Struktur Baja 2
10
Teknik Perencanaan Teknik Sipil W112100029 Ivan Jansen S., ST, MT
dan Desain
Abstract Kompetensi
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mampu menentukan dan
pemahaman dasar mengenai menghitung kapasitas rencana dari
perencanaan batang lentur pada batang lentur.
struktur baja
Batang Lentur ( Flexural Member)
1. Pendahuluan
Balok adalah komponen struktur yang memikul beban-beban gravitasi, seperti beban mati dan
beban hidup dan juga terhadap kombinasi pembebanan lateral seperti salah satunya gempa
yang sesuai dengan peraturan pembebanan. Komponen struktur lentur/balok biasa juga
dikatakan sebagai stuktur yang menggabungkan batang tarik dan batang tekan dengan suatu
separasi. Besar separasi tersebut dapat bersifat tetap atau berubah sebagai fungsi dari posisi.
Untuk penampang komponen struktur lentur yang memiliki satu sumbu simetri atau lebih dan
terbebas dari semua jenis tekuk serta dibebani pada pusat gesernya. Komponen struktur balok
merupakan kombinasi dari elemen tekan dan elemen tarik, sehingga konsep dari komponen
struktur tarik dan tekan yang telah dipelajari akan dikombinasikan pada pembahasan struktur
lentur/balok.
Pembahasan balok ini diasumsikan bahwa balok tak akan tertekuk, karena bagian elemen
yang mengalami tekan, sepenuhnya terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun sumbu
lemahnya. Asumsi ini mendekati kenyataan, sebab dalam banyak kasus balok cukup
terkekang secara lateral, sehingga masalah stabilitas tidak perlu mendapat penekanan lebih.
Kondisi dari tegangan lentur dapat ditentukan dengan cara berikut ini,
Balok umumnya dipandang sebagai batang yang terutama memikul beban gravitasi
transversal, termasuk momen ujung. Balok pada struktur· dapat disebut sebagai :
gelagar (biasanya balok dengan jarak antara/ bentang yang Iebar);
Istilah lain seperti "header", "trimmer", dan "rafter" kadang·kadang dipakai, tetapi identiflkasi
balok dengan istilah ini tidak berlaku umum. Balok adalah gabungan dati elemen tarik dan
Jadi tekuk keseluruhan sayap tekan seperti sebagai kolom tidak dapat terjadi sebelum
kapasitas momen batas penampang tercapai. Walaupun kebanyakan balok dalam praktek
memiliki sokongan samping yang memadai sehingga stabilltas lateral tidak perlu ditinjau,
karena persentase keadaan yang stabil mungkin tidak sebesar yang diperkirakan.
Atau lentur pada keadaan elastis pada balok yamg mempunyai satu sumbu simetri atau lebih,
dimana terdapat sumbu kuat dan sumbu lemah, tegangan lentur yang terjadi sebagai berikut :
Tahapan dari distribusi pembebanan pada penampang IWF ini (a) kondisi gaya dalam momen
masih kecil sehingga tegangannya masih elastis atau gaya dalam yang terjadi belum mencapai
titik leleh material fy. Ketika kondisi momen leleh My tercapai yaitu pada kondisi (b), maka
tegangan serat atas atau serat bawah mencapai leleh. Selanjutnya ketika momen ditingkatkan
lagi, tegangan leleh merambat kebagian dalam dari penampang seperti pada gambar (c).
Momen mencapai momen plastis Mp ketika tegangan leleh terjadi pada seluruh penampang
gambar (d).
Terlihat bahwa rasio Mp/My adalah sifat bentuk penampang lintang dan tidak bergantung
pada sifat bahan. Rasio ini disebut faktor bentuk, untuk profil sayap Iebar (W) yang mengalarni
lentur terhadap sumbu kuat (x ), faktor bentuk berkisar antara sekitar 1,09 dan 1,18 dengan
Secara konservatif dapat dikatakan kapasitas momen lentur (momen plastis) penampang IWF
minimall 10% lebih besar dari kapasitas pada leleh pertama (My).
Prosedur perencanaan sejak Spesiflkasi AISC 1963 menerima bahwa balok memiliki kelakuan
yang sarna seperti yang dibahas di atas.
Contoh 1. :
Dalam perhitungan tahanan momen nominal dibedakan antara penampang kompak, tak
kompak, dan langsing seperti halnya saat membahas batang tekan. Batasan penampang
kompak, tak kompak, dan langsing adalah:
Besarnya tegangan sisa fr = 70 MPa untuk penampang gilas panas, dan 115 MPa untuk
penampang yang dilas. Bagi penampang tak kompak yang mempunyai p < < r, maka
besarnya tahanan momen nominal dicari dengan melakukan interpolasi linear, sehingga
diperoleh:
Contoh 2 :
Profil WF
Contoh 3 :
Profil WF
5. Lendutan Balok
Penampak Kompak !
--- OK!
Cek profil struktur balok baja berikut ini dengan menggunakan profil WF 500.200.10.16 dengan
(Zx = 2096.36 cm3 ; Ix = 47800 cm4) dan menggunakan material baja grade BJ-37 . Asumsikan
terdapat kekangan lateral yang cukup pada bagian flens tekan profil. Disyaratkan pula bahwa
lendutan tidak boleh melebihi L/300.
