A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Indoesia.
Dalam skala internsional, Indonesia merupakan negara penganut agama Islam
terbesar di dunia.Sebagai negara terbesar penganut Muslim menjadi kebanggaan
bagi kita.Secara langsung atau tidak langsung pemahaman (keyakinan) masyarakat
kita sangat dipengaruhi oleh pernak-pernik kepercayaan, adat, budaya, sosial,
politik yang sudah melekat di tubuh umat Islam ini.Bahkan Islam datang sudah ada
agama sebelumnya seperti Budha dan Hindu, aliran kepercayaan animisme dan
dinamisme.Inilah yang menjadikan agama Islam tercampur baur, bahkan seolah-
olah menjadi bagian dari agam Islam.
Azumardi Az-Zahra mengelompokkan keragaman masyarakat Indonesia
menjadi tiga.Kelompok pertama, masyarakat yang tinggal di pedalaman dan
kawasan pegunungan terpencil.Masyarakat ini biasanya memiliki kepercayaan
animisme dan komitmen kesukuannya sangat kuat.Kelompok kedua, masyarakat
yang hidup di sepanjang garis pesisir, masyarakat ini cenderung mudah mengenal
dan bertukar dengan kebudayaan luar.Kelompok ketiga adalah masyarakat yang
dipengaruhi oleh struktur budaya keraton.244
Dari ketiga kelompok tersebut memiliki perbedaan dalam hal keyakinan,
kelompok pertama lebih cenderung masyarakat Islam tercampur kepecayaan yang
dekat dengan kepercayaan alam yaitu animisme dan dinamisme, kelompok kedua
Islam tercampur dengan agama dari India Hindu dan Budha, masyarakat ketiga
Islam tercampur dengan adat budaya keraton. Di dalam kepercayaan animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha serta keraton terdapat unsur-unsur keyakinan yang
menyatu dengan Islam.Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Islam Indonesia
beragam bentuk kesyirikannya.
Shalih bin Fauzan245 menyebutkan ada enam sebab penyimpangan aqidah yang
shahih .
1. Al-Jahlu, kebodohan terhadap akidah shahihah, karena tidak mau (enggan)
mempelajari dan mengajarkannya atau kurangnya perhatian kepadanya.
244
Ajid Thohir,.Studi Kawasan Dunia Islam (perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik),
(Jakarta: Rajawali Pres, 2009), hal. 384
245
Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid 1, (Jakarta: Darul Haq, 1998), hal.
9-13
208
2. Ta’ashub (fanatik) terhadap sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek
moyangnya, sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang
menyalahinya, sekalipun hal itu benar.
3. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam maslah aqidah tanpa
mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.
4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta
mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya.
5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat
raya (ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang di dalam Al Qur’an
(ayat Qauliyah). Atau lalai dengan dengan hasil-hasil teknologi dan
kebudayaan yang ditemukan.
6. Umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar
(menurut Islam).
7. Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksankan tugas.
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al jahlu
(kebodohan), dha’iful iman (lemahnya iman) dan taqlid (ikut-ikutan secara
membabi buta).Salah satu penyebab kesyirikan adalah kebodohan dan
ketidakmampuan manusia dalam mengatasi problem kehidupannya, sehingga
manusia mencari jalan (red memohon) kepada sesuatu yang dianggap memiliki
kekuatan luar biasa di luar dirinya. Karena beragam problem, kondisi, situasi,
zaman dan tempat, maka beragam pula tata cara mereka mengatasi masalahnya.
Ada manusia yang menyembah kepada sesama manusia, ada manusia yang
menyembah kepada Malaikat, ada manusia yang menyembah kepada alam, ada
manusia yang menyembah kepada Jin. Misalnya ada di masyarakat jawa yang
datang memberikan persembahan berupa sesaji kepada pohon tua, batu besar,
kuburan angker, laut selatan yang dikuasai Nyai Loro Kidul, hewan langka (red
Kebo Kyai Slamet), keris dan bentuk-bentuk peribadatan lainnya. Bentuk kesyirikan
bisa juga menimpa para ilmuwan dengan pemahaman-pemahaman modern
menyesatkan seperti liberalisme, sekulerisme, komunisme, pluralisme, hedonisme,
dan isme-isme lainnya.Atau manusia mempertuhankan teknologi, hatinya terpaut
dengan HP, TV, game, dan sebagainya.
Ketidakmurnian penganut agama Islam tidak terjadi dizaman sekarang saja,
bahkan sejak Nabi Nuh AS adalah awal mula percampuran keyakinan yang murni.
Umatnya Nabi Nuh as menyembah kepada berhala karena ada orang-orang shaleh
yang meninggal, kemudian mereka berlebih-lebihan dalam memberikan bentuk
penghormatan sehingga sampai pada bentuk penyembahan patung-patung dengan
diberi nama orang-orang sholeh tersebut (Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan
Nasr). Sebagaimana yang Allah firmankan:
209
َ َ َ ُ َ ً َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َّن َ َ ُ أ َ َ َ َ ُ َّن َ ا
)23( اعا َوَل َيغوث َو َي ُعوق َون أس ًراوقالوا َل تذر ِآلهتكم وَل تذر ودا وَل سو
Artinya :dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts,
ya'uq dan nasr. (Q.S. Nuh/71: 23)
Pada masa Jahiliyah sebelum diutusnya Rasulullah SAW, datanglah Amru bin
Lahayi Al Khuza’i dan ia mengubah agama Ibrahim serta membawa patung-patung
itu ke tanah Arab dan ke tanah Hijaz secara khusus, sehingga patung-patung itu
pun disemabah selain Allah. Selanjutnya perbuatan syirik tersebut menyebar ke
negeri suci tersebut dan negeri-negeri tetangganya, sampai kemudian Allah
mengutus Nabi-Nya Muhammad Saw untuk menyeru manusia kepada tauhid dan
mengikuti agama Ibrahim kembali.Beliau menghancurkan patung-patung dan
dengannya Allah menyempurnakan nikmat-Nya untuk segenap alam.246
Demikianlah dari generasi ke generasi berikutnya selalu terjadi penyelewengan-
penyelewengan terhadap agama tauhid ini, sampai kepada zaman modern
sekarang dengan ragam bentuk yang berbeda dari generasi sebelumnya. Atau
masih juga bentuk kesyirikan ala tradisionalis yang melekat dengan unsur-unsur
adat dan budaya. Adapula kesyirikan dikemas dengan kemasan modern, seolah-
olah itu adalah bagian dari perkembangan teknologi.
Semoga akan senantiasa ada ulama yang akan melakukan pemurnian aqidah
atau purifikasi, kembali kepada Al Qur’an dan Hadis. Karena masalah tauhid
merupakan bagian dari aqidah yang terpenting, sehingga Allah SWt tidak akan
mengampuni manusia yang meninggal dengan membawa dosa syirik. Di bawah ini
akan penulis paparkan beberapa hal tentang kesyirikan agar kita berhati hati dan
terhindar dari bahayanya.
