Anda di halaman 1dari 12

Tafsir AL-Anam ayat 116 "Jangan Mengikuti kebanyakan manusia yang

menuruti hawa nafsunya"


ۡ ّ ّ ّ َ ُ َّ ّ َ َ َ ُّ ُ َۡ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ
‫يل ٱللهِ إِن يتبِعون إَِّل ٱلظن ِإَون‬
ِ ِ ‫ضلوك عن سب‬ ِ ‫ِإَون ت ِطع أكَث من ِِف ٱۡل‬
ِ ‫ۡرض ي‬
َ َۡ ّ ُ
١١٦ ‫ه ۡم إَِّل َي ُر ُصون‬
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
[QS.al-An'am/6: 116]

Hanya karena kedangkalan ilmu agama maka manusia banyak tertipu oleh kelompok
mayoritas, padahal jika manusia mengetahui tabiat manusia yang jelek pasti mereka
menyesal mengikuti mereka. Barangsiapa ingin selamat dari makar mereka.

Makna Ayat Secara Umum


Imam Abu Ja’far ath-Thobari rahimahullah berkata: “Allah azza wa jalla menjelaskan
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai Muhammad, janganlah
kamu taat kepada orang yang berpaling dari agama Allah, karena mereka mengajak
kamu mengikuti sesembahan mereka. Jangan kamu taati mereka ketika mengajak
kamu agar makan sesembelihan yang disajikan untuk tuhan-tuhan mereka, dan yang
disembelih dengan menyebut nama tuhan mereka, dan jangan kamu taati perbuatan
mereka yang tersesat. Jika kamu taat kepada umumnya manusia di permukaan bumi
ini, pasti mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah yang benar dan
menghalangi kamu dari yang benar juga, karena pada saat itu mereka kufur dan
tersesat. Dan jika kamu menaati mereka kamu akan seperti mereka, karena mereka
tidak mengajak kamu kepada petunjuk, bahkan mereka telah jatuh kepada
kesesatan karena mereka hanya mengikuti dugaan dan kira-kira belaka. Wahai
Muhammad, sesungguhnya Allah melarang kamu yang demikian itu karena Allah
lebih tahu tentang mereka daripada kamu. Wahai Muhammad, ikutilah yang Aku
perintahkan kepadamu dan tinggalkan apa yang Aku larang kepadamu dan jangan
kamu menaati mereka, dan jangan kamu tinggalkan larangan mereka, karena Aku
lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat.” [Tafsir ath-
Thobari: 12/65]

Komentar Ulama Sunnah Tentang Mayoritas Umat


Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Kamu jangan merasa rendah diri karena
menempuh jalan yang benar walaupun sedikit orang yang menempuhnya, dan kamu
jangan tertipu dengan yang bathil walaupun banyak orang yang mengamalkannya.”
[Minhajul Taksis wat Taqdis fi Kasfi Syubuhat, Dawud bin Jarjis: 1/84]

Imam Baidhowi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan umumnya manusia


adalah orang-orang kafir atau orang-orang bodoh tentang agama atau pengikut
hawa nafsu.” [Tafsir al-Baidhowi: 2/199]
Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah berkata: “Ayat ini menjelaskan bahwa
kebenaran itu bukan karena banyak pendukungnya, dan kebathilan itu bukan karena
orang yang mengerjakannya sedikit. Kenyataannya yang mengikuti kebenaran hanya
sedikit, sedangkan yang mengikuti kemungkaran banyak sekali. Kewajiban bagi
umat Islam adalah mengetahui yang benar dan bathil, lihatlah jalan yang ditempuh.”
[Tafsir al-Karimur Rohman: 1/270]
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Orang yang berakal sehat jangan tertipu
dengan kebanyakan manusia, karena kebenaran tidak ditentukan karena banyak
orang yang berbuat, akan tetapi kebenaran adalah syariat Allah azza wa jalla yang
diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Majmu' Fatawa wa
Maqolat Ibnu Baz: 1/231]

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya: “Sebagian menusia jika dilarang dari
perbuatannya yang menyimpang dari ajaran syariat Islam atau menyimpang dari
adab Islam berargumen umumnya manusia mengerjakannya. Jika demikian,
bagaimana kita menjawabnya? Mayoritas bukanlah dasar kebenaran, karena Allah
azza wa jalla berfirman (Baca QS.al-An’am/6:116 dan QS.Yusuf/12:103]. Sedangkan
tolak ukur kebenaran jika Allah azza wa jalla berfirman dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, atau ulama salafush sholih yang berfatwa.” [Majmu'
Fatawa wa Rosa'il, Ibnu Utsaimin: 3/103]

