Anda di halaman 1dari 20

Uas ekonomi pembangunan

Nama agung dwiky pamungkas

Nim 19010420091

1. Alasan Pihak Donor Memberikan Bantuan


            Alasan utama pihak pemerintah negara pendonor memberikan bantuan luar
negeri adalah karena hal tersebut digunakan sebagai alat untuk mengejar kepentingan-
kepentingan politik, strategis, dan ekonomi mereka sendiri. Walaupun pada
sebagiannya didorong karena ada alasan – alasan moral dan kemanusiaan, yakni untuk
membantu negara – negara yamg memang membutuhkan. Pada awalnya negara –
negara pendonor bersedia membantu pihak atau negara lain tanpa mengharapkan
suatu imbalan tertentu, baik berupa imbalan politik, ekonomi, militer, dan sebagainya.
Maka daripada itu, motif  bantuan luar negeri dari negara – negara donor tersebut
dibagi menjadi dua kategori yang saling berhubungan, yaitu, bantuan luar negeri yang
bersifat dan bermotifkan politik, serta yang bertujuan dan bermotifkan ekonomi.
Motivasi – motivasi Ekonomi dalam konteks prioritas strategi dan politik yang
luas, program bantuan luar negeri negara – negara maju mempunyai landasan atau
logika ekonomis yang kuat. Walaupun motivasi politik mungkin merupakan
pertimbangan utama bagi negara – negara donor lainnya, tetapi logika dan perhitungan
– perhitungan ekonomis tetap disertakan, setidaknya sebagai kata pengantar untuk
menutupi motivasi mereka yang sebenarnya dalam memberikan bantuan luar negeri.
            Sumber keuangan dari luar ( baik berupa hibah atau pinjaman ) dapat
memainkan peranan yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya
domestik guna mempercepat pertumbuhan devisa dan tabungan ( analisis bantuan luar
negeri “dua kesenjangan” ). Berasumsi bahwa negara – negara berkembang pada
umunya menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestik yang jauh dari
mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan
devisa yang tidak memungkinkannya mengimpor  barang – barang modal dan barang
perantara yang penting bagi pembangunannya ( Todaro, 2006 : 288).
            Kekurangan tabungan tidaklah dapat digantikan oleh cadangan devisa dan
sebaliknya, kekurangan devisa tidak pula dapat dipenuhi di dalam negeri. Apabila
kesenjangan tabungan yang lebih dominan, maka negara tersebut mencapai kondisi full
employment atau pendayagunaan segenap faktor produksi atau sumber daya secara
penuh, dan juga tidak menggunakan semua dari pendapatan devisanya.

Contoh negara yang memberikan bantuan


Contoh yang paling tepat mengenai negara – negara yang mengalami
“kesenjangan tabungan” adalah negara – negara Arab pengekspor minyak selama
dekade 1970-an dan analisis kesenjangan tabungan ini mengandung kelemahan, yakni
melupakan kemungkinan bahwa kelebihan devisa tersebut sebenarnya dapat
digunakan untuk membeli sumber – sumber produktif. Oleh karena itu, bantuan luar
negeri dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam usaha negara yang
bersangkutan dimana salah satu faktornya adalah mengurangi kendala utamanya yang
berupa kekurangan devisa, serta untuk mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonominya.
Alasan Negara Berkembang Bersedia Menerima Bantuan Luar Negeri
            Setidaknya ada tiga alasan bagi Negara Berkembang  menerima bantuan luar
negeri yaitu :
a. Alasan yang utama dan yang penting lebih merupakan alasan secara praktis dan
konseptual bersifat ekonomis. Karena Negara yang sedang Berkembang cenderung
mempercayai pendapat ahli ekonomi negara – negara maju. Yaitu bahwa bantuan luar
negeri merupakan obat pendorong dan stimulan bagi proses pembangunan, turut
membantu mengalihkan struktur ekonomi serta membantu Negara yang sedang
Berkembang mencapai take off menuju pertumbuhan ekonomi yang mandiri.
b.       Alasan kedua adalah menyangkut masalah politik. Dibeberapa negara, baik
negara penerima maupun negara donor, bantuan dipandang sebagai alat yang dapat
memberikan kekuatan politik yang lebih besar kepada pemimpin yang sedang berkuasa
untuk menekan oposisi dan mempertahankan kekuasaannya. Dalam hal ini, bantuan
tidak saja berbentuk transfer sumber keuangan akan tetapi juga dalam bentuk bantuan
militer dan pertahanan dalam negeri.
  c.     Alasan ketiga adalah motivasi yang dilandasi oleh moral, yaitu apakah
berlatarbelakang pada rasa tanggungjawab kemanusiaan Negara Kaya terhadap
kesejahteraan  Negara sedang Berkembang dan Negara Miskin, atau karena
kepercayaan, bahwa Negara – negara Kaya merasa berhutang budi karena eksploitasi
dimasa penjajahan dulu. Sehingga bantuan luar negeri merupakan kewajiban sosial
bagi Negara – negara Kaya untuk pembangunan Negara yang sedang berkembang dan
Negara Miskin (Todaro, 2006 : 292 – 294).
Bantuan luar negeri cenderung dianggap atau bahkan diyakini akan dapat
melengkapi kelangkaan sumber daya alam negeri di suatu Negara Berkembang,
membantu terlaksannya transformasi ekonomi secara struktural, serta mendukung
Negara – negara Dunia Ketiga dalam mencapai tahapan pembangunan tinggal-landas
menuju ke tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Wajar apabila
negara – negara Dunia Ketiga ingin memperoleh bantuan yang lebih banyak dalam
bentuk pemberian yang cuma – cuma  atau pinjaman – pinjaman jangka panjang
dengan bunga yang rendah.

