Anda di halaman 1dari 18

GAMBARAN ASUPAN ENERGI, LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP

STATUS GIZI LEBIH PADA ANAK SD DI SEKOLAH DASAR 02 LAMBUYA

OLEH

TRIANINDY

P00331019065

PRODI DIII

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN GIZI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki

fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

segi bidang serta aktif dan tidak tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru

disekolah menyebabkan waktu makan tidak teratur bahkan frekuensi makan menjadi

berkurang (Moehji, 2003). Gizi anak sekolah dasar perlu diperhatikan karena anak saat ini

memerlukan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

Gizi lebih merupakan kondisi adanya berat badan melebihi berat badan normal dan

kelebihan lemak tubuh. Sehingga berat badan jauh diatas normal. Kelebihan berat badan yang

terjadi akibat asupan energi yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan energi yang

dikeluarkan disebut kondisi lebih (Kemenkes, 2012). Gizi lebih dapat diterima oleh semua

kelompok umur dari mulai bayi, anak-anak, hingga dewasa sampai lansia (brown, 2011).

Pada anak sekolah dasar gizi lebih menjadi masalah yang serius karena dapat berlanjut

hingga dewasa (Crowle & Turner, 2010). Klasifikasi gizi lebih pada anak sekolah dasar (6-12

tahun) dapat dibagi menjadi tingkatan berdasarkan pengukiran Indeks Massa Tubuh menurut

umur (IMT/U), yaitu gemuk (> 1 s/d 2 SD) dan sangat gemuk (>2 SD) (WHO,2005).

Pada abad ke-21, gizi lebih pada anak disebut sebagai salah satu tantangan kesehatan

masyarakat paling serius didunia (WHO, 2016). Berdasarkan data Obesity Rates and Treds

(2015), prevalensi gizi pada anak usia 6-11 tahun di dunia mencapai 5%. Berdasarkan data

Authoritative Information and Statistics to Promote Better Health and Wellbeing (AIHW)

tahun 2008. Prevalensi gizi lebih di Australia pada ana \k umur 6 – 11 tahun adalah 23%,

17% di antaranya termasuk gizi gemuk dan 6% termasuk gizi sangat gemuk. Gizi lebih
cenderung lebih meningkat di negara berkembang, seperti di malaysia, prevalensi gizi lebih

pada anak dengan umur 6 – 12 tahun meningkat dari tahun 2002, yaitu 20,7% dan tahun 2008

sebesar 26,4% (Ismail, dkk. 2009). Selain itu, berdasarkan tingkat sosial ekonomi, terdapat

kecenderungann peningkatan pada anak dengan status sosial ekonomi yang rendah (Eagle,

2016)

Secara global terjadi peningkatan prevalelensi obesitas pada anak yang mulanya

sebesar 4,2% pada tahun 1990 dan meningkat menjadi 6,7% pada tahun 2010 yang diprediksi

pada tahun 2020 akan mencapai angka 9,1% atau sebesar 60 juta. Berdasarkan data riset

kesehatan pada tahun 2013, prevalensi gemuk secara nasional di indonesia adalah 11,9%,

yang menunjukan terjadi penurunan dari 14,0% pada tahun 2010 (Riskesdas, 2013). Secara

nasional masalah gemuk pada anak usia sekolah (5-12 tahun) masih tinggi yaitu 18,8%,

terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. (Riskesdas 2018). Berdasarkan

data profil kesehatan 2016 gizi lebiih disulawesi tenggara berada pada posisi ke 14 dari 33

provinsi dengan hasil presentase 1,3% dimana gizi baik tertinggi terdapat di kabupaten

wakatobi yakni sebesar 94,40% dan terenda dibuton yaitu sebesar 64,1%. Berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2013, nilai tertinggi gizi baik adalah provinsi sulawesi tenggara yaitu 72,2%,

gizi kurang sebesar 15,9%, gizi buruk sebesar 8,0%, dan gizi lebih sebesar 11,6%.

