OLEH
TRIANINDY
P00331019065
PRODI DIII
JURUSAN GIZI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki
fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak
segi bidang serta aktif dan tidak tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru
disekolah menyebabkan waktu makan tidak teratur bahkan frekuensi makan menjadi
berkurang (Moehji, 2003). Gizi anak sekolah dasar perlu diperhatikan karena anak saat ini
memerlukan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).
Gizi lebih merupakan kondisi adanya berat badan melebihi berat badan normal dan
kelebihan lemak tubuh. Sehingga berat badan jauh diatas normal. Kelebihan berat badan yang
terjadi akibat asupan energi yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan energi yang
dikeluarkan disebut kondisi lebih (Kemenkes, 2012). Gizi lebih dapat diterima oleh semua
kelompok umur dari mulai bayi, anak-anak, hingga dewasa sampai lansia (brown, 2011).
Pada anak sekolah dasar gizi lebih menjadi masalah yang serius karena dapat berlanjut
hingga dewasa (Crowle & Turner, 2010). Klasifikasi gizi lebih pada anak sekolah dasar (6-12
tahun) dapat dibagi menjadi tingkatan berdasarkan pengukiran Indeks Massa Tubuh menurut
umur (IMT/U), yaitu gemuk (> 1 s/d 2 SD) dan sangat gemuk (>2 SD) (WHO,2005).
Pada abad ke-21, gizi lebih pada anak disebut sebagai salah satu tantangan kesehatan
masyarakat paling serius didunia (WHO, 2016). Berdasarkan data Obesity Rates and Treds
(2015), prevalensi gizi pada anak usia 6-11 tahun di dunia mencapai 5%. Berdasarkan data
Authoritative Information and Statistics to Promote Better Health and Wellbeing (AIHW)
tahun 2008. Prevalensi gizi lebih di Australia pada ana \k umur 6 – 11 tahun adalah 23%,
17% di antaranya termasuk gizi gemuk dan 6% termasuk gizi sangat gemuk. Gizi lebih
cenderung lebih meningkat di negara berkembang, seperti di malaysia, prevalensi gizi lebih
pada anak dengan umur 6 – 12 tahun meningkat dari tahun 2002, yaitu 20,7% dan tahun 2008
sebesar 26,4% (Ismail, dkk. 2009). Selain itu, berdasarkan tingkat sosial ekonomi, terdapat
kecenderungann peningkatan pada anak dengan status sosial ekonomi yang rendah (Eagle,
2016)
Secara global terjadi peningkatan prevalelensi obesitas pada anak yang mulanya
sebesar 4,2% pada tahun 1990 dan meningkat menjadi 6,7% pada tahun 2010 yang diprediksi
pada tahun 2020 akan mencapai angka 9,1% atau sebesar 60 juta. Berdasarkan data riset
kesehatan pada tahun 2013, prevalensi gemuk secara nasional di indonesia adalah 11,9%,
yang menunjukan terjadi penurunan dari 14,0% pada tahun 2010 (Riskesdas, 2013). Secara
nasional masalah gemuk pada anak usia sekolah (5-12 tahun) masih tinggi yaitu 18,8%,
terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. (Riskesdas 2018). Berdasarkan
data profil kesehatan 2016 gizi lebiih disulawesi tenggara berada pada posisi ke 14 dari 33
provinsi dengan hasil presentase 1,3% dimana gizi baik tertinggi terdapat di kabupaten
wakatobi yakni sebesar 94,40% dan terenda dibuton yaitu sebesar 64,1%. Berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2013, nilai tertinggi gizi baik adalah provinsi sulawesi tenggara yaitu 72,2%,
gizi kurang sebesar 15,9%, gizi buruk sebesar 8,0%, dan gizi lebih sebesar 11,6%.
status sosial ekonomi yang rendah (Eagle, 2016). Di indonesia, data mengenai gizi lebih pada
anak sekolah dasar dilingkungan keluarga yang memiliki status sosial ekonomi rendah masih
terbatas. Meskipun ada beberapa penelitian yang terkait, seperti yang dilakukan oleh (Isbach
dkk., 2013) pada anak jalanan (kelompok sosial ekomi rendah) yang menunjukan bahwa
9,2% anak dengan umur 10-12 tahun termasuk gizi lebih, dimana 7,2% anak termasuk gizi
ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan
salah satu kelompok umur yang beresiko terjadinya gizi lebih maupun obesitas adalah
kelompok usia anak sekolah dasar. Gizi lebih maupun obesitas menjadi salah satu faktor
dimana terjadinya beberapa penyakit tertentu yang berakibat fatal dan serius bila tidak segera
Anak yang menderita gizi lebih memiliki resiko yang tinggi terhadap masalah
perkembangan fisik dan kesehatan mental. Gizi lebih pada anak sekolah dasar dapat beresiko
pada penyakit tidak menular, seperti metabolik (diabetes melitus tipe 2) dan degeneratif
(kardiovaskuler, penyakit jantung koroner, hipertensi) (Kemenkes, 2012 dan Oktrora, 2015).