Faktor- Faktor Yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar Negeri Bagi


Pembangunan Ekonomi
            Pertama, adalah tersedianya dana. Negara-negara maju seharusnya
menyediakan cukup modal surplus untuk di ekspor. Tetapi mereka tidak menyediakan
modal surplus dalam jumlah yang cukup besar. Beberapa negara maju seperti Kanada
dan Australia sendiri meminjam dari Amerika Serikat dan Inggris untuk membiayai
proyek pembangunan mereka. Tetapi, usaha yang sungguh-sungguh oleh negara kaya
untuk menggalang modal surplus sebenarnya dapat memenuhi keperluan negara
terbelakang.
            Kedua, adalah daya serap negara penerima. Daya serap mencakup semua hal
dimana kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan,
untuk mengubah struktur perekonomian, dan untuk mengalokasikan kembali sumber, di
batasi oleh kurangnya faktor-faktor penting, problem kelembagaan atau organisasi yang
tidak sesuai. Faktor yang menyebabkan rendahnya daya serap terhadap investasi
produktif adalah kurangnya kewirausahaan yang efisien, kemacetan administratif dan
kelembagaan, kurangnya tenaga terlatih, kurangnya mobilitas geografis dan pekerjaan,
dan kecilnya pasar domestik. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan daya serap,
negara terbelakang harus melaksanakan proyek pra-investasi secar tepat dan
memadai. Dalam hal ini, negara terbelakang dapat memanfaatkan bantuan yang
disediakan oleh lembaga- lembaga internasional seperti Special Fund PBB.
            Ketiga, adalah tersedianya sumber-sumber. Jika suatu negara terbelakang
mempunyai sumber manusia dan sumber alam yang kurang memadai, kekurangan ini
akan menjadi penghambat bagi pemanfaatan secara efektif modal asing. Akibatnya
menjadi semakin sulit negara seperti itu untuk memanfaatkan bantuan asing yang
tersedia.
            Keempat, adalah kemampuan negara penerima untuk membayar kembali. Ini
merupakan masalah yang paling lansung karena beban pembayaran pinjaman menjadi
penghambat bagi negara terbelakang untuk mengambil pinjaman dalam jumlah besar.
Kemampuan untuk membayar kembali tergantung pada kemampuan mereka untuk
mengekspor dan menggali sumber-sumber devisa. Salah satu faktor penentu
kemampuan untuk membayar kembali adalah peranan pinjaman pada produktifitas
perekonomian secara keseluruhan, dan kemampuan sistem tersebut untuk menjaring
bagian yang perlu dari produktifitas tersebut dalam bentuk pajak atau penetapan harga,
dan mengalokasikan kembali sumber-sumber sehingga mengalihkan beban
pembayaran utang ke luar negeri. Syarat agar mampu membayar ialah bahwa sistem
fiskal mampu menghimpun dana yang diperlukan, dan terjadi transformasi yang
mengalihkan sumber ke jalur-jalur yang meningkatkan ekspor atau menurunkan impor.
            Kelima, adalah kemauan dan usaha si negara penerima untuk membangun.
Modal yang diterima dari luar negeri tidak dengan sendirinya memberikan hasil. Kecuali
jika diinginkan dan dibarengi dengan usaha di pihak negara penerima.
Dampak-Dampak Bantuan Luar Negeri
            Masalah mengenai dampak-dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh bantuan
luar negeri, terutama bantuan resmi, seperti halnya dampak investasi asing swasta,
masih ramai di perdebatkan. Di satu pihak, yaitu para ekonom tradisional,
mengemukakan bahwa bantuan luar negeri telah membuktikan manfaatnya dengan
mendorong pertumbuhan dan transformasi struktural di banyak negara berkembang.
Namun, pihak lain berpendapat bahwa dalam kenyataannya bantuan luar negeri
tersebut sama sekali tidak mendorong pertumbuhan hingga menjadi lebih cepat, tetapi 
justru memperlambat pertumbuhan sehubungan dengan adanya substitusi terhadap
investasi dan tabungan dalam negeri dan membesarnya devisit neraca pembayaran
negara-negara berkembang, yang semuanya itu merupakan akibat dari meningkatnya
kewajiban negara-negara berkembang untuk membayar utang, serta sering
dikaitkannya bantuan tersebut dengan keharusan menampung produk ekspor negara-
negara donor.
            Bantuan resmi juga dikritik karena dalam prakteknya terlalu menitikberatkan
pada pertumbuhan sektor modern, yang pada akhirnya memperlebar kesenjangan
standar hidup antara si kaya dan si miskin di negara-negara berkembang. Belakangan
ini muncul kecaman baru yang menuding bahwa tujuan atau fungsi bantuan luar negeri
praktis telah gagal, karena bantuan ini hanya mendorong tumbuhnya kaum birokrat
yang korup, mematikan inisiatif masyarakat, serta menciptakan mentalitas pengemis
bagi negara-negara penerimanya.
            Terlepas dari kritik-kritik tersebut, selama dua dasawarsa yang lampau nampak
bahwa masyarakat di negara-negara donor itu sendiri mulai bersikap antipati terhadap
bantuan luar negeri, sehubungan dengan munculnya masalah-masalah domestik yang
serba pelik dirumah mereka sendiri, seperti pengangguran, devisit anggaran
pemerintah, dan masalah ketidakseimbangan neraca pembayaran yang kemudian
mulai mendapatkan perhatian dan prioritas pemerintahan negara-negara maju, diatas
kepentingan politik internasional mereka.

