Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL KASUS GANGGUAN GINJAL

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB 2 Sistem Urologi
Dosen Pengampu : Gina Nurdina, M.Kep

Disusun Oleh :
Sindi Mulia (220081)

Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan PPNI


Jawa Barat
2021
A. LAPORAN STEP 1-4

1. Step1
Pertanyaan

1.Apa Yang Dimaksud Dengan Suhu Afebris ( Sindi Mulia 220081 )


2.Apa Yang Dimaksud Dengan Cardiomegali (Kaila ZA 220063)
3.Apa Yang Dimaksud Dengan BNO (Ananditha ZN 220047)
4.Apa Itu Nefrolitiasis Bilateral (Syakira NF 220083)
5.Apa Yang Dimaksud Dengan Oliguria ( Chinta M 220052)
6.Apa Yang Dimaksud Dengan Efusi Pleura Bilateral (Popi BR 220076 )
7.Apa Yang Dimaksud Dengan GDS ? (Hafid NI 220060)
8.Apa Yang Dimaksud Dengan Dypsneu (Fahmi Z 220058)

2. Step 2
Jawaban

1. Kaila ZA (220063)
Febris merupakan suatu gejala penyakit berupa peningkatan suhu tubuh, yaitu 37,2
derajat Celcius atau lebih.
Popi BR ( 220076)
Suhu Afebris artinya tidak demam.

2. Chinta M ( 220052)
Kardiomegali adalah kondisi ketika jantung mengalami pembesaran akibat
penyakit tertentu. Kardiomegali bisa bersifat sementara, bisa juga permanen.

3. Popi BR (220076)
Blass Nier Overzicht (BNO) merupakan pemeriksaan keseluruhan di daerah
abdomen sampai pelvis untuk melihat sistem traktus urinarius dari nier (ginjal)
hingga blass (kandung kemih), dengan foto BNO dapat menentukan ukuran,
bentuk dan posisi serta dapat membedakan batu.
4. Chinta M ( 220076 )
Nefrolitiasis adalah pembentukan materi keras menyerupai batu yang berasal dari
mineral dan garam di dalam ginjal

5. Hafid NI (220060 )
Oliguria adalah kondisi ketika air kecil atau urin manusia lebih sedikit dari
biasanya. Ini merupakan pertanda bahwa tubuh sedang tidak sehat. Untuk orang
dewasa, itu berarti kurang dari 400 mililiter urin sehari.

6. Chinta M ( 220052 )
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara
lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel
pada dinding dalam rongga dada. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi
dari penyakit lain
7. Syakira NF ( 220083 )
Tes gula darah sewaktu (GDS)
Seperti namanya, tes gula darah sewaktu bisa dilakukan kapan saja, tanpa perlu
mempertimbangkan waktu makan terakhir Anda. Namun, biasanya cek gula darah
ini dilakukan apabila Anda sudah memiliki gejala diabetes, seperti sering buang air
kecil atau kehausan ekstrem.

8. Sindi Mulia ( 220081 )


Dypsneu adalah istilah medis untuk sesak nafas

3. Step 3
Pertanyaan

1. Mengapa Pasien Mengalami Dypsneu Sejak 7 Hari ( Anandita ZN 220047)


2. Mengapa Tekanan Darah Pasien Tinggi ( Sindi Mulia 220081 )
3. Mengapa HB Pasien Rendah (Hafid NI 220060 )
4. Mengapa Pada Hasil Foto BNO Didapatkan Hasil Nefrolitiasis Bilateral
(Kaila ZA 220063)
5. Mengapa Pasien Mengalami Nyeri Abdomen Disertai Mual? ( Popi BR
220076 )
6. Mengapa Hematokrit Pasien Rendah? ( Sindi Mulia 220081)
7. Mengapa Pasien Di Rencanakan Untuk Persiapan HD (Syakira NF 220083)

Jawaban

1. Sindi Mulia ( 220081 )


Pasien mengalami Dypsneu karena pada pemeriksaan thorax pasien diindikasi
mengalami edema paru dan efusi pleura yang dapat menyebabkan sesak nafas.
Sesak napas akibat efusi pleura yang dialami disebabkan oleh penumpukan cairan
yang cukup banyak di ruang antara selaput pembungkus paru-paru dan paru-paru.

