Anda di halaman 1dari 3

Nama : Esra Mariana

NIM : 195254039
PRODI : D4- Administrasi Bisnis
Kelas : 2B

Langkah-Langkah Bayi
Jadi di tugas ini, tugas dalam mengimplementasikan 7 habits Saya hanya dapat melakukan dua
langkah saja dalam dua minggu, Saya pikir untuk apa Saya melakukan banyak langkah apabila
pada akhirnya Saya Keteteran dengan semua langkah tersebut, baiklah mari sekarang kita buat
menjadi essai.
Langkah yang pertama Saya pilih adalah langkah untuk bangun pada waktu yang sama berturut-
turut, mengapa Saya pilih langkah ini, karena Saya sangat sadar betul kelemahan Saya adalah
untuk bangun di pukul yang tepat setiap harinya, jadi pada hari pertama minggu pertama
sungguh sangat berat pagi Saya untuk bangun pagi seperti apa yang Saya harapkan, jadi Saya
telah menyiapkan alarm di HandPhone Saya pada pukul 06.00 karena besok harinya Saya ada
kelas pukul 07.00, namun apa yang terjadi, Saya bangun di pukul 06.45 itupun Saya terbangun
karena kesal dengan suara alarm yang bising yang akan berbunyi setiap lima menit sekali
sebelum di non-aktifkan dari layarnya. Ya karena Saya tidak tepat waktu, Saya hanya bisa
mempersiapkan diri Saya untuk kuliah selama lima belas menit itupun tidak sempat sarapan, jadi
Saya tidak fokus untuk mendengarkan Miss Mira.
Ya selanjutnya Saya menjalani hari Saya sampai malam hari hanya diam dirumah saja. Hari
kedua, ketiga, keempat sama saja Saya bangun tidak bangun tepat pukul 06.00 tapi ada yang
lewat sepuluh menit, lima menit, dan lewat delapan belas menit. Namun anehnya pada hari
kelima yaitu hari sabtu Saya dapat bangun dengan tepat waktu sesuai dengan apa yang Saya
harapkan yaitu pukul 06.00. Saya bingung mengapa bisa di hari santai Saya yang harusnya Saya
bisa untuk lebih berleha-leha karena tidak ada kelas malah bangun tepat waktu, Saya masih tidak
habis pikir dengan diri Saya.
Yang membuat Saya senang pada keenam yaitu hari minggu Saya bisa bangun pukul 06.01
meskipun lewat semenit Saya pikir ini adalah sebuah pencapaian. Saya tidak mengada-ngada
karena ini benar adanya setelah Saya terbangun oleh suara alarm HandPhone Saya liat layar
menunjukkan pukul 06.11. Hari ini Saya beribadah minggu pukul 09.00 namun Saya harus sudah
ada di gereja pada pukul 08.30 karena Saya dapat tugas pelayanan menjadi singer untuk di depan
altar. Saya menjalani hari minggu pagi Saya dengan santai, tanpa teriakan mama Saya untuk
menyuruh Saya mandi ataupun sarapan dan lain – lainnya.
Hari ketujuh Saya masih tetap dengan prestasi Saya yang membanggakan bangun sesuai alarm,
namun sangat diSayangkan ketika Saya sudah mandi, sarapan dan menyiapkan segala sesuatunya
untuk kuliah tatap muka via google meet, dosen yang mengisi mata kuliah tidak dapat menajar
kelas sehingga hanya memberikan kami kuis dan setelah Saya mengerjakan kuis Saya kembali
ke tempat tidur Saya yang nyaman untuk kembali tidur karena kelas berikutnya ada pukul 13.00.
Hari kedelapan Saya bangun tepat dengan alarm berbunyi dan Saya lebih banyak waktu untuk
menyiapkan kelas dan mood Saya sangat bagus hari itu Karena Miss Mira memulai kelas dengan
bernyanyi, ditambah Saya yang sudah siap,sudah sarapan dan lain-lain sehingga dapat mengikuti
kelas dengan baik. Dilanjut dengan kelas manajemen arsip yang biasanya sulit Saya mengerti
tentang kearsipan ini entah mengapa hari itu Saya merasa apa yang bu Maya bicarakan hinggap
di otak Saya dengan sangat mudah dan Saya langsung bisa mengerjakan tugas yang diberikan bu
Maya yaitu tugas mengindeks nama.
Hari kesembilan, kesepuluh, dan sampai hari keempat belas Saya dapat bangun dengan pukul
yang sama meskipun kadang terlambat semenit dua menit, dan menurut Saya pribadi merupakan
suatu pencapaian, mama Saya sampai berkata “tumben bisa bangun sendiri” begitu katanya.
Yang Saya harap, Saya bisa terus meneruskan langkah ini karena dengan begitu apabila kuliah
offline telah dimulai Saya telah terbiasa dan tidak ada lagi kata terlambat masuk kelas.
Selanjutnya langkah pilihan Saya yang kedua adalah langkah untuk menatap mata orang yang
sedang berbicara kepada Saya. Disini Saya tidak melakukannya setiap hari, karena Saya jarang