B. DEFINISI SYIRIK
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah
perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Menurut ulama
Madzhab Syafi’i dan ulama yang lainnya pengertian syirik adalah sebagai berikut
1. Imam Al-Azhar asy-Syafi’i
Beliau mengatakan bahwa Allah SWT menceritakan tentang hamba-Nya,
Lukman al-Hakim yang berkata kepada putranya;
ٌ الش أر َك َل ُظ أل ٌم َع ِظ
)13( يم َّ َّ َوإ أذ َق َ ُ أ ُ أ َ ُ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ أ أ
ِ ال لق َمان َِلب ِن ِه وُو ي ِعظه يابن َّي َل تش ِرك ِبالل ِه ِإن ِ
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
246
UPT UMM,Al Islam dan Kemuhammadiyahan II (Aqidah dan Ibadah),(Malang: UMM Press,
2012), hal .132
210
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". (QS. Luqman/31: 13)
Syirik adalah membuat sekutu bagi Allah dalam ketuhanan-Nya
(Rububiyah-Nya). Makna laa tusyrik dengan memakai huruf ba’ dalam lafazh
billahi adalah Kamu jangan menyepadankan Allah dengan yang lain itu
kemudian kamu jadikan sekutu (kawan) bagi Allah. Begitu pula dalam firman-
Nya;
َ أ َ َ َّ ُ َ أ
َ ِب َما أش َركوا ِبالل ِه َما ل أم ُين ِز أل ِب ِه ُسلط ًانا
“disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. (QS. Ali Imran/3: 151)
Maka Isyrak (menyekutukan) dalam ayat itu adalah menyepadankan Allah
dengan makhluk-Nya, maka ia telah musyrik, karena Allah itu satu tidak ada
sekutu, tidak ada tandingan maupun bandingNya.
2. Imam Raghib al-Ishfahani
Beliau menyatakan “syirik yang besar adalah menetapkan adanya sekutu
bagi Allah”.Misalnya, fulan menyekutukan Allah dengan yang lain. Syirik ini
adalah kekafiran yang paling besar.
3. Al-‘Alamah Ali as-Suwaidi asy-Syafi’i
Beliau menyatakan syirik itu berlawanan dengan tauhid.Keduanya tidak
bertemu, seperti halnya kekafiran berlawanan dengan iman, dimana keduanya
bertolak belakang. Maka apabila ada disebut Muwahid (bertauhid), ini artinya
ia meyakini keesaan Allah dan tidak menetapkan bahwa Allah punya sekutu.
Dan seseorang tidak dikatakan bertauhid (mengesakan Allah) dengan tauhid
yang dikehendaki Allah, sebelum dia membersihkan diri dari segala sesuatu
yang mengandung unsur kemusyrikan kepada Allah, karena Allah telah
َ ُ َّ َ ْ َ َ َّ
ٌاجت ِن ُبوا الطاغوت ْ َأن
اع ُب ُدوا الله و ِ
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" ( QS. An-Nahl/16: 36)
Ani’budullaha (untuk menyerukan): “beribadahlah kepada Allah), yakni
hendaklah kalian mengesakan Allah Ta’ala. Wajtanibuththaghuta (dan jauhilah
thagut), yakni jauhilah penyembahan berhala-berhala itu”.
Menurut satu pendapat, dan jauhilah setan. Menurut pendapat yang lain
jauhilah dukun. Lawan fari muwahid (bertauhid, mengesakan Allah) adalah
musyrik (orang yang menyekutukan Allah dengan yang lain). Yang terlahir dari
kemusyrikan meskipun dengan salah satu dari macam-macam syirik seperti
ucapan, sifat-sifat, perbuatan, keyakinanm, muamalah (pergaulan) persetujuan,
dan penilaiannya bahwa perbuatan syirik yang dikerjakan itu baik. Begitu pula
apabila ia rela mengucapkan atau mendengarkan kata-kata syirik.
211
4. Syaikh Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab
Ibrahim Muhammad247 mendefinisikan syirik melalui dua pengertian, yaitu
pengertian secara umum dan secara khusus.Pertama, arti secara umum bahwa
syirik adalah menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah pada apa yang
menjadi kekhususan Allah. Yang dimaksud dengan penyamaan di sini adalah
semua bentuk persekutuan, baik Allah menyamai yang lain pada kesekutuan
itu, maupun Allah melebihinya. Atas dasar makna ini, maka syirik dibagi
menjadi tiga jenis:
a. Syirik dalam rububiyah. Maksudnya menyamakan Allah dengan sesuatu lain
dalam hal rububiyah yang menjadi kekhususan bagi Allah, atau
menisbatkan salah satu makna rububiyah kepada sesuatu atau seseorang,
seperti menciptakan, memberikan rezeki, menghidupkan, mematikan dan
lainnya. Jenis ini biasanya disebut dengan tamtsil (penyerupaan) atau ta’thil
(peniadaan).
b. Syirik dalam uluhiyah. Maksudnya, menyamakan sesuatu atau seseorang
dalam kelayakan disembah dan ditaati yang menjadi kekhususan Allah
seperti shalat, puasa, nazar dan menyembelih kurban untuk selain Allah.
Jenis ini secara umum disebut syirik.
c. Syirik dalam nama-nama dan sifat-sifat Allah. Maksudnya, menyamakan
sesuatu atau seseorang dengan Allah dalam nama-nama dan sifat yang
menjadi kekhususan Allah. Jenis ini biasanya juga disebut tamtsil
(penyerupaan).
Kedua, arti khusus.Yaitu menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tuhan
yang disembah dan ditaati disamping Allah. Inilah makna syirik yang secara
langsung dipahami ketika ia disebut dalam Al-Qur’an, Sunnah dan ucapan kaum
Salaf. Maka siapa yang menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai
sesembahan yang ditaati selain Allah, ia disebut musyrik dalam bahasa wahyu
dan atsar.
Dari definisi tersebut di atas sudah dipastikan orang kafir adalah orang
musyrik juga, tetapi orang Muslim boleh jadi dikatakan orang musyrik manakala
memiliki keyakinan atau peribadatan kepada Allah tetapi juga memiliki
keyakinan atau peribadatan yang ditunjukkan kepada selain Allah.Sebagaimana
pada masa Jahiliyah manusia menyembah kepada berhala, tetapi ketika
ditanya, mereka bukan menyembah kepada berhalanya.Hanyasaja sebagai
perantara agar mereka merasa lebih dekat dengan Allah. Orang-orang kafir
Quraisy adalah termasuk orang-orang yang rajin beribadah kepada Allah dan
mengakui akan ketuhanan-Nya. Tetapi mereka menyembah kepada selain Allah
disamping meyembah kepada-Nya.
247
Ibrahim Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan, Pengantar Studi Islam Aqidah Islam,
(Jakarta: Robbani Press, 1998), hal. 220
212
Di bawah ini beberapa dalil yang menunjukkan bahaya kesyirikan.
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
َّ ُ ْ
َ َو ُع ُقو ُق،الله
- الو ِال َد ْي ِن َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ ُ َ ً َ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ َُ َ َ
ِ اإلش َراك ِب ِ « : قال، بلى يا رسول الل ِه: قالوا،«أَل أ ٌن ِبئكم ِبأكب ِر الكبا ِئ ِر؟ َ»ٌثالثا
َ َ َ َ َُْ َ َ َ ََ َ َ َ ان ُم َّت ِك ًئا َف َق
ُّ أ ََل َو َق ْو ُل- ال َ ََ َ ََ َ
ٌ ل ْي ٌت ُه َسك:ال ُيك ِر ُر َها َح َّتى قلنا
ت فما ز:ور»ٌقال
ٌِ الز وجلس وك
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling
besar?”(Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab:
“Tentu saja, wahai Ra-sulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka
kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak
seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata:
“Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.”248
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan
kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq
(Pencipta). Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Seorang
musyrik melakukan suatu perbuatan terhadap makhluk (manusia maupun benda)
yang seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan
sesuatu selain Allah dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya,
menaatinya, atau melakukan perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali
hanya kepada Allah SWT.