Selanjutnya beliau rahimahullah berkata: “Hendaknya kita tidak tertipu dengan


mayoritas, karena mayoritas kada kala tersesat seperti ayat diatas (QS.al-
An’am/6:116). Dari sisi lain, jika manusia tertipu dengan mayoritas sehingga dia
menduga bahwa dialah yang menang, inilah penyebab manusia menjadi hina. Kamu
jangan berkata: Semua manusia berbuat demikian, mengapa kami sendiri yang
tidak? Kamu jangan tertipu dengan mayoritas, jangan tertipu dengan umumnya
orang yang hancur akidah dan akhlaknya sehingga kamu hancur bersama mereka,
dan janganlah kamu tertipu dengan orang yang sukses, sehingga kamu termasuk
orang yang sombong, sehingga kamu tinggalkan golongan yang sedikit, sebab boleh
jadi yang sedikit itu lebih baik dari pada yang mayoritas.” [al-Qoulul Mufid ala
Kitabut Tauhid: 1/7]

Tabiat Dasar Manusia Menurut Al-Qur’an


Pada saat manusia lahir, dia suci dari dosa, karena akal dan indra mereka belum
bekerja dengan sempurna. Setelah mereka dewasa dan mengenal lingkungan,
terkadang mereka dikalahkan oleh hawa nafsunya sehingga dirinya menjadi hina.
Berikut ini tabiat dasar manusia menurut al-Qur’an.
Tabiat-tabiat ini merupakan bukti bahwa sifat dasar manusia adalah menyimpang
maka hendaknya kita mengikuti syariat Allah, bukan mengikuti mayoritas manusia.
1. Berbuat zalim

ٌ ‫وم َك ََّف‬
‫ار‬ ٌ ُ‫ان لَ َظل‬
َ َ ْ ََّ
‫إِن اإلنس‬
“Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
[QS.Ibrahim/14:34]
2. Putus asa dari rahmat Allah azza wa jalla dan berbuat kufur

ٌ ‫إنََّ ُه ََلَ ُئ‬


ٌ‫وس َك ُفور‬
ِ
“Pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” [QS.Hud/11 :9]
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata: “Allah azza wa jalla
mengabarkan tabiat manusia, dia itu bodoh lagi menganiaya diri sendiri, tatkala Allah
azza wa jalla merasakan kepada mereka kesehatan, rezeki dan punya anak, lalu
Allah azza wa jalla mencabutnya, tiba-triba mereka putus asa dan tidak berharap
pahalanya.” [Tafsir al-Karimur Rohman: 1/278]
3. Tergesa-gesa mencari yang baik dan yang buruk
ُ َ ُ َْ َ ََ
‫وَكن اإلنسان عجوَّل‬
“Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” [QS.al-Isro':17: 11]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Mereka terburu-buru mencari kenikmatan
dunia walaupun hanya dapat sedikit, dan lamban mencari akhirat padahal pahalanya
cukup besar.” [Tafsir al-Qurthubi/10: 226]
4. Bakhil dalam beramal dan berinfak
ُ َْ َ ََ
ً ‫ان َق ُت‬
‫ورا‬ ‫وَكن اإلنس‬
“Dan adalah manusia itu sangat kikir.” [QS.al-Isro'/17: 100]
5. Suka membantah ajaran Islam

َ َ ْ َ ََ ْ َ ُ َْ َ ََ
‫وَكن اإلنسان أكَث َش ٍء جدَّل‬
“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” [QS.al-Kahfi/18:
54]
Ibnu Zaid rahimahullah berkata: “Manusia banyak membantah nabinya dan menolak
risalah yang dibawanya.” [Tafsir ad-Durul Mansur: 6/376]
6. Sangat bodoh

ُ َ ً ُ َ َ َ ُ ََّ
‫إِنه َكن ظلوما جهوَّل‬
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [QS.al-Ahzab/33: 72]
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Manusia itu menganiaya dirinya sendiri dan
sangat bodoh dengan perintah Allah dan bodoh membawa amanat.” [Tafsir al-
Baghowi: 6/380]
7. Berkeluh kesah