Masalah lain yang dapat ditimbulkan akibat gizi lebih pada anak sekolah dasar adalah
gangguan pertumbuhan tungkai, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan
gangguan pernapasan lainnya (Kemenkes, 2012). Selain itu, masalah yang dapat dihadapi
adalah tindakan diskriminasi, sering menjadi bahan ejekan teman sebaya, dan cenderung
memiliki masalah kesehatan mental dibandingkan dengan anak yang mengalami penyakit
kronik lainnya (AIHW, 2008). Akibat janka panjang yang kemungkinan dialami anak
penderita gizi lebih adalah kondisi gizi lebih saat dewasa dan peningkatan status penyakit
degeneratif.
berperan penting dalam pengaturan sistem tubuh dan penurunan resiko penyakit lain yang
disebabkan oleh gizi lebih. Asupan energi yang besar pada anak-anak mengonsumsi fast food
dan soft drink dalam jumlah yang banyak tanpa di imbangi dengan aktivitas fisik yang cukup
dapat menyebabkan terjadinya kegemukan. Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan sehingga kegemukan pada masa anak menybabkan semakin banyaknya
jumlah sel otot dan tulang rangka, sedangkan kegemukan pada orang dewasa hanya terjadi
pembesaran sel-sel saja sehingga kemungkinan penurunan berat badan ke normal akan lebih
mudah.
Penyebab utama masalah gizi lebih salah satunya adalah asupan makan. Pada
dasarnya makanan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang, namun dalam kasus gizi
lebih, hal ini berbeda. Karena dapat mempengaruhi kelebihan asupan kalori. Asupan kalori
yang tinggi disebabkan oleh meningkatnya asupan zat gizi makro, seperti karbohodrat, lemak
dan protein. Perbandingan kandungan energi dalam zat makro berbeda-beda, karbohidrat dan
protein mengandung 4 kilo kalori (Kkal) dalam 1 gramnya, sedangkan lemak mengandung 9
Asupan makan anak dapat dilihat dari jenis dan jumlah makanan. Jenis makanan yang
dikonsumsi anak biasanya dibentuk akibat preferensi atau pemilihan makanan. Menurut
Drewnowski & Specter (2004). Asupan energi dan asupan makan pada anak penderita gizi
lebih dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu aspek biologis, fisiologis, dan kebiasaan (Behavior).
Aspek biologis berdasarkan pemilihan rasa pada makanan manis dan tinggi lemak yang
dikontrol oleh system metabolik sentral, yaitu ketidakseimbngan pada hormon serotonin.
Pada aspek fisiologis adalah rangsangan dari indeks pada makanan tertantu, resistensi insulin
dan metabolisme adipose/lemak. Aspek kebiasaan timbul dari faktor psikologis, yaitu
kurangnya pengetahuan gizi, kerentanan terhadap sesuatu yang berlebihan, seperti tingginya
Jenis makanan yang dapat mempengaruhi kejadian gizi lebih pada anak adalah
makanan yang mengandung energi dan persen lemak yang tinggi, serta serat yang rendah,
sehinggah mempengaruhi kelebihan cadangan lemak dalam tubuh. Cadangan lemak tubuh
akibat asupan zat gizi lemak yang dikonsumsi akan lebih mudah disimpan dibandingkan
dengan zat gizi makro lainnya. Seperti karbohidrat dan protein (Davison and Birch, 2001).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumuasan masalah penelitian ini
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran asupan energi, lemak dan aktivitas fisik terhadap
2. Tujuan Khusus
Sekolah Dasar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi
tentang gambaran asupan energi, lemak dan aktifitas fisik pada anak sekolah dasar
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi bagi Instansi sekolah khususnya di Sekolah dasar Negeri
02 Lambuya
tentang adanya gambaran asupan energi, lemak dan aktivitas fisik pada sekolah
dasar
d. Bagi institusi sebagai bahan masukan bagi Institusi Poltekkes Kendari mengenai
gambaran asupan energi, lemak dan aktivitas fisik pada anak sekolah dasar
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Gizi lebih atau obesitas adalah kelebihan berat badan pada seseorang yang
menunjukan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh, yang ditandai
dengan penigkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas normal. Kadaar lemak yang
Sesesorang dikatakan obesitas apabila besar jumlah sel lemak bertambah pada tubuh
seseorang atau berat seseorang lebih besar 20% dari berat normal yang sesuai dengan
berat badan dan usianya. Obesitas merupakan suatu kelainan yang kompleks
pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh faktor
biologi.