Perbuatan syirik termasuk dosa besar.Allah mengampuni semua dosa yang
dilakukan hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:
a. QS Luqman (31) : 13
ُْ َ َّ َّ ْ ْ ُ َ َ ُ َ ُ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ َ َوإ ْذ َق
)13( الش ْر َك لظلم َع ِظيم
ِ ال لقمان َِلب ِن ِه وهو ي ِعظه يابن ٌَّي َل تش ِرك ِبالل ِه ِإن ِ
“Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
b. QS Al Maidah (5) : 72
َّ
اع ُب ٌُدوا الل َه َرِبي
ْ يل َ يح َي َابني إ ْس َرا ِئ ُ ال ْاْلَس َ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ َ َّ َّ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ َ لقد كف َر ال ِذين قالوا ِإن الله هو اْل ِسيح ابن م ْريم وق
)72( ص ٍار َ لظاْل َين م ْن َأ ْنَّ
ل ام
َّ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َ ْ َ َ َّ ْ ْ ُ ْ َ ُ َّ ْ ُ َّ َ َر
َ الن ُار َو و بكم ِإنه من يش ِرك ِبالل ِه فقد حرم الله علي ِه الجنة ومأواه
ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah
ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih berkata: “Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga,
dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun.”
c. QS Al-An’am (6):88
248
HR Bukhari No. 2654
213
َ ُ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َّ َ
ٌُ ذ ِل َك ُه َدى الل ِه َي ْه ِدي ِب ِه َم ْن َيش
)88( اء ِم ْن ِع َب ِاد ِه َول ْو أش َركوا ل َح ِبط َع ْن ُه ْم َما كانوا َي ْع َملون
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya.Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan.”
d. QS Az-Zumar (39) : 65
َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ
َ ون َّن م َن ْال َخاسر
)65( ين ِ ِ ِ وحي ِإليك و ِإلى ال ِذين ِمن قب ِلك ل ِئن أشركت ليحبطن عملك ولتك ِ ولقد أ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada yang
sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan, niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
e. QS At-Taubah (9) : 5
َ ْ ُ ُ ُ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُْ ُُ ْ َ ُ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
وه ْم َواق ُع ُدوا ل ُه ْم
ُ ص ُر ٌُ وه ْم َوخذ
ْ وه ْم َو
ُ اح ف ِإذا انسلخ اْلشهر الحرم فاقتلوا اْلش ِر ِكين حيث وجدتم
ُ َ َ َّ َّ ْ ُ َ َ ُّ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ َّ ََ َ ْ َ َ ْ َ َّ ُ
)5( ص ٍد ف ِإن ت ُابوا َوأق ُاموا الصالة وآتوا الزكاة فخلوا س ِبيلهم ِإن الله غفور ر ِحيم
َ كل مر
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang
musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka.Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian.Jika mereka
bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjalan.Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi maha Penyayang.”
f. QS. An-Nisaa’ (4) : 48
ْ َ ْ َ َ َّ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َ َّ َّ
افت َرى ِإث ًما
ٌ ِإن الله َل يغ ِفر أن يشرك ِب ِه ويغ ِفر ما دون ذ ِلك ِْلن يشاء ومن يش ِرك ِبالل ِه فق ِد
)48( يماً َع ِظ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.”
C. JENIS-JENIS SYIRIK
1. Menurut Kekhususan bagi Allah
a. Syirik dalam Rububiyah
Syirik dalam rububiyah yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau
makhluk yang memiliki kesamaan atau penyerupaan dalam perbuatan-Nya,
menciptakan, menghidupkan, memberi rizki, menurunkan hujan,
menentukan takdir, menguasai alam, mengatur alam yang seharusnya
meyakini hanya Dia sendiri yang memiliki. Di bawah ini akan penulis
jelaskan beberapa keyakinan yang keliru manusia yang seharunya itu hanya
khusus dimiliki oleh Allah:
1) Menciptakan Alam semesta.
214
Hak menciptakan hanya dimiliki oleh Allah saja, baik itu yang lingkup
kecil maupun besar.Bahkan Allah menantang manusia untuk
menciptakan makhluk yang dianggap sepele oleh manusia, yaitu seekor
nyamuk atau hewan yang lebih kecil dari itu.Tidak ada manusia yang
hidup di zaman modern ini dengan menggunakan teknologi super
canggih mampu menciptakan makhluk walaupun sekecil apapun.
Sebagaimana yang Allah firmankan:
َ َ َ ً َ ًَ ْ الل َه ََل َي ْس َت ْحيي َأ ْن َي
ض ِر َب َمثال َما َب ُعوضة ف َما ف ْوق َها
َّ َّ
ِإن
ِ
Artinya “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan
berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. ..(QS. Al
Baqarah/2: 26)
Dalam buku tafsir Ibnu Katsir249 menjelaskan bahwa kata “َ ”ماdi sini
untuk menunjukkan sesuatu yang kecil atau sedikit. Sedangkan kata
“َ “بع ُْوضةdalam ayat itu berkedudukan sebagai badal (pengganti).
Sebagaimana jika anda mengatakan : " َ" َلضْ ِرب َّنضرْ باما (Aku akan
memberikan perumpamaan apapun), yang berarti sekecil apa saja. Atau
“َ ”ماberkedudukan sebagai nakirah (indenfinite noun) yang disifati
dengan kata ba’udhah (nyamuk).
Masih dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa kata “َ ”فماف ْوقهاterdapat dua
pendapat. Salah satunya menyatakan: “Artinya lebih kecil atau lebih
hina”, sebagaimana jika seseorang disifati dengan tabiat keji dan kikir.
Maka orang yang mendengarnya mengatakan: “benar, ia lebih dari itu,”
maksudnya apa yang disifatkan. Ini merupakan pendapat al-Kisa-i dan
Abu Ubaid, menrut Ar razi dan mayoritas muhaqiqin.
Akan lebih jelas lagi jika kita memperhatikan diwaktu turunnya surat
Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-
berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun
mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al Ankabut ayat 41
yang di dalamnya Tuhan menggambarkan kelemahan berhala-berhala
yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama
dengan lemahnya sarang laba-laba. Firman Allah:
َ ُ ُ ُ ْ َ َّ َ َ َ َّ َّ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ َّ َ ُّ َ َ
ين ت ْد ُعون ِم ْن ُدو ِن الل ِه ل ْن َيخلقوا ذ َب ًابا ٌَول ِوياأيها الناس ض ِرب مثل فاست ِمعوا له ِإن ال ِذ
ُ ُ ْ َ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ً ْ َ ُ َ ُّ ُ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ ْ
)73( اجتمعوا له و ِإن يسلبهم الذباب شيئا َل يستن ِقذوه ِمنه ضعف الط ِالب واْلطلوب
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka
bersatu menciptakannya dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
249
Abdullah bin Muhammad bin Muhammad Alu Syaikh,Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Jilid
I,.(Jakarta: Tim Pustaka Imam Syafi’, I 2012), hal. 92
215
lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah”.