Kecenderungan peningkatan prevalensi gizi lebih terjadi pada masyarakat dengan

status sosial ekonomi yang rendah (Eagle, 2016). Di indonesia, data mengenai gizi lebih pada

anak sekolah dasar dilingkungan keluarga yang memiliki status sosial ekonomi rendah masih

terbatas. Meskipun ada beberapa penelitian yang terkait, seperti yang dilakukan oleh (Isbach

dkk., 2013) pada anak jalanan (kelompok sosial ekomi rendah) yang menunjukan bahwa

9,2% anak dengan umur 10-12 tahun termasuk gizi lebih, dimana 7,2% anak termasuk gizi

gemuk dan 2,0% termasuk gizi sangat gemuk.


Masalah gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat di

negara- negara berkembang termasuk indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang

ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan

perilaku untuk meningkatkan keadaan gizinya.

salah satu kelompok umur yang beresiko terjadinya gizi lebih maupun obesitas adalah

kelompok usia anak sekolah dasar. Gizi lebih maupun obesitas menjadi salah satu faktor

dimana terjadinya beberapa penyakit tertentu yang berakibat fatal dan serius bila tidak segera

ditangani secara dini.

Anak yang menderita gizi lebih memiliki resiko yang tinggi terhadap masalah

perkembangan fisik dan kesehatan mental. Gizi lebih pada anak sekolah dasar dapat beresiko

pada penyakit tidak menular, seperti metabolik (diabetes melitus tipe 2) dan degeneratif

(kardiovaskuler, penyakit jantung koroner, hipertensi) (Kemenkes, 2012 dan Oktrora, 2015).

Masalah lain yang dapat ditimbulkan akibat gizi lebih pada anak sekolah dasar adalah

gangguan pertumbuhan tungkai, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan

gangguan pernapasan lainnya (Kemenkes, 2012). Selain itu, masalah yang dapat dihadapi

adalah tindakan diskriminasi, sering menjadi bahan ejekan teman sebaya, dan cenderung

memiliki masalah kesehatan mental dibandingkan dengan anak yang mengalami penyakit

kronik lainnya (AIHW, 2008). Akibat janka panjang yang kemungkinan dialami anak

penderita gizi lebih adalah kondisi gizi lebih saat dewasa dan peningkatan status penyakit

degeneratif.

Kurangnya aktivitas fisik memberikan pengaruh besar terhadap kegemukan karena

berperan penting dalam pengaturan sistem tubuh dan penurunan resiko penyakit lain yang

disebabkan oleh gizi lebih. Asupan energi yang besar pada anak-anak mengonsumsi fast food

dan soft drink dalam jumlah yang banyak tanpa di imbangi dengan aktivitas fisik yang cukup

dapat menyebabkan terjadinya kegemukan. Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan sehingga kegemukan pada masa anak menybabkan semakin banyaknya

jumlah sel otot dan tulang rangka, sedangkan kegemukan pada orang dewasa hanya terjadi

pembesaran sel-sel saja sehingga kemungkinan penurunan berat badan ke normal akan lebih

mudah.

Penyebab utama masalah gizi lebih salah satunya adalah asupan makan. Pada

dasarnya makanan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang, namun dalam kasus gizi

lebih, hal ini berbeda. Karena dapat mempengaruhi kelebihan asupan kalori. Asupan kalori

yang tinggi disebabkan oleh meningkatnya asupan zat gizi makro, seperti karbohodrat, lemak

dan protein. Perbandingan kandungan energi dalam zat makro berbeda-beda, karbohidrat dan

protein mengandung 4 kilo kalori (Kkal) dalam 1 gramnya, sedangkan lemak mengandung 9

kilo kalori (Kkal) dalam 1 gram (Almatsier, 2010).

Asupan makan anak dapat dilihat dari jenis dan jumlah makanan. Jenis makanan yang

dikonsumsi anak biasanya dibentuk akibat preferensi atau pemilihan makanan. Menurut

Drewnowski & Specter (2004). Asupan energi dan asupan makan pada anak penderita gizi

lebih dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu aspek biologis, fisiologis, dan kebiasaan (Behavior).

Aspek biologis berdasarkan pemilihan rasa pada makanan manis dan tinggi lemak yang

dikontrol oleh system metabolik sentral, yaitu ketidakseimbngan pada hormon serotonin.

