Tutor Oa....
Tutor Oa....
DISUSUN OLEH :
Adina Anggy Pratiwi (P27228019162)
Muhammad Sayyid Azzam (P27228019191)
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap manusia yang hidup di dunia ini akan mengalami berbagai macam
proses perkembangan kehidupan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga
masa tua. Dari sekian banyaknya proses perkembangan kehidupan tersebut akan
dilewati oleh setiap individu secara bertahap dan tidak dapat dihindarkan lagi. Salah
satu proses perkembangan yang paling akhir adalah masa tua. Penuaan merupakan
proses alamiah dalam hidup ini,tidak mungkin ditolak maupun ditunda. Dengan
adanya permasalahan yang dihadapai oleh lansia maka perlu adanya sikap
kepedulian.
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan
suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid
(DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh.
Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani
oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri.
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam
masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi
(Nies & McEwen, 2007; Tamher & Noorkasiani, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi
penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa
ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050,
diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak
120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di
seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142
juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi,
dan tahun 2 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 3
total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015). Dari sensus penduduk
dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7%
pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan meningkat
menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050.
Masa lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia
dikatakan sebagai perkembangan terakhir, karena ada sebagian anggapan bahwa
perkembangan manusia berakhir setelah menjadi dewasa. 1 Pada saat manusia
berkembang, terjadi beberapa perubahan yang ditandai dengan kondisi-kondisi khas
yang menyertainya. Menyebutkan beberapa kondisi khas yang menyebabkan
perubahan pada lansia, diantaranya adalah tumbuhnya uban, kulit yang mulai
keriput, penurunan berat badan, tinggalnya gigi geligi sehingga mengalami kesulitan
makan. Lansia membutuhkan kepedulian dan perhatian baik itu dari pemerintah,
lembaga swasta, masyarakat, maupun dari keluarga lansia itu sendiri. Perlu adanya
tindakan nyata untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi lansia itu sendiri.
Pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan fisik maupun kognitif.
Menurut Argo Demartoto karakteristik seseorang dikatakan lanjut usia pada
umumnya ditandai oleh gejala-gejala fisik. Namun, saat yang bersangkutan
menyadari bahwa proses tersebut sudah mulai ada pada dirinya. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang akan memberikan pengaruh dan perubahan terhadap
perkembangan aspek biologis, ekonomi maupun sosial. 3 Apabila memasuki usia 60
tahun keatas yang merupakan masa akhir dari penuaan, maka dilihat dari segi
ekonomi lansia cenderung dianggap sebagai beban keluarga.
Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia
setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi
yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya
7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara
kuantitatif kedua parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar,
Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan, 2013) Menurut Ambarwati (2014)
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 4
semakin tua umur seseorang, maka akan semakin menurun kemampuan fisiknya, hal
ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran sosialnya dan juga akan
mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan
menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh
Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang
tertinggi (ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang
terkait dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta
memahami potensi diri sendiri.
Kemandirian sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Dengan pemikiran para lansia, diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik
yang unik. Kemandirian pada lanjut usia dapat dinilai dari kemampuannya dalam
melakukan aktivitas kesehariannya atau yang sering disebut dengan Activity of daily
living (ADL), sehingga meminimalkan morbiditas para lanjut usia. Salah satu ukuran
penting pada morbiditas adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
seharihari, seperti mandi, berpakaian, toileting, dan makan. Ketika tidak dapat
melakukan self-care, maka akan menjadi tergantung dengan bantuan (Dunlop,
Hughes, dan Manheim, 1997; Sari, 2013).
Pada usia lanjut, tubuh akan mengalami penurunan pada sistem
muskuloskeletal yang ditandai dengan adanya nyeri pada persendian dan
melemahkan fungsi otot persendian khususnya di sendi lutut (Putra, RP dan Kumaat
Noortje A, 2016). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depkes RI Tahun
2004 yang menyatakan bahwa pada proses penuaan menyebabkan perubahan
struktur tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan. Sebanyak 8% yang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada
sendinya, terutama linu, pegal dan kadang-kadang terasa sangat nyeri (Nugroho,
2008). Sedangkan menurut Kusworini (2000), gangguan kesehatan termasuk
gangguan tulang atau sendi khususnya nyeri pada lutut mengalami kenaikan yang
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 5
signifikan seiring peningkatan usia harapan hidup manusia. Gangguan ini berupa
degenerasi yang dimulai dari usia 40 tahun dan mayoritas (90%) terjadi pada sendi
penumpu berat badan (Tulaar, 2006). Biasanya bagian yang terkena adalah
persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi penahan berat tubuh khususnya
lutut.
Osteoartritis adalah masalah penting bagi individu dan masyarakat (Bellamy,
2007), dan kesehatan masyarakatnya , Dampaknya terus bertambah karena populasi
yang menua, meningkatnya prevalensi dan kurangnya obesitas pengobatan definitif
untuk mencegah atau menghentikan perkembangan penyakit (Gaffney, 1995).
Namun osteoarthritis sulit untuk didefinisikan, dan diperlukan pemahaman yang
lebih baik tentang patofisiologinya (Gaffney, 1995). Kesamaan yang dimiliki semua
bentuk osteoartritis dan kelainan terkait adalah hilangnya tulang rawan terkait
dengan fitur tulang seperti osteofit dan sklerosis tulang subkondral (Wongkar, 2015).
Namun, riwayat osteoartritis kontroversial karena kemiripannya dengan kondisi
seperti hiperostosis skeletal idiopatik difus dan spondilitis ankilosa serta
kebingungan antara penyakit umum osteoartritis dan osteoartritis sekunder akibat
trauma sendi tunggal.
Istilahnya telah berubah juga; Selama bertahun-tahun, osteoartritis telah
dikenal sebagai osteoartrosis, degenerative penyakit sendi, deformans arthrosis dan
morbus (malum) coxae senilis, antara lain istilah (Wongkar, 2015).Terlepas dari
kesulitan ini, kejadian penyakit sepanjang sejarah mungkin salah satunya paling baik
didokumentasikan karena persistensi tulang dibandingkan dengan jaringan tubuh
lainnya (Von Roenn, 2006). Karakteristik patologis osteoartritis akibatnya tetap tidak
berubah (Wongkar, 2015), dan dapat dikatakan bahwa penyakit ini adalah bagian
kehidupan yang tidak dapat diubah (Bijlsma, 2011).
Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang
menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis
mengenai kartiloago artikuler, tulang subkondrium ( lempeng tulang yang
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Demografi Pasien
Pasien berinisial Ny. IS dan berjenis kelamin perempuan. Ny. IS saat ini
berumur 87 tahun lebih 5 bulan. Tinggi Ny. IS adalah 158cm, dengan berat badan
72kg. Agama yang dianut Ny. IS adalah agama Islam. Ny. IS beralamat di Perum Situ
Gede Indah, B147, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Status Ny. IS adalah janda
dengan 3 anak dan 12 cucu. Pekerjaan Ny. IS saat ini adalah sebagai Pensiun PNS/Ibu
rumah tangga. Pendidikan terakhir dari Ny. IS adalah D3 dari APDN Bandung. Saat ini,
Ny. IS tinggal bersama salah satu anaknya dan cucunya. Diagnosis medis yang dialami
oleh Ny. IS adalah Osteoarthritis. Selain itu, Ny IS juga memiliki riwayat mengidap
penyakit asma
2. Hasil Wawancara dan Observasi
Pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 21 September 2020, Ny. IS
pertama kali menderita penyakit osteoarthritis setelah beliau pensiun dari
pekerjaannya sebagai PNS atau pada tahun 2000. Saat ini, Ny. IS bekerja sebagai
pensiun PNS/ibu rumah tangga. Pada aktivitas kesehariannya, Ny. IS memiliki
rutinitas tidur pukul 9 malam, lalu bangun pada pukul 2 pagi, selanjutnya Ny. IS
melaksanakan ibadah sampai pukul 3 pagi, lalu Ny. IS tidur lagi dan bangun kembali
pada pukul 4 pagi untuk melaksanakan ibadah salat subuh. Selanjutnya, pada pagi
hari Ny. IS biasanya melakukan beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu.
Aktivitas selanjutnya, Ny. IS biasanya menghabiskan waktu untuk berkebun dan
merawat tanamannya. Sebagai hobi yang paling diminati, Ny. IS sangat suka
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 8
yang dilakukan Ny. IS bukanlah dengan mengunjungi tukang pijat melainkan adalah
dengan pergi ke dokter rehab medic terdekat dan langsung melakukan jadwal terapi.
Keluhan yang dialami oleh Ny. IS akibat osteoarthritis ini bahwa ia merasa ototnya
melemah, sendinya kaku, terasa nyeri di sendinya sehingga membuatnya tidak bisa
berjalan cepat lagi, lalu tidak bisa berjalan jauh, lalu terdapat gangguan juga ketika
melakukan aktivitas menaiki tangga. Terkait dengan keluhan utama yang dialami, Ny.
IS mengaku menjadi sangat terganggu ketika melakukan aktivitas BAB. Dengan
kondisi yang dialami, hal itu membuat Ny. IS tidak bisa berjongkok saat melakukan
BAB, sehingga dengan kondisi tersebut memaksa Ny. IS melakukan BAB dengan
posisi setengah berdiri dan berpegangan pada pinggir bak mandi. Pada aktivitas BAB
ini, Ny. IS tidak memiliki masalah terkait dengan kemampuan menahan ataupun
melepaskan BAB, namun masalahnya berada pada cara/posisi untuk melakukan
aktivitas BAB. Ny. IS mengaku dengan adanya penyakit ini, membuatnya memerlukan
teman untuk pergi kemana-mana karena ditakutkan terjatuh atau hal-hal lain yang
tidak diinginkan. Terkait dengan mobilitas, Ny. IS mengatakan bahwa dirinya mampu
mengatur diri untuk tidak berjalan jauh ataupun tidak berjalan cepat. Sedangkan
untuk naik tangga, Ny. IS mengaku sangat meminimalisir aktivitas menaiki tangga
karena resiko nyeri yang dirasakan jika menaiki tangga. Lalu pada aktivitas yang
berkaitan dengan partisipasi social, Ny. IS mengalami kendala ketika ada acara yang
mengaruskannya untuk duduk lesehan. Maka dari itu, Ny. IS biasanya meminta izin
untuk dapat meluruskan kaki saat duduk. Selanjutnya pada saat berpindah posisi
dari duduk lesehan ke berdiri, Ny. IS tidak dapat melakukannya secara sekaligus,
melainkan membutuhkan istirahat sesaat ketika proses menyesuaikan posisi dari
duduk ke berdiri. Untuk yang berkaitan dengan pekerjaan rumah, Ny. IS tidak merasa
mengalami kendala apapun. Sedangkan untuk aktivitas leisure seperti berkebun,
ketika mengharuskan untuk berjongkok, maka Ny. IS mengantisipasinya dengan
menggunakan kursi kecil untuk membantunya menggapai barang yang posisinya
rendah. Untuk aktivitas rest and sleep, Ny. IS tidak merasa terkendala apapun,
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 10
namun Ny. IS memiliki kebiasaan untuk tidur dengan berpindah posisi menghadap
kanan atau kiri agar dapat segera tertidur lelap. Terkait dengan treatment yang
sudah dilakukan, Ny. IS mengaku ketika masih di Bandung sudah cukup rutin
melakukan terapi ke dokter RM. Namun dengan kondisi seperti ini, Ny. IS
mengatakan bahwa kegiatan terapinya tidak lagi dilakukan oleh dokter RM,
melainkan diterapi oleh cucunya. Ketika di dokter RM, terapi yang dilakukan adalah
seperti menggunakan alat pemanas, dilatih kekuatan kaki, dilatih cara jalan dan
berjongkok. Sedangkan terapi yang dilakukan oleh cucunya, adalah seperti dilatih
cara berjalan. Untuk mengatasi dampak dari penyakit osteoarthritis yang dialami, Ny.
IS sudah mampu mengatur diri untuk menghindari resiko-resiko yang akan terjadi,
seperti pada aktivitas berjalan, Ny. IS mampu mengetahui kemampuannya dalam
seberapa jauh ia akan berjalan sehingga dapat menghindari resiko sendi lutut terasa
nyeri. Pada saat melakukan aktivitas, Ny. IS selalu mampu menyadari seberapa batas
kemampuannya dan tidak memaksakan diri, sehingga ia dapat menghindari berbagai
resiko yang bisa timbul. Terkait dengan hambatan social, Ny. IS merasa tidak
mengalami hambatan apapun, justru lingkungan socialnya sangat aware dengan
kondisi yang dialami oleh Ny. IS. Selain itu, keluarganya justru sering membantu Ny.
IS dalam beraktivitas seperti misalnya mengangkat barang yang berat. Ny. IS juga
merasa bahwa lingkungan rumahnya tidak sama sekali menghambat mobilitas dan
aktivitasnya. Selanjutnya, Ny. IS juga memiliki beberapa harapan yang sangat ingin
tercapai, seperti, Ny. IS ingin sekali dapat kembali bertemu dengan teman-teman
sebayanya agar bisa saling berbagi suka dan duka, lalu Ny. IS juga memiliki keinginan
untuk dapat kembali berolahraga, selain itu Ny. IS juga sangat ingin dapat kembali
bisa berjongkok dan bisa berjalan dengan bebas.