ً‫ان ُخل َق َهلُوع‬


َ َ ْ ََّ
‫إِن اإلنس‬
ِ
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [QS.al-
Ma'arij/70:19]
Berkata Syaikh Abdurrohman as-Sa’di rahimahullah: “Mereka mengeluh ketika
ditimpa musibah dan enggan beramal ketika ditimpa kesenangan.” [Tafsir al-Karimur
Rohman: 1/887]

7. Sangat suka berbuat maksiat

َ ‫ج َر أَ َم‬
ُ‫امه‬ ُ َْ ُ ُ َْ
ُ ‫ان َِلَ ْف‬ ‫بل ي ِريد اإلنس‬
“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.” [QS.al-
Qiyamah/75:5]
Ibnu Anbari rahimahullah berkata: “Manusia lebih suka berbuat jahat sepanjang
umurnya dan tidak ingin bertobat dari perbuatan dosanya.” [Tafsir Fathul Qodir:
7/362]

8. Melampaui batas dari yang wajib, yang haram dan yang mubah
َ ْ َ َ َ َ ْ ََّ َ
‫لَك إِن اإلنسان َلطغ‬
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” [QS.al-
'Alaq/96:6]
Al Qurthubi rahimahullah berkata: “Manusia melampaui batas berbuat aniaya dan
keluar dari ketentuan
Allah azza wa jalla.” [Tafsir al-Qurthubi: 6/245]

9. Sedikit bersyukur

ُ ‫ك‬ُ ََّ َ َ ْ ٌ َ َ
‫ور‬ ‫وقلِيل مِن عِبادِي الش‬
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.”
[QS.Saba'/34:13]

10. Memiliki sifat lemah jiwa, mudah tergoda


ً َ ُ ْ ُ
‫َوخل ِ َق اإلن َسان ضعِيفا‬
“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” [QS.an-Nisa'/4:28]
Imam Mujahid rahimahullah berkata: “Manusia lemah jiwa dan semangatnya.”
Berkata Thowus rahimahullah: “Mereka lemah menghadapi godaan wanita.” [Tafsir
Ibnu Katsir: 2/267]
Semua sifat mereka yang jelek ini dan apa yang dikatakan oleh Allah azza wa jalla
memang benar menurut kenyataan, lalu bagaimana manusia menyandarkan
kebenaran kepada kenyataan yang hina, dan jika sifat yang hina ini dijadikan
pegangan hidup manusia tanpa disadari dinul Islam, tentu semua manusia sesat
didunia dan diakhiratnya. Firman-Nya azza wa jalla:

‫ي‬ ‫ب‬‫م‬ُ ‫ِإَون ََكنُوا م ِْن َقبْ ُل َلِف َضالل‬


ْ
ٍ ِ ٍ ِ
“Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) itu,
mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [QS.Ali Imron/3:164]

Allah azza wa jalla mengingatkan peristiwa keadaan sahabat yang mulanya kafir
sebelum masuk Islam, dengan akal dan hawa nafsunya mereka bertengkar satu
sama lain, bunuh membunuh, tindas menindas, menghina kedudukan wanita, yang
kuat yang menang. Inilah asal tabiat manusia bila dikendalikan oleh hawa nafsunya.
Allah azza wa jalla berfirman:

ْ َ‫ك ْم فَأ‬
ْ ‫ص َب‬
ْ‫ح ُتم‬ ُ ُ ُ َ ْ َ َ ََّ َ َ ً َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ُ ْ َ َ ََّ َ َ ْ ُ ُ ْ َ
ِ ‫واذكروا ن ِعمة اللِ عليكم إِذ كنتم أعداء فألف بي قلوب‬
ً ْ
‫بِن ِ ْع َمتِهِ إِخ َوانا‬
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” [QS.Ali Imron/3:103]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Makna ‘karena nikmat Allah’ kamu menjadi
bersaudara didalam agama yaitu nikmat dinul Islam.” [Tafsir al-Qurthubi: 4/164]
Jika demikian keberadaan pribadi manusia yang jelek sebab mengikuti hawa
nafsunya, maka bagaimana manusia bersandar kepada umumnya? Sungguh amat
hina hidupnya.

Tabiat Mayoritas Manusia Menurut Al-Qur’an


Setelah kita mengetahui tabiat pribadi manusia menurut al-Qur’an, mari kita melihat
keberadaan umumnya manusia sebelum menerima ajaran Islam, bagaimana
kehidupan mereka?