Pada aspek fisiologis adalah rangsangan dari indeks pada makanan tertantu, resistensi insulin

dan metabolisme adipose/lemak. Aspek kebiasaan timbul dari faktor psikologis, yaitu

kurangnya pengetahuan gizi, kerentanan terhadap sesuatu yang berlebihan, seperti tingginya

konsumsi makanan berlemak.

Jenis makanan yang dapat mempengaruhi kejadian gizi lebih pada anak adalah

makanan yang mengandung energi dan persen lemak yang tinggi, serta serat yang rendah,

sehinggah mempengaruhi kelebihan cadangan lemak dalam tubuh. Cadangan lemak tubuh
akibat asupan zat gizi lemak yang dikonsumsi akan lebih mudah disimpan dibandingkan

dengan zat gizi makro lainnya. Seperti karbohidrat dan protein (Davison and Birch, 2001).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumuasan masalah penelitian ini

adalah“Bagaimanakah Gambaran Asupan Energi, Lemak Dan Aktivitas Fisik

Terhadap Status Gizi Lebih Pada Anak Sekolah Dasar ? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran asupan energi, lemak dan aktivitas fisik terhadap

staatus gizi lebih pada anak sekolah dasar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi penderita gizi lebih berdasarkan jenis kelamin dan umur di

Sekolah Dasar

b. Mengidentifikasi penderita gizi lebih berdasarkan asupan makan (total asupan

energi dan total asupan lemak) di Sekolah Dasar

c. Mengidentifikasi penderita gizi lebih berdasarkan aktivitas fisik di Sekolah Dasar

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi

tentang gambaran asupan energi, lemak dan aktifitas fisik pada anak sekolah dasar

2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi bagi Instansi sekolah khususnya di Sekolah dasar Negeri

02 Lambuya

b. Bagi sekolah dasar Negeri 02 Lambuya memberikan gambaran dan masukan

tentang adanya gambaran asupan energi, lemak dan aktivitas fisik pada sekolah

dasar

c. Bagi peneliti sebagai masukan dalam menambah pengalaman dan ilmu

d. Bagi institusi sebagai bahan masukan bagi Institusi Poltekkes Kendari mengenai

gambaran asupan energi, lemak dan aktivitas fisik pada anak sekolah dasar
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Gizi Lebih atau Obestitas

1. Definisi gizi lebih

Gizi lebih atau obesitas adalah kelebihan berat badan pada seseorang yang

menunjukan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh, yang ditandai

dengan penigkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas normal. Kadaar lemak yang

terlalu tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Sesesorang dikatakan obesitas apabila besar jumlah sel lemak bertambah pada tubuh

seseorang atau berat seseorang lebih besar 20% dari berat normal yang sesuai dengan

berat badan dan usianya. Obesitas merupakan suatu kelainan yang kompleks

pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh faktor

biologi.

2. Klasifikasi Gizi Lebih

Status gizi lebih dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran BB (berat

badan) dan TB (tinggi badan) yang disajikan dalam bentuk IMT (Indeks Massa

Tubuh). Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, maupun dewasa.

Pada anak pengukurann IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan

umur terjadi perubahan komposisi dan densitas tubuh.

IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah perbandingan anatara berat badan dengan

tinggi badan kuadrat. Cara pengukurannya adalah bertama-tama diukur berat badan

dan tinggi badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :

Berat Badan(kg)
IMT ¿
Tinggi Badan ( meter ) ²
3. Penyebab gizi lebih atau obesitas

Ada banyak faktor yang faktor yang menjadikan seorang anak menjadi gizi lebih atau

obesitas, yaitu :

1. Asupan Makan

Asupan makan anak dapat dilihat dari jenis dan jumlah makanan. Jenis

makanan yang dikonsumsi anak biasanya dibentuk akibat preferensi atau pemilihan

makan. Menurut Drewnowski & Specter (2004), asupan energi dan pemilihan

makanan pada anak penderita gizi lebih dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu aspek

biologi, fisiologi, dan kebiaasaan (behavior). Aspek biologis berdasarkan

pemilihan rasa pada makanan manis dan tinggi lemak yang dikontrol oleh sistem

metabolik sentral, yaitu ketidakseimbangan pada hormon serotin. Pada aspek

fisiologi adalah rangsangan dari indeks pada makanan tertentu, resistensi insulin

dan metabolisme adipose/lemak. Aspek kebiasaan makan timbul dari faktor

psikkologis, yaitu kurangnya pengetahuan gizi, kerentanan terhadap sesuatu yang

berlebihan, seperti tingginya konsumsi makanan berlemak.

2. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik dapat mengimbangi pengeluaran energi dalam tubuh.

Sebaliknya, jika seseorang tidak lakukan aktivitas fisik pada anak termasuk salah

satu kebiasaan yang penting untuk membentuk kebiasaan gaya hidup sehat yang

akan berlanjut hingga remaja dan dewasa.

3. Kecenderungan Gizi Lebih di Perkotaan

Berdasarkan teori kerangka gizi lebih pada anak Davidson % Birch (2001),

pendekatan yang digunakan merupakan studi untuk melihat suatu kejadian secara
komperensif, bukan hanya individu, tetapi juga lingkungannyaa. Jika dilihat dari

gaya hidup sekarang, masyarakat telaah mengalami banyak transisi akibat

globalisasi, terutama dinegara berkembang seperti indonesia, diantaranya pada

pola asupan makan, dan aktifitas fisik (Ramachandran, dkk., 2012).

4. Perilaku sedentari

Perilaku sedentari menjadi salah satu pengaruh yang besar terhadap

kenaikan berat badan, kardiovaskuler, dan kejadian kematian dan kesakitan di

Amerika Serikat. The American Academy of Padiatrich merekomendasikan bahwa

anak tidak diperbolehkann untuk menonton televisi atau menatap layar komputer

lebih dari 2 jam (Brown, 2011). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan National

Longitudinal Survey of Youth (NLSY) tahun 2015 diperboleh bahwa terdaapt

hubungan yang kuta antara kebiasaan menonton televisi dengan kejadian gizi lebih.

4. Dampak Gizi Lebih

a. Hipertensi

Penambahan jaringan lemak meningkatnya aliran darah. Penigkatan kadar

insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkat volum darah.

b. Diabetem Melitus Tipe-2

Disbetes Mellitus Tipe-2 atau meningkatnya tekanan darah tinggi

merupakan suatu masalah penyebab utama dari gizi lebih sehingga lebih beresiko

untuk menderita penyakit jantung.

c. Gangguan Saluran Pernapasan

Umumnya papda penderita gizi lebih mengalami kesulitan dalam

gangguan pernapasan dan terkadang napas menjadi pendek. Hal ini disebabkan

oleh adanya penimbunan lemak disekitar dada dan leher sehingga mengalami

kesulitan dalam mengambil ataupun mengeluarkan udara untuk bernapas.


d. Peningkatan Asam Lambung

Pada gizi lebih juga bisa menyebabkan asam lambung naik. Hal ini

disebabkan oleh lemak yang menekan daerah lambung yang membuat asam

lambung manjadi naik.

e. Depresi

Depresi juga dampak dari gizi lebih atau obesitas, hal ini disebabkan oleh

perasaan rendah diri dan malu yang mendorong orang itu menjadi mudah stres dan

depresi.

f. Sakit punggung

Banyak pada penderita gizi lebih mengeluh sakit pada bagian punggung.

Hal ini disebabkan oleh penambahan beban tulang belakang oleh penumpukan

lemak.

g. Penyakit jantung

Gizi lebih dapat memicu terjadinya serangan jantung, hal ini dikarenakan

lemak yang berlebihan dapat menutupi pembuluh darah pada jantung sehingga

menjadi tersumbat

h. Gangguan Sistem Reproduksi

Gangguan Sistem Reprosuksi akan berpengaruh yaitu kesuburan yang

tergaanggu khususnya pada wanita. Hal ini disebabkan oleh ovarium yang

memproduksi sel telur tidak memungkinkan wanita untuk hamil, walaupun terjadi

pembuahan, maka janin akan sulit berkembang secara normal sehingga rentan

terjadi keguguran. Selalin itu, menstruasi pada wanita menjadi tidak teratur akibat

ketidakseimbangan hormon yang dipicu oleh obesitas.