Hasil dari observasi yang dilakukan, Ny. IS berpakaian rapih, memiliki postur
tubuh yang cukup besar dikarenakan memiliki berat badan yang cukup berlebih.
Selain itu, Ny. IS tidak terlihat memiliki gangguan dalam berjalan secara ringan,
terlihat dari caranya berjalan menghampiri terapis. Meskipun begitu terlihat
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 11
terdapat bengkak pada lututnya. Ny. IS juga terlihat tidak memiliki masalah pada
penglihatan maupun atensinya, hal ini terlihat ketika Ny. IS mampu dipanggil
anaknya sehingga segera menyadari keberadaan terapis dan langsung memberi
sapaan. Saat proses wawancara, Ny. IS terlihat antusias dan mampu menjawab
pertanyaan. Namun, terlihat juga bahwa Ny. IS memiliki sedikit masalah pada
pendengarannya tapi masih dapat menangkap setiap pertanyaan yang diajukan.
Selanjutnya Ny. IS juga tidak memiliki masalah saat berbicara. Ny. IS juga tidak
terlihat memiliki masalah pada emosi ekspresi, hal ini terlihat dari kemampuan Ny. IS
dalam berekspresi selama proses wawancara. Namun, setelah proses wawancara,
Ny. IS terlihat sedikit kesulitan ketika ingin beranjak dari tempat duduk. Hal ini
terlihat dari tangannya yang perlu menahan pinggiran kursi dengan kuat agar
mampu beranjak. Untuk observasi lingkungan, rumah Ny. IS terlihat rapih dan bersih.
Ruangan di rumah juga terlihat lapang dan memiliki lantai yang rata/tidak
bergelombang. Selanjutnya di rumah Ny. IS terlihat terdapat satu tangga yang
menuju ke loteng. Peralatan yang berada di rumah terlihat mudah sekali untuk
dijangkau kecuali lampu yang berada di atap. Selain itu, terdapat beberapa
perbedaan tinggi lantai, yaitu lantai menuju pintu masuk dari arah luar dan lantai
yang menuju halaman belakang. Meskipun begitu, perbedaan tinggi lantai tidak
terlalu tinggi sehingga Ny. IS tidak terlihat kesulitan saat melewatinya. Hasil dari
observasi dan informasi yang didapatkan dari anak Ny. IS, factor penyebab dari
terjadinya osteoarthritis yang dialami kemungkinan berasal dari 1) berat badan yang
cukup berlebih, 2) kemungkinan ada pengaruh genetic, 3) Pengaruh degenerative
karena usia yang semakin tua, 4) jenis kelamin. Anak dari Ny. IS juga mengatakan
bahwa Ny. IS ini adalah anak ke-3 dari 9 bersaudara. Selain itu, anak Ny. IS juga
mengatakan bahwa Ny. IS pertama kali pindah dari bandung ke tasik sejak tahun
2014
3. Hambatan
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 12
Selanjutnya, Ny. IS juga merasa terhambat pada saat melakukan aktivitas berjalan,
terkhusus untuk berjalan pada jarak yang jauh dan juga berjalan cepat. Hal ini
dikarenakan Ny. IS merasa terdapat kekakuan pada lututnya sehingga Ny. IS
mengatur dirinya agar tidak perlu berjalan jauh dan berjalan cepat. Hambatan fisik
juga berdampak pada aktivitas menaiki tangga, hal tersebut dikarenakan Ny. IS
merasa lututnya kaku dan nyeri sehingga sangat menyulitkan untuk aktivitas menaiki
tangga. Oleh karena itu, Ny. IS sangat mengantisipasi aktivitas yang
mengharuskannya menaiki tangga. Selanjutnya, hambatan fisik juga berdampak
pada aktivitas leisure yang dilakukan. Dengan timbulnya rasa nyeri dan kaku pada
lututnya, hal itu mengharuskan Ny. IS untuk menggunakan kursi kecil untuk
mengurusi tanaman yang posisinya rendah. Selain itu, hambatan fisik juga
berdampak pada social participation karena membuat Ny. IS kesulitan pada saat
duduk bersila ketika berkumpul dengan orang lain, sehingga Ny. IS mengantisipasinya
dengan meminta izin untuk dapat duduk dengan kaki diluruskan. Hambatan fisik
yang menjadi perhatian utama adalah dampaknya pada aktivitas toileting. Pengaruh
dari osteoarthritis pada aktivitas toileting membuat Ny. IS tidak mampu untuk
melakukan posisi jongkok pada saat BAB. Hal ini dikarenakan, rasa nyeri yang timbul
serta kekakuan pada sendi yang membuat Ny. IS tidak mampu untuk melakukan
posisi berjongkok pada saat BAB. Sehingga, Ny. IS mengantisipasinya dengan cara
BAB dengan posisi setengah berdiri sambil berpegangan pada sisi bak mandi.
b. Hambatan Mental
Hambatan mental yakni hambatan yang berkaitan dengan kondisi mental
yang dapat menyebabkan limiting belief dan hal-hal yang berkaitan dengan mental
lainnya pada pasien. Hambatan mental bisa saja terjadi akibat pengalaman
traumatik, pengalaman buruk di masa lalu, luka batin, dsb. Akibat dari timbulnya
penyakit pada seseorang, hal tersebut dapat juga mempengaruhi kondisi mental
seseorang tersebut. Hambatan mental yang bisa saja terjadi seperti kurang rasa
kepercayaan diri, timbulnya rasa malu, tidak mampu mengutarakan perasaan serta
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 14
perasaan inferior pada pasien. Dalam kaitannya dengan hambatan mental, hasil dari
wawancara dan observasi yang telah dilakukan, Ny. IS terlihat tidak memiliki
hambatan mental yang diakibatkan oleh penyakit osteoarthritis yang dialami.
Pada saat wawancara, Ny. IS terlihat memiliki kepercayaan serta optimistis
yang tinggi, hal ini terlihat dari sikap Ny. IS yang terus berusaha beraktivitas secara
aktif dan tidak menjadikan penyakitnya ini sebagai penghalang. Selain itu, sikap
optimistis juga terlihat pada semangat dan kemauan Ny. IS untuk terus melakukan
berbagai jenis terapi yang dapat dilakukan. Dalam hal ini Ny. IS mengaku tidak
pernah merasa kehilangan kepercayaan diri dan hal-hal hambatan mental lainnya.