berbicara dengan orang-orang dirumah Saya, oleh karena itu Saya melakukan langkah ini ketika
Saya sedang bertemu dengan sahabat-sahabat Saya. Pada hari pertama tepatnya pada malam hari
Saya mendatangi rumah salah satu sahabat Saya yaitu Retno. Saya datang hanya sekedar untuk
mengerjakan tugas karena Saya merasa suntuk hari itu, namun tidak lama kemudian dua teman
Saya yang lain dating, akhirnya Saya tidak mengerjakan tugas Saya dengan selesai pada malam
itu namun Saya bisa mempraktikkan langkah yang telah Saya pilih sebelumnya. Salah satu teman
Saya bercerita tentang keadaan hubungannya dengan kekasihnya saat ini dan yang Saya rasakan
ketika dia bercerita sambil Saya tatap matanya, Saya sedikit dapat merasakan betapa sulitnya dia
saat ini menghadapi masalahnya tersebut, sebelumnya kalau ada yang bercerita pada Saya, Saya
mungkin akan mendengarkan namun mata Saya tertuju pada layar HandPhone Saya sehingga
Saya tidak dapat memberikan feedback kepada orang yang bercerita kepada Saya. Hari pertama
saja Saya sudah merasakan khasiatnya apalagi kalau Saya bisa menguasainya, mungkin ini hanya
perasaan Saya saja yang berlebihan.
Kemudian Saya baru dapat melanjutkan langkah ini pada hari keempat dimana Saya pergi ke
suatu café baru diajak teman Saya untuk bersantai-santai saja sehabis kelas kita masing-masing.
Disini dia tidak banyak bercerita namun setiap kali dia mengajak Saya berbicara sebisa mungkin
Saya lamgsung mengalihkan pandangan Saya langsung ke matanya, dan ternyata teman Saya ini
menyadari perubahan yang sedang Saya lakukan. Dia berkata “sra kenapa sekarang kamu kalo
ngobrol naro HP, biasanya kamu diemin aku” begitu katanya sambil tertawa kecil. Yang Saya
rasakan waktu dia berbicara seperti itu adalah rasa malu, seburuk itu kah sifat Saya selama ini,
dimana Saya sering masa bodoh pada lawan bicara Saya, Saya rasa ini saatnya untuk merubah
sifat buruk ini.
Hari kelima Saya memanfaatkan keadaan, karena Saya hari itu Saya pergi ke cimahi untuk
datang pada satu acara, disitu Saya benar-benar tidak memegang HandPhone Saya dari awal
acara sampai Saya pulang, dan apa yang Saya dapat dengan melakukan hal tersebut, Saya dapat
lebih dekat lagi dengan para anggota senior maupun anggota baru, Saya tidak fokus untuk
mengambil gambar dan kemudian mengunggahnya di media sosial, namun Saya berusaha
menjaga keintiman dengar cara berbicara dengan mereka semua yang terlibat pada acara itu.
Hari keenam juga sama seperti hari-hari sebelumnya Saya sedikit bercengkrama dengan orang-
orang namun sebisa mungkin Saya terus melakukan langkah ini yaitu menjaga pandangan Saya
untuk menatap mata mereka ketika Saya diajak berbicara.
Hari ketujuh, kedelapan juga sama karena Saya hanya diam dirumah dan seperti apa yang Saya
ketik diatas kalau dirumah Saya kurang sering bercengkrama. kemudian pada hari kesembilan
Saya pergi lagi menuju café favorit Saya dan memesan ice lychee tea, biasanya apabila Saya
memesan Saya hanya akan terus memandangi buku menu lalu setelah itu memberikan uang
untuk membayar pesanan Saya, namun pada hari itu Saya memberanikan diri untuk melihat mata
dari barista yang sedang bertugas pada hari itu, dan apa yang Saya rasakan, Saya merasa seperti
orang paling ramah sejagat raya. Kemudian Saya duduk tak lama teman Saya datang juga dan
ketika berbicara pun Saya tidak merasakan apapun, mungkin karena kami sibuk dengan laptop
masing-masing jadi tidak banyak hal yang kami bicarakan.
Dan hari-hari berikutnya sampai hari keempat belas Saya tetap berusaha menjaga kontak mata
dengan orang yang mengajak Saya berbicara, mau itu adik, ataupun mama Saya, meskipun tidak
sering namun ketika diajak berbicara Saya selalu menatap mata mereka.
Cukup sekian essai ini Saya buat, yang dapat Saya ambil dari tugas ini adalah, Saya menyadari
seberapa tidak disipilinnya Saya, dan seberapa tidak menghargai Saya terhadap orang lain.
Dengan dua langkah saja Saya dapat sadar sejauh ini, doakan Saya semoga Saya dapat
menerapkan semua langkah-langkah bayi yang ada supaya hidup Saya berguna.

Anda mungkin juga menyukai