i. Masalah kulit
Gizi lebih lebih memicu permasalahan pada kulit akibat beberapa faktor,

salah satunya ialah perubahan hormon. Selain itu, timbunan lemak berlebihan akan

membuat kulit lebih melebar yang akhirnya menciptakan garing-garis halus. Disisi

lain, lipatann lemak membuat jamur dan bakteri tumbuh suubur, dan ini bisa

memicu infeksi.

j. Osteoporosis

Saat mengalami obesitas atau gizi lebih beresiko terkena osteoporosis

(peradangan sendi) hal ini disebabkan oleh lemak yang tertimbun dalam tubh yang

menjadikan berat tubuh yang semakin bertambah berat atau tekanan pada lutut dan

pergelangan kaki.

5. Pencegahan Gizi Lebih

Langkah-langkah dalam mencegah gizi lebih atau obesitas, yaitu sebagai berikut :

a. Makan makanan pokok cukup 3 kali sehari, pagi, siang, dan menjelang malam,

secara teratur

b. Hindari konsumsi makanan cemilan, dan manisan sejenisnya

c. Usahakan jangan makan sebelum tidur

d. Perbanyak makan sayuran segar dan buah-buahan, hindari makanan siap saji

e. Sebaiknya menggunakan bahan makanan yang berkadar lemak rendah

f. Berolahraga secara teratur sehingga lemak dalam tubuh terbakar yang keluar

bersaam keringat

g. Kunyah makanan dengan baik sebelum ditelan

h. Hindari makanan yang mengandung garam atau kadar garam berlebihan karena

garam akan membantu tubuh menyimpan air dalam skala lebih besar sehingga

berat badan bertambah


i. Jangan konsumsi minuman beralkohol karena kadar gula dan kalori dalam alkohol

akan mempercepat kegemukan.

B. Kerangka Teori

Berdasarkan teori Davison & Birch (2001) mengenai kerangka penyebab terjadinya

gizi lebih pada anak terdapat faktor resiko utama meliputi asupan makan, aktivitas fisik dan

perilaku sedentari. Ketiga faktor resiko tersebut disebabkan oleh banyak faktor, yaitu

karakteristik anak, karakteristik keluarga dan pola asuh orang tua, serta lapisan terluar, yaitu

karakteristik masyarakat, sosial dan demografi.

Karakteristik dan faktor Pola asuh orang tua Karakteristik sosial


resiko pada anak
1. Pengetahuan gizi 1. Etnis dan budaya
1. Jenis kelamin 2. Status gizi orang 2. Lingkungan tempat
2. Asupan makan tua tinggal
3. Aktifitas fisik 3. Kebiasaan 3. Jenis makanan
4. Perilaku sedentari aktivitas yang terjangkau
5. Usia 4. Lingkungan 4. lingkungan
keluarga sekolah
5. Praktek pemberian 5. Sosial ekonomi
GIZI LEBIH

Gambar 1. Kerangka Modifikasi Davison & Birch (2001)

C. Kerangka Konsep

Usia

GIZI LEBIH
Lingkungan Asupan makan
sekolah
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

menggambarkan tentang asupan energi, lemak dan aktivitas fisik terhadapt status gizi lebih

pada anak sekolah dasar

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat : Di Sekolah Dasar Negeri 02 Lambuya

Waktu : penelitian ini dilakukan sesuai waktu yang akan ditentukan

C. Difinisi Operasional & Kriteria Objektif

1. Gizi Lebih

Kelebihan berat badan anak yang diukur berdasarkan nilai indeks massa tubuh

menurut umur, cara pengukurannya yaitu pengukuran antropometri dan alat yang

digunakan yaitu timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan mikrotoa dengan

ketelitian 0,1 cm.

2. Jenis kelamin

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis sejak lahir (Hangu, 2007).

Cara pengukuran menggunakan metode wawancara dan alat ukur yang digunakan

yaitu kuesioner.

