Tafsir AL-An'am 116
Tafsir AL-An'am 116
Hanya karena kedangkalan ilmu agama maka manusia banyak tertipu oleh kelompok
mayoritas, padahal jika manusia mengetahui tabiat manusia yang jelek pasti mereka
menyesal mengikuti mereka. Barangsiapa ingin selamat dari makar mereka.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya: “Sebagian menusia jika dilarang dari
perbuatannya yang menyimpang dari ajaran syariat Islam atau menyimpang dari
adab Islam berargumen umumnya manusia mengerjakannya. Jika demikian,
bagaimana kita menjawabnya? Mayoritas bukanlah dasar kebenaran, karena Allah
azza wa jalla berfirman (Baca QS.al-An’am/6:116 dan QS.Yusuf/12:103]. Sedangkan
tolak ukur kebenaran jika Allah azza wa jalla berfirman dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, atau ulama salafush sholih yang berfatwa.” [Majmu'
Fatawa wa Rosa'il, Ibnu Utsaimin: 3/103]
ٌ وم َك ََّف
ار ٌ ُان لَ َظل
َ َ ْ ََّ
إِن اإلنس
“Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
[QS.Ibrahim/14:34]
2. Putus asa dari rahmat Allah azza wa jalla dan berbuat kufur
َ َ ْ َ ََ ْ َ ُ َْ َ ََ
وَكن اإلنسان أكَث َش ٍء جدَّل
“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” [QS.al-Kahfi/18:
54]
Ibnu Zaid rahimahullah berkata: “Manusia banyak membantah nabinya dan menolak
risalah yang dibawanya.” [Tafsir ad-Durul Mansur: 6/376]
6. Sangat bodoh
ُ َ ً ُ َ َ َ ُ ََّ
إِنه َكن ظلوما جهوَّل
“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [QS.al-Ahzab/33: 72]
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Manusia itu menganiaya dirinya sendiri dan
sangat bodoh dengan perintah Allah dan bodoh membawa amanat.” [Tafsir al-
Baghowi: 6/380]
7. Berkeluh kesah
َ ج َر أَ َم
ُامه ُ َْ ُ ُ َْ
ُ ان َِلَ ْف بل ي ِريد اإلنس
“Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.” [QS.al-
Qiyamah/75:5]
Ibnu Anbari rahimahullah berkata: “Manusia lebih suka berbuat jahat sepanjang
umurnya dan tidak ingin bertobat dari perbuatan dosanya.” [Tafsir Fathul Qodir:
7/362]
8. Melampaui batas dari yang wajib, yang haram dan yang mubah
َ ْ َ َ َ َ ْ ََّ َ
لَك إِن اإلنسان َلطغ
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.” [QS.al-
'Alaq/96:6]
Al Qurthubi rahimahullah berkata: “Manusia melampaui batas berbuat aniaya dan
keluar dari ketentuan
Allah azza wa jalla.” [Tafsir al-Qurthubi: 6/245]
9. Sedikit bersyukur
ُ كُ ََّ َ َ ْ ٌ َ َ
ور وقلِيل مِن عِبادِي الش
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.”
[QS.Saba'/34:13]
Allah azza wa jalla mengingatkan peristiwa keadaan sahabat yang mulanya kafir
sebelum masuk Islam, dengan akal dan hawa nafsunya mereka bertengkar satu
sama lain, bunuh membunuh, tindas menindas, menghina kedudukan wanita, yang
kuat yang menang. Inilah asal tabiat manusia bila dikendalikan oleh hawa nafsunya.
Allah azza wa jalla berfirman:
ْ َك ْم فَأ
ْ ص َب
ْح ُتم ُ ُ ُ َ ْ َ َ ََّ َ َ ً َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ُ ْ َ َ ََّ َ َ ْ ُ ُ ْ َ
ِ واذكروا ن ِعمة اللِ عليكم إِذ كنتم أعداء فألف بي قلوب
ً ْ
بِن ِ ْع َمتِهِ إِخ َوانا
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” [QS.Ali Imron/3:103]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Makna ‘karena nikmat Allah’ kamu menjadi
bersaudara didalam agama yaitu nikmat dinul Islam.” [Tafsir al-Qurthubi: 4/164]
Jika demikian keberadaan pribadi manusia yang jelek sebab mengikuti hawa
nafsunya, maka bagaimana manusia bersandar kepada umumnya? Sungguh amat
hina hidupnya.
Maksudnya yaitu manusia itu jumlahnya banyak, akan tetapi yang diridhoi Allah azza
wa jalla hanya sedikit. Seperti seratus ekor unta akan tetapi hanya satu yang bisa
ditunggangi. Hadits ini menunjukkan abad yang hina pada akhir zaman. [Syarah
Ibnu Bathol: 19/274, ad-Dibaj alal Muslim: 5/491]
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Aku diperlihatkan neraka, tiba-tiba penghuninya mayoritas wanita yang kufur, lalu
ada yang bertanya: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka
mengkufuri kebaikan keluarga dan mengingkari kebaikan suami, seandainya kamu
berbuat baik kepada salah satu di antara mereka selama satu tahun, lalu dia melihat
kamu sedikit perkara yang dibenci, dia berkata: “Saya tidak pernah melihat kebaikan
dirimu sedikitpun.” [HR.al-Bukhari: 1/59]
Hadits ini menunjukkan mayoritas wanita kurang baik agama dan akhlaknya. Maka
bagaimana jika suami mengikuti wanita?
Abdullah bin Amr bin al-Ash berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut,
tetapi dengan mewafatkan ulama, sehingga tidak lagi tersisa seorang alim, maka
orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpinnya yang dungu lalu ditanya dan dia
memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan.” [HR.al-
Bukhari: 1/44 dan lainnya]
Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin umat atau pengikutnya banyak yang
bodoh, tidak tahu ajaran Islam yang benar.