1. Umumnya tidak beriman


َ ُ ُْ َ َّ َ َ ْ َ ََّ َ َ َ َّ َ ْ َُّ َ ْ ُ ََّ
ِ ‫كن أكَث ال‬
‫اس َّل يؤمِنون‬ ِ ‫إِنه اْلق مِن رب ِك ول‬
“Sesungguhnya (al Qur’an) itu benar-benar dari Robbmu, tetapi kebanyakan manusia
tidak beriman.” [QS.Hud/11: 17]

2. Umumnya menolak ajaran Islam

ً‫اس إَّل ُك ُفورا‬ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ُ ْ ْ ‫اس ِف َه َذا الْ ُق‬ ََّ ‫ص ْف َنا ل‬


َ َّ َ ‫َولَ َق ْد‬
ِ ِ ‫ال‬ ‫َث‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫َب‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫ل‬‫ث‬‫م‬
ٍ ِ ‫ك‬ ‫ِن‬‫م‬ ‫آن‬
ِ ‫ر‬ ِ ِ ‫ِلن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam al-Qur’an
ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali
mengingkari(nya).” [QS.al-Isro'/17: 89]

3. Umumnya mereka membenci ajaran Islam


َ ُ َ َّ َ ْ ْ ُ ُ َ ْ َ َ
‫وأكَثهم ل ِلح ِق َكرِهون‬
“Dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran.” [QS.al-Mukminun/23: 70]

4. Umumnya berbuat curang


ُ َ َ ُ َ َ ََّ ْ َ ََ ْ ُ ُ َْ ْ َ َ َ َ ُْ َ ً َ ََّ
‫ِإَون كثِريا مِن اْللطاءِ َلب ِغ بعضهم لَع بع ٍض إَِّل اَلِين آمنوا وع ِملوا‬
ُ ٌ َ ََّ
‫ات َوقلِيل َما ه ْم‬ َ ِ ‫الص‬
ِ ‫اْل‬
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang sholih; dan amal sedikit lah mereka ini.” [QS.Shod/38:
24]
Allah azza wa jalla mengabarkan bahwa orang yang benar itu jumlahnya sedikit,
akan tetapi sedikit itu tidak membahayakan dirinya.

5. Prinsipnya hanya dugaan belaka

َّ ‫َشيْ ًئا إ ََّن‬


ٌ ِ ‫الل َعل‬ َ ْ ‫الظ ََّن َّل ُي ْغِن م َِن‬
َّ‫اْلق‬ ََّ ََّ ًَّ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ ََّ َ َ َ
‫يم ب ِ َما‬ ِ ِ ِ ‫وما يتبِع أكَثهم إَِّل ظنا إِن‬
َ ُ ْ
‫َيف َعلون‬
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [QS.Yunus/10: 36]

6. Umumnya manusia bodoh, tidak tahu Islam


َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ََّ َ َ
‫كن أكَثهم َيهلون‬ ِ ‫ول‬
“Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [QS.al-An'am/6: 111]
Inilah umumnya sifat manusia, jika mereka mengikuti umumnya pasti akan rusak
agama dan akhlaknya, dan pasti hina hidupnya di dunia dan di akhirat.

Mayoritas Umat Menurut as Sunnah


As-Sunnah atau hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan bagian
daripada wahyu Allah azza wa jalla yang juga memiliki kedudukan sama seperti al-
Qur’an dalam hal wajibnya kita berpegang teguh dan beramal, sekalipun beda
defisini antara keduanya. Karena Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah
berbicara masalah urusan ad-Din melainkan berdasarkan wahyu. [Baca QS.an-
Najm/53:3-4]
Mayoritas menurut penilaian as-Sunnah pun tidaklah menunjukkan bukti suatu
kebenaran, oleh karena itu beliau diutus untuk menghukumi mereka dan bukan
sebaliknya. [Baca QS.an-Nisa'/4:105]
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Kamu jumpai manusia seperti seratus unta, tidaklah seorang itu menjumpai
untanya yang dapat ditungganginya.” [HR.Muslim: 7/192]

Maksudnya yaitu manusia itu jumlahnya banyak, akan tetapi yang diridhoi Allah azza
wa jalla hanya sedikit. Seperti seratus ekor unta akan tetapi hanya satu yang bisa
ditunggangi. Hadits ini menunjukkan abad yang hina pada akhir zaman. [Syarah
Ibnu Bathol: 19/274, ad-Dibaj alal Muslim: 5/491]
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Aku diperlihatkan neraka, tiba-tiba penghuninya mayoritas wanita yang kufur, lalu
ada yang bertanya: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka
mengkufuri kebaikan keluarga dan mengingkari kebaikan suami, seandainya kamu
berbuat baik kepada salah satu di antara mereka selama satu tahun, lalu dia melihat
kamu sedikit perkara yang dibenci, dia berkata: “Saya tidak pernah melihat kebaikan
dirimu sedikitpun.” [HR.al-Bukhari: 1/59]