3. Umur

Usia responden yang dihitung berdasarkan tahun lahir sampai saat wawancara, cara

pengukuran menggunakan metode wawancara dan alat ukura yang digunakan yaitu

kuesioner.

4. Total asupan energi


Rata-rata asupan energi yang diperoleh responden dari makanan dan minuman yang

dikonsumsi selama 2 hari (satu hari saat weekday dan satu hari saat weekend), cara

penguluran menggunakan metode wawancara dan alat ukur yang digunakan yaitu

lembar Food Recall 2x24 jam.

5. Persen lemak

Rata-rata konstribusi asupan lemak berdasarkan total asupan energi harian yang

dikonsumsi selama 2 hari (satu hari saat weekday dan satu hari saat weekend), cara

pengukuran menggunakan metode wawancara dan alat ukiraa yng digunakan yaitu

lembar Food Recall 2x24 jam.

D. Populasi dan Sampel

Populasipenelitian ini adalah siswa/siswi kelas 4 – 6 SD. Kelas 4 – 6 SD dipilih

sebagai populasi penelitian dikarenakan pada tingkatan tersebut mayoritas anak berumur 10-

12 tahun, dimana pada umur tersebut anak sudah dapat menentukan makanan serta minuman

apa saja yang ingin dikonsumsi, sudah tidak terlalu tergantung dengan keputusan orang tua

(Irianto, 2014).

Sampel penelitian ini adalah siswa siswi kelas 4 – 6 Sekolah Dasar. Pemilihan

sampel dilakukan dengan mempertimbangan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Siswa-siswi Sekolah Dasar kelas 4 – 6

2. Memiliki IMT/U >1 SD s/d 2 SD (gemuk) dan >2 SD (sangar gemuk)

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Diperoleh dari hasil pengukuran status gizi, pengisian kuesioner, dan lembar

food recall 2×24 jam yang di wawancarai kepada anak penderita gizi lebih, baik

gemuk maupun sangat gemuk.

2. Data Sekunder
Didapatkaan dari dokumen absensi siswa/siswi kelas 4 -6 yang aktif di

Sekolah Dasar

F. Pengolahan dan Analisi Data

Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator yang memiliki keterampilan dalam

mewawancarai anak usia sekolah dasar, serta telah mengikuti breafing terlebih dahulu.

Berikut penjelasan bagaimana cara pengumpulan dan pengolahan data pada masing-

masing variabel :

1. Gizi Lebih

Variabel gizi lebih diperoleh dari instrumen berupa kuesioner yang berisi berat

badan, tinggi badan, usia dan jenis kelamin.

2. Jenis kelamin

Variabel jenis kelamin diperoleh berdasarkan hasil wawancara kuesioner

identitas responden. Anak yang berjenis kelaamin laiklaki “0” dan anak perempuan

diberi angka “1”.

3. Umur

Variabel umur responden diperoleh berdasarkan hasil wawancara kuesioner

identitas.

4. Asupan makanan

Variabel asupan makan diukur melalui pengisian lembar food recall 24 jam

yang berisi tabel jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada 24 jam yang

lalu.

Analisi Data :

Analisis data adalah metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna

memperoleh kesimpulan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel gizi

lebih, dan asupan energi, lemak dan aktovitas fisik pada anak Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA

WHO. Global prevalence and trends of overweight and obesity among preschool childre.

WHO (2011).

Bidjuni, H., Rompas, S. & Bambuena, M. Hubumgan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas

Pada Anak Usia 8-10 Tahun Di sd Katolik dan Basco Manado. J. Keperawatan 2, 1-7 (2014)

Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2018. 2018

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan

Obesitas Pada Anak Sekolah. 2012

Notoadmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Citra

Putri, Kartika A. 2015. Faktor-faktor yang berhunungan dengan asupan energi kelas 5 dan 6

SDIT Al- Syukro Universal tahun 2015 [skripsi]. Universitas Islam Negeri jakarta

Kementrian Kesehatan. Pusat data dan informasi profil. Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI: 2013.

Depertamen Kesehatan, 2016. Germas wujudkan indonesia sehat. Jakarta

Damayanti, Diana. 2011. Makanan anak usia sekolah. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai