Anda di halaman 1dari 12

PENANGANAN BEDREST DENGAN

LATIHAN RANGE OF MOTION UNTUK


MENCEGAH MASALAH FUNGSIONAL
PADA LANSIA

Nama : Desiana Syafitri, AMF

NIM : 2062028
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

B.RUMUSAN MASALAH

C.TUJUAN PENULISAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.LANJUT USIA

1.DEFENISI

2.KLASIFIKASI

A.BEDREST/TIRAH BARING

1.Tujuan Umum Bedrest

2.Karakteristik Lansia Bedrest

3.Dampak Bedres

C.KEKUATAN OTOT

1.PENGERTIANKEKUATAN OTOT

2.PENGUKURAN KEKUATAN OTOT

3.CARA MENGUKUR KEKUATAN OTOT DENGAN MMT

4.FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI KEKUATAN OTOT

D.RANGE OF MOTION

1.PENGERTIAN

2.TUJUAN ROM

3.MANFAAT ROM

4.KLASIFIKASIM ROM

5.PRINSIP DASAR LATIHAN ROM

BAB III PEMBAHASAN


BAB 1V PENUTUP

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua,dan masa tua merupakan masa
hidup yang terakhir.Dimasa ini orang akan mengalami kemunduran fisik,mental,dan social
secara bertahap.UUD RI NO 13 THN 1998 menjelaskan tentang kesejahteraan lanjut
usia,Menjelaskan bahwa lanjuta usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas.
Penurunan fungsi dan kemammpuan pada lansia akan menurun begitu pula dengan
kekuatan otot akan menurun seiring dengan bertambahnya usia,Pada usia lanjut akan
membawa perubahan menyeluruh pada fisiknya yang berkaitan dengan menurunnya
kemammpuan jaringan tubuh terutama pada fungsi fisiologis dan system musculoskeletal dan
system neurologis.
Perubahan morfologis yang terjadi pada system musculoskeletal dapat merupakan
perubahan fungsional otot yaitu terjadinya penurunan kekuatan kontraksi otot,daya tahan otot
dan tulang,Elastisitas dan fleksibilitas otot sehingga menyebabkan keterbatasan gerak pada
tubuh .perubahan yang terjadi pada kekuatan otot karena berkurangnya serabut otot pada
proses menua yang menyebabkan menurunnya kekuatan otot.Biasanya berjalan menjadi
kuraang stabil karena lemahnya otot paha bagian depam dan berkurangnya kordinasi antara
otot.
Perubahan yang terjadi pada lansia salah satunya adalah perubahan penurunan
kekuatan otot,dampaka dari penurunan kekuatan adalah meningkatkan resiko jatuh karena
gangguan musculoskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan .Kelemahan
extremitas bawah ,dan kekakuan sendi dapat menyebabkan terjadinya resiko jatuh
Penurunan kekuatan otot dikaki jelas lebih terasa dibandingkan kekuatan oto t lengan
,sedangkan penurunan daya tahan otot pada lamsia karena adanya pengurangan masa otot
penggerak.Pada lansia yang kurang aktif .penurunan terjadi dua kalai lipat lebih
cepat.Penurunan fungsi yang nyata pada lansiaadalah penurunana masa otot atau
atrofi.Penurunan masa otot ini merupakan factor penting yanag mengakibatkan penurunan
kekuatan otot.
Penurunan fungsi musculoskeletal pada lansia dengan kondisi bedrest dapat
menurunkan aktifitas fisik dan latihan sehingga kan mempengaruhi lansia dalam melakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari,Latihan dan aktifitas fisik apsda lansia dapat mempertahankan
tonus otot.Range of motion atau latihan gerak dapat dijadikan sebuah indicator fisik yang
berhubungan dengan fungsi pergerakan.Latiham ROM dapat dilakukan dengan posisi duduk
dan berdiri serta posisi terlentang ditempat tidur.Latihan ROM dapat mempertahankan atau
memelihara kekuatan otot.

B. RUMUSAN MASALAH

Perubahan yang terjadi pada lansia salah satunya adalah penurunan kekuatan otot
yang menyebabkan lansia terpaksa harus bedrest/tirah baring.
Salah satu upaya yang dapat dilakukam untuk menungkatkan kekuatan otot adalah
dengan cara latihan RANGE OF MOTION.ROM adalah latihan yamg dilakukan umtuk
mempertahankan ataua memeperbaiki tingkat kesempurnaan atau kemampuan untuk
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan
tonus otot.Oleh karena itu diperlukan upaya untukmempertahankan kekutan oto t bagi lansia
yang memiliki ketrbatsan gerak dengan cara ROM baik aktif aatau pasif,pada

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini dalah untuk mengetahui pengaruh
RANGE OF MOTION terhadap kekuatan otot pada lansia bedrest
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANJUT USIA

1.DEFENISI

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014). Berdasarkan
definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke
atas (Setisnto, 2004).
Lansia buka suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis, kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual (Hawari, 2001 dalam EFFENDI,2009)

2.KLASIFIKASI LANSIA

a. Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah :

1. Usia Pertengahan (middle age) 45-59 tahun2. Lansia (elderly) 60-74 tahun
2. Lansia (elderly) 60-74 tahun
3. Lansia Tua (old) 75-90 tahun
4. Lansia sangat tua (vey old) diatas 90tahun
b. Menurut Depkes RI, 2003 klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia
1. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,2003)
4. Lansia potensia Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
Pengertian Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang dan
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

B.BED REST / TIRAH BARING

1. Menurut Perry dan Potter (2006) tujuan umum tirah baring adalah :

- Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen untuk tubuh


- Mengurangi nyeri.
- Memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahat dan mengembaikan kekuatan
- Memberi kesempatan pada klien yang letih untuk beristirahat tanpa gangguan
2. Karakteristik Lansia Bedrest

- Kelemahan otot karena otot-otot atrofi


- Stroke yang menyebabkan kelemahan pada ekstremitas
- Gangguan intoleransi aktivitas seperti pada pasien jantung.
- Imobilisasi karena fraktur.

3. Dampak Bedrest Dampak bedrest menurut Asmadi (2008) sebagai berikut:

- Perubahan Metabolisme Perubahan mobilisasi


- Perubahan pernafasan
- Sistem cardiovaskuler
- Perubahan musculoskeletal

C.KEKUATAN OTOT

1.PENGERTIAN KEKUATAN OTOT

Kekuatan otot merupakan kekuatan suatu otot atau grup otot yang dihasilkan
untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang maksimum. Kekuatan otot
merupakan suatu hal penting untuk setiap orang, karena kekuatan otot merupakan
suatu daya dukung gerakan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Setelah umur 30 tahun,
manusia akan kehilangan kira-kira 3-5% jaringan oto total per dekade. Kekuatan otot
akan berkurang secara bertahap seiring bertambahnya umur.
Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan, yaitu: penurunan
kemampuan mempertahankankeseimbangan tubuh, hambatan dalam gerak duduk ke
berdiri, peningkatan resiko jatuh, perubahan postur (Utomo, 2010). Kekuatan otot
adalah kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal maupun beban
internal (Irfan, 2010 dalam Yuliastati, 2011).

2 .PENGUKURAN KEKUATAN OTOT

Pengukuran kekuatan otot adalah suatu pengukuran untuk mengevaluasi


kontraktilitas termasuk didalamnya otot dan tendon dan kemampuannya dalam
menghasilkan suatu usaha. Pemeriksaan kekuatan otot diberikan kepada individu yang
dicurigai atau aktual yang mengalami gangguan kekuatan otot maupun daya tahannya
(Torpey, 2010 dalam Yuliastati, 2011).
Pengukuran kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian
otot secara manual yang disebut dengan MMT (manual muscle testing). Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan otot mengkontraksikan kelompok otot
secara voluner (Pudjiastuti dan Utomo, 2003 dalam Yuliastuti, 2011).

3. Cara mengukur kekuatan otot dengan menggunakan MMT

Saat mengukur kekuatan otot, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
(Pudjiastuti & Utomo, 2003; Topey, 2010 dalam Yuliastuti, 2011):
a. Posisikan lansia sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan
kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan
mudah diobservasi.
b. Bagian tubuh yang akan diperiksa harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
c. Usahakan lansia dapat berkonsentrasi saat dilakukan pengukuran.
d. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
e. Bagian otot yang akan diukur ditempatkan pada posisi antigravitasi. Jika otot
terlalu lemah, maka sebaiknya lansia ditempatkan pada posisi terlentang.
f. Bagian proksimal area yang akan diukur harus dalam keadaan stabil untuk
menghindari kompensasi dari otot yang lain selama pengukuran.
g. Selama terjadi kontraksi gerakan yang terjadi diobservasi baik palpasi pada tendon
atau otot.
h. Tahanan diperlukan untuk melawan otot selama pengukuran.
i. Lakukan secara hati-hati, bertahap dan tidak tiba-tiba.
j. Catat hasil pengukuran pada lembar obsrvasi.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot

a. Penampang melintang otot Semakin besar, semakin besar tenaga yang dihasilkan.
b. Kekuatan dan kekakuan jaringan penghubung Tenaga kontraksi tergantung pada
integritas dari jaringan penghubung dan tendon
c. Jumlah unit motor yang diaktifkan dan kecepatan cetusannya. Pada permulaan
beban diberikan diperlukan rekuitmen sejumlah unit motor dan saat beban
ditingkatkan, diperlukan lebih banyak lagi rekuitmen unit motor.
d. Kecepatan kontraksi Kecepatan kontraksi otot berhubungan secara terbalik dengan
beban yang diberikan pada otot. Suatu otot akan berkotraksi dengan sangat cepat bila
berkontraksi tanpa beban dan kecepatan kontraksi akan menurun bila diberkan beban
berat
e. Panjang otot saat kontraksi Tegangan otot yang terjadi sebanding dengan sejumlah
hubungan silang antara molekul aktin dan myosin.
f. Jenis kontraksi otot Kekuatan otot yang timbul tergantung pada jenis kontraksi otot
yaitu kontraksi isotonik atau kontraki isometrik.
g. Usia dan kebugaran fisik Puncak kekuatan dicapai pada umur 18-27 tahun dan
menurun bertahap setelah itu.
h. Hormon Kekuatan otot pada laki-laki setelah masa pubertas dipengaruhi oleh
hormon seks pria yaitu testosteron yang mempunyai efek anabolik yang salah satunya
penting dalam mempertahankan masa otot jaringan tulang.

D.RANGE OF MOTION

1. PENGERTIAN
Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiko tingkat kesempurnaan kemampuan untuk
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan gerakan.
Merupakan ruang gerak atau batas-batas gerakan dari kontraksi otot dalam
melakukan gerakan, apakah otot memendek secara penuh atau tidak, atau
memanjang secara penuh atau tidak (Lukman dan Ningsih, 2009). Suratun, et al
(2006) Range of motion adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan
bentuk, kekakuan dan kontraktur (Nurhidayah, et al. 2014).
Latihan ROM adalah latihan yang meggerakan persendian seoptimal dan
seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa nyeri
pada sendi yang digerakan. Adanya pergerakan pada persendian akan
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah kedalam kapsula sendi(Astrand,
et al. 2003

2 . TUJUAN ROM

a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot


b. Memelihara mobilitas persendian
c. Mencegah kelainan bentuk (Suratun, 2008).

3.MANFAAT ROM

Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan


pergerakan, memperbaiki tonus otot, mencegah terjadinya kekakuan sendi, dan
untuk memperlancar darah. Menurut Nurhidayah, et al (2014) menyatakan bahwa
manfaat ROM adalah:
1) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan
2) Melatih tulang, sendi dan otot
3) Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4) Memperlancar sirkulasi darah
5) Memperbaiki tonus otot
6) Meningkatkan mobilisasi sendi
7) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4.KLASIFIKASI ROM

Suratun, et al (2006), menyatakan bahwa ada beberapa klasifikasi latihan


ROM, yaitu:
1) Latihan ROM pasif, yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien dengan
bantuan dari orang lain fisioterapi, ataupun alat bantu setiap kali melakukan
gerakan. Indikasi : pasien usia lanjut dengan mobilitas terbatas, pasien tirah baring
total, kekuatan otot 50%.
2) Latihan ROM aktif, yaitu latihsn ROM yang dilakukan mandiri oleh pasien
tanpa bantuan fisioterapi pada setiap melakukan gerakan. Indikai :mampu
melakukan ROM sendiri dan kooperatif, kekuatan otot 75%

5.PRINSIP DASAR LATIHAN ROM

1) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari.
2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3) ROM dikerjakan oleh fisioterapi.
4) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5) ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagianbagian
yang dicurigai mengalami proses penyakit.
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan (Suratun. et.all 2008)
BAB III
PEMBAHASAN