OK!
Untuk menurunkan persamaan tegangan geser untuk penampang simetri, maka dapat dilihat
potongan dz dari balok pada gambar berikut dan juga dengan free-body nya. Bila tegangan
geser satuan V, bekerja sejarak y1 dari sumbu netral, makadiperoleh hubungan:
V = gaya geser
Q = statis momen terhadap garis netral
Untuk menghitung tegangan geser , bisa menggunakan rumus pendekatan yang berupa nilai
rata- rata dari luas penampang web dan dengan mengabaikan efek dari lubang alat
pengencang atau fastener :
, maka :
Persamaan diatas dapat digunakan bila dipenuhi syarat kelangsingan untuk tebal plat web
sebagai berikut :
, dan hasil
analisa struktur untuk balok memberikan gaya dalam akibat beban geser sebesar 15 ton !!
Maka kapasitas tahanan geser rencana profil adalah 30.321 ton > dari beban geser akibat
pembebanan sebesar 15 ton OK!!
Jika ketentuan diatas terpenuhi , maka tidak diperlukan pengaku (stiffner) pada pelat badan
/web
Gambar 11. Balok degan sokongan samping pada ujung nya saja.
Tekuk torsi lateral adalah kondisi batas yang menentukan kekuatan sebuah balok.
Sebuah balok mampu memikul mom en maksimum hingga mencapai mom en plastis (Mp).
Tercapai atau tidaknya momen plastis, keruntuhan dari sebuah struktur balok adalah salah
satu dari peristiwa berikut:
1. Tekuk lokal dari flens tekan
2. Tekuk lokal dari web dalam tekan lentur
3. Tekuk torsi lateral
Ketiga macam keruntuhan tersebut dapat terjadi pada kondisi elastis maupun inelastis.
Gambar 12. menunjukkan perilaku dari sebuah balok yang dibebani momen konstan M
dengan bentang tak terkekang L. Empat kategori dari perilaku balok tersebut adalah :
1. Jika L cukup kecil (L ≤ Lpd) maka momen plastis, MP, tercapai dengan deformasi yang
besar. Deformasi yang besar ditunjukkan oleh kapasitas rotasi R.H, dengan R ≥ 3 adalah
faktor daktilitas. Kemampuan berdeformasi (kapasitas rotasi) adalah kemampuan menerima
regangan flens yang besar dengan stabil. Perilaku ini ditunjukkan oleh kurva 1 pada
Gambar 12
2. Jika L diperbesar sehingga Lpd < L < Lp , maka balok dapat mencapai MP namun
dengan kapasitas rotasi yang lebih kecil (R < 3). Hal ini dikarenakan kurang cukupnya
kekakuan flens dan/atau web untuk menahan tekuk lokal, atau kurangnya sokongan lateral
untuk menahan tekuk torsi lateral. Perilaku inelastis ini ditunjukkan oleh kurva 2 pada
Gambar 12.
3. Bila panjang bentang tak terkekang diperbesar lagi (Lp < L < Lr), maka M hanya mampu
mencapai Mr dengan kapasitas rotasi yang sangat terbatas. Tekuk lokal flens dan web
serta tekuk torsi lateral mencegah tercapainya Mp.
Besarnya kuat nominal momen lentur dari suatu penampang ditentukan sebagai berikut :
A. Kasus 1 Mn = Mp (R ≥ 3) .
Agar penampang dapat mencapai kuat nominal Mn = Mp, maka penampang haruslah
kompak untuk mencegah terjadinya tekuk lokal. Syarat penampang tersebut dapat
dilihat melalui tabel batasrasio kelangsingan untuk penampang kompak IWF,H-beam :
B. Kasus 2 Mn = Mp (R < 3) .
Agar penampang dapat mencpai momen plastis Mp, maka kapasitas rotasi R < 3 ,
dengan penampang haruslah kompak dan tidak terjadi tekuk lokal. Kekangan laterla
haruslah diberikan sehingga panjang bentang tak-terkekang L, tidak melebihi Lp ,
dimana Cb = 1 dan :
Penyelesaian:
Penyelesaian :
Gambar 10.
Akibat kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB tidak hanya meimikul beban
merata saja, namun juga harus memikul beban lateral P1. Dalam hal ini batang AB harus
dipertimbangkan dalam desain penampang suatu elemen balok-kolom.
Berbeda dengan batang CD yang hanya didominasi oleh efek lentur saja, gaya dari beban P2
sudah dipikul oleh pengaku-pengaku (bracing) berbentuk X, sehingga batang CD
didesain sebagai suatu elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial.
Batang CF dan DE akan memikul gaya aksial tekan maupun tarik saja.
Selain batang AB yang didesain sebagai elemen balok-kolom, batang-batang AC, BD, CE,
DF juga harus didesain sebagai suatu elemen balok-kolom, karena selain memikul gaya aksial
akibat reaksi dari balok-balok AB dan CD, batang-batang ini juga harus menerima transfer
momen yang diberikan oleh batang AB dan CD, sehingga efek lentur dan efek gaya
aksial yang bekerja tidak boleh diabaikan salah satunya.
Penyelesaian :