2. Sumber sumber pembiayaan bermasalah


A. pajak
Dalam melaksanakan pembangunan untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan, pemerintah dihadapkan
pada berbagai pilihan sumber pembiayaan. Pembiayaan dalam negeri
merupakan pilihan utama pemerintah untuk pembiayaan pembangunan.
Namun sumber penerimaan dalam negeri yang berasal dari penerimaan
pajak, penerimaan migas, serta penerimaan dalam negeri lainnya belum
cukup untuk membiayai pembangunan sesuai target pertumbuhan yang
diinginkan. Saat ini pemerintah Indonesia tidak lagi dapat mengandalkan
penerimaan dari migas, sehingga harus mengupayakan peningkatan
penerimaan pajak. Namun, penerimaan pajak tidak terlepas dari kondisi
perekonomian. Perekonomian yang tumbuh dengan cukup signifikan akan
berdampak terhadap pertumbuhan perusahaan-perusahaan sehingga
profitabilitas perusahaan akan semakin besar. Para pekerjapun akan
mengalami peningkatan pendapatan. Dalam kondisi seperti ini,
penerimaan Negara dari perpajakan akan dapat dipacu peningkatannya.
Pajak merupakan instrumen keuangan konvensional yang sering
digunakan di banyak negara. Penerimaan pajak digunakan untuk
membiayai prasarana dan pelayanan perkotaan yang memberikan
manfaat bagi masyarakat umum, yang biasa disebut  juga sebagai "public
goods".
B. utang
Pada umumnya penerimaan pajak tidak cukup untuk membiayai
seluruh kegiatan pembangunan yang dirancang untuk mengejar
pertumbuhan yang ditargetkan Oleh karena itu, pemerintah
mengupayakan pembiayaan pembangunan tersebut dari utang. Pinjaman
dalam negeri digunakan untuk membiayai kegiatan dalam rangka
pemberdayaan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur
untuk pelayanan umum serta kegiatan investasi yang menghasilkan
penerimaan
Dengan jumlah utang yang semakin besar banyak ekonom yang
memperingatkan pemerintah akan adanya resiko jebakan utang ( debt
trap) dimana utang sudah terlalu membebani anggaran negara untuk
membayar angsuran pokok utang dan bunga.
C. modal asing
Sumber dana eksterneal ( modal asing) dapat di manfaatkan untuk
mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhna
ekonomi yang meningkat perlu diikuti oleh perbankan struktur produksi
dan perdangan. Modal asing dapat berperan pentingdalam memobalisasi
dan maupun transfromasi structural.
D. dana perimbang
Sumber sumber pembiayaan untuk pembangunan indonsia antara
lain berasal dari dana perimbangan yang telah di terima oleh Indonesia
khusus nya ibukota dari modal asing. Beberapa daerah yang kaya sumber
ndaya alam nya seperti aceh, riau, kaltim, dan papua akan mendapat
menggunakan dana bagi hasil untuk membiayai belanja pembangunannya
sedangkan bagi daerah daerah miskin dan tidak memiliki SDA
E. tabungan dalam negeri
Pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan investasi.
Peningktan investasi pada gilirannya membutuhka dana pembiayaan yang
berasal dari dalam maupun lur negeri. Dari kedua sumber pembiayaan ini,
sumber dana dalam negeri seyogya nya merupakan sumber pokok
pemibiayaan. Terutam dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka
Panjang, dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan
investasi dari sumber dalam negeri. Dari berbabgai sumber pembiayaan
dalam negeri, tabungan domestic, ideal nya kedua komponen tersebut
harus dapat di tingkatkan secara sinergis dan bersamaan

3. Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan


perkreditan terhadap debitur yang berpotensi mengalami kesulitan untuk
memenuhi kewajibannya. Kebijakan restrukturisasi kredit yang dilakukan pihak
bank antara lain melalui:
 Penurunan suku bunga kredit;
 Perpanjangan jangka waktu kredit;
 Pengurangan tunggakan bunga kredit;
 Pengurangan tunggakan pokok kredit;
 Penambahan fasilitas kredit; dan/atau
 Konversi kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara. 
Terdapat beberapa persyaratan untuk mengajukan restrukturisasi kredit kepada
bank yaitu:

 Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/ atau bunga kredit;


dan 
 Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu memenuhi
kewajiban setelah kredit direstruktur

4. Industrialisasi adalah sebuah proses perubahan khususnya dalam bidang


sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri

Industrialisasi juga dapat diartikan sebagai keadaan di mana masyarakat


telah berfokus pada ekonom, yang terdiri dari pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), adanya gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi
merupakan sebuah bagian dari proses modernisasi di mana terjadinya
perubahan sosial dan perkembangan ekonomiyang berkaitan erat dengan
inovasi teknologi.
Ada beberapa hal yang menjadi dampak positif dari industrialisasi. Di
antaranya adalah:
 Terbukanya lapangan kerja
 Terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat
 Pendapatan/kesejahteraan masyarakat meningkat
 Menghemat devisa negara
 Mendorong untuk berfikir maju bagi masyarakat
 Terbukanya usaha-usaha lain di luar bidang industri
 Penundaan usia nikah
Sedangkan Dampak negatif dari industrialisasi adalah:
 Terjadinya arus urbanisasi dari desa ke kota-kota yang dijadikan tujuan
kaum urban untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
 Terjadinya pencemaran udara, air, dan tanah sebagai ekses negatif dari
proses produksi
 Memicu sifat konsumerisme masyarakat.
 Menurunnya budaya gotong royong antarwarga masyarakat.
 Paham materialisme semakin berkembang.
 Berkembangnya paham individualistis.
 Semakin lebarnya jurang kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
 Terjadinya permukiman kumuh di kota-kota
 Hilangnya kepribadian masyarakat
 Lahan pertanian semakin berkurang.
 Meningkatnya permukiman slum area di kota-kota
 Naiknya suhu bumi dan penduduk perkampungan dekat pabrik dapat
terserang penyakit pernapasan.

5. Deep Ecology adalah filsafat baru atau Ecosophy yang bertumpu pada
perubahan dari antroposentrik menjadi gerakan lingkungan murni. Filsafat ini
ditandai dengan tafsir baru tentang identitas manusia dengan cara 
menghilangkan dualisme rationalistik antara manusia dan lingkungannya.
Karenanya, Deep Ecology menekankan pada nilai-nilai intrisik pada spesies lain,
sistem dan proses proses yang terjadi di alam.

Posisi ini melahirkan pandangan system ekosentrik pada etika lingkungan


hidup. Deep Ecology menyebutkan dirinya sebagai “deep” karena ia
mempertanyakan hal-hal kompleks dan spiritual tentang peran manusia di ekosfir

Jadi, simpulannya Deep Ecology memusatkan perhatian kepada seluruh


spesies, termasuk spesies bukan manusia. Deep Ecology juga tidak memusatkan
pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka dari itu, prinsip
moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut seluruh kepentingan
komunitas ekologis. Deep Ecology mengutamakan prinsip-prinsip moral etika
lingkungan yang harus diterjemahkan dalam aksi nyata. Etika lingkungan
menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekadar
sesuatu yang amat instrumental dan ekspansionis, merupakan gerakan nyata,
yaitu perubahan cara pandang, nilai dan perilaku atau gaya hidup.

6. Apa makna dari pembangunan ekonomi inklusif? World Economic Forum


(WEF) mendefinisikan ekonomi inklusif sebagai suatu strategi untuk
meningkatkan kinerja perekonomian dengan perluasan kesempatan dan
kemakmuran ekonomi, serta memberi akses yang luas pada seluruh lapisan
masyarakat. Pengertian dari WEF tersebut tidak serta merta bisa diaplikasikan di
Indonesia karena faktor seperti disparitas, serta kondisi sosial budaya.

