraktur, dan sebagainya.
Menurut lama infeksi dibedakan atas :
1. Osteomyelitis akut
Osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak
dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah.
Tanda-Tanda Osteomyelitis Akut
a. Nyeri daerah lesi
b. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

Ayu Program Profesi NERS


c. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
d. Pembengkakan local
e. Kemerahan
f. Suhu raba hangat
g. Gangguan fungsi
h. Lab = anemia, leukositosis
Osteomielitis Akut terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis
menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada
tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis
dan onset yang lambat.
2) Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder
akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari
focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomyelitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya
terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang
fraktur.
Tanda-Tanda Osteomyelitis Kronis
a. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
b. Gejala-gejala umum tidak ada
c. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur dan hasil Lab = LED meningkat.

Ayu Program Profesi NERS


D. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama(stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk
abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit yang paling umum ialah rasa nyeri yang perlahan-lahan
meningkat, keparahannya sehingga menderita demam dan toksik dalam waktu 48 jam.
Tanda fisik yang penting ialah nyeri tekan lokal dekat metafisis.
Gejala – gejala osteomielitis hematogen antara lain adalah demam, menggigil dan
keengganan menggerakkan anggota badan yang sakit. Pada orang dewasa, gejala
mungkin samar dan berupa demam, lemah dan malaise. Infeksi saluran nafas, saluran
kemih, telinga atau kulit sering mendahului osteomielitis hematogen.

Ayu Program Profesi NERS


Osteomielitis eksogen biasanya disertai tanda-tanda cedera dan peradangan
ditempat nyeri. Terjadi demam dan pembesaran kelenjar getah bening regional.
Gejala pada osteomilitis akut yaitu nyeri tekan akut pada daerah tulang yang
sakit, nyeri bila bagian yang sakit digerakkan. Tanda fisiknya yaitu pembengkakan dan
kemerahan, pyrexia, panas tinggi. Sedangkan pada osteomilitis kronik gejalanya yaitu
nyeri pada tulang yang kumat-kumatan selama suatu jangka waktu yang panjang. Tanda
fisiknya pada pemeriksaan sinar memperlihatkan adanya kavitasi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap
darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
3. Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas
4. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella
5. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
6. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
7. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan
kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
8. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
9. MRI :jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

Ayu Program Profesi NERS


G. PENATALAKSANAAN
1. Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur.Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
2. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur
darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan
memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu
pathogen.
3. Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi
bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik
atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke
daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika
terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam
darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya.Bila infeksi
tampak telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3
bulan.Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama
makanan.
4. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu
diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril.Terapi antibiotika
dilanjutkan.
5. Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen
bedah.Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli
bedah dapat mengangkat sequestrum).Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang
untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal
(saucerization).Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya
dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
6. Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian
hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan
membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8
hari.Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.

Ayu Program Profesi NERS


7. Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan.Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan
transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari
jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro
ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan.Debridemen bedah
dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong
dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah
tulang.

H. KOMPLIKASI
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
c. Atritis septik
2. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi
tubuh yang terkena
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan

e.

Ayu Program Profesi NERS


KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
1. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
b. Riwayat kesehatan sekarang: apakah klien terdapat pembengkakan, adanya nyeri
dan demam.
c. Riwayat kesehatan keluarga: adakah dalam keluarga yang menderita penyakit
keturunan.
d. Riwayat psikososial: adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
3. Data dasar pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat.
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b. Sirkulasi
Tanda :
1) Hipertensi, (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas)
atau hipotensi.
2) Takhikardia, (respon stres, hipovolemia).
3) Penurunan / tak ada pada nadi bagian distal yang cedera ; pengisian kapiler
lambat, pucat pad abagian yang terkena.
4) Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
c. Neorosensori.
Gejala : Hilang gerakan / sensasi, spasme otot dan Kebas / kesemutan (parastesis).

Ayu Program Profesi NERS


Tanda : Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.Agitasi, (mungkin
berhubungan dengan nyeri / ancietas atau trauma lain).
d. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
1) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokasi pada area jaringan /
kerusakan tulang, dapat berkurang dengan imobilisasi.
2) Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
e. Keamanan.
Tanda :
1) Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
2) Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
4. Pemeriksaan fisik
a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
d. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
e. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak

Ayu Program Profesi NERS


7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

C. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang, pasien
dapat tenang dan keadaan umum cukup baik
b. Kriteria Hasil:
1) Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
2) Klien tidak menyeringai kesakitan
3) TTV dalam batasan normal
4) Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)
5) Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat
c. Intervensi dan rasional
1) I : Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala
R : Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal diperberat oleh gerakan
2) I : Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai
R : Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan
menurunkan tegangan otot
3) I : Pantau tanda-tanda vital
R : Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang
berhubungan dengan penghilangan nyeri
4) I : Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R : Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam
perawatan untuk mengurangi nyeri
5) I : Anjurkan istirahat selama fase akut
R : Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan
6) I : Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi
R : Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan
rasa kontrol dan kemampuan koping
7) I : Berikan situasi lingkungan yang kondusif
R : Memberikan dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan
kemampuan koping)
8) I : Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan
R : Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien

Ayu Program Profesi NERS


2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Gangguan mobilitas fisik dapat
berkurang.
b. Kriteria Hasil:
1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2) Mempertahankan posisi fungsional
3) Meningkatkan / fungsi yang sakit
4) Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
c. Intervensi dan rasional
1) I : Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
R : Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
2) I : Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan
rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
R : Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien
3) I : Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
R : Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien
4) I : Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
R : Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan
5) I : Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup
keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan
R: Mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi
6) I : Ubah posisi secara periodic
R : Mengurangi gangguan mobilitas fisik
7) I : Fisioterapi / aoakulasi terapi
R : Mengurangi gangguan mobilitas fisik
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien daoat
mendemonstrasikan bebas dari hipertermia.
b. Kriteria Hasil:
1) Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut
2) Suhu tubuh normal
3) Tidak mual
c. Intervensi dan rasional
1) I : Pantau TTV
R : Memberikan dasar untuk mengetahui kondisi pasien.
2) I : Lepaskan pakaian yang berlebihan
R : Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh
dan dapat memberikan rasa nyaman pada pasien
3) I : Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu
tubuh.
R : Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan
meningkatkan kenyaman pasien.
4) I : Motivasi asupan cairan

Ayu Program Profesi NERS


R : Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan
meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
5) I : Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran
R : Antipiretik membantu mengontrol peningkatan suhu tubuh
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat
mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses
penyakit, program pengobatan.
b. Kriteria Hasil: Ekspresi wajah relaks dan Cemas dan rasa takut hilang atau
berkurang.
c. Intervensi dan rasional
1) I : Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien
R : Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol
2) I : Kaji patologi masalah individu.
R : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika
pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik
3) I : Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh
nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
R : Berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk
mencegah / menurunkan potensial komplikasi.
4) I : Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.
R : Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.rapeutik.
5) I : Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran
R : Banyak pasien yang membutuhkan obat penenang untuk mengontrol
ansietasnya
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola tidur pasien kembali
normal
b. Kriteria Hasil:
1) Jumlah jam tidur tidak terganggu
2) Insomnia berkurang
3) Adanya kepuasan tidur
4) Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
c. Intervensi dan rasional
1) I : Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi
R : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
2) I : Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ;
bantal dan guling
R : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis
3) I : Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan
baru

Ayu Program Profesi NERS


R : Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan
ansietas dapat berkurang
4) I : Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan
kebutuhan malam hari
R : Menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang “burung hantu”
dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun
5) I : Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti
beraktifitas beberapa jam sebelum tidur
R : Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap
untuk tidur malam hari
6) I : Instruksikan tindakan relaksasi
R : Membantu menginduksi tidur
7) I : Kurangi kebisingan dan lampu
R : Memberikan situasi kondusif untuk tidur
8) I : Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila
mungkin
R : Pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk
membantu merubah posisi
9) I : Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi
R : Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama
periode transisi dari rumah ke lingkungan baru
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak.
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan
peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
b. Kriteria Hasil:
1) Menurunnya keluhan terhadap kelemahan dan kelelahan dalam melakukan
aktifitas.
2) Berkurangnya nyeri
c. Intervensi dan rasional
1) I : Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
R : Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh
garah dan peningkatan beban jantung
2) I : Anjurkan program hemat energy
R : Mencegah penggunaan energi berlebihan
3) I : Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap
R : Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan
fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
4) I : Kaji respon abdomen setelah beraktivitas
R : Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang
meningkat
5) I : Berikan kompres air hangat
R : Kompres air hangat dapat mengurangi rasa nyeri
6) Beri waktu istirahat yang cukup
R : Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan

Ayu Program Profesi NERS


7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi pesiko perluasan
infeksi yang dialami.
b. Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan
c. Intervensi dan rasional
1) I : Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan
sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.
R : Mencegah pemasukan bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.
2) I : Ambulasi dengan kantung drainase dependen.
R : Menghindari refleks balik urine, yang dapat memasukkan bakteri kedalam
kandung kemih.
3) I : Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan
pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.
R : Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR prostate beresiko untuk syok
bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/ instrumentasi.
4) I : Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.
R : Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan resiko untuk infeksi, yang
diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.
5) I : Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal),
pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu
R : Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk
pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko infeksi luka.
6) I : Gunakan pelindung kulit tipe ostomi
R : Memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan
menurunkan resiko infeksi.
7) I : Berikan antibiotic sesuai indikasi
R : Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan
resiko infeksi pada prostatektomi.

Ayu Program Profesi NERS


DAFTAR PUSTAKA

Juwandi. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Osteomielitis. JPN [Internet]. [diunduh
pada tanggal 14 Maret 2018]
Nurarif H A, Kusuma H. 2015. APLIKASI: Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC. (jilid 3) Jogjakarta (ID): MediAction.
Rosyid A N. 2013. Laporan Pendahuluan Osteomielitis. JPN [Internet]. [diundh pada tanggal
14 Maret 2018]
Yusuf E. 2017. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Osteomielitis
atau Infeksi Tulang. JPN [Internet]. [diundh pada tanggal 14 Maret 2018]

Ayu Program Profesi NERS

Anda mungkin juga menyukai