Hadits ini menunjukkan mayoritas wanita kurang baik agama dan akhlaknya. Maka
bagaimana jika suami mengikuti wanita?
Abdullah bin Amr bin al-Ash berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut,
tetapi dengan mewafatkan ulama, sehingga tidak lagi tersisa seorang alim, maka
orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpinnya yang dungu lalu ditanya dan dia
memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan.” [HR.al-
Bukhari: 1/44 dan lainnya]
Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin umat atau pengikutnya banyak yang
bodoh, tidak tahu ajaran Islam yang benar.
Umumnya umat Islam banyak yang masuk neraka kecuali satu golongan
sebagaimana hadits yang tertera berikutnya. Umumnya orang Islam taklid atau
mengikuti orang yang tersesat, maka bagaimana dengan orang selain muslim?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka
masuk ke dalam sarang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti mereka. Kami
bertanya: “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Beliau
menjawab: Lalu siapa lagi selain mereka?” [HR.al-Bukhari: 3/1274]

Inilah sebagian dalil yang menerangkan mayoritas manusia yang jelek perangainya
menurut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahaya Mengikuti Masyarakat Umum


Dengan bukti dalil di atas yang menjelaskan berbagai macam tabiat manusia yang
buruk, dan kenyataan masyarakat pada umumnya, maka orang yang mengikuti
umumnya manusia yang dasarnya hanya perkiraan dan hawa nafsu, pasti berbahaya
di dunia dan di akhirat. Adapun di antara bahayanya:
1. Manusia pasti dijauhkan dari ajaran Islam
Karena hawa nafsu pasti tidak menerima ajaran Islam. Silahkan baca QS.al-An’am/6:
116 di atas.

2. Hidup manusia pasti dilanda kesedihan dan kehancuran

ْ ‫ك ْم ِف َكثري م َِن‬
ْ‫اۡلمر لَ َعن ِ َُّتم‬ ُ ُ ُ ْ َ ََّ َ ُ َ ْ ُ ََّ َ ُ َ ْ َ
ِ ٍ ِ ِ ‫واعلموا أن فِيكم رسول اللِ لو ي ِطيع‬
“Dan ketahuilah oleh bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
(kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat
kesusahan.” [QS.al-Hujuroot/49: 7]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Seandainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam segera menuruti kemauan kalian sebelum jelas perkaranya, kalian pasti
memperoleh kesulitan, kehancuran dan berlumuran dengan dosa.” [Tafsir al-
Qurthubi: 16/314 dan al-Baghowi: 7/339]
3. Penyebab datang musibah dan kebinasaan

َ‫اۡلر ُض َو َم ْن فِيه َّن‬ ُ ‫او‬


ْ ‫ات َو‬ ََّ ‫ت‬
َ ‫الس َم‬ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َُّ َ ْ َ َ ََّ َ َ
ِ ِ ‫ولوِ اتبع اْلق أهواءهم لفسد‬
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan
bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.” [QS.al-Mukminun/23: 71]

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Hendaklah kalian waspada kepada


perkata yang dikerjakan oleh sebagian manusia, karena mereka membangun akidah
atau amalnya berpijak kepada pendapat orang tertentu. Apabila mereka mengetahui
dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menyelisihi pendapatnya, mereka
memalingkan makna nash tersebut sesuai dengan hawa nafsunya, mereka
memaksakan al-Qur’an dan as-Sunnah agar mengikuti kehendaknya, padahal
mestinya merekalah yang harus mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka
menjadikan selainnya keduanya sebagai imam panutan. Inilah jalannya penyembah
hawa nafsu, mereka tidak mengikuti kebenaran, maka Allah mencela mereka dengan
QS.al-Mukminun/23:71 (diatas).” [Majmu' Fatawa wa Rosa'il, Ibnu Utsaimin: 3/259]

4. Mereka menjadi budak orang yang berkuasa


Orang yang mengikuti umumnya manusia kebanyakan mereka bodoh, tidak
mengenal ajaran Islam, sehingga sandaran mereka berpijak kepada tokoh yang
berwibawa, padahal dasar bertindak dari tokoh ini ialah hawa nafsu dan dugaan
belaka, sedangkan hawa nafsu selalu berubah, pagi hari lain dengan sore hari, maka
dengan kekuasaannya mereka mengajak umat bagaikan bola yang ditendang kesana
kemari. Lihat kehidupan orang yang fanatik kepada golongan. Baca QS.as-Saba’/34:
33 Tentang penyesalan mereka pada hari kiamat.