Indonesia, melalui Bappenas, kemudian mendefinisikan pembangunan


ekonomi inklusif sebagai pertumbuhan ekonomi yang menciptakan akses dan
kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan,
meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi kesenjangan antar kelompok dan
wilayah. Untuk itu pula, pemerintah Indonesia melalui Bappenas telah
mengeluarkan Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Tingkat Nasional Tahun
2011-2017 yang dapat dimanfaatkan untuk merumuskan kebijakan
pembangunan yang fokus untuk mendorong pembangunan yang lebih inklusif.

Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif memuat tiga pilar utama:


pertumbuhan ekonomi tinggi; pemerataan pendapatan dan pengurangan
kemiskinan; dan perluasan akses dan kesempatan. Tantangan difabel dalam
sektor ketenagakerjaan dan perekonomian, jika melihat dari ketiga pilar ini,
memang terinternalisasi dari semua pilar. Namun, pilar kedua dan ketiga memang
menjadi acuan penting bagaimana difabel sebagai salah satu kelompok marjinal
bisa terproteksi dari laju pertumbuhan ekonomi yang mengeksklusi mereka.  

7.  Syarat utama pembangunan ekonomi inklusif

 Pilar pertama adalah kapabilitas manusia


Sunaryo kemudian mengajukan konsep kapabilitas manusia yang dibuat
oleh Amartya Sen dan Martha Nussbaum. Mereka adalah dua pemikir
yang gundah dengan ukuran kualitas hidup yang dibuat oleh para ekonom
arus utama. Sen sendiri sejatinya adalah seorang ekonom, namun ia
melihat ada cara pandang yang salah dalam ekonomi. Sementara
Nussbaum adalah seorang filsuf dan feminis yang melihat manusia dalam
kerangka yang lebih luas. Keduanya memperkenalkan pendekatan yang
lebih manusiawi dalam memahami kualitas hidup (quality of life). Konsep
ini pun relevan dan kontekstual dalam melihat realitas difabel dalam isu
pembangunan.

Menurut Sunaryo, pendekatan yang mereka ajukan adalah pendekatan


kapabilitas (capability approach). Melalui pendekatan ini, mereka
memahami kualitas hidup pada sejauh mana seseorang memiliki
kemampuan untuk menjadi sesuatu atau melakukan sesuatu (ability to
function) yang dianggap bernilai.

Bagi Sen dan Nussbaum, pendapatan bukan satu-satunya faktor penentu


untuk melihat kualitas hidup manusia. Mereka mengajukan hal lain yang
juga perlu dilihat dalam pendekatan ini: keragaman kondisi setiap orang,
keragaman kondisi sosial-politik dan keragaman kondisi alam dan
lingkungan.

Menurut Sunaryo, cara pandang dari Sen dan Nussbaum ingin


memberitahukan bahwa kondisi setiap orang tidak bisa digenerelalisasi.
Salah satu contohnya adalah kondisi sosial orang. Kondisi sosial yang
berbeda-beda akan membuat kapabilitas orang menjadi berbeda-beda
pula. Dalam isu difabel, realitas difabel yang sering terdiskriminasi dan
tidak mendapatkan kesempatan berkehidupan secara luas tidak serta
merta bisa menjadi alat ukur difabel dalam penentuan kapabilitas. Difabel
yang tidak punya akses yang luas saat masuk dalam seleksi jabatan-
jabatan publik misalnya, tidak bisa dianggap tidak punya kapabilitas dalam
memimpin karena kondisi kedifabelan. Ada variabel lain bernama desain
yang tidak aksesibel dalam lingkungan dan regulasi. Variabel ini sering
membuat kapabilitas difabel tidak dianggap mampu dan setara dengan
non difabel lainnya dalam setiap kesempatan. 

 Sub pilar kedua adalah infrastruktur dasar

Aksesibilitas dalam infrastruktur dasar mampu mempengaruhi


tingkat partisipasi difabel dalam pembangunan ekonomi yang inklusif.
Misal, dalam sektor pendidikan untuk mempersiapkan difabel dalam dunia
kerja. Infrastruktur pendidikan yang tidak aksesibel akan membuat difabel
kesulitan dalam berpartisipasi secara penuh dalam segala jenis
pendidikan. Dalam dunia kerja, infrastruktur yang tidak aksesibel di tempat
kerja juga membuat difabel kesulitan dalam melaksanakan aktifitasnya.
Kemudian, contoh lain dalam perkara difabel di sektor pertanian. Desain
irigiasi, misalnya, yang tidak aksesibel membuat sektor pertanian menjadi
tidak terbuka bagi difabel. Imbasnya, difabel menjadi tidak terserap dalam
sektor informal pertanian dan negara kehilangan potensi difabel di sektor
pertanian. 