badan) dan TB (tinggi badan) yang disajikan dalam bentuk IMT (Indeks Massa
Tubuh). Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Pada anak pengukurann IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan
IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah perbandingan anatara berat badan dengan
tinggi badan kuadrat. Cara pengukurannya adalah bertama-tama diukur berat badan
Berat Badan(kg)
IMT ¿
Tinggi Badan ( meter ) ²
3. Penyebab gizi lebih atau obesitas
Ada banyak faktor yang faktor yang menjadikan seorang anak menjadi gizi lebih atau
obesitas, yaitu :
1. Asupan Makan
Asupan makan anak dapat dilihat dari jenis dan jumlah makanan. Jenis
makanan yang dikonsumsi anak biasanya dibentuk akibat preferensi atau pemilihan
makan. Menurut Drewnowski & Specter (2004), asupan energi dan pemilihan
makanan pada anak penderita gizi lebih dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu aspek
pemilihan rasa pada makanan manis dan tinggi lemak yang dikontrol oleh sistem
fisiologi adalah rangsangan dari indeks pada makanan tertentu, resistensi insulin
2. Aktifitas Fisik
Sebaliknya, jika seseorang tidak lakukan aktivitas fisik pada anak termasuk salah
satu kebiasaan yang penting untuk membentuk kebiasaan gaya hidup sehat yang
Berdasarkan teori kerangka gizi lebih pada anak Davidson % Birch (2001),
pendekatan yang digunakan merupakan studi untuk melihat suatu kejadian secara
komperensif, bukan hanya individu, tetapi juga lingkungannyaa. Jika dilihat dari
4. Perilaku sedentari
anak tidak diperbolehkann untuk menonton televisi atau menatap layar komputer
lebih dari 2 jam (Brown, 2011). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan National
hubungan yang kuta antara kebiasaan menonton televisi dengan kejadian gizi lebih.
a. Hipertensi
insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkat volum darah.
merupakan suatu masalah penyebab utama dari gizi lebih sehingga lebih beresiko
gangguan pernapasan dan terkadang napas menjadi pendek. Hal ini disebabkan
oleh adanya penimbunan lemak disekitar dada dan leher sehingga mengalami
Pada gizi lebih juga bisa menyebabkan asam lambung naik. Hal ini
disebabkan oleh lemak yang menekan daerah lambung yang membuat asam
e. Depresi
Depresi juga dampak dari gizi lebih atau obesitas, hal ini disebabkan oleh
perasaan rendah diri dan malu yang mendorong orang itu menjadi mudah stres dan
depresi.
f. Sakit punggung
Banyak pada penderita gizi lebih mengeluh sakit pada bagian punggung.
Hal ini disebabkan oleh penambahan beban tulang belakang oleh penumpukan
lemak.
g. Penyakit jantung
Gizi lebih dapat memicu terjadinya serangan jantung, hal ini dikarenakan
lemak yang berlebihan dapat menutupi pembuluh darah pada jantung sehingga
menjadi tersumbat
tergaanggu khususnya pada wanita. Hal ini disebabkan oleh ovarium yang
memproduksi sel telur tidak memungkinkan wanita untuk hamil, walaupun terjadi
pembuahan, maka janin akan sulit berkembang secara normal sehingga rentan
terjadi keguguran. Selalin itu, menstruasi pada wanita menjadi tidak teratur akibat
i. Masalah kulit
Gizi lebih lebih memicu permasalahan pada kulit akibat beberapa faktor,
salah satunya ialah perubahan hormon. Selain itu, timbunan lemak berlebihan akan
membuat kulit lebih melebar yang akhirnya menciptakan garing-garis halus. Disisi
lain, lipatann lemak membuat jamur dan bakteri tumbuh suubur, dan ini bisa
memicu infeksi.
j. Osteoporosis
(peradangan sendi) hal ini disebabkan oleh lemak yang tertimbun dalam tubh yang
menjadikan berat tubuh yang semakin bertambah berat atau tekanan pada lutut dan
pergelangan kaki.