Ny. IS juga sudah merasa ikhlas dan meyakini bahwa memang di umurnya yang
semakin tua sudah sepatutnya akan timbul berbagai penyakit serta gangguan
degeneratif lainnya. Selain itu, penyakit osteoarthritis yang diderita oleh Ny. IS juga
tidak membuatnya malu untuk dapat bersosialisai dengan tetangga dan teman. Ny.
IS mengaku masih sering bersosialisasi dan tidak terdapat gangguan dalam
mengutarakan sesuatu secara verbal serta hal kepercayaan diri pada saat
bersosialisasi. anak dari Ny. IS juga menambahkan bahwa Ny. IS memiliki pribadi
yang cukup tangguh. Anak dari Ny. IS menjelaskan bahwa Ny. IS tidak pernah terlihat
mengeluh berlebihan atau menyesali atas kondisi yang dialaminya saat ini.
Menurutnya, Ny. IS selalu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya
adalah takdir tuhan yang harus diterima. Selama proses wawancara pun terlihat
bahwa Ny. IS adalah pribadi yang ceria, terbuka dan tidak malu atas kondisi yang
diderita.
c. Hambatan Lingkungan
Lingkungan (built environment) meliputi struktur seperti gedung, rumah,
sekolah, taman bermain, jalan atau trotoar yang telah dirancang dan dibangun oleh
manusia (Shalinsky, 1986). Lingkungan ini telah berkembang selama bertahun-tahun,
dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial, ekonomi, desain dan kebijakan perencanaan
(Hahn, 1986; Hodge, 1989; Lynch, 1989). Salah satu faktor yang jarang
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 15
observasi rumah Ny. IS telah di modifikasi dan didesain dengan sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kondisi Ny. IS. Berdasarkan observasi, lingkungan rumah Ny.
IS memiliki lantai yang rata, hanya ada 1 tangga yang mana tangga tersebut
digunakan untuk mengakses loteng, Ny. IS menyatakan bahwa beliau jarang
mengakses tangga tersebut dan memilih untuk menghindari aktivitas menaiki
tangga, jadi tangga tersebut tidak menjadi masalah bagi beliau. Untuk alat-alat dan
perabotan rumah, juga telah didesain agar mudah terjangkau oleh Ny. IS sehingga
beliau tidak mengalami hambatan atau kesulitan.
Selanjutnya, untuk aktivitas di lingkungan luar rumah, Ny. IS juga tidak
mengalami hambatan sebab beliau selalu di dampingi oleh cucu beliau ketika
melakukan aktivitas di luar rumah seperti berbelanja, berkebun, jalan-jalan, dsb.
Sehingga beliau mampu melakukan aktivitas di luar rumah dengan aman. Jadi,
berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah diakukan disimpulkan bahwa
Ny. IS tidak memiliki hambatan dari segi lingkungan. Beliau memiliki self-
management yang baik, beliau mampu memperkirakan batas kemampuan dirinya,
beliau mendapat bantuan/dampingan dari orang disekitar beliau, lalu lingkungan
rumah Ny. IS juga telah dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi yang beliau alami,
sehingga bisa terhindar kondisi-kondisi atau kejadian yang tidak diinginkan.
d. Hambatan Cuaca
Hambatan cuaca atau iklim, yaitu hambatan yang dialami oleh pasien akibat
adanya perubahan cuaca dan kondisi pasien. Seperti yang sering kita dengar, bahwa
cuaca mempengaruhi kondisi Osteoarthritis. Banyak yang menyatakan bahwa
penderita OA, ketika sedang hujan atau musim dingin, suhu rendah, mengalami sakit
yang lebih dari pada biasanya di area lutut. Mayoritas masyarakat mempercayai
bahwa cuaca, iklim, dan suhu mempengaruhi Osteoarthritis.
Sebelumnya, ada beberapa studi yang meneliti efek hujan, kelembaban, dan
faktor terkait cuaca lainnya pada gejala radang sendi, akan tetapi hasilnya tidak
meyakinkan, dan dalam beberapa kasus, kontradiktif. Beberapa menyarankan bahwa
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 17
penertiban protocol kesehatan, segala aktivitas dilakukan secara daring, dan lain-
lain.
Dalam hal ini, pasien menyatakan bahwa adanya hambatan situasional yang
beliau alami akibat masa pandemic Corona ini. Yang pertama, beliau menyatakan
bahwa beliau tidak dapat berkumpul dengan keluarga dan teman-teman beliau, yang
mana hal ini menyebabkan beliau tidak bisa berinteraksi social dengan orang lain.
Namun, meskipun begitu beliau memiliki aktivitas lain yang dapat mengalihkannya
dari rasa jenuh akibat tidak dapat melakukan interaksi social dengan keluarga besar
dan tema-teman beliau, yakni dengan berkebun.
Pada saat wawancara beliau menyatakan bahwa beliau memiliki hobi
berkebun, jadi untuk mengisi waktu luang aktivitas leisure yang dipilih oleh beliau
yakni berkebun. Ny. IS sangat suka mengurus tanamannya. Pada saat melakukan
observasi ditemukan bahwa di rumah beliau, terdapat jenis-jenis tanaman seperti
tanaman buah-buahan, tanaman hias dan hidroponik. Ny. IS juga mengatakan bahwa
di tengah kondisi pandemic seperti saat ini, karena tidak bisa pergi kemana-mana
maka Ny. IS menyalurkan aktivitasnya untuk fokus merawat tanaman. Selain
merawat tanaman, Ny. IS juga memiliki hobi lainnya seperti membaca, menulis, dan
mengisi TTS yang diyakini dapat mengurangi proses pikun pada orang lanjut usia.
Kemudian hambatan situasional yang kedua, akibat masa pandemic yaitu Ny.
IS tidak dapat melakukan aktivitas terapi dengan dr. RM. Terkait dengan treatment
yang sudah dilakukan, Ny. IS mengaku ketika masih di Bandung sudah cukup rutin
melakukan terapi ke dokter RM. Namun dengan kondisi seperti ini, Ny. IS
mengatakan bahwa kegiatan terapinya tidak bisa lagi dilakukan oleh dokter RM,
melainkan diterapi oleh cucunya. Ketika melakukan treatment bersama dokter RM,
terapi yang dilakukan adalah seperti menggunakan alat pemanas, dilatih kekuatan
kaki, dilatih cara jalan dan berjongkok. Sedangkan ketika beliau menjalani terapi yang
dilakukan oleh cucunya, adalah seperti dilatih cara berjalan. Jadi, meskipun karena
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 19
adanya hambatan situasional, Ny. IS tetap mendapatkan treatment dari cucu beliau.
Sehingga hambatan ini tidak menjadi masalah besar bagi Ny. IS.