Edema paru terjadi karena adanya penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru
(alveoli).
Normalnya saat bernapas, udara akan masuk ke dalam paru-paru. Namun, pada
pengidap edema paru, oksigen yang dihirup tidak bisa masuk ke paru-paru, karena
organ tersebut sudah terisi oleh cairan.

2.

3. Ananditha ZN (220047)

Hb yang rendah pada gagal ginjal disebabkan oleh berkurangnya kadar


eritropoietin (epo). EPO adalah hormon yang berfungsi mengatur produksi sel
darah merah di sumsum tulang belakang. Hormon ini diproduksi oleh ginjal.
dikarenakan ada kerusakan pada ginjal maka akan mengakibatkan gangguan pada
hormon tersebut dan akhirnya hb menjadi rendah

4. Ananditha ZN ( 220047 )
Nefrolitiasis atau batu ginjal bisa disebabkan karena pada kasus pasien terdapat
oliguria dan kadar ureum dan kreatinin yg tinggi sehingga terjadi pengendapan dan
akhirnya menjadi batu ginjal.

5. Kaila ZA ( 220063)
Mual pada penderita gangguan ginjal bisa jadi merupakan respon dari penumpukan
urea di darah. Jika ada penurunan laju penyaringan ginjal selama >= 3 bulan,
fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal. Normalnya setiap
hari ginjal menyaring sekitar 120-150 l darah dan menghasilkan 1-2 L urin.Pada
gagal ginjal kronis, cairan, elektrolit dan limbah akan tertumpuk di tubuh.

6. Hafid NI ( 220060 )
Salah satu penyebab hematokrit rendah itu adalah penurunan kadar
hemoglobin.hemoglobin atau hb merupakan protein di dalam sel darah merah yang
bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika jumlah hemoglobin tidak
cukup, maka sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan baik dan hancur. Hal
ini dapat membuat kadar hematokrit menjadi lebih rendah.

4. Step 4

Learning Objektif

1. Mengapa Tekanan Darah Pasien Tinggi


2. Mengapa Dilakukan Perencanaan Pemeriksaan HD pada Pasien

Jawaban

1. Ginjal memerlukan sistem sirkulasi darah yang baik untuk bekerja, fungsi ginjal
adalah semacam menyaring darah dari toksin dan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh,
sehingga darah yang melalui ginjal sangatlah banyak, bila tekanan di pembuluh darah
tinggi, maka sel ginjal tidak akan mendapatkan cukup oksigen untuk bekerja dengan baik.
Sebaliknya, ginjal yang sehat juga berfungsi mengatur tekanan darah, sehingga tekanan
darah pasien dengan gangguan ginjal akan semakin tinggi, dan seperti lingkaran setan,
fungsi ginjal akan semakin menurun sampai akhirnya ginjal tidak berfungsi lagi.

2. Hemodialisa atau hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh. Terapi
ini umumya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi
dengan optimal. Pada dasarnya, tubuh mansua memang mampu mencuci darah secara
otomatis, tapi bila terjadi masalah pada ginjal, kondisinya akan lain lagi.