(QS. AL-Hajj/22: 73)
Firman Allah:
ُ ُ ْ َ َ ْ َ َّ َ ً ْ َ ْ َ َ َّ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ ُ ْ ُ َ َّ َ َّ َ َ
وت
ِ وت اتخذت بيتا و ِإن أوهن البي ِ مث ُل ال ِذين اتخذوا ِمن دو ِن الل ِه أو ِلي َاء ك َمث ِل العنكب
َ َ ُ َ َ ََُْ ْ ُ ََْ
)41( وت ل ْو كانوا َي ْعل ُمون ِ لبيت العنكب
“perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan
Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau
mereka mengetahui. (QS. Al-Ankabut/29: 41)
Dari penjelasan di atas sudah dipastikan bahwa yang bisa
menciptakan hanya Allah saja. Manusia diberi hak untuk membuat,
yaitu mengubah sesuatu yang sudah diciptakan. Sebagai contoh, yang
mampu menciptakan pohon adalah Allah, manusia hanya diberi
kemampuan untuk mengubah menjadi meja, kursi, jendela, pintu dan
sebagainya. Menciptakan makhluk yang dianggap remeh saja tidak bisa,
bahkan sesembahan-sesembahan itu tidak bisa mendengar, melihat,
atau mengabulkan permintaan manusia. Amat jahil sekali jika manusia
menyembah bukan kepada Allah.
2) Menguasai dan mengatur Alam semesta
Kekuasaan Allah absolut, tidak sebagaimana yang diyakini oleh
penganut politeisme yang meyakini banyak Tuhan, kekuasaan mereka
terbagi-bagi. Ada dewa penguasa langit, dewa penguasa bumi, dewa
penguasa matahari, penguasa laut kidul (bahasa Jawa), penguasa
tanaman dan sebagainya. Jadi Allah lah yang menguasai jagad raya ini
beserta isinya. Dalam bahasa jawa diistilahkan sing gawe, sing nduweni,
sing nguasani lan sing ngatur jagat (Yang Menciptakan, Memiliki,
Menguasai dan Mengatur) . Jadi sangat mustahil banyak penguasa,
bagaimana mungkin alam semesta teratur dengan banyak kehendak.
Di masyarakat masih banyak kita jumpai seseorang meyakini ada
penguasa tempat-tempat tertentu yang dianggap angker (ada
penunggunya), sehingga mereka meminta izin kepada penghuni
tersebut dengan beragam bentuk penghormatan dengan memberikan
sesaji, meminta izin lewat dengan lisan, membunyikan klakson dan
sebagainya. Padahal Rasulullah mengajarkan kita meminta hanya
kepada Allah saja. Firman Allah:
َّ َ ُ ُ َّ َّ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َّ َ
ُ السم ُيع ْال َعل
)36( يم ِ ِ و ِإما ينزغنك ِمن الش ٌيط ِان نزغ فاست ِعذ ِبالل ِه ِإنه هو
“dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka
mohonlah perlindungan kepada Allah.”. (QS. Fushilat/41: 36)
Do’a yang di ajarkan Rasulullah adalah sebagai berikut:
216
َ ُ َ َْ َ ََ َ َ ْ َّ َّ َ ُ ُ َ َ َ َّ ُ ً ْ َ َ َ َ ْ َ
ض َّر ُه ش ْيء َح ٌَّتى ِ أعوذ ِبك ِل َم:ال
ِ ات الل ِه الت َّام
لم ي،ات ِمن ش ِر ما خلق " من نزل من ِزَل ثم ق
َ َ َ َ َ ْ َ
»ٌ «هذا ح ِديث ح َسن ص ِحيح غ ِريب:" َي ْرت ِح َل ِم ْن َمن ِ ِزل ِه ذ ِلك
َ َ َ
250
HR. Tirmidzi No. 3437, beliau mengatakan hadits ini hasan
217
”Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim
tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang
itu pemerintahan (kekuasaan) ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku
ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya
dapat menghidupkan dan mematikan".Ibrahim berkata: "Sesungguhnya
Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari
barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Maksudnya raja Namrudz dengan menghidupkan ialah membiarkan
manusia hidup, dan yang dimaksudnya dengan mematikan ialah
membunuh. Perkataan itu untuk mengejek Nabi Ibrahim a.s.
Membunuh dan membiarkan adalah usaha manusia, adapun
menentukan hidup dan mati hanyalah Allah.
4) Memberikan Rizki
Yang dianggap syirik adalah jika meyakini bahwa ada yang
menentukan rizki selain Allah, ada pencipta selain Allah, dan ada yang
mengatur alam semesta selain Allah. Jadi dianggap seseorang disebut
bertauhid jika meyakini bahwa tidak ada pencipta, pemberi rizki dan
pengatur alam semesta selain Allah.Bahwasanya Dia adalah Pemberi
rizki bagi setiap manusia, binatang, Jin dan makhluk lainnya.Firman
Allah:
َأ َّ َّ َ ُ َ َّ َّ ُ ُ أ
َ -٥٨- اق ذو ال ُق َّو ِة اَل ِت ُين ِإن الله ُو الرز
”Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh”. (QS. A-Dzariyat/: 58)
b. Syirik dalam Uluhiyah
Tauhid atau mengesakan Allah dalam hal Rububiyah secara fitrah
dimiliki oleh semua manusia. Tauhid rububiyah mestinya akan melahirkan
tauhid uluhiyah dalam bentuk ketaatan, ketundukan dan kepasrahan hanya
kepada Allah. Fitrah manusia tetap bertauhid termaktub dalam firman-Nya:
َ َّ َ ً أ َ َ َّ َّ َ َ َ َّ َ َ َ أ َ َ َ أ َ َ أ ََ
َيل ِلخل ِق الل ِه ذ ِل َك فأ ِق أم َو أج َه َك ِل ِلد ِين ح ِنيفا ِفطرة الل ِه ال ِتي فطر الناس عليها َل تب ِد
َ َ َ َّ َ َ ُ أ َ ُ َ َ َّ َ أ
َ -٣٠- اس َل َي أعل ُمون
ِ ا ِلدين الق ِيم ول ِكن أكثر الن
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum/30: 30)
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama
tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Perhatikanlah firman
218
Allah berikut ini, manusia dikala tertimpa musibah yang akan mengancam
dirinya, secara fitrah mereka akan menyeru berdo’a hanya kepada-Nya:
ََ
ْ ُض َّل ُ َمن ُتَ ٌْ ُعونَ ُإِالَّ ُإِيَّاهُ ُفل َّما ُنَجَّا ُك ْم ُإِلَى ْ ُِْالضُُّرُّ ُف
ْ َوإِ َذا ُ َم َّس ُك ُم
ُُالبَرِّ ُأَ ْع َرضْ تُ ْم َ ُالبَحْ ِر
-٦٧-ًُانُ َكفُورا ُ ُاإل ْن َس
ِ ََو َكان
” dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa
yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke
daratan, kamu berpaling.dan manusia itu adalah selalu tidak berterima
kasih.”251
Adapun maksud dari syirik dalam hal Uluhiyah adalah menyamakan
sesuatu atau seseorang dalam kelayakan disembah dan ditaati yang
menjadi kekhususan Allah seperti, shalat, puasa, nazar, dan menyembelih
kurban untuk selain Allah.Jenis ini secara umum disebut syirik.Bentuknya
juga beragam di masing-masing tempat.Jadi syirik dalam Uluhiyah berkaitan
dengan bentuk peribadatan manusia kepada selain Allah. Berikut ini akan
penulis jelaskan beberapa bentuk-bentuk kesyirikan dalam tauhid Uluhah:
1) Al-Istighatsah atau Berdo’a kepada selain Allah
Di bawah ini beberapa dalil yang menjelaskan tentang larangan
berdo’a kepada selain Allah:
َّ ً َ َ َ أ ُ َو َََل َت أد ُع من ُدون الله َما ََل َي َنف ُع َك َو ََل َي
- ض ُّر َك ف ِإن ف َعل َت ف ِإ َّن َك ِإذا ِم َن الظ ِ ِاَل َين ِ ِ ِ
َ -١٠٦
Artinya: “ dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain
Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka
Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang yang zalim".