Jadi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa memang Ny. IS mengalami hambatan situasional akan tetapi
hambatan tersebut sudah dapat diatasi yakni dengan mengganti aktivitas
berkumpul-kumpul bersama keluarga besar dan teman-teman dengan aktivitas
leisure seperti berkebun, membaca, menulis dan mengisi TTS. Lalu, beliau juga
mengganti aktivitas treatment yang semula dilakukan bersama dokter RM menjadi
aktivits terapi bersama cucunya. Walaupun sedang dalam masa pandemic, beliau
mampu mengatasi problem-problem tersebut sehingga hambatan situasional telah
teratasi
f. Hambatan Sosial
Hambatan sosial yaitu adalah hambatan yang terkait dengan perilaku,
penampilan, interaksi sosial, atau pokok bahasan untuk diskusi. Proses yang
berkaitan dengan hambatan sosial adalah masalah evaluasi sosial, kecemasan dalam
melakukan interaksi sosial, penghindaran sosial, dan penarikan diri. Yang juga terkait
adalah komponen seperti pola otak kognitif, kecemasan selama interaksi sosial, dan
masalah internalisasi. Ini juga menggambarkan mereka yang menekan kemarahan,
membatasi perilaku sosial, menarik diri saat menghadapi hal baru, dan memiliki
latensi yang lama untuk berinteraksi dengan orang asing. Pada kasus ini, Ny. IS tidak
terlihat memiliki gangguan dalam segi sosial. Sebab, Ny. IS tidak memiliki masalah
pada penglihatan maupun atensinya, hal ini terlihat ketika Ny. IS mampu dipanggil
anaknya sehingga segera menyadari keberadaan terapis dan langsung memberi
sapaan. Saat proses wawancara, Ny. IS terlihat antusias dan mampu menjawab
pertanyaan. Namun, terlihat juga bahwa Ny. IS memiliki sedikit masalah pada
pendengarannya tapi masih dapat menangkap setiap pertanyaan yang diajukan.
Selanjutnya Ny. IS juga tidak memiliki masalah saat berbicara. Ny. IS juga tidak
terlihat memiliki masalah pada emosi ekspresi, hal ini terlihat dari kemampuan Ny. IS
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 20
dalam berekspresi selama proses wawancara. Jadi, jika dilihat dari observasi saat
melakukan wawancara, Ny. IS termasuk orang yang ramah, mudah gaul, dan
komunikatif. Jadi, tidak terdapat masalah pada diri Ny. IS yang mempengaruhi
kemampuan social beliau.
Selanjutnya, dalam lingkungan social keluarga, berdasarkan hasil wawancara
dan observasi Ny. IS mendapat dukungan dari keluarga. Keluarga beliau mampu
memahami kondisi yang dialami oleh Ny. IS hal ini dapat dilihat dari pernyataan
beliau bahwa beliau sering didampingi oleh cucunya ketika berjalan, berbelanja, dan
selalu mendapat dampingan dari pihak keluarga. Sehingga, ketika Ny. IS mengalami
kesulitan, keluarga beliau sudah aware dan memberikan bantuan serta dampingan
kepada beliau.
Kemudian, dalam lingkungan masyarakat, juga terlihat bahwa beliau tidak
mengalami masalah apapun, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kepribadian Ny. IS
yang ramah, baik hati, komunikatif dan mudah membaur dalam masyarakat. Selain
itu, masyarakat juga tidak memiliki persepsi negative terhadap Ny. IS terkait dengan
penyakit OA yang beliau alami. Sebab, di lingkungan masyarakat penyakit OA
merupakan hal yang sudah umum terjadi apalagi kebanyakan penderita OA
disebabkan oleh faktor usia, sehingga masyarakat mampu memahami kondisi Ny. IS.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terlihat bahwa masyarakat sekitar
juga aware dengan kondisi Ny. IS, hal ini dibuktikan ketika Ny. IS mengalami kesulitan
akibat rasa nyeri pada lututnya terutama dalam hal aktivitas, masyarakat mau
memberikan bantuan kepada beliau, seperti mengangkat barang belanjaan Ny. IS
yang berat.
Jadi, berdasarkan hasil wawancara dan observasi maka dapat disimpulkan
bahwa Ny. IS tidak mengalami hambatan dalam segi sosial. Hal ini karena beliau
memiliki atensi yang baik, kemampuan komunikasi yang baik, kognitif yang baik, juga
kepribadian yang baik. Sehingga tidak terdapat masalah apapun dari dalam diri Ny. IS
yang mempengaruhi interaksi sosial. Lalu, dari dalam keluarga dan masyarakat pun
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 21
juga tidak ada hambatan, justru mereka aware dan mampu memahami kondisi yang
dialami oleh Ny. IS. Oleh karena itu, Ny. IS tidak mengalami problem atau hambatan
dari segi sosial.
g. Hambatan Aktivitas
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang
dicirikan oleh fragmentasi dan terbelah-belahnya kertilago persendian. Lesi
permukaan itu disusul oleh proses pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui
sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrilar pada kartilago, cairan synovial
dipenetrasikan ke dalam tulang dibawah lapisan kartilago, yang akan menghasilkan
kista-kista. Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela persendian menjadi
sempit. Bereaksi terhadap lesi kartilago dengan pembentukan tulang baru (osteofit)
yang menonjol ke tepi persendian (Reeves, dkk, 2001).
Tanda dan gejala yang dijumpai pada kondisi osteoarthritis berupa antara lain
nyeri, kaku sendi, krepitasi, spasme otot, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), dan
penurunan kekuatan otot. Osteoarthritis juga dapat menimbulkan gangguan
fungsional seperti kesulitan berjalan jarak jauh, sulit berdiri dari posisi jongkok, naik
turun tangga, dan juga menyebabkan participation restriction terganggu (Kuntono,
2005). Jadi, penderita OA pasti mengalami hambatan pda beberapa aktivitas.
Adapun pada kasus Ny. IS ada beberapa hambatan aktivitas yang beliau alami
yaitu pada ADL (Activity of Daily Living), dalam hal Toiletting dan Functional Mobility.