Konsep Learning Outcomes

Learning Objectives:
1. Mahasiswa memahami tentang patofisiologi dari Acute Kidney Injury, Chronic
Kidney Disease (End-Stage Renal Disease)
2. Mahasiswa memahami tentang konsep penatalaksanaan medis pada pasien
dengan gangguan ginjal
3. Mahasiswa memahami konsep pengkajian dan tanda gejala pada pasien dengan
gangguan ginjal
4. Mahasiswa mampu menyusun diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan ginjal
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan ginjal

5. Learning Outcomes

Konsep Penyakit Gagal Ginjal

a). Definisi

Ginjal adalah sepasang organ yang berada di bagian bawah punggung. Salah
satu ginjal berada pada sisi tulang belakang dan keduanya berfungsi menyaring
darah dan mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Kemudian, ginjal mengirimkan
sisa limbah ke kandung kemih dan mengeluarkannya melalui urine.

b). Klasifikasi

● Cedera ginjal akut


Jika ginjal berhenti bekerja tiba-tiba, dalam waktu yang singkat (biasanya dua hari
atau kurang), maka tubuh mengalami acute kidney injury (AKI) atau cedera ginjal
akut. Kondisi ini merupakan masalah serius dan harus ditangani segera.
Berbeda dengan jenis lainnya yang merupakan hasil dari kerusakan ginjal yang
terjadi secara bertahap, AKI dapat sembuh jika diobati dengan cepat.
● Gagal ginjal kronis
Cedera ginjal akut memang dapat diobati. Namun, tidak sedikit orang yang
mengalami kerusakan ginjal dalam jangka waktu yang lama setelah AKI terjadi.
Kondisi ini disebut dengan penyakit ginjal kronis.
Penyakit ginjal kronis menurunkan fungsi ginjal secara bertahap dan dapat
mengarah pada gagal ginjal tahap akhir jika tidak diobati dengan tepat.
● Gagal ginjal stadium akhir (ESRD)
Gagal ginjal stadium akhir (end-stage renal disease) adalah penyakit ginjal tahap
akhir yang bersifat kronis dan permanen. Kondisi ini terjadi ketika fungsi ginjal
menurun hingga organ tidak dapat berfungsi secara total.
Penyakit yang merupakan hasil akhir dari penyakit ginjal kronis ini membutuhkan
dialisis dan transplantasi ginjal agar pasien bisa bertahan hidup.

Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk


menyaring zat sisa dari darah dengan baik. Jika ginjal kehilangan kemampuan
untuk menyaring, akan terjadi penumpukan limbah dan zat kimia pada darah
menjadi tidak seimbang.dan mudah mengatasi kehilangan fungsi. Akibatnya,
gejala penyakit ginjal mungkin tidak akan muncul sampai kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki terjadi.
Umumnya, satu atau dua gejala ketika ginjal mengalami penurunan fungsi, seperti:
● kulit terasa gatal,
● kram otot,
● mual dan muntah,
● mudah lelah,
● hilangnya nafsu makan,
● pembengkakan pada lengan dan kaki,
● perubahan frekuensi dan volume urine,
● sesak napas, dan
● sulit tidur.
Sementara itu, ketika ginjal berhenti berfungsi secara tiba-tiba (cedera ginjal akut),
ada beberapa tanda yang mungkin Anda alami yaitu:
● nyeri perut,
● sakit punggung,
● diare,
● demam,
● mimisan, dan
● ruam kulit.

A. Acute Kidney Injury

Pengertian
Gagal ginjal akut atau acute kidney injury adalah kondisi ketika ginjal
berhenti berfungsi secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa disebabkan oleh gangguan
aliran darah ke ginjal, gangguan pada ginjal, atau masalah sumbatan pada saluran
urine.
Gagal ginjal akut didefinisikan oleh Kidney Disease: Improving Global Outcomes
(KDIGO) sebagai penyakit yang memenuhi setidaknya satu dari hal-hal ini:

1. Peningkatan kreatinin serum ≥ 0.3 mg/dL dalam kurun waktu 48 jam, atau
2. Peningkatan kreatinin serum ≥ 1.5 kali dari nilai dasar yang diperkirakan terjadi
dalam kurun waktu 7 hari, atau
3. Keluaran urin kurang dari 0.5 mL/kgBB/jam dalam kurun waktu 6 jam

Etiologi
Pada umumnya, gagal ginjal akut sangat mungkin terjadi karena berbagai faktor di
bawah ini.

