Anda di halaman 1dari 8

Analisa perilaku konsumen dan strategi produk ( studi kasus Strategi

PT Graha Toys dalam mempertahankan konsumen dan ketersedian


rangkaian produk )

Oleh
Agung dwiky pamungkas
19010420091

Prodi manajemen
Fakultas ekonomi
Universitas proklamasi45 yogyakarta
Latar belakang

Action Figure merupakan bentuk miniatur dari sebuah karakter yang


dibuat berdasarkan pada film, animasi, maupun orang terkenal. Action figure
dibuat dengan tingkat kedetailan yang tinggi dan biasanya diproduksi dalam
jumlah terbatas sehingga harga jualnya relatif mahal. Namun demikian bagi
sebagian besar masyarakat namun tetap menarik untuk dikoleksi oleh para
kolektor. Pada awalnya, action figure dibuat berdasarkan film dan animasi barat
yang terkenal dengan mengambil tokoh superhero seperti Batman, Spiderman,
Ironman dan lain-lain atau dari artis ternama seperti Elvis Presley (Setiaji, 2014).
Salah satu saluran penjualan yang dapat digunakan oleh para penjual
figurine adalah melalui situs daring. Pembelian secara daring ini, terutama untuk
figurine, meningkat secara drastis. Adanya promosi yang gencar dari
perusahaan produsen meliputi pemutaran film, komik (manga), anime dan
merchandise-nya termasuk figurine membuat figurine ini semakin terkenal di
seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Salah satu toko penjual adalah Pt Graha Toys. Penjual ini telah mulai
memasarkan produknya melalui toko yang khusus menjual action figure berupa
beberapa boneka yang yang telah di desain dengan karakter aslinya yang
terdapat di anime terkenal jepang laiinya, di tengah banyak nya toko yang
membuka penjualan dengan action figure dan beberapa hal menarik laiinya yang
sesuai dengan karakter tokoh di dalam anime tsb maka graha toys mulai
tersaingi dalam hal penjualan nya maka mereka lebih memilih dengan cara
lainnya yaitu dengan mencoba menjual secara online.
PT Graha Toys adalah toko yang bisnis utamanya menjual action figures
baik offline maupun online.Untuk memenangkan persaingan, dibutuhkan strategi
pemasaran yang harus didasarkan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pelanggan, terutama pelanggan online. Dengan menggunakan metode survey
dan wawancara mendalam terlihat bahwa karakteristik pembeli adalah laki-
laki(86%), berusia 19-24 (67%), siswa (60%), dan dengan biaya bulanan kurang
dari 3 juta rupiah(71%). Sebagian besar pembeli adalah anggota komunitas hobi
dari tempat mereka mudahterpengaruh dalam membeli tokoh aksi baru. 56%
pembeli secara aktif menggunakan internet danmedia sosial setiap hari. Lini
produk yang paling populer adalah nendoroid (51%), diikuti oleh gundam (48%).
Sudut pandang lain diamati oleh Hadinata (2014), yaitu strategi penetapan
harga. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, data diambil untuk
mempelajari dampak dari penetapan harga terhadap pembelian figurine.
Didapatkan bahwa kelengkapan produk dan kebijakan diskon dapat membantu
meningkatkan citra positif dari penjual dan mempengaruhi keputusan pembelian.
Faktor lain yang dianggap penting oleh para responden adalah kemasan,
penempatan label harga, dan kualitas layanan yang diberikan oleh karyawan
toko.

Perilaku konsumen

Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai


sebuah studi tentang proses pembelian dan pertukaran unit (produk) yang
meliputi perolehan, konsumsi, dan penyelesaian. Selain itu, perilaku konsumen
juga dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang bagaimana individu,
kelompok, maupun organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan meletakkan
barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhannya (Kotler&Keller, 2008)