Hal ini dibuktikan pada pernyataan beliau pada saat diwawancarai, beliau mengaku
bahwa beliau mengalami kesulitan ketika toileting, sebab beliau tidak mampu
jongkok, sehingga beliau beliau harus melakukan aktivitas toileting dalam keadaan
setengah berdiri/semi jongkok untuk menghindari rasa nyeri yang ia alami. Lalu,
dalam problem pada functional mobility terdeteksi saat kami melakukan observasi,
yakni dapat terlihat bahwa Ny. IS kesulitan melakukan aktivitas perpindahan dari
posisi duduk ke posisi berdiri. Ny. IS juga menyatakan bahwa beliau memang tidak
bisa berjalan jauh, berdiri dalam waktu yang lama, menaiki tangga, dan beliau juga
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 22
berjalan dengan lambat, karena OA yang diderita oleh beliau. Selain itu, pada
aktivitas leisure yang dilakukan, Ny. IS mengalami hambatan. Jadi, Ny. IS memiliki
hambatan pada leisure participation. Pada Occupational Framework : Domain and
Process oleh AOTA (2014) leisure participation adalah merencanakan dan
berpartisipasi dalam kegiatan waktu luang yang sesuai; menjaga keseimbangan
waktu luang aktivitas dengan pekerjaan lain; dan mendapatkan, menggunakan, dan
memelihara peralatan dan persediaan yang sesuai aktivitas. pada pada saat ia perlu
menggapai tanaman-tanaman yang berada lebih rendah sehingga ia perlu
menggunakan kursi kecil untuk membantunya menggapai tanaman tersebut.
Kemudian, berdasarkan pengakuan Ny. IS saat diwawancarai beliau tidak
memiliki masalah apapun pada aktivitas/arean okupasional lain, seperti rest and
sleep, work, dan social participation .
BAB III
JUSTIFIKASI
Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan osteoarthritis berkaitan
erat dengan usia, peningkatan penderita osteoarthritis mungkin terjadi dengan
populasi yang menua. Insiden OA juga terlihat meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah obesitas di dalam populasi. Wanita gemuk memiliki risiko
hampir empat kali lipat terkena OA lutut dibandingkan dengan wanita non-obesitas
(Anderson, 1988). Penyebab dari terjadinya osteoarthritis pada Ny. IS tidak diketahui
secara pasti, namun hasil dari observasi dan wawancara dapat terlihat bahwa faktor-
faktor penyebab bisa dari beberapa faktor seperti usia, berat tubuh, jenis kelamin,
aktivitas mobilitas yang tinggi. Osteoartritis adalah proses degeneratif yang biasanya
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 23
goyangan postural dikaitkan dengan fungsi subjektif dan objektif (Hurley et al.,
1997a). Banyak penelitian telah difokuskan pada gaya berjalan osteoarthritic,
menekankan momen adduktor di lutut selama siklus gaya berjalan (Chang et al.,
2004; Sharma et al., 1998).
Selanjutnya, pada hasil wawancara didapatkan bahwa Ny. IS memiliki
gangguan dalam salah satu komponen ADL yaitu functional mobility. Pada
Occupational Therapy Framework : Domain and Process oleh AOTA (2014)
functional mobility adalah Pindah dari satu posisi atau tempat ke tempat lain (saat
melakukan aktivitas sehari-hari), misalnya seperti mobilitas di tempat tidur, mobilitas
kursi roda, dan transfer (misalnya, kursi roda, tempat tidur, mobil, pancuran, bak
mandi, toilet, kursi, lantai). Termasuk perpindahan fungsional dan perpindahan
objek. Namun, individu osteoarthritis melaporkan kesulitan yang lebih besar dengan
gerakan fungsional yang membutuhkan fleksi lutut yang ekstrem seperti duduk-
berdiri, naik / turun tangga, dan masuk / keluar dari mobil (Marsh et al., 2003).
Penderita OA lutut sering menunjukkan kekakuan sendi, nyeri pada tekanan yang
terjadi, krepitasi, pembesaran sendi, deformitas, kelemahan otot, keterbatasan sendi
gerak, gangguan proprioseptif dan kecacatan. Penderita mungkin mengalami
dampak yang serius untuk aktivitas kesehariannya karena kesulitan berjalan,
bergerak, menaiki tangga, duduk di kursi yang disebabkan dengan ketidakstabilan
atau kelemahan saat menekuk sendi serta dengan kelemahan otot (Tsauo, 2008).
Pada perpindahan posisi sit to stand, Ny. IS mengalami keterbatasan yang
berkaitan dengan kondisi osteoarthritis yang dialami. Hal yang utama dari posisi sit
to stand adalah stabilitas dan perubahan base of support. Perubahan ligamen,
proprioseptif, dan kekuatan pada orang dewasa yang lebih tua dengan osteoartritis
ekstremitas bawah tampaknya memengaruhi kontrol keseimbangan dan stabilitas
postural. Stabilitas mengacu pada kemampuan untuk mengontrol pusat massa tubuh
(COM) relatif terhadap basis penyangga (BOS). Stabilitas biasanya dinilai dengan
menentukan gerakan pusat tekanan (COP) relatif terhadap BOS, baik dalam hal
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 26
besaran maupun kecepatan (Popovic et al., 2000). Gerakan STS adalah gerakan
transisi yang membutuhkan individu untuk memindahkan COM dari posisi stabil
(duduk) ke BOS yang lebih tidak stabil dengan dua kaki (Janssen et al., 2002).
Gerakan STS (Sit to Stand/ Duduk-Berdiri) adalah aktivitas dasar kehidupan
sehari-hari yang diperlukan untuk postur tegak, inisiasi gaya berjalan, dan tugas
perawatan pribadi. Kemampuan untuk menyelesaikan gerakan duduk-berdiri
dikaitkan dengan penurunan risiko disabilitas (Guralnik et al., 1995). Saat COP
individu bergerak menuju tepi BOS, pengangkatan tumit / jari kaki dan ekstremitas
atas serta penyesuaian seluruh tubuh memungkinkan stabilitas dipertahankan.
Ketika daerah yang tidak stabil (sekitar 30% dari BOS terluar) dicapai oleh COP,
individu diharuskan melangkah untuk mempertahankan posisi tegak tanpa jatuh.
Goyangan lateral COP tampaknya dipengaruhi oleh penuaan, karena beberapa orang
dewasa yang lebih tua menunjukkan peningkatan kecepatan dan perpindahan
goyangan (Raymakers et al., 2005). Stabilitas dipengaruhi oleh BOS, karena lebar kaki
dan sudut kaki maksimal (out-toeing) memberikan sikap yang lebih lebar yang juga
dapat mengubah mobilitas kaki dan memberikan masukan proprioseptif tambahan
melalui kopling pergelangan kaki / pinggul (Chiari et al., 2002). Individu dengan
ancaman terhadap stabilitas (seperti berkurangnya somatosensation atau kekuatan)
mungkin secara tidak sadar menggunakan sikap yang lebih luas (Stevermer et al.,
2005) atau meningkatkan lebar langkah untuk meningkatkan kontrol selama tugas
fungsional.