Usia mempengaruhi sistem tubuh termasuk musculoskeletal. Semakin


bertambah usia maka fungsi muskuloskeletal akan semakin berkurang. Menurut
Soedjono (2003), pada usia 60 tahun kehilangan total adalah 10- 20% dari
kekuatan otot yang dimiliki pada usia 30 tahun. Kekuatan statis dan dinamis otot
berkurang 5% setelah usia 45 tahun.
Sedangkan daya tahan otot akan berkurang 1% tiap tubuhnya. Komposisi otot
berubah sepanjang waktu manakala miofibril digantikan oleh lemak, kolagen dan
jaringan parut. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan menuanya
seseorang, diikuti dengan berkurangnya jumlah nutrient dan energy yang tersedia
untuk otot sehingga kekuatan otot berkurang (Darmojo, 2004).
Lansia mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal salah satu
diantaranya adalah penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan
masa otot (atrofi otot). Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak.
Kekuatan otot atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan
bertambahnya usia. Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40%
antara usia 30 sampai 80 tahun. Perubahan gaya hidup dan penurunan penggunaan
system neuromuscular adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot
(Mick Stanley, 2007).
Menurut Stanley (2007) ketika muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun,
dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Kerusakan otot
terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada organ
dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan 66 otot melambat dengan penambahan
usia, dan jaringan atrofi digantikan oleh jaringan fibrosa. Oleh karena itu,
banyaknya lansia yang mengalami kelemahan otot, dengan bertambahnya usia
atau usia di atas 60 tahun keatas penurunan pada sistem muskuloskeletal. dan
bahwa usia mempengaruhi kelemahan otot terutama pada usia lanjut.
Mekanisme kontraksi dapat meningkatkan otot polos pada ekstremitas.
Latihan ROM pasif dapat menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan
aktivasi dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler. pada lansia yang sudah
terlanjur kurang aktif bergerak, kelenturan kekuatan otot dan daya tahan akan
menurun. Biasanya proses menua pada otot dan sendi yang mempersulit untuk
berjalan itu harus segera ditangani agar lansia dapat bergerak normal kembali dan
dapat kembali aktif bergerak. Terdapat perbedaan kekuatan otot sebelum dan
sesudah dilakukan Range Of Motion (ROM),
latihan ROM yang dilakukan sedini mungkin dan dilakukan dengan benar dan
secara terus-menerus akan memberikan dampak pada fleksibilitas sendi, kekuatan
otot dan kemampuan fungsional pasien. Secara teori, apabila otot-otot termasuk
otot ekstremitas bawah tidak dilatih terutama pada klien yang mengalami
gangguan fungsi motorik kasar dalam jangka waktu tertentu maka otot akan
kehilangan fungsi motoriknya secara permanen. Hal ini terjadi karena otot
cenderung dalam keadaan immobilisasi.
Keterbatasan immobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya
tahan, penurunan masa otot, atrofi dan penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari
keterbatasan mobilisasi adalah gangguan metabolism kalsium dan gangguan
mobilisasi sendi Immobilisasi dapat mempengaruhi fungsi otot dan skeletal.
Akibat pemecahan protein pada otot, klien mengalami kehilangan masa tubuh
yang membentuk sebagian otot
Oleh karena itu penurunan masa otot tidak mampu memepertahankan aktifitas
tanpa peningkatan kelelahan. Masa otot menurun akibat metabolism dan otot yang
tidak digunakan. Jika immobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih maka akan
terjadi penurunan masa yang berkelanjutan (Potter & Perry, 2006)
Berdasarkan hasil observasi telah dilakukan ROM secara pasif yang dilakukan
2 kali sehari dalam waktu 10 hari secara beturut-turut mengalami peningkatan
yang palimg tidak dapat mencegah atrofi otot,decubitus, gangguan paru dll.
Latihan ROM pasif dapat menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan
aktivasi dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui
neuremuskuler akan meningkatkan rangsangan pada serat syaraf otot
ekstremitas terutama saraf parasimpatis yang merangsang untuk produksi
asetikolin, sehingga mengakibatkan kontraksi. lansia yang sudah terlanjur kurang
aktif bergerak, kelenturan kekuatan otot dan daya tahan akan menurun.
Biasanya proses menua pada otot dan sendi yang mempersulit untuk berjalan itu
harus segera ditangani agar lansia dapat bergerak normal kembali dan dapat
kembali aktif bergerak.
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa Range Of Motion (ROM) jika
dilakukan sedini mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara terus-menerus
akan memberikan dampak pada kekuatan otot. Latihan ROM rata-rata dapat
menignkatkan kekuatan otot serta ber pengaruh pada kekuatan otot ,dan dapat
mencegah hal hal yang disebabkan akibat bedrest pada lansia.
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan makalah yang sudah dipaparkan diatas dari bab


sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Lansia yang kita ambil sebagai sample dalam makalah ini adalah lansia
berusia antar ± 60 thn
2. Terjadinya peningkatan kekuatan otot setelah diberikan latihan ROM pasif
selama ± 10 hari,dan komplikasi dari bedrest dapat dihindari.
3. Sedapat mungkin dan secepatnya lansia yang harus bedrest segera diberikan
latihan pola gerak pasif agar lansia dapat terhindar dari dampak baik berupa
decubitus,gangguan paru,musculoskeletal,dan biaya yang lebih besar lagi
untuk perawatannnya.
4. Dalam hal ini sangat Nampak peran kita sebagai fisioterapi untuk
meningkatkam rasa percaya diri dan angka kesembuhan lansia.

Anda mungkin juga menyukai