Umumnya umat Islam banyak yang masuk neraka kecuali satu golongan
sebagaimana hadits yang tertera berikutnya. Umumnya orang Islam taklid atau
mengikuti orang yang tersesat, maka bagaimana dengan orang selain muslim?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka
masuk ke dalam sarang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti mereka. Kami
bertanya: “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Beliau
menjawab: Lalu siapa lagi selain mereka?” [HR.al-Bukhari: 3/1274]
Inilah sebagian dalil yang menerangkan mayoritas manusia yang jelek perangainya
menurut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ْ ك ْم ِف َكثري م َِن
ْاۡلمر لَ َعن ِ َُّتم ُ ُ ُ ْ َ ََّ َ ُ َ ْ ُ ََّ َ ُ َ ْ َ
ِ ٍ ِ ِ واعلموا أن فِيكم رسول اللِ لو ي ِطيع
“Dan ketahuilah oleh bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
(kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat
kesusahan.” [QS.al-Hujuroot/49: 7]
ُ َْ َْ ُ َ َْ َ
ول إَِّل َكنوا بِهِ يسته ِزئون ُ َ ْ ْ َ
ٍ وما يأتِي ِهم مِن رس
“Dan tidak datang seorang rosul pun kepada mereka melainkan mereka selalu
memperolok-olokannya.” [QS.al-Hijr/15: 11]
َ َّ َ ْ َ َ َّ ُ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ََّ ُ ْ َ ُ َ َ
ري
ِ اب الس ِع
ِ وقالوا لو كنا نسمع أو نع ِقل ما كنا ِِف أصح
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan
itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-
nyala”. [QS.al-Mulk/67: 10]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Mereka kembali dalam keadaan mengeluh dan
menyesal.” [Tafsir Ibnu Katsir: 2/119]
Dan masih banyak ayat lain yang menjelaskan penyesalan mereka pada hari Kiamat,
silahkan baca QS.al-Mukminun/23: 106, QS.al-An’am/6: 27-29, QS.az-Zukhruf/43:
67, QS.Fushshilat/41: 29 dan surat lainnya.
Hadits ini menjelaskan kepada kita umat Islam bahwa golongan yang selamat dari
api neraka dan golongan yang haq hanyalah orang yang mengikuti sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah para sahabatnya.
Golongan yang selamat ini, tidak boleh bersedih dan berkecil hati. Walaupun
jumlahnya hanya sedikit akan tetapi tetap menang bila melawan orang ahli bid’ah
dan kelompok yang tersesat. Allah azza wa jalla berfirman:
Allah azza wa jalla akan menghinakan kelompok umat yang tersesat, walaupun
jumlah mereka banyak, karena orang yang tersesat mereka mengikuti hawa nafsu
dan mencari keuntungan dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bahkan jumlahmu pada hari itu banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih seperti
kotoran buih yang di atas air.” [HR.Abu Dawud: 2/514. Dishohihkan oleh al-ALbani,
Silsilah Shohihah: 2/647]
َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َّ ََّ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُْ
يث
ِ ِ قل َّل يستوِي اْلبِيث والطي ِب ولو أعجبك كَثة اْلب
“Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang
buruk itu menarik hatimu…” [QS.al-Maidah/5: 100]
Selanjutnya agar kita tidak tertipu oleh musuh-musuh Allah azza wa jalla yang
berselimut di dalam wadah dan kelompok, maka kita wajib menuntut ilmu syar’i
kepada orang-orang yang membela Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan sunnah para sahabatnya, mereka adalah ahli hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Dengan menuntut ilmu kita akan mengetahui orang yang tersesat dan
mnyesatkan dan mengetahui orang yang menuntun kita kepada petunjuk Allah azza
wa jalla dan Sunnah Rasul-Nya.
Hendaknya kita menjauhi orang yang berpegang kepada rasio atau hawa nafsunya,
karena mereka pasti memusuhi ajaran Islam dan memusuhi orang yang beriman.
Imam Habbatullah bin Hasan al-Lalikay rahimahullah berkata: “Tanda orang ahli
bid’ah dia mencaci ahli atsar ahli hadits.” [I'tiqodi Ahlis Sunnah: 1/179]
Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Janganlah kamu berteman kepada ahli
bid’ah, karena dia akan menyakitkan hatimu.” [I'tishom: 1/172]
Sebagai umat Islam hendaknya kita bersabar tatkala ditimpa fitnah yang datang dari
ahli bid’ah dan hendaknya istiqomah di atas yang haq, karena para pendahulu kita
dimenangkan oleh Allah azza wa jalla karena keistiqomahan mereka di atas dua
perkata ini.
َ ُ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ََّ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ً ََّ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ
وجعلنا مِنهم أئِمة يهدون بِأم ِرنا لما صبوا وَكنوا بِآيات ِنا يوق ِنون
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka menyakini ayat-ayat
Kami.” [QS.as-Sajdah/32: 24]
Upaya lain agar kita tidak menjadi ajang bagi musuh-musuh Islam, hendaknya kita
tidak ambisi dunia, karena di antara yang menjadi sebab jauhnya dari dinul Islam
adalah karena cinta dunia. Allah azza wa jalla mengingatkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan umatnya:
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabbnya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
[QS.al-Kahfi/18: 28]
Akhirnya kita mohon kepada Allah azza wa jalla semoga kita senantiasa diberi
petunjuk dan dijauhkan dari menyembah hawa nafsu dan pemikiran orang.
Wallahu A’lam.
Sumber: Disalin dari Majalah al-Furqon Edisi 5 Tahun Kesembilan, Dzulhijjah 1430, Nop-Des 2009 Hal.6-13