• Aliran darah rendah yang terjadi akibat kondisi lain, seperti serangan jantung.
• Pembengkakan pada ginjal akibat reaksi terhadap infeksi atau obat tertentu.
• Tekanan darah tinggi (hipertensi).
• Masalah pada saluran kemih yang menyebabkan racun menumpuk di ginjal.
Walaupun demikian, cedera ginjal akut masih dapat ditangani hingga mendekati ke
fungsi normal ketika penyebabnya diatasi dengan baik.
Patofisiologi
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab acute kidney injury (AKI):

1. Penurunan perfusi ginjal (pre-renal)


2. Penyakit intrinsik ginjal (renal)
3. Obstruksi renal akut (post renal)
4. Bladder outlet obstruction (post renal)
5. Batu, trombus atau tumor di ureter

Tanda dan Gejala


1. Penurunan output urine
2. Pembengkakan akibat retensi cairan
3. Mual, kelelahan
4. Sesak napas
5. Kadang-kadang gejala mungkin tidak terlalu kentara atau mungkin tidak muncul
sama sekali.
Kompikasi
Gagal ginjal akut dapat menyebabkan kematian dan sejumlah komplikasi berikut:
a) Asidosis metabolik (meningkatnya kadar asam dalam darah)
b) Ketidakseimbangan elektrolit
c) Edema paru atau penumpukan cairan di paru-paru
d) Penyakit jantung, seperti gagal jantung, serangan jantung, aritmia, atau henti
jantung
e) Gangguan pada sistem pencernaan, termasuk perdarahan saluran cerna
f) Kerusakan ginjal yang bersifat permanen
g) Hiperkalemia atau tingginya kadar kalium
h) Gangguan saraf akibat penumpukan ureum atau uremia

B. Chronic Kidney Disease

Pengertian

Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit ginjal


dimana terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan hingga tahunan
yang ditandai dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR) secara perlahan dalam
periode yang lama.
Etiologi
Penurunan fungsi ginjal secara kronis yang memerlukan waktu bulanan hingga
tahunan yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal (Glomerulus Filtration Rate) <60
ml/min/1.73mm dan rasio almbuminuria: kreatinin sebesar > 30mg/g tidak terikat pada
umur, tekanan darah, dan apakah teradapat diabetes atau tidak pada pasien.

Penyakit ginjal kronis juga tidak hanya didefinisikan sebagai penyakit ginjal stase akhir
atau End Stage Renal Disease (ESRD), namun juga diasosiasikan dengan komplikasi-
komplikasi penyakit ginjal kronis seperti: anemia, hiperparatiroid, hiperphospatemia,
penyakit jantung. infeksi, dan fraktur yang khusus terdapat pada CKD-MBD (Chronic
Kidney Disease - Mineral Bone Disorder). Namun penurunan GFR dan albuminuria
tidak merupakan pengukuran yang simptomatis simtomatis namun merupakan
pengukuran langsung dari fungsi ginjal dan kerusakan ginjal.

Patofisiologi
Tanda dan Gejala
1. Bengkak Pada Kaki
2. Kelelahan
3. Mual Dan Muntah
4. Kehilangan Nafsu Makan
5. Kebingungan