5. Hidup mereka pasti berpecah belah


Setiap manusia memiliki pikiran dan keinginan yang berbeda, sedangkan mereka
tidak memiliki pemersatunya. Adapun Islam sebagai satu-satunya pemersatu umat
mereka membenci dan menolaknya, mereka hanya bangga dengan hawa nafsu dan
golongannya. [Baca QS.ar-Rum/30: 31-32]

6. Mereka pencela Islam dan mengolok-ngolok pengikutnya

ُ َْ َْ ُ َ َْ َ
‫ول إَِّل َكنوا بِهِ يسته ِزئون‬ ُ َ ْ ْ َ
ٍ ‫وما يأتِي ِهم مِن رس‬
“Dan tidak datang seorang rosul pun kepada mereka melainkan mereka selalu
memperolok-olokannya.” [QS.al-Hijr/15: 11]

Perhatikan orang yang mengandalkan hawa nafsunya, pasti mengolok-ngolok orang


yang menyampaikan ajaran Islam dan yang mengamalkannya, dan mendiamkan
orang yang berbuat maksiat, bid’ah dan syirik.

7. Hidupnya bagaikan hewan yang dikendalikan oleh hawa nafsunya

ْ‫ام بَ ْل ُهم‬ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ََّ َ ُ َ ْ َ ْ َ


ِ ‫أم َتسب أن أكَثهم يسمعون أو يع ِقلون إِن هم إَِّل َكۡلنع‬
َ َُّ َ َ
‫أضل سبِيال‬
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebihsesat jalannya (dari binatang ternak itu).” [QS.al-Furqon/25: 44]
8. Umumnya mereka ahli neraka
Inilah bahaya yang paling berat bagi orang yang mengikuti umumnya manusia
hendaknya mereka waspada bahwa manusia akan dihisab amalnya.
ْ َ َ ََّ َ َ ََّ ْ
َ‫اْل َّن ِة‬ َ َّ َ ُ َ َ ْ ََّ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ َ َُّ َ َ َ ْ َ
ِ ‫ِن‬
‫م‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫ألن‬ ‫ۡلم‬ ‫ك‬ ِ ‫حم ربك و َِلل ِك خلقهم وتمت َكِمة رب‬ ِ ‫إَِّل من ر‬
َ ْ َ‫اس أ‬
َ‫ْجعِي‬ ِ ََّ‫َوال‬
“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah
menciptakan mereka. Kalimat Robbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan,
sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang
durhaka) semuanya.” [QS.Hud/11: 119]

9. Mereka pasti menyesal


Selagi akal manusia masih sehat, dia pasti menyesal karena mengikuti umumnya
manusia, yaitu mereka banyak menipu orang lain untuk kepentingan pribadi dan
hawa nafsunya.
َ ُ َ َ ً ََّ َ َ َ ََّ َ ْ َ َ
َ‫ون م َِن ال ْ ُم ْؤ ِمنِي‬ ‫فلو أن لا كرة فنك‬
“Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami
menjadi orang-orang yang beriman.” [QS.asy-Syu'aro'/26: 102]

Jangan Biarkan Dirimu Menyesal Di Kemudian Hari


Orang yang mengikuti mayoritas pasti menyesal di kemudian hari. Sebagaimana
firman Allah azza wa jalla:

ُّ ُ ُ َ َ َ ََّ ُ ََّ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ََّ َ َ َ َ ً ََّ َ َ َ ََّ َ ْ َ ُ َ ََّ َ ََّ َ َ َ


َ‫الل‬ ‫وقال اَلِين اتبعوا لو أن لا كرة فنتبأ مِنهم كما تبءوا مِنا كذل ِك ي ِري ِهم‬
َ َّ َ َ َ ْ ُ ََ ْ َْ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ
ِ‫جي مِن الار‬ِ ِ‫ات علي ِهم وما هم ِِبار‬ ٍ ‫أعمالهم حَس‬
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke
dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri
dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya
menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api
neraka.” [QS.al-Baqoroh/2: 16]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Para pengikut berkata: “Seandainya kami


dikembalikan ke dunia maka kami beramal sholih dan kami berlepas diri dari mereka
sebagaimana mereka membiarkan kita ketika datang siksa ini.” [Tafsir al-Qurthubi:
2/206]