 Sub pilar yang ketiga tentang keuangan yang inklusif

Sub pilar ini dimulai dari level terkecil yaitu hak difabel dalam
mengelola uangnya sendiri. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan
bahwa difabel yang mempu mengelola uangnya sendiri dan tidak
tergantung kepada pengelolaan yang dilakukan orang lain cenderung bisa
hidup secara mandiri dan bisa memaksimalkan potensi perekonomian
mereka. Peningkatan perekonomian akan berimbas baik pada kualitas
hidup, Produk Domestik Bruto serta pertumbuhan pembangunan ekonomi
yang inklusif.
Dalam lingkup yang lebih luas, persoalan keuangan yang inklusif
juga berkenaan dengan peluang difabel, terutama yang bekerja pada
sektor informal, dianggap layak untuk mendapatkan pinjaman modal dari
penyedia layanan perbankan. Banyak penelitian yang sudah
menunjuukan bahwa difabel terstigma tidak mandiri secara ekonomi.
Karena itu, banyak penyedia layanan perbankan yang tidak memasukkan
difabel ke dalam kategori nasabah yang potensial. Difabel kemudian tidak
akan mendapatkan layanan keuangan dan kemungkinan mereka untuk
mendapatkan bantuan modal menjadi lebih kecil.

8. Masalah ekonomi makro di suatu negara

 Pengangguran

Dengan cara yang sama pengangguran muncul ketika faktor-faktor


produksi yang bersedia dan mampu menghasilkan barang dan jasa tidak
aktif terlibat dalam produksi. Pengangguran berarti perekonomian tidak
mencapai tujuan ekonomi makro akan penyerapan seluruh tenaga kerja.

Pengangguran merupakan masalah karena:

 Output yabng dihasilkan lebih sedikit dan dengan demikian timbul


masalah kelangkaan dalam perekonomian.
 Hal ini terjadi sebab tenaga kerja yang menganggur menerima
pendapatan yang lebih sedikit. Hal ini secara bertahap akan
mengurangi standar hidup.

Dengan demikian tingkat pengangguran pada akhirnya


memberitahu kita berapa banyak orang dalam angkatan kerja yang tidak
dapat menemukan pekerjaan.

Hal ini umumnya dapat diamati bahwa ketika ekonomi akan


bertumbuh dari periode ke periode. Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan
dengan tingkat pertumbuhan PDB dan tingkat pengangguran yang
cenderung rendah. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya
tingkat PDB, output menjadi lebih tinggi, dan karenanya jumlah buruh
yang diperlukan untuk menyeimbangi tingkat produksi. Secara umum,
keadaan ekonomi yang baik akan memiliki tingkat pengangguran lebih
rendah dan sebaliknya.

 Inflasi

Kenaikan tingkat harga secara konsisten dan terus-menerus akan


menyebabkan inflasi. Secara sederhana dalam Inflasi ada kenaikan umum
dalam harga barang dan jasa dari waktu ke waktu. Dalam hal demikian,
harga umumnya naik dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Dengan
adanya beban ini, perekonomian tidak mencapai tujuan stabilitasnya.
Inflasi menyebabkan peningkatan rata-rata harga produk dan jasa. Dalam
keadaan inflasi dapat dilihat bahwa beberapa harga naik di atas rata-rata,
beberapa naik di bawah rata-rata, dan beberapa  harga barang bahkan
menurun.

Inflasi merupakan masalah karena:

 Karena ada kenaikan harga barang dan jasa, daya beli uang
menurun. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi kekayaan
finansial dan menurunkan standar hidup.
 ketidakpastian yang lebih besar untuk melakukan perencanaan
jangka panjang.
 Pendapatan dan kekayaan cenderung didistribusikan sembarangan
di antara berbagai sektor ekonomi dan di antara pemilik sumber
daya.

 Siklus Bisnis
Tahap Ekspansi Selama fase ekspansi dari siklus bisnis ada
peningkatan secara umum dalam kegiatan ekonomi. Dengan demikian
kenaikan permintaan agregat secara keseluruhan mengarah kepada
tingkat produksi yang lebih tinggi dan sumber daya yang dipergunakan
berada pada tingkat yang lebih tinggi. Permintaan lebih dari penawaran.
Oleh karena itu pasar lebih cenderung memiliki kekurangan dibandingkan
surplus. Dengan demikian inflasi cenderung menjadi masalah utama
selama fase ini. Namun, dengan produksi yang kuat, banyak orang yang
dibutuhkan untuk mengatasi dengan permintaan akan tenaga kerja dan
dengan demikian pengangguran cenderung tidak menjadi masalah. 