Action figure

Menurut Sayono (2013), action figure adalah karakter berupa mainan


yang terbuat dari plastik atau bahan lain yang seringkali dibuat berdasarkan
karakter dalam film, komik, video game, atau acara televisi. Awalnya, action
figure diperkenalkan oleh Stan Weston, seorang manajer pemasaran pada
perusahaan mainan Amerika Serikat yaitu Hasbro. Kemunculan berbagai macam
anime kemudian membuat perusahaan-perusahan besar seperti Bandai, Good
Smile Company, Banpresto, AGP, dan Square-Enix tertarik untuk
mengembangkan action figure berdasarkan anime. Action figure bertema anime
ini lalu dikenal sebagai figurine yang merupakan model dari orang dan objek
yang meliputi model mobil, bangunan, tanaman, tumbuhan, kehidupan
prasejarah atau benda-benda imajiner. Figurine ini kemudian semakin meningkat
popularitasnya dan dijadikan barang koleksi (collectors item) yang mempunyai
nilai jual yang relatif tinggi (Shiau, 2014).
Menyikapi harga yang tergolong mahal bagi kalangan awam,
maupun bagi yang suka mengoleksi action figure itu adalah hal yang wajar yang
apa lagi mereka menyadari bahwa barang yang mereka beli merupak produk
figurine yang ditawarkan memiliki kualitas tinggi yang sebanding dengan
harganya, mereka akan tetap membeli. Terkait kualitas,
Dan juga mereka atau orang yang hobi mengoleksi action figure
mengatakan bahwa brand image dari perusahaan terkait juga ikut
mempengaruhi. Menurut mereka, perusahaan-perusahaan besar seperti Bandai
ataupun Good Smile Company telah memberikan bukti kualitas baik dari produk
maupun pelayanan. Terakhir, masalah yang sering ditemui ketika ingin membeli
anime action figure lebih kepada fluktuasi mata uang asing, khususnya yen
Jepang yang tidak stabil. Selain itu, ketersediaan stok barang juga terbatas
sehingga harganya ikut melonjak, ditambah jika barang tersebut limited atau
hanya dijual di Jepang saja. Ketersediaan stok dan harga yang mengikuti kurs
yen, juga memberikan alasan banyaknya barang palsu yang beredar dengan
harga jauh lebih murah daripada yang asli. Masalah kepengurusan di bea cukai,
yang masih menganggap bahwa anime action figure adalah barang impor dan
dikenai pajak barang mewah ikut memberikan andil.

Strategi pemasaran

Adapun untuk strategi pemasaran yang tepat dalam memasarkan action


figure ke para penghobi atau para kolektor sesui dengan perancangan
pemasaran STPD (Segmentation, Targeting, Positioning, dan Differentiation) dan
bauran pemasaran marketing mix 4P

1.STPD (Segmentation, Targeting, Positioning, dan Differentiation)

Segmentasi pasar dapat di lakukan dengan tiga model segmentasi yaitu,


geografis, demografis dan psikografis, untuk geografis dapat lagi di bagi menjadi
2 yaitu kota besar dan kota kecil di karenakan jumlah peminat yang berbeda
diantara kedua kota tsb, untuk kota besar bisa melakukan dengan cara jual
online dan COD maupun dengan tidak online/ ofline bisa datang langsung ke
took tsb, sedangkan untuk kota kecil dapat juga di lakukan hanya dengan
penjualan online di karenakan kurang nya pemahaman dan masih awamnya
mereka dalam action figure tetapi dengan penjualan online adalah hal yang
sangat di anjurkan dengan memposting bentuk dan harga sesuai dengan aslinya
dan tidak mengurangi bentuk barang yang di perjualbelikan.
Untuk demografis pasar bisa di bedakan menjadi 2 yaitu para kolektor,
dan hanya untuk hobi biasa, untuk para kolektor bisa dikatakan mereka yang
memang membeli barang untuk menjadi bahan tambahan koleksi nya dalam
melengkapi karkater anime yang masih dalam tahap memenuhi bahan koleksi
nya sedangakan untuk yang hobi biasa hanya di lakukan penawaran yang
sebatas barang yang mereka mau nya saja
Untuk psikografis dalam hal ini pasar hanya untuk mengikuti lifestyle para
pecinta action figure itu sendiri diliat melalaui survey yang telah di lakukakn
karakteristik pembeli merupakan adalah laki-laki 86% yang berusia 19-24 tahun,
siswa nya 60% akan tetapi yang perlu ditegaskan disini bahwa PT graha toys
labih melakukan pemasaran nya di sekitaran kalangan yang sudah
berpenghasilan di karenakan demi terjaga nya komunikasi diantara para pembeli
yang sudah pasti akan menjadi langganan took graha toys
Kemudian pt graha toys juga dapat menjual nya action figure yang ada
dengan system online karena Sebagian pembeli merupakan anggota komunistas
yang sering menggunakan media social untuk saling bertukar pikiran dalam hal
karakter action figure yang mereka punyai
Untuk mengoptimalkan pelayanan yang diberikan maka segmern pasar
yang harus di kuasasi oleh PT graha toys adalah para pelanggan atau para
kolektor yang berada di kota besar karena merka biasa nya memiliki komunitas
para pecinta action figure yang mana mereka sering berkumpul atau melakukan
kegiatan yang menyangkut hobi mereka yang dapat di terpakan adalah
pelayanan yang baik dengan kualitas barang yang bagus dan dengan harga
yang wajar sesuai dengan action figure nya. Dengan demikian produk yang baru
dari PT graha toys tetap dengan kualitas yang baik, selalu ketersediaan produk
serta proses pengiriman nya akan semakin bagus