َ َّ َ ْ َ َ َّ ُ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ََّ ُ ْ َ ُ َ َ
‫ري‬
ِ ‫اب الس ِع‬
ِ ‫وقالوا لو كنا نسمع أو نع ِقل ما كنا ِِف أصح‬
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan
itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-
nyala”. [QS.al-Mulk/67: 10]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Mereka kembali dalam keadaan mengeluh dan
menyesal.” [Tafsir Ibnu Katsir: 2/119]
Dan masih banyak ayat lain yang menjelaskan penyesalan mereka pada hari Kiamat,
silahkan baca QS.al-Mukminun/23: 106, QS.al-An’am/6: 27-29, QS.az-Zukhruf/43:
67, QS.Fushshilat/41: 29 dan surat lainnya.

Golongan Yang Selamat Dan Yang Benar


Golongan yang selamat dan benar umumnya hanya sedikit. Firman Allah azza wa
jalla:
َ َ ُ ُْ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َُّ َ َ َ ْ َ
‫بل طبع الل عليها بِكف ِرهِم فال يؤمِنون إَِّل قل ِيال‬
“Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya,
karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka.” [QS.an-
Nisa'/4: 155]

Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita


bahwa jumlah umatnya yang di atas sunnah pun hanya sedikit. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Islam itu mulanya aneh dan akan kembali aneh seperti mulanya.”
[HR.Muslim 1/90, bersumber dari Ibnu Umar]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa umatnya pada akhir
zaman lebih banyak mengikuti hawa nafsu daripada mengikuti sunnah. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dan akan terpecah belah umatku ini menjadi tujuh puluh tiga millah, semuanya di
Neraka kecuali satu millah. Lalu ada yang bertanya: Siapakah yang satu itu? Beliau
menjawab: Orang yang mengikuti saya pada hari ini dan mengikuti sahabatku.”
[HR.Tirmidzi: 6/141 dan lainnya, dihasankan oleh al-Albani, al-Miskat: 171]

Hadits ini menjelaskan kepada kita umat Islam bahwa golongan yang selamat dari
api neraka dan golongan yang haq hanyalah orang yang mengikuti sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para sahabatnya.

Syaikh Muhammad al-Mubarokfuri rahimahullah berkata: “Golongan yang selamat


adalah ahli Sunnah yang jernih pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jernih.” [Tuhfatul
Ahwadzi: 6/440]

Imam al-Munawi rahimahullah berkata: “Sedangkan sumber golongan yang tersesat


dari umat ini ada enam: Khawarij, Qodariyyah, Jahmiyyah, Murjiah, Rofidhoh, dan
Jabriyah, masing-masing berpecah belah menjadi dua belas golongan, sehingga
jumlah keseluruhan tujuh pula dua.” [Faidhul Qodir: 2/27]
Berkata Syaikh Sholih Fauzan hafizhahullah: “Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam: “Orang yang mengikuti sunnahku hari ini dan sahabatku, mereka adalah
golongan yang selamat seperti yang dijelaskan oleh Allah azza wa jalla di dalam
QS.at-Taubah/9: 100. [Maqolat oleh Syaikh Sholih Fauzan: 2/23]

Golongan yang selamat ini, tidak boleh bersedih dan berkecil hati. Walaupun
jumlahnya hanya sedikit akan tetapi tetap menang bila melawan orang ahli bid’ah
dan kelompok yang tersesat. Allah azza wa jalla berfirman:

‫ين‬ ََّ ‫الل َم َع‬


َ ‫الصابر‬ ِ َ ِ ‫ت ف َِئ ًة َكث‬
ََّ ‫ريةً بإذْن‬
َُّ ‫الل َو‬ ْ ‫م ِْن ف َِئة قَليلَة َغلَ َب‬
ِِ ِ ِِ ٍ ِ ٍ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” [QS.al-
Baqoroh/2: 249]

Allah azza wa jalla akan menghinakan kelompok umat yang tersesat, walaupun
jumlah mereka banyak, karena orang yang tersesat mereka mengikuti hawa nafsu
dan mencari keuntungan dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bahkan jumlahmu pada hari itu banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih seperti
kotoran buih yang di atas air.” [HR.Abu Dawud: 2/514. Dishohihkan oleh al-ALbani,
Silsilah Shohihah: 2/647]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Senantiasa golongan dari umatku ini membela kebenaran [mereka menang] tidak
lah membahayakan bagi mereka orang yang menyelesihinya sampai datang
ketentuan Allah, sedangkan dia tetap menang.” [HR.Muslim: 6/52, bersumber dari
Shohabat Tsauban]