(QS. Yunus/10: 106)
َ َّ َ َ َ َّ َّ ً َّ َ أ َ ً َ َ أ ُ ُ َ أ َ َ
ين ت أع ُب ُدون ِمن ُدو ِن الل ِه َل ِإ َّن َما ت أع ُب ُدون ِمن ُدو ِن الل ِه أوثانا وتخلقون ِإفكا ِإن ال ِذ
َ ُ َ َ ُ أ َّ َ
الله الر أز َق َو أ ُ ََأ ُ َ َ ُ أ أ ً َ أ
- اع ُب ُد ُوه َواشك ُروا ل ُه ِإل أي ِه ت أر َج ُعون ِ ِ ي َم ِلكون لكم ِرزقا فابتغوا ِعند
-١٧
Artinya: “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah
berhala, dan kamu membuat dusta[1146]. Sesungguhnya yang kamu
sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu;
Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya.hanya kepada- Nyalah kamu akan
dikembalikan”. (QS. Al-Ankabut/29: 17)
251
QS Al -Isra ayat 67. Lihat Pula hal yang senada dalam QS Yunus ayat 22
219
َ َ َ َّ ُ ُ أ ُ أ َ َّ َ َ َ ُ َ َ أ ُ ُّ َ َ َ أ َ ُ ُ أ ُ َ َ أ َ أ
ض أ ِإل ٌه َّم َع
ِ أمن ي ِجيب اَلضطر ِإذا دعاه ويك ِشَف السوء ويجعلكم خلفاء اْلر
ً َ َّ
َ يَل َّما َت َذ َّك ُر
-٦٢- ون الل ِه ق ِل
Artinya: “atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di
bumi[1104]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat
sedikitlah kamu mengingati(Nya)”. (QS. An-Naml /27: 62)
Syaikhul Islam252 berkata, “makna Al Istighatsah adalah thalabul
ghauts(meminta pertolongan) dalam rangka menghilangkan kesulitan,
seperti kata Al Istinshar –Nasr (meminta bantuan untuk dimenangkan),
dan kata Al Isti’anah yang bermakna thalabul ‘aun (meminta
pertolongan).
Ulama yang lain mengatakan, perbedaan antara kata istighatsah dan
do’a adalah: istighatsah tidak lain dalam rangka meminta diselamatkan
dari suatu musibah, sedangkan do’a maknanya lebih umum, sebab ia
mencakup permohonan selamat dari suatu musibah atau untuk
selainnya. Bentuk a’thaf (aneksasi) kata doa dalam kalimat َْا ْوي ْدعُو
terhadap kata istighasah dalam kalimat َ ا ْنيسْ تغِ يْثmerupakan ‘athaf
dari yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus. Jadi, antara
keduanya terdapat makna umum kepada yang bersifat khusus. Jadi,
antara keduanya terdapat makna umum dan makna khusus yang
muthlak; keduanya bertemu dalam satu titik namun doa lebih umum.
Artinya, setiap istighatsah adalah do’a dan bukan setiap doa adalah
istighatsah.
Berdoa ada dua macam, ada doa sebagai ibadah ada pula doa
sebagai permohonan. Berdo’a dalam artian sebagai ibadah merupakan
tanda kelemahan, ketundukan seorang hamba terhadap Khaliqnya.
Oleh karena itu orang yang tidak pernah berdo’a termasuk golongan
orang-orang yang sombong.Berdo’a yang berbentuk permohonan
adalah meminta sesuatu yang dapat berguna bagi orang yang berdoa,
berupa meraih manfaat atau meghilangkan mudharat.Diantara bentuk
berdo’a kepada selain Allah adalah berdoa kepada pohon, kepada wali
Allah baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal.
2) Isti’adzah
Di bawah ini dalil yang menjelaskan tentang larangan Isti’adzah
kepada selain Allah:
ً ُ وذو َن بر َجال م َن أالجن َف َز ُاد
ُ َُ َ َ َّ ُ َ َ َ ٌ َ أ
٦- وُ أم َر َُقا ِ ِ ِ ِِ ع ي نس
ِ ِ وأنه كان ِرجال ِمن-
اْل
252
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah
Kitab Tauhid),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal. 309
220
“dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia
meminta perlindungan[1523] kepada beberapa laki-laki di antara jin,
Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”.( QS.Al Jin
/72: 6)
Ayat tersebut mejelaskan tentang adanya di antara orang-orang
Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, maka mereka minta
perlindungan kepada jin yang mereka anggap Kuasa di tempat itu.Begitu
pula yang terjadi di orang-orang Indonesia, jika mereka melewati
tempat-tempat keramat mereka justru meminta izin melewati termpat
tersebut.
Isti’adzah adalah bernaung dan berlindung. Untuk itu Dzat yang
dimintai perlindungan disebut dengan Ma’adz dan Malja, karena orang
yang berlindung kepada Allah sungguh ia telah menjauh dari sesuatu
yang menyakitinya atau membinasakannya. Untuk menuju kepada
Tuhan dan Maha Pemilik dirinya, dia memohon penjagaan,
perlindungan, dan berteduh kepada-Nya.Ini hanyalah gambaran
saja.Mengapa demikian? Karena rasa bersandar kepada Allah,
berbentengkan Dia, merebahkan diri di hadapan-Nya, rasa butuh dan
merendah kepada-Nya yang memenuhi hati, tak mungkin terungkap
dengan kata.Demikian tutur Ibnu Qayyim.253
Ibnu Katsir, Isti’adzah yaitu berlindung kepada Allah dan
mendekatkan diri di sisi-Nya agar terhindar dari kejahatan segala
penjahat. Al-Iyadz adalah untuk menolak keburukan, sedangkan Al
Liyadz adalah untuk meminta kebaikan.
Istiadzah termasuk bentuk dari tauhid ibadah (uluhiyah), hanya
ditunjukkan kepada Allah saja. Jika mengarahkan istiadzah kepada
selain Allah, maka ia menjadikan selain Allah sebagai sekutu dalam
beribadah kepada-Nya.
Ibnu Katsir254 menjelaskan dalam tafsirnya surat Al Jin ayat 6
tentang perkataan Jin: kami (para Jin) melihat bahwa kami mempunyai
kelebihan atas manusia, karena mereka selalu meminta perlindungan
kepada kami disaat mereka singgah di suatu lebah atau tempat yang
menakutkan, seperti misalnya Padang Sahara dan lain-lain,
sebagaimana yang menjadi kebiasaan bangsa Arab pada masa Jahiliyyah
yang melindungkan diri mereka pada “penguasa jin” disuatu tempat
tertentu agar ia tidak menimpakan malapetaka kepada mereka.
Sebagaimana jika salah seorang di antara mereka memasuki daeerah
musuh di samping seorang yang besar.Ketika jin-jin itu mengetahui
bahwa manusia melindungkan diri kepada mereka karena rasa takut
253
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah
Kitab Tauhid),(Jakarta: Pustaka Azzam: 2011), hal. 299
254
Abdullah bin Muhammad bin Abudrrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Juz 10.
(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2012), hal. 115
221
manusia kepada mereka, maka merekapun semakin menambah rasa
takut dan lebih sungguh-sungguh dalam melindungkan diri kepada
mereka.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Qatadah
ُ
:“()فزادو ُه ْمرهقاmaka jinn-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan,”yakni dosa. Dan demikianlah jin akan semakin berani
melawan mereka.