2. bauran pemasaran ( marketing mix ) 4p

Produk

untuk strategi produk yang perlu di jalankan oleh PT graha toys adalah
memaksimalkan ketersediaan barang yang ada apalagi untuk barang yang
sangat seering di beli oleh pelanggan, memperbanyak produk yang ditawarkan
dengan memperkenalkan produk flagship ( produk unggulan ) seperti contoh nya
produk yang laris nendoroid atau pun produk yang baru dan terus mengupdate
informasi terkait produk yang di keluarkan atau pun yang telah ada di graha
toys,begitu juga disaat pengemasan di harapkan dapat mampu memberikan
yang terbaik suapaya proses di dalam pengiriaman tidak mengalami kerusakan.

price

untuk strategi harga pt garaha toys dapat melakukan dengan harga yang
sedikit lebih murah kepada kompetitior agar pembeli semakin setia alam
berlangganan ke took graha toys, ataupun dngan hal lain nya dengan
memberikan diskon harga kepada pelanggan dengan produk tertentu itu pula
dapat membuat pelanggan setia yang potensial dapat memberikan informasi
kepada anggota komunitas nya untuk dapat untuk membeli di PT graha toys

place

untuk pengembangan took PT graha toys bisa membuat sesuatu


perkumpulan secara online melalui di dunia maya karena 56% pelanggan adalah
mereka yang aktif di media social sehingga di butuh kan keakuratan informasi
mengenai barang produk yang ada begitupula di buatakan kotak saran, pesan,
kritik mengenai hal tsb, yang paling penting pt graha toys dapat menjamin
keamanan dan kenyamanan pelanggan pribadi yang di berikan oleh pembeli tsb.
promotion

dalam memanfaatkan media social internet PT graha toys dapat


memanfaatkan social media marketing sebagai salah satu sarana dalam
menyebarkan informasi dan pengupdetan conten pada IG,FB,LINE, atau
CHANNEL YOUTUBE dengan masing konten tsb dibuat kan online store@ yang
mana konten media tsb sangat sering diakses oleh semua orang semua usia
baik yang anak anak sampai orang dewasa menggunakan koneten tsb, bukan
tidak mungkin pembeli yang selama ini ingin memiliki action figure dapat tertarik
menjadi pelanggan setelah mengetahui nya melalui iklan di media social
tersebut, akan tetapi penjualan secara ofline atau pun dengan toko yang tetap
menerima pelanggan dengan perdagangan konvensional dapat terus di jalankan
agar pelanggan semakin percaya akan adanya toko PT graha toys

kesimpulan

dengan adanya kemajuan teknologi yang terjadi mau tidak mau para
pengusaha harus memalukan penjualan dengan cara yang online
Perkembangan teknologi telah memungkinkan perusahaan untuk
mengembangkan pemasaran produk mereka melalui saluran online dengan
memanfaatkan media social yang menawarkan biaya lebih murah dibandingkan
toko konvensional sehingga akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih
baik.
PT graha toys harus menyadari potensi tersebut dan menyadari bahwa
mereka harus berupaya lebih keras dalam bersaing di dunia toko online.
Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi harga yang digunakan merupakan
kelemahan dari toko, selain itu kurangnya jenis produk yang tersedia juga
menjadi masalah bagi para konsumen. Agar tidak terjebak dalam perang harga,
toko sebaiknya memilih positioning sebagai toko online yang menawarkan
kualitas layanan yang lebih baik dengan harga yang wajar.
Daftar Pustaka
Setiaji, H., 2014, Detik Finance, [Online]. http://finance.detik.com
/read/2014/04/04/094314/2545234/4/asyiknya-memainkan-sekaligusmengoleksi-
action-figure. 14 april 2020 (22:37).
Hadinata, P. 2014. Strategi Harga dalam Menentukan Nilai Pelanggan
dan Implikasinya terhadap Proses Keputusan Pembelian Action Figures
Pelanggan Multi Toys N Game Bandung, Universitas Widyatama, Bandung.
Jurnal, Teknik industry, imade vol 14 hal 97-116
Shiau, H. C., 2014, The Impact of Product Innovation on Behavior
Intention: The Measurement of the Mediating Effect of the Brand Image of
Japanese Anime Dolls, Anthropologist, vol. 17, no. 3, pp. 777-788.
Mowen, J. C., dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen, Penerjemah: Lina
Salim, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sayono, S. I., Wibowo dan H. Ariyanto. 2013. Perancangan Action Figure
Gundala Putra Petir, Jurnal DKV Adiwarna UK Petra, 1(2): 12
Kotler, P. dan K. L. Keller. 2014. Principles of Marketing. 15th Ed., Essex:
Pearson Education Limited

Anda mungkin juga menyukai