c). Penatalaksanaan Medis


Dalam pengobatan gagal ginjal akut, penyebab harus dicari dan dilakukan tata
laksana terhadap penyebab tersebut. Pengobatan bersifat suportif dan sampai sejauh ini
belum ditemukan pengobatan terapeutik. Beberapa modalitas pengobatan gagal ginjal akut
tanpa terapi pengganti ginjal adalah hidrasi, perbaikan tekanan darah, perbaikan kadar
elektrolit, diet dan kontrol gula darah.[1,4]
⮚ Perbaikan Status Cairan
Bila terdapat kekurangan cairan pada pasien dengan risiko atau sudah mengalami
gagal ginjal akut, sebaiknya resusitasi dilakukan dengan cairan kristaloid isotonik seperti
cairan salin normal dan ringer laktat. Pengobatan dengan diuretik tidak disarankan untuk
mencegah gagal ginjal akut, kecuali bila terbukti adanya kelebihan cairan tubuh.
Furosemid digunakan untuk mengeluarkan cairan pada saat ginjal masih berespon dengan
obat ini. Respon ginjal terhadap furosemid dapat dikatakan sebagai tanda prognosis yang
baik.
⮚ Perbaikan Tekanan Darah
Perbaikan tekanan darah dilakukan dengan target mean arterial pressure minimal
65 mmHg. Penggunaan dopamine dalam dosis rendah (≤ 5 mcg/kgBB/menit) tidak
dianjurkan karena hanya memberikan efek sementara perbaikan fisiologis ginjal dan tidak
memberikan keuntungan klinis berikutnya.[14]
⮚ Perbaikan Kadar Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa
Hiperkalemia berat (≥ 6.5 mmol/L) atau dengan perubahan EKG (contoh:
gelombang T tinggi) dapat diberikan 5-10 unit insulin dengan dextrose agar terjadi
pergerakan kalium ke intrasel. Kalsium glukonas (10 mL pada konsentrasi 10%) diberikan
dalam 5 menit secara intravena, digunakan untuk stabilisasi membran sel dan menurunkan
risiko aritmia. Hiperkalemia juga dapat diatasi dengan penggunaan sodium polystyrene
sulfonate atau furosemide.
Gagal ginjal akut juga dapat menyebabkan asidosis yang perlu dikoreksi dengan
menggunakan bikarbonat.
⮚ Diet dan Kontrol Gula Darah
Pasien harus merestriksi asupan kalori dan protein. Total energi yang disarankan untuk
diberikan adalah 20 – 30 kkal/kgBB/hari. Total protein yang disarankan untuk diberikan:

● 0.8 – 1.0 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut tanpa dialisis


● – 1.5 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut dengan atau memerlukan dialisis
Maksimum 1.7 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut dengan continous renal replacement
therapy (CRRT)
Pasien juga harus membatasi asupan garam dan cairan. Pada pasien yang mengalami
hiperkalemia, pasien juga harus menjalani diet rendah kalium.
⮚ Hemodialisis
Terapi pengganti ginjal seperti cuci darah pada gagal ginjal akut dilakukan secara segera
(cito) apabila terdapat kondisi gagal ginjal akut yang mengancam nyawa, seperti:
● Kelebihan cairan yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan
● Asidosis yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan
● Perikarditis atau pleuritis uremikum
● Keracunan dan intoksikasi, seperti keracunan lithium dan intoksikasi alkohol
Gagal ginjal akut umumnya reversibel sehingga hemodialisis dapat dihentikan bila sudah
tidak diperlukan lagi.
d). Pemeriksaan Medis
1. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kerja ginjal dengan memeriksa kadar limbah dalam
darah, seperti kreatinin dan ureum.
2. Tes urine
Dalam tes ini, kadar albumin (protein darah), kreatinin, dan sel darah merah dalam urine
akan diperiksa. Hasil pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan seberapa parah kerusakan
ginjal yang dialami pasien.

3. Pemindaian
Pemindaian ini bertujuan melihat struktur dan ukuran ginjal. Umumnya, pemeriksaan
yang dilakukan adalah USG ginjal, tetapi bisa juga menggunakan MRI atau CT scan.

4. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal. Sampel ini
selanjutnya akan dianalisis di laboratorium, agar penyebab kerusakan ginjal bisa diketahui.
Melalui hasil pemeriksaan di atas, dokter dapat menghitung perkiraan laju filtrasi
glomerulus (LFG). Perhitungan ini dapat menentukan stadium gagal ginjal kronis pasien
dan metode pengobatan yang tepat.
Berdasarkan pemeriksaan LFG, stadium gagal ginjal dapat dikategorikan menjadi:
⮚ Stadium 1, nilai LFG di atas 90 mL/menit/1,73 m2
⮚ Stadium 2, nilai LFG 60 hingga 89 mL/menit/1,73 m2
⮚ Stadium 3, nilai LFG 30 hingga 59 mL/menit/1,73 m2
⮚ Stadium 4, nilai LFG 15 hingga 29 mL/menit/1,73 m2
⮚ Stadium 5, nilai LFG di bawah 15 mL/menit/1,73 m2

e). Komplikasi
Gagal ginjal kronis dapat memicu sejumlah komplikasi, yaitu:
✔ Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah
✔ Penyakit jantung dan pembuluh darah
✔ Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites
✔ Anemia atau kekurangan sel darah merah
✔ Kerusakan sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kejang
f). Pencegahan
Pencegahan

Pasien dengan risiko tinggi gagal ginjal akut, terutama pasien dengan riwayat gagal ginjal
akut sebelumnya, perlu menghindari obat-obat nefrotoksik, misalnya:
● Aminoglikosida
● Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS)
● Obat-obatan kemoterapi untuk kanker
● Radiokontras
Gagal ginjal akut akibat kontras dapat dicegah menggunakan statin. 1 dari 28 pasien yang
diberikan profilaksis dengan statin akan terhindar dari gagal ginjal akut saat mendapat
kontras.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A

Hari/tanggal pengkajian :
Jam :
Ruang :

I. IDENTITAS

A. PASIEN

Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 61 tahun
Agama :
Status perkawinan :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Alamat :
No.CM
Tanggal masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa medik :

B. PENANGGUNG JAWAB

Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No.Tlp :

II. RIWAYAT KESEHATAN

A. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan utama
Dispnea yang semakin memberat sejak 7 hari yang lalu
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu

B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Genogram
a. Dengan siapa tinggal dan berapa jumlah anggota keluarga?
b. Apakah ada yang menderita penyakit serupa?
c. Apakah ada yang menderita penyakit menular dan menurun?
d. Bagaimana efek bagi keluarga bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit?

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1. Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan


2. Pola aktivitas dan latihan
a. Rutinitas mandi ( Kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan?)
b. Kebersihan sehari-hari (pakaian dll)
c. Aktivitas sehari-hari (jenis pekerjaan, lamanya, dll)
d. Kemampuan perawatan diri

Skore 0 = mandiri
Skore 1 = dibantu sebagian
Skore 2 = perlu dibantu orang lain
Skore 3 = perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 = tergantung/tidak mampu

AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdanda n

Mobilisasi di TT
Pindah
Ambulasi
Makan/minum

3. Pola istirahat dan tidur


a. Pola istirahat dan tidur
b. Waktu tidur, lama, kualitas
c. Insomnia, somnambulism?

4. Pola nutrisi metabolik


5. Pola eliminasi
6. Pola kognitif dan perceptual
7. Pola konsep diri
8. Pola koping
9. Pola seksual-reproduksi
10. Pola peran berhubungan
11. Pola nilai dan kepercayaan

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. KEADAAN UMUM

Suhu Tubuh : afebris


Tekanan Darah : 190/100 mmHg
Frekuensi Nadi : 90x/menit
Respirasi : 28x/menit
Kesadaran :
Skala Nyeri ( NRS ) :

B. PEMERIKSAAN SECARA SISTEMIK

1. PARU-PARU dan JANTUNG


● Nyeri Dada
● Ronkhi (+)
2. ABDOMEN
● Nyeri Abdomen Disertai Mual
3. EKSTREMITAS
● Edema Ekstremitas