Dahulu laki-laki Arab jika sedang berada di lembah pada sore hari,
ketika ia merasa sunyi dan takut, ia berkata, “aku berlindung kepada
penguasa lembah ini dari pengikut-pengikutnta yang bodoh”. Yang ia
maksudkan adalah pembbesar jin. Para ulama bersepakat, bahwa tidak
boleh hukumnya beristia’dzah kepada selain Allah.
3) Bernadzar kepada selain Allah
ً َ َ َ ً ُ ُ َن َّ أ َ َ َ ُ َن َ أ
٧- ان ش ُّر ُه ُم أس َت ِطيرايوفو ِبالنذ ِر ويخافو يوما ك-
“mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya
merata di mana-mana”. (QS. Al Insan/76: 7)
َ لظاَل َين م أن َأ
َّ َ َ ُ ُ َ َّ أ َ َّ َ َ أ ُ َ َ َّ َ َ َ أ ََُ َ َأ
- نصار ِ ِ ِ وما أنفقتم ِمن نفقة أو نذ أرتم ِمن نذر ف ِإن الله يعلمه وما ِل
َ -٢٧٠
“apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan,
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. orang-orang yang berbuat
zalim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS Al-Baqarah/2: 270)
Nadzar yaitu janji untuk melakukan sesuatu kebaktian terhadap
Allah s.w.t. untuk mendekatkan diri kepada-Nya baik dengan syarat
ataupun tidak. Adalah berniat dan berjanji akan melaksanakan sesuatu
yang dikaitkan dengan sesuatu yang diharapkan, misalnya apabila
sembuh dari sakit atau lulus ujian seseorang akan puasa 3 hari atau
bersedekah. Maka hukum nazar untuk hal-hal yang diridhai Allah adalah
wajib ditunaikan apabila keinginannya tercapai dan memberikan pujian
kepada orang yang telah melaksanakannya karena taat kepada Allah
dan menepati apa yang dia janjikan dalam rangkan bertaqarub kepada
Allah swt. Memenuhi nazar sebagai bukti keimanan seseorang karena ia
takut akan suatu hari menerima azabnyajika tida ditunaikan.
Di dalam nadzar berati ada tiga hal yaitu niat (keinginan), hal yang
dijanjikan dan menunaikan janjinya. Ketiganya harus diridhai oleh Allah,
jika tidak maka haram hukumnya. Sebagai contoh seseorang yang
berniat akan membunuh orang tanpa alasan syar’i, maka jika tercapai ia
akan memberikan makanan gratis kepada fakir miskin. Atau seseorang
yang memiliki keinginan lulus dari ujian dan ia berjanji memberikan
sesaji kepada dukun.Jadi antara niat dan janjinya adalah diridhai Allah.
222
Adapun nadzar dalam rangka kemaksiatan dan hal-hal yang
diharamkan adalah haram ditunaikan. Syaikhul Islam rahimahullah
berkata :”adapun nazar kepada selain Allah seperti nazar kepada
patung, bulan, kuburan dan lain sebagainya, itu bagaikan bersumpah
dengan selain Allah berupamakhluk. Sedangkan orang yang bersumpah
dengan makhluk, tidak wajib atasnya menepati sumpahnya dan tidak
pula membayar kafarat.Begitu pula orang yang bernazar karena
makhluk, karena keduanya adalah syirik. Sedangkan syirik tidak ada
kehormatan baginya.255para ulama telah sepakat atas haramnya nazar
dalam masiat.
4) Berqurban Binatang kepada selain Allah
َ َ َ َ َ َ أ َ ص ََل ِتي َو ُن ُس ِكي َو َم أح َي
َ ُق أل إ َّن
َل ش ِر-١٦٢- اي َو َم َما ِتي ِلل ِه َر ِب ال َع ِاَل َين
يك ل ُه َو ِبذ ِل َك ِ
َ أ ُ ُ أ ُ َ َ َ أ َ َّ ُل أ
َ -١٦٣- أ ِمرت وأنا أو اَلس ِل ِمين
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu
bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
(QS. Al An’am/6 : 162-163)
Ibnu Katsir berkata, : “Allah menyuruh supaya Muhammad memberi
kabar kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah dan
menyembelih karenanya (bukan atas nama-Nya), agar dia memurnikan
shalat dan sembelihannya untuk Allah, karena orang-orang musyrik
menyembah patung-patung dan dan menyembelih karenanya. Maka
Allah menyuruhnya supaya beliau berselisih dan berpaling dari apa yang
mereka lakukan dan memusatkan tujuan, niat, dan kehendak untuk
tulus karena Allah ta’ala.”256
Berqurban adalah salah satu bentuk taqarub ilallah dan hanya
ditunjukkan kepada Allah saja. Oleh karena itu jika ada berqurban bukan
karena Allah maka termasuk syirik. Pada surat Al-An’am ayat 162
tersebut menjelaskan bahwa Allah menyuruh hamba-hamba-Nya
supaya beribadah yaitu dengan bertaqarrub kepada-Nya melalui
sembelihan, sebagaimana Allah menyuruh menyuruh beribadah dengan
menjalankan shalat dan macam-macam ibadah lainnya.Karena Allah
Ta’ala menyuruh mereka supaya mengikhlaskan seluruh ibadah kepada-
Nya bukan kepada selain-Nya.Jika mereka bertaqarub kepada selain
Allah dengan sembelihan atau macam ibadah lainnya, maka mereka
telah menjadikan sekutu bagi Allah dalam ibadah.
255
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah Kitab
Tauhid),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal. 290
256
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah Kitab
Tauhid)(Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal. 261
223
Berdasarkan penjelasan ini, jika seseorang melakukan
penyembelihan bukan karena Allah berati hukumnya haram, walaupun
menyembihnya dengan menyebut nama Allah. Misalnya jika seseorang
membeli tanah atau membangunnya, mereka akan menyembelih suatu
sembelihan karena takut kalau mereka akan terkena musibah dri jin.
5) Berpuasa kepada selain Allah
Ada sebagian manusia yang berpuasa selama empat puluh hari
empat puluh malam untuk memperoleh kesaktian. Berpuasa dengan
meninggalkan makanan-makanan tertentu untuk memperoleh
keutamaan tertentu atau disebut dengan puasa mutih.
c. Syirik dalam Asma Washifat
Maksudnya, menyamakan sesuatu atau seseorang dengan Allah dalam
nama dan sifat yang menjadi kekhususan Allah. Jenis ini biasanya juga
disebut tamtsil (penyerupaan).Hal ini merupakan penyelewengan terhadap
tauhid asma wa shifat.
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa penyelewengan yang dimaksud adalah
dengan membantah atau mengingkarinya, atau membantah maknanya dan
menta’thilkannya, atau menyimpangkannya dari kebenaran dan
mengeluarkannya dari yang hak dengan penafsiran-penafsiran yang salah;
atau menjadikannya asma ini untuk makhluk seperti penyelewengan ahli
ittihad (pantheisme) yang menjadikan asma tersebut sebagai nama-nama
alam ini baik yang terpuji atau yang tercela, sehingga tokoh mereka
mengatakan, ‘Dia yang mempunyai nama dengan makna segala nama yang
terpuji secara akal, syara dan adat; dan dengan segala nama yang tercela
secara akal, syara’ dan adat.’ Maha suci Allah dari apa yang mereka katakan
dengan setinggi-tinggi-Nya dan sebesar-besar-Nya.”257
D. BENTUK-BENTUK SYIRIK
1. Tathayyur
Ada beberapa dalil yang berkaitan tentang Tathayyur baik dari Al Qur’an
maupun Hadis Rasulullah SAW:
224
besertanya. ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah
ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.