Penelitian menunjukkan bahwa individu osteoarthritis telah mengurangi
kontrol postural karena mereka menunjukkan peningkatan tindakan goyangan COP
selama sikap statis (Masui et al., 2006; Wegener et al., 1997) dan mengurangi
keseimbangan dinamis berdiri (Hinman et al., 2002; Messier et al., 2002; Messier et
al. ., 2002). Gerakan STS membutuhkan kekuatan lutut yang lebih besar, jangkauan
gerak lutut, dan momen pinggul daripada kenaikan tangga atau gaya berjalan
(Rodosky et al., 1989). Pergerakan STS adalah tugas yang menantang secara fisik
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 27
untuk orang dewasa yang lebih tua yang sehat karena membutuhkan 97% dari
kekuatan lutut yang tersedia sedangkan berdiri atau berjalan membutuhkan proporsi
yang jauh lebih kecil (Hughes et al., 1996). Banyak orang dewasa yang lebih tua
menemukan STS menjadi tantangan/kesulitan tanpa dukungan tambahan (Papa &
Cappozzo, 2000) karena keterbatasan ekstremitas bawah yang terkait dengan
patologi dan / atau penurunan stabilitas dinamis. Orang dewasa yang lebih tua,
individu dengan osteoartritis dan mereka yang telah menjalani penggantian sendi
total mungkin mengalami kesulitan tambahan dengan gerakan STS.
Selanjutnya, Ny. IS juga merasakan hambatan pada saat duduk bersila.
Menurut Suriani (2017) Kasus osteoarthritis sendi lutut menimbulkan problem
utama yaitu nyeri dan keterbatasan gerak. Nyeri pada kondisi ini dapat diperburuk
setelah melakukan aktivitas dan kekakuan dapat diperburuk setelah duduk dalam
waktu yang lama terutama duduk bersila atau duduk melantai. Problem nyeri dan
keterbatasan gerak dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot serta gangguan
fungsional padas sendi lutut terutama aktivitas berjalan dan naik turun tangga yang
akhirnya dapat menurunkan produktivitas seseorang dalam pekerjaannya. Adanya
keluhan umum yang dirasakan pada Penderita osteoarthritis lanjut usia pada
umumnya mengalami gangguan fungsional, penderita sulit bangkit dari duduk,
jongkok berdiri atau jalan, jalan naik turun tangga atau aktivitas yang membebani
lutut. Hal ini disebabkan karena pada penderita osteoarthritis merasakan adanya
nyeri (Ismaningsih, 2018). menurut Walankar (2018) Osteoartritis (OA) adalah
penyakit sendi degeneratif yang paling umum dan sering menjadi sumber penyebab
kecacatan, rasa nyeri dan mempengaruhi kesehatan individu. Penyakit ini
menyebabkan rasa sakit, gerakan disfungsi dan kesulitan dalam kinerja kegiatan
sehari-hari. Meningkatnya keterbatasan dalam berjalan, menaiki tangga, dan jongkok
hal itu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan aktivitas rekreasi. Hal ini pada
gilirannya akan menyebabkan berkurangnya kinerja fungsional seorang individu yang
berdampak pada partisipasi social dari seorang individu yang mempengaruhi fisik
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 28
dan domain psikososial. Pada kasus Ny. IS, Pada saat melakukan aktivitas sehari-hari
dan juga saat melakukan aktivitas leisure, Ny IS merasa penyakitnya ini cukup
mengganggu pada saat Ny. IS harus mengandalkan fungsi dari ekstremitas
bawahnya. Pada aktivitas leisure, hal yang terganggu berkaitan posisi ketika Ny. IS
perlu menggapai tanaman-tanamn yang berada lebih rendah dari tubuhnya.
BAB IV
KESIMPULAN
Osteoarthritis (OA) merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai dengan
adanya kerusakan atau gangguan pada kartilagoartikuler, tulang subkondral,
permukaan sendi, sinovium dan jaringan paraartikular, dengan karakteristik
menipisnya kartilago secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang baru
pada tepi sendi (osteofit) dan trabekula subkondral.
Osteoarthtritis dapat terjadi pada sendi manapun, namun yang paling sering
terjadi yaitu osteoarthritis pada sendi lutut. Tanda dan gejala Osteoarthritis lutut
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 29
antara lain, nyeri disekitar lutut, kelemahan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi
lutut, krepitasi pembengkakan sendi dan ketidakstabilan sendi lutut. Hal tersebut
menyebabkan gangguan gerak dan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan serta
aktivitas sehari – hari.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir rasa nyeri yang disebabkan oleh
Osteoarthritis ini diperlukan adanya self-management yang baik pada penderita.
Penderita diharapkan mampu memperkirakan batasan-batasan kemampuan yang ia
miliki agar tidak memperparah kondis dari Osteoarthritis yang dialami olehnya.
Selain itu, diperlukan juga adanya bimbingan, dukungan dan dampingan dari
keluarga dan lingkungan sekitar supaya penderita Osteoarthritis dapat menjalankan
kehidupan dengan maksimal. Dengan hal itu, hambatan-hambatan yang dialami oleh
penderita Osteoarthritis dapat berkurang.
LAMPIRAN
A. Lampiran Dokumentasi
Wahh hebat, begitu bu. Yaa di samping hobi pada Klien memiliki
Berarti kesehariannya tanaman, juga saya beragam hobi
seperti itu yaa bu. Naah senang membaca,
kalau ibu sendiri punya kemudian menulis,
hobi apa yaa bu? Dalam artinya dan juga yang
keseharian ibu, apakah paling penting dalam hal
ibu ada berbagai hobi? ini, kan saya langganan
Mungkin dapat Koran yaa, Koran PR
disebutkan bu atau Pikiran Rakyat.
Yaaa Yaa yaitu mengisi TTS
mas
Ohh mengisi TTS, iyaa Karena apa itu, jadi Klien
bu mungkin yaa kata orang mengantisipasi penurunan
bijak ya supaya untuk kualitas ingatan
mengurangi proses pikun,
Karen pikun mah pasti
yaa mas, apalagi
menjelang usia 80 yaa
mas.
Oalah iyaa bu Tapi untuk mengurangi
itu, jadi saya berusaha
keras untuk mengisi TTS
kemudian belajar menulis
karena terus terang mas,
menulis itu susah sekali
mas sekarang. Yaa
mungkin kembali ke
alamnya gitulah?
Ohh iya-iya bu jadi nulis juga harus
belajar gitu. Jadi saya
paling tidak suka kalau
disebut, tanda tanga
susah, apa susah. Nah
saya paling tidak suka
kalau sakit ini, sakit itu
karena factor U. karena
dalam kedokteran gaada
yaa mas, masnya dari
kesehatan, ada engga
yang namanya penyakit
Karena factor U itu? Pan
tidak ada itu yang
namanya penyakit
Karena factor U itu
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 33
terasa.