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. PEMERIKSAAN DARAH

⮚ Ureum : 257
⮚ Kreatinin : 15.63
⮚ GDS : 107
⮚ Natrium : 139
⮚ Kalium : 4.3
⮚ Hemoglobin : 7.9
⮚ Hematokrit : 24.6
⮚ Eritrosit : 2.76
⮚ Leukosit : 13.510

B. PEMERIKSAAN LAB.
⮚ Foto Thorax :
● Kardiomegali
● Edema Paru
⮚ Foto BNO : Nefrolitiasis Bilateral

IV. TERAPI YANG DIBERIKAN

V. ANALISA DATA
No. Data Masalah Keperawatan Etiologi
1. DS : Kelebihan Volume Kelebihan Volume
Cairan Cairan > Efusi Pleura
⮚ Klien mengeluh dispnea > Penurunan Hb >
DO : Penurunan
Hematokrit > Oliguria
⮚ Ronkhi (+) > Edema >Dispnea
⮚ Hematokrit : 24.6
⮚ HB : 7.9
⮚ Edema
⮚ Oliguria
⮚ Efusi Pleura Bilateral

Batasan Karakteristik :
⮚ Bunyi napas tambahan
⮚ Penurunan Hematokrit
⮚ Penurunan Hb
⮚ Dispnea
⮚ Oliguria
⮚ Efusi Pleura
2. DS : Ketidakefektifan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan Napas
⮚ Klien mengeluh dispnea > Suara napas
tambahan > Dispnea

DO :
⮚ Ronkhi (+)

Batasan Karakteristik :
⮚ Dispnea
⮚ Suara napas tambahan

3. DS : Hipervolemia Hipervolemia >


Penurunan
⮚ Klien mengeluh dispnea Hemoglobin >
Penurunan
DO : Hematokrit> Oliguria
> Ronkhi
⮚ Dispnea (+)>Dispnea > Edema
⮚ Ronkhi (+) Ekstermitas
⮚ Hemoglobin 7.9
⮚ Hematokrit 24.6
⮚ Oliguria
⮚ Edema Ekstermitas

Batasan Karakteristik
⮚ Peningkatan Volume Intertistial
⮚ Dispnea
⮚ Oliguria
⮚ Penurunan Kadar HB
⮚ Penurunan Kadar Hematokrit
⮚ Edema Perifer

Kondisi Klinis Terkait


Gagal Ginjal

VI. Diagnosa Keperawatan


● Kelebihan Volume Cairan b.d Efusi Pleura > Penurunan Hb >
Penurunan Hematokrit > Oliguria > Edema >Dispnea
● Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ronkhi (+) d.d Dispnea
● Hipervolemia b.d peningkatan volume intertisial b.d Penurunan
Hemoglobin > Penurunan Hematokrit> Oliguria > Ronkhi (+)>Dispnea
> Edema Ekstermitas

VII. Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Kelebihan Volume Setelah dilakukan asuhan NIC : Terapi Hemodialisa
Cairan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan 1. Jelaskan prosedur
keseimbangan cairan pasien hemodialysis dan tujuannya
membaik 2. Periksa cairan dan
NOC : Keseimbangan peralatan,sesuai aturan
Cairan 3. Lakukan Teknik steril untuk
Dengan kriteria hasil : memulai
hemodialysis,insersi jarum
1. Hematokrit dan dan pemasangan kateter
Hemoglobin dari
skala 3 (Cukup 4. Lakukan
Terganggu) ke skala hemodialysis,sesuai
4 (Sedikit peraturan
Terganggu.
2. Edema dari skala 3
(Sedang) ke skala 4
(Ringan)
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan NIC : Manajemen Jalan Nafas
Bersihan Jalan Napas keperawatan selama 3x24
jam diharapkan kepatenan 1. Posisikan pasien untuk
jalan nafas pasien membaik memaksimalkan ventilasi