258
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini juga ada hadits dari Abu Hurairah, Habis At Tamimi,
'Aisyah, Ibnu Umar dan Sa'd. Hadits ini derajatnya hasah shahih, kami tidak mengetahuinya kecuali dari
hadits Salamah bin Kuhail. [Syu'bah] juga meriwayatkan dari [Salamah] dengan hadits yang sama. Ia
berkata, "Aku mendengar Muhammad bin Isma'il berkata, "Sulaiman bin Harb berkata tentang hadits
ini, 'dan bukan dari kita, justru Allah akan menghilangkan thiyyarah (pesimis) itu dengan bertawakkal
kepada-Nya', Sulaiman berkata, "Ini menurut pendapatku, adalah perkataan Abdullah bin Mas'ud "dan
tidaklah (thiyyarah) dari ajaran kami."
259
Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasan shahih."
260
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan,PengantarStudi Aqida Islam. (Jakarta :
Robbani Pres, 1998), hal. 267
225
dari arah belakang mereka menyebutnya Mu’id. Sebagia mereka menjadikan
Barih sebagai tanda pesimis dan Sanin sebagai berkah.Sebagian mereka
melakukan sebaliknya.
Jadi batasan definitif bagi istilah tathayyur atau thiyarah adalah kebiasaan
merasa pesimis dengan tanda-tanda tertentu dari burung, binatang-binatang
tertentu, warna, individu, hari dan bulan tertentu serta lainnya, dengan mana
ia menolak melakukan sesuatu atau melakukannya. Syaikh Abdurrahman Hasan
Alu Syikh261 mengatakan bahwa thiyyarah termasuk syirik yang menafikan
kesempurnaan tauhid, karena ia berasal dari apa yang disampaikan syetan
berupa godaan dan bisikannya.
“dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak ada ‘adwa (keyakinan adanya penularan penyakit)
tidak ada shafar (menganggap bulan shafar sebagai bulan haram atau
keramat) dan tidak pula hammah (keyakinan jahiliyah tentang
rengkarnasi)."(HR. Muslim no. 5328)
Beberapa contoh thiyarah di masyarakat Indonesia.
Semua ini adalah bentuk tathayyur syirik, harus dijauhi oleh seorang
muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
261
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah
Kitab Tauhid),(Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal. 573
262
(HR. Abu Dawud no. 3910, lihat al-Qaulul Mufid)
226
Pengharaman Thiyarah didasarrkan pada beberapa hal:
2. Tamimah
Kata Tama’im adalah bentuk jamak dari Tamimah, yaitu sesuatu yang
dikalungkan ke leher atau bagian dari ubuh seseorang yang bertujuan
mendatangkan manfaat atau menolak mudharat, baik kandunagn jimat itu
adalah Al-Qur’an, atau benang atau kulit atau kerikil dan semacamnya.Orang-
orang Aarab biasa menggunakan jimat bagi anak-anak mereka sebagai
perlindungan dari sihir dan guna-guna dan semacamnya.264
263
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan,PengantarStudi Aqida Islam. (Jakarta :
Robbani Pres, 1998), hal. 270
264
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan,PengantarStudi Aqida Islam. (Jakarta :
Robbani Pres, 1998), hal. 270
265
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah
Kitab Tauhid), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal.229
227
Ketahuilah bahwa para ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in serta
setelahnya berbeda pendapat dalam hal boleh tidaknya memakai tamimah
yang terbuat dari Al-Qur’an, asma Allah, dan sifat-sifat-Nya.Sebagian mereka
memperbolehkan, yaitu Abdullah bin Amr bin Al- Ash266, dan itu adalah riwayat
Aisyah yang zhahir. Ini pula pendapat Abu Ja’far Al Baqir dan Ahmad dalam
suatu riwayat dari beliau.Mereka memahami hadis tamimah, bahwa yang
dimaksud adalah tamimah yang didalamnya terdapat unsur syirik.
266
Riwayat tentang itu adalah lemah dan tidak menunjukkan pada permaslahan ini.
267
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah
Kitab Tauhid), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal.230
268
HR Abu Daud Bab 22 tentang Pengobatan No 3385
228
Ia adalah sesuatu yang dibuat untuk membuat suami/seorang lelaki
mencintai istrinya/seorang wanita atau sebaliknya.
4. Jampi-jampi/Mantra
a. Mengeluarkan sihir dari seseorang yang terkena sihir dengan sihir yang
sama. Ini hukumnya haram dan pelakunya dinyatakan kafir dengan tingkat
kafir kecil. Inilah, misalnya yang dikatakan oleh al Hasan: “sihir itu tidak
dikeluarkan kecualai oleh penyihir”. Ini dilakukan dengan cara pelaku
Nusyrah (yang melakukan pengobatan) dan orangg yang terkena Nusyrah
kepada syetan dengan melakukan apa yang disenangi sehingga syetan itu
membatalkan aksinya pada diri orang tersebut.
b. Mengeluarkan sihir dari seseorang dengan doa dan jampi yang dibolehkan
dan terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah. Ini hukumnya mubah atau
boleh.
229
b. Menggunakan bahasa Arab dan dimengerti maknanya
c. Diyakini hanya semata-mata sebagai sebab, tidak bisa berpengaruh selain
dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Fathul Majid)
5. Perdukunan
269
Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syikh,Terjemahan Edisi Indonesia Fathul Majid (syarah
Kitab Tauhid), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal.550
230
berkata: “Barangsiapa mendatangi dukun dan bertanya sesuatu, tidak akan
diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata:
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat
orang yang melaknat (mencerca) dua orang tuanya.Allah melaknat orang yang
melindungi pelaku pelanggaran syar’i.Dan Allah melaknat orang yang
mengubah-ubah batas tanah.” (HR. Muslim)
231
Di sebagian tempat ada sebuah tradisi penyembelihan ketika ada
pernikahan.Kedua mempelai diperintahkan untuk menginjakkan kedua kaki
mereka di darah sembelihan tersebut sebelum memasuki rumahnya.
7. Kesyirikan di Kuburan
232
“Barangsiapa melihat kemungkaran hendaknya dia ubah dengan tangannya.
Jika tidak mampu, dengan lisannya.Jika tidak mampu juga maka dengan
hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) (Lihat Ma’ariful
Qabul, Ighatsatul Lahafan, Tahdzirul Muslimin)
Seorang muslim tidak boleh mencari berkah dengan diri seseorang yang
dianggap shalih, baik ludah, rambut maupun bagian tubuh lainnya. Hal ini
berdasarkan beberapa alasan.
9. Sihir
Sihir adalah satu amalan kufur yang harus dijauhi oleh seorang muslim.
Seseorang yang belajar dan mengajarkan sihir telah terjatuh dalam kekufuran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya setan-setan
itulah yang kafir (mengerjakan sihir).Mereka mengajarkan sihir kepada
manuria.” (Al-Baqarah: 102) (Lihat Ma’arijul Qabul hlm. 407-411)
233
Di sebagian kalangan di negeri kita masih saja melestarikan budaya
sesajian. Pada waktu tertentu, ada yang menaruh sesaji berupa kepala
kerbau.Ada pula yang dengan tumbal yang dilarung di laut atau telaga.Semua
ini masih terus lestari.Padahal kalau ditinjau ritual sesaji ini adalah ritual syirik.
Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah berikut ini. Hanya karena sesajinya
berupa seekor lalat, membuat ia masuk neraka. Sebaliknya ada yang enggan
untuk sesaji sampai ia dipenggal lehernya, malah membuatnya masuk surga.
Berikut kisah dua orang orang yang masuk neraka karena lalat dan
masuk surga juga karena lalat. Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan)
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Ada seorang
lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang
masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana
hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?”Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki
yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorangpun yang
diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban
(memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan
kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.”Ia pun menjawab,
“Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan,
“Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.”Ia pun berkorban dengan
seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan
meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga
memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah.”Ia menjawab,
“Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.”
Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya.Karena itulah, ia masuk surga.”
234
terjadinya syirik manusia karena jauhnya umat manusia dari ajaran Rasul dan
tidak berpegang teguh kepada Kitabullah.
2. Syetan senantiasa Menyesatkan manusia
Kesesatan manusia dikarenakan syetan sudah berjanji akan menyesatkan
manusia dengan segala cara dan dari segala arah. Sebagaimana firman Allah
swt:
ََأ َ َ َ َ َأ َ ُ
ث َّم ْل ِت َي َّن ُهم ِمن َب أي ِن أ أي ِد ِيه أم َو ِم أن خل ِف ِه أم َو َع أن أ أي َم ِان ِه أم َو َعن ش َمآ ِئ ِل ِه أم َو ََل ت ِج ُد أكث َر ُُ أم
َ -١٧- ين َ َشاكر
ِ ِ
Artinya: “kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak
akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”.(QS. Al-‘Araf /7:
17
ً ً َ َ َ ُ ُ َّ أ َ ُ َ ُ َّ ُ أ
َ -٦٠- ضَلَل َب ِعيدا وي ِريد الشيطان أن ي ِضلهم
Artinya:”…syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa/4: 60)
235
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Al-Baqarah/2: 170).
6. Jahil
Kebodohan terhadap akidah shahihah, karena tidak mau (enggan) mempelajari
dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga
tumbuh suatu generasi yang tidak mengenal akidah shahihah dan juga
mengetahui lawan atau kebalikannya. Sehingga mereka meyakini yang hak
sebagai suatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. 270
َُ فإِنََّ صَلت ُك َْم ت ْبلُ ُغنِي حي، ََّ وصلُّوا علي، وَلَ تجْ علُوا قب ِْري عِ يدا، َلَ تجْ علُوا ُبيُوت ُك َْم قُبُورا
َْث ُك ْن ُت ْم
“jangan jadikan rumah kalian sebagai kuburan, dan jangan jadikan kuburanku
sebagai Id, bershalawatlah kepadaku karena shalawat kalian akan sampai
kepadaku dimanapun engkau berada”271
1. Jangan menjadikan rumah sebagai kuburan
Syaikhul Islam berkata, “Yakni jangan kosongkan dari shalat, berdo’a dan
membaca Al-Qur’an di dalamnya, karena hal ini menjadikan kedudukannya
sama degan kuburan. Jadi, beliau SAW memerintahkan agar berupaya untuk
selalu melakukan ibadah di rumah-rumah dan sebaliknya beliau melarang keras
melakukan hal yang sama terhadap kuburan, yaitu harus melakukan kebalikan
dari apa yangdilakukan oleh kaum musyrikin, dari kalangan Nasrani ataupun
orang-orang yang menyerupai mereka dari umat ini”.
2. Memuji seseorang berlebihan
Rasulullah Saw. Tidak suka jika mereka mengarahkan pujian kepada
beliau karena dapat menjerumuskan mereka kepada sikap berlebih-lebihan
terhadapnya. Beliau menjelaskan bahwa memuji seseorang termasuk
perbuatan syetan, walaupun orang yang dipuji memang begitu adanya, karena
270
Shalib Bin Fauzan Bin Abdullah al-Fauzan, Kitab tauhid Jilid 1, Jakarta: Darul Haq, 2008,
hal 9-12
271
HR Abu Daud dengan sanad hasan dan para perawinya tsiqah
236
sifat suka memuji akan menyebabkan bangga diri orang yang dipuji, dan itu
dapat menafikan tauhid. 272
3. Tidak memakai Kebesaran selendang Allah
Jika seorang hamba telah memurnikan ketundukan dan kecintaan
kepada Allah, maka murni dan benarlah amalannya. Tetapi jika ia
mencampurinya dengan sikap yang dapat menodainya, maka derajat
penghambaannya dapat berkurang dan rusak. Barang siapa yang merasa besar
dengan pujiannya dan bangga dengannya, maka ia telah menafikan
penghambaan khusus.
ُ َ أ َ أ َّ َّ َ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ أ َ ُ َ أ
صلى الل ُه َعل أي ِه َو َسل َم َي ُقو ُل الل ُه ُس أب َحان ُه ال ِك أب ِرَي ُاء ِر َدا ِئي َوال َعظ َمة َعن أ ِبي ُريرة قال قال رسول الل ِه
َ َأ َ
َِإ َز ِاري َم أن ن َاز َع ِني َو ِاح ًدا ِم أن ُه َما ألق أي ُت ُه ِفي َج َه َّن َم
“dari [Abu Hurairah] dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah Subhanahu berfirman: 'Kesombongan adalah pakaian-Ku, dan
kebesaran adalah selendang-Ku, siapa saja yang mencabut salah satu dari
keduanya dari-Ku, maka akan Aku lemparkan ia ke neraka Jahannam." 273
4. Memurnikan ketauhidan
Tauhid adalah sesuatu yang paling lembut, paling jelas, paling bersih dan
paling jernih dari yang lain, dan sesuatu yang paling rendah akan mengotori
dan menodainya. Tauhid dapat dikotori oleh perkataan, perbuatan dan
syahwat yang lembut. Jika pemilik kain itu cepat-cepat membasuhnya, maka
noda itu akan hilang, tetapi jika ia membiarkannya maka akan menjadi suatu
kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan. 274
5. Tidak menjadikan kuburan sebagai ‘Id
Kata al-‘Id diambil dari kata al-mu’awadah dan al-I’tiyad. Jika berupa
ismu maka, ‘kata keteranga tempat maka artinya adalah tempat yang dituju
untuk berkumpul dan dijadikan tempat ibadah atau untuk tujuan lain, seperti
Masjidill Haram, Mina Muzdalifah, Arafah dan masy’ar-mas’ar (tempat-tempat
syiar) yang telah Allah jadikan sebagai ‘id dan tempat berkumpul bagi orang-
orang yang beraqidah lurus, sebagaimana Allah telah mmejadikan hari-hari
peribadahan di dalamnya sebagai ‘id.
Sedangkan menjadikan kuburan sebagai ‘id merupakan perbuatan kaum
musyrikin sebelum datangnya Islam dan perbuatan ini dilarang keras oleh
Rasulullah saw.275 Rasulullah pernah melarang para sahabat berziarah kubur
dalam rangka menutup jalan menuju kesyirikan. Dan tatkala ketauhidan telah
menancap kokoh dalam hati mereka, beliau pun mengizinkan mereka ziarah
dengan tuntunan yang beliau ajarkan.
272
Tim penyusun buku UMM, Aqidah dan Ibadah, (Malang: UMM Press, 2012), hal. 149
273
HR. Ibnu Majah dalam sofware kitab 9 Imam Hadits No. 4164
274
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Al Fawa’id, Darul Aqidah cet. 1 2004 hal. 186
275
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ighatsatul Lahfan, (Solo: Al-Qowam, 2011), hal. 243
237