Tahap Kontraksi Dalam fase kontraksi dari siklus bisnis akan


terjadi penurunan secara umum dalam kegiatan perekonomian.
Keseluruhan permintaan agregat berkurang yang berarti bahwa output
yang dihasilkan lebih sedikit, dan dengan demikian lebih sedikit sumber
daya yang digunakan dalam proses produksi.

Dengan alasan ini, pengangguran cenderung menjadi masalah


utama di sini. Tetapi pada saat yang sama karena pasar cenderung
memiliki lebih banyak surplus dari kekurangan, inflasi cenderung tidak
menjadi masalah selama fase ini. 

 Suku bunga

Suku bunga adalah biaya yang dikenakan oleh bank untuk


memberikan pinjaman. Perusahaan meminjam uang dari bank-bank dari
waktu ke waktu dan karenanya peningkatan suku bunga akan
mempengaruhi bisnis secara langsung.

Dengan kenaikan suku bunga akan menyebabkan peningkatan


beban bunga. Dalam kasus seperti itu usaha harus mengeluarkan biaya
yang lebih tinggi untuk membayar kembali pinjaman. Perubahan pada
tingkat suku bunga juga mempengaruhi pelanggan. Pada gilirannya, ini
juga akan mempengaruhi perusahaan. Individu dalam kasus demikian
harus membayar jumlah yang lebih tinggi untuk meminjam uang, yang
akhirnya menyebabkan penurunan permintaan untuk produk besar.

 Pertumbuhan stagnan

Pertumbuhan stagnan terjadi ketika pasokan produk tidak


meningkat atau menurun di bawah patokan. Peningkatan total produksi
barang dan jasa umumnya diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi. Hal
ini diperlukan untuk mengimbangi peningkatan populasi dan harapan
standar hidup yang meningkat.Pertumbuhan stagnan timbul jika total
produksi tidak mengikuti harapan-harapan ini. Oleh karena itu tujuan
ekonomi makro akan pertumbuhan ekonomi tidak tercapai. Alasan paling 
memungkikan untuk pertumbuhan stagnan dapat dikaitkan dengan
kuantitas dan kualitas sumber daya yang digunakan untuk produksi.

Jadi mari kita memahami alasan-alasan penyebab pertumbuhan


stagnan secara rinci. Kuantitas dari empat faktor produksi dapat
membatasi pertumbuhan produksi. Faktor-faktor ini adalah tenaga kerja,
modal, tanah, dan kewirausahaan. Jika orang malas memutuskan untuk
berhenti dari pekerjaannya dan menghabiskan waktunya melakukan apa-
apa selain tidur di sofa ruang tamu orang tuanya, maka total jumlah
tenaga kerja menurun. Dengan demikian jumlah tenaga kerja didasarkan
pada populasi keseluruhan dan bagian dari populasi bersedia dan mampu
bekerja.

9. Penyebab terjadinya pengangguran

1. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi dapat mengurangi jumlah karyawan yang


diperlukan untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Suatu inovasi untuk
sistem komputer baru dalam industri tertentu yang melakukan fungsi dua
atau tiga kali lebih cepat daripada manusia dapat mengakibatkan
pengusaha menghilangkan pekerjaan di seluruh industri. Jika industri
cukup besar, kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan tingkat
pengangguran keseluruhan meningkat.

2. Kemerosotan ekonomi

Suatu kemerosotan ekonomi dapat meningkatkan tingkat


pengangguran. Selama masa ekonomi yang sulit, perusahaan sering
terpaksa menghilangkan pekerjaan untuk mengurangi biaya tenaga kerja
dalam upaya untuk tetap menguntungkan, atau bahkan tetap layak. Jika
sejumlah besar industri dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang buruk,
ribuan pekerja dapat diberhentikan dalam waktu singkat, menyebabkan
lonjakan tingkat pengangguran. Selama Depresi Besar, misalnya, tingkat
pengangguran mencapai puncak 25 persen pada tahun 1933, menurut
Biro Statistik Tenaga Kerja.

3. Tidak Ada Penciptaan Pekerjaan

Kegagalan atau ketidakmampuan pengusaha untuk menciptakan


pekerjaan baru, bahkan selama kondisi ekonomi yang stabil, dapat
menyebabkan peningkatan pengangguran. Menurut situs The Heritage
Foundation, pekerja yang meninggalkan pekerjaan mereka selama
periode kerja yang lambat atau tidak ada pekerjaan lebih sulit menemukan
pekerjaan baru. Jika pertumbuhan pekerjaan yang terbatas akan tetap
berlangsung untuk jangka waktu yang panjang, jumlah pekerja yang
menganggur akan meningkat secara bertahap, menghasilkan peningkatan
yang relatif lambat tetapi stabil dalam tingkat pengangguran.

