Revisi Mahe
Revisi Mahe
Disfungsi eksekutif (defisit fungsi eksekutif) adalah salah satu penyebab disabilitypada
klien gangguan mental sehingga klien gangguan mental umumnya mengalami kesulitan
dalam melakukan aktifitas psikologis yang kompleks seperti perilaku yang komplek,
bertujuan, dan terarah maupun perhatian selektif, pengambilan keputusan, penilaian,
pilihan, perencanaan, serta fleksibilitas. Upaya rehabilitasi neuropsikologi dapat
digunakan untuk memperbaiki executive function(fungsi eksekutif) dengan demikian
secara signifikan akan memperbaiki kesehatan emosional, keberfungsian sosial, serta
ketrampilan klien untuk tidak tergantung. Fungsi eksekutif bertanggung jawab untuk
mengarahkan perilaku perilaku diri sendiri agar terarah dan bertujuan seperti
perencanaan, pengorganisasian, pemecahan masalah, serta keterampilan self
monitoring (pemantauan diri) dan self regulation (mengatur diri sendiri). (Fatwikiningsih,
2016)
Pada kasus anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas nampak
sekali bahwa perilaku mereka tanpa tujuan serta perhatian mudah beralih hal ini
berkaitan dengan disfungsi fungsi eksekutif sehingga perilaku mereka tidak terkontrol,
agresif, cenderung bergerak tanpa tujuan, perhatian mudah beralih, tidak sabaran, dan
mudah lupa. Gangguan obsesif kompulsif menunjukkan adanya defisit fungsi eksekutif
menyebabkan klien kesulitan inhibisi (menghentikan respon) dan kegagalan dalam
kemampuan mengalihkan meskipun kemampuan merencanakan tidak terpengaruh
sehingga menunjukkan ritualitas perilaku terentu (misalnya cuci tangan berkali-kali
tanpa sebab yang jelas) dan pikiran berulang-ulang yang sama dan menetap. anak
dengan GPPH juga mengalami disfungsi eksekutif sehingga sulit memprioritaskan dan
mengatur waktu, perencanaan dan organisasi, memulai dan melengkapi tugas tepat
waktu, melakukan prokrastinasi, pelupa, dan sulit mengingat. (Fatwikiningsih, 2016)
Perkembangan Fungsi Eksekutif
Infancy (0 - 2 tahun)
proses eksekutif pada masa bayi terutama difokuskan tentang pengembangan kontrol
penghambatan, memori kerja, dan perhatian terfokus. ( Diana, 2003) . mulai ada
perkembangan secara bertahap seperti anak sudah mulai mengerti bentuk Bahasa
lisan, isyarat, sudah mampu mengekspresikan wajahnya hingga bisa diajak komunikasi
2 arah.
Di masa ini anak, perubahan fisik sudah sangat terlihat. Kemampuan motoric si anak
juga meningkat. Peningkatan ini diiringi dengan fungsi eksekutif yang turut berkembang.
Seperti :
FORMAL ASSESSMENT
Untuk mengukur fugsi eksekutif dari anak secara formal, kita bisa menggunakan
kuisioner. Dengan ini kita bisa memperoleh informasi dari hasil kuisioner tersebut.
Contoh dari kuisioner tersebut adalah sebagai berikut :
kuisioner ini bisa digunakan untuk menilai kemampuan Fungsi Eksekutif yang bisa
dilakukan di rumah ataupun di sekolah. Assessment ini digunakan pada anak yang
berumur 5 – 18 tahun. Kuisioner ini bisa untuk orang tua, guru, yang dirancang untuk
mengevaluasi fungsi eksekutif dari berbagai perspektif. Skala yang diturunkan secara
teoritis dan statistik mengukur aspek perilaku seperti kemampuan untuk mengontrol
impuls, bergerak bebas di antara situasi, memodulasi respons, dan melacak pengaruh
perilaku seseorang terhadap orang lain. BRIEF-2 ini dapat digunakan untuk menilai
anak-anak yang memiliki kondisi neurologis baik perkembangan atau yang didapat
seperti ketidakmampuan belajar, gangguan perhatian, cedera otak traumatis, paparan
timbal, gangguan perkembangan yang meresap, depresi, dan kondisi perkembangan,
neurologis, dan medis lainnya.
Dalam BRIEF 2 ini menggunakan 10 scales dan memisahkan antara self monitoring
dari task monitoring, diantaranya
Inhibit
Self-Monitor
Shift
Emotional Control
Initiate
Task Completion
Working Memory
Plan/Organize
Task-Monitor
Organization of Materials
Cognitive Assessment System adalah untuk mengetest fungsi kognitif dari anak anak
dan remaja dengan rentang umur 5 – 17 tahun yang dirancang untuk menilai Planing,
Attention, Stimultaneous and Succesive (PASS). Dalam komponen tersebut dijelaskan
Planning
Attention
Ini adalah proses kognitif yang melibatkan fokus dan konsentrasi untuk
memberikan rangsangan saat ada gangguan. Unit fungsional ini menyangkut
pengarahan diri sendiri, pemilihan informasi dan ketekunan dalam menanggapi
sesuatu rangsangan. Naglieri dan Das (1997) menggambarkan perhatian
sebagai "proses mental dimana individu secara selektif berfokus pada
rangsangan tertentu sambil menghambat tanggapan terhadap rangsangan
bersaing disajikan dari waktu ke waktu". Proses ini menekankan pada tuntutan
tugas yang melibatkan aktivitas terfokus, selektif, berkelanjutan dan usaha.
Stimultanous
Successive
adalah proses kognitif yang menerapkan informasi yang ada dalam persyaratan
yang lebih spesifik. Pada proses ini menuntut si anak untuk mengingat atau
menggunakan informasi yang mengikuti dengan urutan yang tegas dan jelas.
Naglieri dan Das (1997) menggambarkan pemrosesan yang berurutan sebagai
"proses mental di mana individu mengintegrasikan rangsangan ke dalam urutan
serial tertentu yang membentuk perkembangan seperti rantai".
Informal Assessment
Untuk informal assessment adalah assessment yang bisa dibuat dan dikembangkan
oleh guru ataupun terapis berdasar kepada perkembangan dan aspek aspek
kemampuan belajar si anak. Ini adalah assessment yang tidak terstruktur jadi bisa
terjadi secara spontan semisal pada saat pembelajaran dikelas ataupun di lingkungan
keluarga. Metode metode yang bisa digunakan yaitu :
Observasi
Tanya jawab
DAFTAR PUSTAKA
Nieto López, Marta & Ros, Laura & Medina, Gloria & Ricarte, Jorge & Latorre, José.
(2016). Assessing Executive Functions in Preschoolers Using Shape School
Task. Frontiers in Psychology. 7. 10.3389/fpsyg.2016.01489.
Das, Jagannath & Naglieri, Jack. (2001). The Das-Naglieri Cognitive Assessment
System in theory and practice. Handbook of psychoeducational assessment. 33-
61.