Imam al-Bukhari rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan ‘golongan’ di dalam


hadits ini adalah orang yang mengilmui sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” [HR.al-Bukhari: 6/2666]
Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan ‘golongan’ di dalam
hadits ini jika bukan ahli hadits saya tidak tahu siapa mereka?” [Tausiril Azizil Hamid:
1/330]

Imam an Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan ‘golongan’ di dalam


hadits ini: Orang yang berani berperang membela agama Allah, sebagian mereka ahli
fiqih, sebagian mereka ahli hadits, sebagian mereka ahli zuhud dan memerintahkan
yang ma’ruf dan nahi mungkar, dan sebagian mereka golongan yang baik yang
lain, mereka tidak harus bersatu di dalam satu tempat, boleh jadi penyebar di semua
penjuru bumi.” [Syarah an-Nawawi 'ala Muslim: 6/400]
Semua keterangan di atas memberi kabar gembira kepada orang yang berpegang
teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka pasti menang
di dalam berhujjah dan di bela oleh Allah azza wa jalla sekalipun jumlahnya hanya
sedikit. Firman Allah azza wa jalla:

َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َّ ََّ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُْ
‫يث‬
ِ ِ ‫قل َّل يستوِي اْلبِيث والطي ِب ولو أعجبك كَثة اْلب‬
“Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang
buruk itu menarik hatimu…” [QS.al-Maidah/5: 100]

Selanjutnya agar kita tidak tertipu oleh musuh-musuh Allah azza wa jalla yang
berselimut di dalam wadah dan kelompok, maka kita wajib menuntut ilmu syar’i
kepada orang-orang yang membela Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan sunnah para sahabatnya, mereka adalah ahli hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Dengan menuntut ilmu kita akan mengetahui orang yang tersesat dan
mnyesatkan dan mengetahui orang yang menuntun kita kepada petunjuk Allah azza
wa jalla dan Sunnah Rasul-Nya.

Hendaknya kita menjauhi orang yang berpegang kepada rasio atau hawa nafsunya,
karena mereka pasti memusuhi ajaran Islam dan memusuhi orang yang beriman.

Imam Habbatullah bin Hasan al-Lalikay rahimahullah berkata: “Tanda orang ahli
bid’ah dia mencaci ahli atsar ahli hadits.” [I'tiqodi Ahlis Sunnah: 1/179]
Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Janganlah kamu berteman kepada ahli
bid’ah, karena dia akan menyakitkan hatimu.” [I'tishom: 1/172]

Sebagai umat Islam hendaknya kita bersabar tatkala ditimpa fitnah yang datang dari
ahli bid’ah dan hendaknya istiqomah di atas yang haq, karena para pendahulu kita
dimenangkan oleh Allah azza wa jalla karena keistiqomahan mereka di atas dua
perkata ini.
َ ُ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ََّ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ً ََّ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ
‫وجعلنا مِنهم أئِمة يهدون بِأم ِرنا لما صبوا وَكنوا بِآيات ِنا يوق ِنون‬
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka menyakini ayat-ayat
Kami.” [QS.as-Sajdah/32: 24]

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Maka dengan bersabar akan ditinggalkan


syahwat dan dengan yakin di atas yang haq akan tergusur kerancuan atau syubhat.”
[Iqtidho' Sirothol Mustaqim li Mukholafatil Ashabil Jahim: 1/120]

Upaya lain agar kita tidak menjadi ajang bagi musuh-musuh Islam, hendaknya kita
tidak ambisi dunia, karena di antara yang menjadi sebab jauhnya dari dinul Islam
adalah karena cinta dunia. Allah azza wa jalla mengingatkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan umatnya:
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabbnya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
[QS.al-Kahfi/18: 28]

Akhirnya kita mohon kepada Allah azza wa jalla semoga kita senantiasa diberi
petunjuk dan dijauhkan dari menyembah hawa nafsu dan pemikiran orang.

Wallahu A’lam.

Sumber: Disalin dari Majalah al-Furqon Edisi 5 Tahun Kesembilan, Dzulhijjah 1430, Nop-Des 2009 Hal.6-13

Anda mungkin juga menyukai