NOC : Status 2. Lakukan fisioterapi


Pernafasan : Kepatenan dada,sebagaimana mestinya
Jalan Nafas
3. Regukasi asupan cairan
Dengan kriteria hasil : untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan
1. Suara nafas
tambahan dari skala 4. Posisikan untuk
3 (Sedang) ke skala meringankan sesak nafas
4 (Ringan)
3. Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan 1.Periksa tanda dan gejala
keperawatan selama 3x24 hipervolemia (mis, ortopnea,
jam diharapkan dispnea, edema, JVP/CVP
Hipervolemia pasien meningkat, refleks hepatojugular
membaik positif, suara napas tambahan)
NOC : Keseimbangan
Cairan
2. Identifikasi penyebab
1. Hematokrit dan hipervolemia
Hemoglobin dari skala 3
(Cukup Terganggu) ke Monitor Intake dan output cairan
skala 4 (Sedikit Terganggu) 3. Monitor kecepatan infus secara
Edema Perifer dari skala 3 ketat
(Sedang) ke skala 4 4. Timbang berat badan setiap hari
(Ringan) pada waktu yang sama
5. Batasi asupan cairan dan garam
6. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
40"

MENGHITUNG GFR
Glomerular Filtration Rate (GFR) disebut juga sebagai laju filtrasi glomerular, yaitu rata
rata kecepatan volume cairan yang filtrasi di glomerulus ginjal.
GFR dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai derajat fungsi ginjal dan gangguan
yang terjadi pada ginjal.
Terdapat berbagai macam teknik untuk menghitung laju GFR seseorang, yang paling
mudah adalah dengan menggunakan kalkukator GFR yang telah tersedia dan dapat diakses
secara online. Namun, untuk menghitung GFR, diperlukan nilai kadar kreatinin darah
yang bisa didapatkan dengan pemeriksaan laboratorium darah. Sehingga penurunan fungsi
ginjal dapat diketahui ketika pemeriksaan ditingkat pratama dilakukan, dan tidak
menunggu keputusan dokter spesialis.
Menghitung laju GFR dapat dilakukan dengan perhitungan berikut :
GFR laki laki = (140 - umur) x kgBB / (72 x serum kreatinin)
GFR perempuan = (140 - umur) x kgBB x 0,85 / (72 x serum kreatinin
Cara perhitungan diatas relatif lebih mudah, namun ada juga beberapa cara lain untuk
menghitung laju GFR.

Nilai laju GFR dapat menentukan derajat gagal ginjal yang diderita seseorang. Gagal
ginjal dibagi dua yaitu akut dan kronik. Gagal ginjal akut terjadi secara tiba tiba yang
seringkali disebabkan dan dipicu oleh beberapa faktor misalnya kelaianan dasar penyakit
yang diderita, dehidrasi, dll. Sedangkan gagal ginjal kronik merupakab penurunan fungsi
dan struktur ginjal yang terjadi secara perlahan (minimal 3 bulan). National Kidney
Foundation telah membagi beberapa jenis gagal ginjal berdasarkan nilai GFR nya, yaitu :

Normal
Stage 1 : terindikasi adanya kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal (> 90)
Stage 2 : penurunan fungsi ginjal dengan GFR 60 - 89
Stage 3 : penurunan fungsi ginjal dengan GFR 30 - 59. Penurunan tingkat lanjut ini
seringkali ditemui gejala anemia dan gangguan pada tulang akibat kerusakan ginjal
Stage 4 : penurunan derajat berat dengan GFR 15 - 29. Upaya pengobatan untuk
mengurangi resiko komplikasi dan pencegahan ke arah kegagalan ginjal
Stage 5 (kegagalan ginjal) : ginjal telah tak mampu lagi menjalankan fungsinya dengan
nilai GFR dibawah 15. Penanganan yang sesuai adalah transplantasi ginjal atau
hemodialisis rutin.

Anda mungkin juga menyukai