4. Peristiwa Bencana

Kejadian malapetaka yang mempengaruhi satu atau lebih industri


dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan dan kemudian
menyebabkan pengangguran. Sebagai buntut dari serangan teroris 11
September 2001, misalnya, ribuan pekerja maskapai diberhentikan, baik
sebagai akibat dari penutupan penerbangan segera setelah serangan
serta penurunan perjalanan udara karena penumpang menjadi lebih takut
terbang. Industri afiliasi seperti kedirgantaraan dan perhotelan juga
terpengaruh seperti contoh pengangguran musiman.

Mencari magang dalam manajemen Bisnis, sipil dan konstruksi


bangunan di PBB, Perusahaan LSM
Tingkat pengangguran di Kenya telah berfluktuasi selama beberapa tahun
terakhir. Ada banyak alasan yang diberikan sebagai penjelasan untuk
fenomena ini. Kebanyakan orang menyalahkan pengangguran terhadap
tantangan yang dihadapi pembangunan di Kenya sementara yang lain
menghubungkannya dengan meningkatnya populasi pemuda di Kenya. Ini
adalah alasan yang sah, tetapi ada lebih banyak masalah ini daripada
yang sering ditemui. Berikut ini adalah kemungkinan masalah yang
berkontribusi terhadap tingginya tingkat pengangguran di Kenya dan apa
yang dapat dilakukan tentang hal itu.

5. Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan Kenya telah disalahkan untuk waktu yang lama


sebagai berada di belakang krisis pengangguran kaum muda di Kenya
saat ini. Ada laporan bahwa sistem seperti yang saat ini diatur tidak
melatih pemuda dan siswa di sekolah untuk menjadi pencipta pekerjaan,
tetapi memompa mereka dengan pengetahuan yang memungkinkan
mereka untuk menjadi pencari kerja ketika mereka selesai dengan
sekolah. Ini telah menyebabkan tanaman malas dewasa muda yang tidak
bisa berpikir di luar kotak untuk menemukan cara bertahan hidup.
Penekanan pada pekerjaan kerah putih selama pelatihan formal di
sekolah dan perguruan tinggi telah mengkorosi pola pikir para pemuda
yang sekarang percaya bahwa tanpa mengamankan peluang kerja yang
sangat baik mereka tidak dapat bertahan hidup.

6. Terlalu Mengharapkan Campur Tangan Pemerintah

Tingkat pengangguran kaum muda di dunia mengganggu bukan


karena kaum muda tidak mampu bekerja, tetapi karena mereka
mengharapkan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja bagi
mereka. Pola pikir ini telah melumpuhkan banyak orang yang berjuang
untuk sampai ke kota-kota ketika mereka dapat menciptakan lapangan
kerja tepat di mana mereka berada di pertanian atau bahkan sektor
informal seperti pertukangan kayu dan bentuk-bentuk keberpihakan
lainnya.

Sistem pendidikan telah menggambarkan pekerjaan-pekerjaan ini


untuk mereka yang belum pergi ke sekolah namun mereka adalah
penggerak utama perekonomian dunia. Jika data tingkat pengangguran di
dunia 2015 adalah segalanya, sistem pendidikan perlu direvisi untuk
menghasilkan siswa yang mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada
pekerjaan. Siswa harus meninggalkan sekolah dengan keterampilan yang
dapat mereka ubah menjadi peluan

10. Inflasi secara umum disebabkan oleh dua faktor yakni faktor alami dan
faktor buatan. Inflasi alami maksudnya adalah inflasi ini terjadi tanpa adanya
suatu kebijakan atau praktik tertentu. Inflasi alami terjadi berdasarkan hukum
ekonomi supply demand, di mana saat permintaan banyak tetapi penawaran
jumlahnya stabil. Sementara inflasi buatan adalah inflasi yang sengaja dibuat oleh
manusia secara sistemik. Inflasi buatan biasanya dilakukan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab atau curang. Misalnya dengan cara menimbun barang

Inflasi dapat merusak pilar pilar perekonomian karena inflasi


menyebabkan banyak permasalahan ekonomi, seperti tingkat harga barang yang
naik, daya beli masyarakat menurun, tingginya tingkat pengangguran. Inflasi
merupakan kejadian dimana harga barang barang naik secara umum. Inflasi jika
dibiarkan secara terus menerus maka akan mengakibatkan berbagai
permasalahan ekonomi. Oleh sebab itu, Di Indonesia, Bank Indonesia
merupakan lembaga yang bertugas untuk menstabilkan perekonomian, termasuk
mengatasi masalah inflasi melalui kebijakan ekonomi yang diambilnya.

Anda mungkin juga menyukai