Hehehe iyaa bu, nah Yaa pertama jadi tidak Hambatan dalam
waktu pertama kali ibu bisa berjalan cepat ya, melakukan functional
mengidap osteoarthritis yang kedua tidak bisa mobility
ini, apa saja yang ibu berjalan jauh, berarti kan
rasakan? harus istirahat dulu.
Misalnya naik tangga,
trus diem dulu gitu, itu
terasanya.
Nah ketika itu, ibu kan Iyaa
merasakan nyeri yaa bu
berarti?
Nah ketika ibu Ohh engga mas, saya Pengobatan yang
merasakan nyeri ini apa engga ke tukang pijit, nah dilakukan
yang ibu lakukan? kebetulan yaa artinya yaa
Apakah pergi ke tukang sedikit sekali
pijit atau bagaimana bu? pengetahuan gitulah. Jadi
saya secara medis aja
mas. Jadi saya perginya
ke dokter gitu
hmmmn Jadi ke dokter RM gitu
mas
Ohh dokter rehab medic Iyaa ke dokter RM, Pengobatan yang
yaa bu sehingga disana diterapi dilakukan
gitu mas
Ouhhh begituu Jadi di sana diterapi pake
alat, dipanasin, di ini, itu
Ohh terapinya, seperti Maksudnya?
terapi apa kah?
Fisioterapi kah atau apa
ibu?
Jenis terapinya bu? Bukan, hmmn jadi ada, Bentuk pengobatan
karena dokter RM yaa yang dilakukan
jadi pertama kan di terapi
gitu kemudian tahap 2 itu
pake alat gitu. Ada yang
di panasin gitu, di
gimana, di latih kaki apa,
cara berdiri gitu, cara
jongkok. Jadi menurut
dokternya saya ini OA
gitu
Nah kalau untuk Yaaa kebetulan sudah Riwayat penyakit
keluarga dari ibu sendiri, pada senior yaa, saya keluarga
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 38
terapi gitu
Ohh iya bu, nsh akibat Yaa
dari penyakit ibu ini
selain kan tadi sudah
disebutkan kalau ibu
memiliki gangguan
ketika ibu melakukan
kegiatan di toilet yaa bu
Nah selain itu aktivitas Yaa artinya saya kalau Klien merasakan
apa saja yaa bu yang pergi kemana-mana, hambatan fisik
terganggu akibat adanya harus ada teman, yaa
osteoarthritis ini? takut jatuh, takut apa,
gituu aja.
Kalau berjalan apakah Saya rasa kalau disebut Penerimaan serta
ibu terganggu juga? terganggu, sepertinya solusi atas hambatan yang
tidak yaa mas. Tapi saya terjadi
bisa memanage diri saya
sendiri, artinya tidak
jalan terlalu jauh, tidak
jalan cepat. Gitu aja,
kalau untuk jalan mah
Kalau untuk naik Kalau untuk naik tangga, Antisipasi yang
tangga, merasakan nyeri saya tuh di minimalisir dilakukan
kah atau bagaimana? yaa mas
Ohh begitu Karena resikonya pan Menyadari
kalau naik tangga itu kan kemampuan atas
sakit, jadi saya keterbatasan yang dialami
diminimalisir kalau
engga perlu sekali mah
saya gapernah naik
tangga
Jadi ketika ibu naik Ada, ada
tangga, ibu merasakan
nyeri yaa?
Nah berarti pada Ototnya yang lemah mas, Mengalami
penyakit ibu tersebut, yaa tidak secepat dulu kelemahan fisik
apa saja kah yang ibu gitu.
rasakan? Apakah
kekuatan otot ibu
menjadi lemah kah, atau
sendi ibu seperti kaku
yaa.
Tapi ketika ibu Ahh engga terlalu mas,
beraktivitas, apakah rasa engga terlalu
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 40
Referensi
Anderson JJ, Felson DT. Factors associated with osteoarthritis of the knee in the
first national Health and Nutrition Examination Survey (HANES I). Evidence for an
association with overweight, race, and physical demands of work. Am J Epidemiol.
1988;128(1):179–89.
Bonnin, Michel & Chambat, Pierre. (2008). Osteoarthritis of the knee.
10.1007/978-2-287-74175-3.
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 47
Levinger, P., Lai, D. T., Menz, H. B., Morrow, A. D., Feller, J. A., Bartlett, J. R.,
Bergman, N. R., & Begg, R. (2012). Swing limb mechanics and minimum toe
clearance in people with knee osteoarthritis. Gait & posture, 35(2), 277–281.
https://doi.org/10.1016/j.gaitpost.2011.09.020
Tsauo, J. Y., Cheng, P. F., & Yang, R. S. (2008). The effects of sensorimotor training
on knee proprioception and function for patients with knee osteoarthritis: a
preliminary report. Clinical rehabilitation, 22(5), 448–457.
https://doi.org/10.1177/0269215507084597
Ismaningsih, Iit Selviani. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Osteoarthritis Genue Bilateral Dengan Intervensi Neuromuskuler Taping Dan
Strengthening Exercise Untuk Meningkatkan Kapasitas Fungsional. Jurnal Ilmiah
Fisioterapi (JIF) Volume 1 nomor 02.
Heidari B. (2011). Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and
features: Part I. Caspian journal of internal medicine, 2(2), 205–212.
Barker, R.G. (1978). Habitats, environments, and human behavior. San Francisco:
Jossey-Bass.
Law, Merry. (1991). Muriel Driver Lecture. The environment: a focus for
occupational therapy.
Drane D, Berry G, Bieri D, McFarlane AC, Brooks P. The association between
external weather conditions and pain and stiffness in women with rheumatoid
arthritis. J Rheumatol 1997; 24:1309–16.
Hollander JL. Whether weather affects arthritis. J Rheumatol 1985; 12:655–6.
Aikman H. The association between arthritis and the weather. Int J Biometeorol
1997;40:192- 9.
Bellamy N, Campbell J, Robinson V, Gee T, Bourne R, Wells G. Intra-articular
Corticosteroid for treatment of osteoarthritis of the knee (Review). The Cochrane
Collaboration. Published by John Wiley & Sons Ltd, 2007; 3:2-7
TUTORIAL TEORI OT & OKUPASI TERAPEUTIK II 48
Suriani, Suriani, and Suharto Suharto. "Pengaruh Micro Wave Diathermy dan
Rhytmical Stabilisasi terhadap Perubahan Fungsional Sendi Lutut Penderita
Osteoartritis di Bagian Fisioterapi Rmc Makassar." Media Kesehatan Politeknik
Kesehatan Makassar, vol. 12, no. 1, 2017, doi:10.32382/medkes.v12i1.30.