Langkah-langkah dalam mencegah gizi lebih atau obesitas, yaitu sebagai berikut :
a. Makan makanan pokok cukup 3 kali sehari, pagi, siang, dan menjelang malam,
secara teratur
d. Perbanyak makan sayuran segar dan buah-buahan, hindari makanan siap saji
f. Berolahraga secara teratur sehingga lemak dalam tubuh terbakar yang keluar
bersaam keringat
h. Hindari makanan yang mengandung garam atau kadar garam berlebihan karena
garam akan membantu tubuh menyimpan air dalam skala lebih besar sehingga
B. Kerangka Teori
Berdasarkan teori Davison & Birch (2001) mengenai kerangka penyebab terjadinya
gizi lebih pada anak terdapat faktor resiko utama meliputi asupan makan, aktivitas fisik dan
perilaku sedentari. Ketiga faktor resiko tersebut disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
karakteristik anak, karakteristik keluarga dan pola asuh orang tua, serta lapisan terluar, yaitu
C. Kerangka Konsep
Usia
GIZI LEBIH
Lingkungan Asupan makan
sekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
menggambarkan tentang asupan energi, lemak dan aktivitas fisik terhadapt status gizi lebih
1. Gizi Lebih
Kelebihan berat badan anak yang diukur berdasarkan nilai indeks massa tubuh
menurut umur, cara pengukurannya yaitu pengukuran antropometri dan alat yang
digunakan yaitu timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan mikrotoa dengan
2. Jenis kelamin
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis sejak lahir (Hangu, 2007).
Cara pengukuran menggunakan metode wawancara dan alat ukur yang digunakan
yaitu kuesioner.
3. Umur
Usia responden yang dihitung berdasarkan tahun lahir sampai saat wawancara, cara
pengukuran menggunakan metode wawancara dan alat ukura yang digunakan yaitu
kuesioner.
dikonsumsi selama 2 hari (satu hari saat weekday dan satu hari saat weekend), cara
penguluran menggunakan metode wawancara dan alat ukur yang digunakan yaitu
5. Persen lemak
Rata-rata konstribusi asupan lemak berdasarkan total asupan energi harian yang
dikonsumsi selama 2 hari (satu hari saat weekday dan satu hari saat weekend), cara
pengukuran menggunakan metode wawancara dan alat ukiraa yng digunakan yaitu
sebagai populasi penelitian dikarenakan pada tingkatan tersebut mayoritas anak berumur 10-
12 tahun, dimana pada umur tersebut anak sudah dapat menentukan makanan serta minuman
apa saja yang ingin dikonsumsi, sudah tidak terlalu tergantung dengan keputusan orang tua
(Irianto, 2014).
Sampel penelitian ini adalah siswa siswi kelas 4 – 6 Sekolah Dasar. Pemilihan
1. Data Primer
Diperoleh dari hasil pengukuran status gizi, pengisian kuesioner, dan lembar
food recall 2×24 jam yang di wawancarai kepada anak penderita gizi lebih, baik
2. Data Sekunder
Didapatkaan dari dokumen absensi siswa/siswi kelas 4 -6 yang aktif di
Sekolah Dasar
mewawancarai anak usia sekolah dasar, serta telah mengikuti breafing terlebih dahulu.
Berikut penjelasan bagaimana cara pengumpulan dan pengolahan data pada masing-
masing variabel :
1. Gizi Lebih
Variabel gizi lebih diperoleh dari instrumen berupa kuesioner yang berisi berat
2. Jenis kelamin
identitas responden. Anak yang berjenis kelaamin laiklaki “0” dan anak perempuan
3. Umur
identitas.
4. Asupan makanan
Variabel asupan makan diukur melalui pengisian lembar food recall 24 jam
yang berisi tabel jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada 24 jam yang
lalu.
Analisi Data :
Analisis data adalah metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna
memperoleh kesimpulan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel gizi
lebih, dan asupan energi, lemak dan aktovitas fisik pada anak Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. Global prevalence and trends of overweight and obesity among preschool childre.
WHO (2011).
Bidjuni, H., Rompas, S. & Bambuena, M. Hubumgan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas
Pada Anak Usia 8-10 Tahun Di sd Katolik dan Basco Manado. J. Keperawatan 2, 1-7 (2014)
Notoadmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Citra
Putri, Kartika A. 2015. Faktor-faktor yang berhunungan dengan asupan energi kelas 5 dan 6
SDIT Al- Syukro Universal tahun 2015 [skripsi]. Universitas Islam Negeri jakarta
Kementrian Kesehatan. Pusat data dan informasi profil. Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
Damayanti, Diana. 2011. Makanan anak usia sekolah. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta