Anda di halaman 1dari 9

TELADAN SYAFAAT ABRAHAM SEBAGAI PENGANTARA ANTARA

TUHAN DAN OBJEK DOA BAGI GENERASI MASA SEKARANG

NEHEMIA ARIE WIRANATA KOESWO – nemi.arie@gmail.com


Mahasiswa STTB The Way

Abstrak
Syafaat merupakan salah satu wujud permohonan doa manusia kepada Tuhan secara
tidak langsung karena subjek yang didoakan bukanlah permohonan yang mengarah
kepada kepentingan pendoa secara pribadi, melainkan merupakan suatu kepentingan
dari objek tersebut. Doa syafaat merupakan doa yang berlandaskan akan rencana dan
kehendak Tuhan akan objek doa, sehingga sebagai pendoa syafaat turut serta
mencampuri urusan Tuhan untuk menyampaikan permohonan atas keselamatan objek
doa. Syafaat berarti menyampaikan keluh kesah dan permohonan supaya doa yang
disampaikan dapat didengar dan dijawab oleh Tuhan. Bersyafaat kepada Tuhan berarti
juga berkomunikasi dua arah dengan menyampaikan pernyataan dari objek doa dan
menyampaikan jawaban dari Tuhan. Bentuk dari syafaat ini dibutuhkan sebuah hubungan
yang intim dengan Tuhan antara pengantara doa dan Tuhan. Hubungan yang berani
bersahabat dengan Allah adalah kunci dari seorang pendoa supaya Tuhan dapt
menyatakan Firman-Nya kepada pendoa untuk memohonkan permintaan sesuai
kebutuhan dari objek doa. Permohonan doa yang disampaikan bukanlah sebuah doa
yang memaksa kehendak pribadi supaya terjadi, melainkan menyatakan keinginan
Tuhan supaya kehendak Tuhan yang akan tercapai oleh objek doa.

Kata Kunci : Doa Syafaat, Doa Abraham, Pengantara, Pendoa Masa Kini

A. PENDAHULUAN
Doa merupakan wujud dari komunikasi yang terjalin antara manusia dengan sang
pencipta. Wujud komunikasi yang terjadi sering diungkapkan melalui permohonan dan
permintaan yang mengarah kepada keselamatan setiap pribadi manusia. Permohonan
dan permintaan tersebut diakibatkan adanya sebuah janji yang disampiakan oleh Sang
Pencipta kepada Manusia. Akibat dari janji inilah yang pada akhirnya membuat manusia
ingin menyampaikan segala keluh kesah, kekuatiran, kerinduan, serta harapannya
kepada Tuhan.
Syafaat merupakan salah satu wujud permohonan doa manusia kepada Tuhan
secara tidak langsung karena subjek yang didoakan bukanlah permohonan yang
mengarah kepada kepentingan pendoa secara pribadi, melainkan merupakan suatu
kepentingan dari objek tersebut1. Peranan syafaat adalah sebagai pengantara antara
Tuhan dan manusia.
Jawaban doa dari sebuah syafaat merupakan suatu harapan manusia supaya
Tuhan dapat mengabulkan permintaan sang pendoa. Jawaban doa dari Tuhan akan
terkonfirmasi bila apa yang di doakan akan terjadi sesuai dengan permintaan doa dari
seorang pendoa. Harapan dari doa yang terjawab akan membawa sebuah sukacita yang
besar dan hanya nama Tuhan akan dipermuliakan.
Dewasa ini sudah banyak pendoa syafaat yang berdoa untuk sesuatu yang
diharapkan dan itu terjadi. Banyak diantara pendoa juga mengharapkan doa yang di
sampaikan mampu merubah situasi yang buruk menjadi lebih baik. Tidak sedikit juga
para pendoa yang berdoa tidak mendapatkan jawaban doa yang sesuai dengan doa
disampaikan kepada Tuhan.
Pada penulisan ini penulis mencoba mengambil sebuah teladan sikap yang benar
ketika doa yang di sampaikan tidak sesuai dengan harapan yang didoakan. Kejadian
18:16-33 menceritakan Abraham yang sedang berkomunikasi dengan Malaikat Tuhan
dan memohon agar Sodom tidak dimusnahkan. Rencana Tuhan menghancurkan Sodom
dikarenakan kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Sodom sudah meresahkan
orang . Sodom merupakan tempat orang-orang yang hidupnya tidak dikenan oleh Tuhan
karena kesombongan dan keangkuhan hidup (Yehezkiel 16:49-50). Kehidupan Sodom
telah memperlihatkan bagaimana perlakuan seks menyimpang yaitu penyuka sesama
jenis, dan perbuatan ini adalah kekejian bagi Tuhan. Melalui rencana ini Tuhan
menginginkan Abraham untuk mengetahui rencana-Nya untuk memusnahkan kota
Sodom. Cerita ini mengkisahkan bagaimana Abraham bernegosiasi dengan cara
menghitung jumlah orang benar yang ada di kota Sodom. Akhir cerita Tuhan tetap

1
V.Prabowo sakti, The Intercession Prayer (2019), Halaman 41
menghancurkan kota Sodom, meskipun Abraham telah meminta keringanan kepada
Tuhan.
Melalui Abraham ini kita akan belajar mengenai sikap yang benar atas setiap doa
yang disampaikan kepada Tuhan. Doa Abraham untuk Sodom merupakan salah satu
contoh doa syafaat karena berisi tentang permohonan Abraham supaya Tuhan tidak
menghukum Sodom. (Kejadian 18:23)
” Abraham datang mendekat dan berkata : ‘Apakah Engkau akan melenyapkan orang
benar bersama-sama dengan orang fasik? “
Perkataan ini merupakan suatu permulaan dialog yang mempersoalkan kesejahteraan
orang lain yang tak dikenalnya, penduduk kota yang akan dibinasakan2.
Ekspetasi Abraham untuk mendapatkan 10 orang benar dalam permohonan
terakhir melalui syafaatnya, ternyata tidaklah mencapai jumlah 10 orang benar yang
tinggal di Sodom. Keluarga Lot adalah keluarga yang diselamatkan karena kehidupan Lot
tetap mempertahankan diri menjadi orang benar dihadapan Tuhan (2 Petrus 2:7)
“tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus menerus menderita oleh
cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya menuruti hawa nafsu
mereka saja,”
Pengamatan penulis di zaman sekarang tidak sedikit pendoa-pendoa syafaat
berpikir ; jika doa saya tidak dikabulkan oleh Tuhan maka doa tersebut adalah doa yang
gagal untuk didengar Tuhan. Doa yang tidak sesuai ekspetasi ini merupakan suatu
tantangan bagi pendoa apakah hidup yang dihidupi sudah sesuai dengan kehendak
Tuhan atau tidak. Doa Abraham adalah doa yang tidak sesuai dengan harapan Abraham
karena pada kenyataan yang terjadi di Sodom tidak banyak didapati orang yang berlaku
benar dihadapan Tuhan, namun Abraham dengan penuh keberanian menaruh seluruh
ekspetasinya dan mempercayai kehendak Tuhan supaya bukan kehendak Abraham
yang terjadi melainkan hanya kehendak Tuhan saja yang terjadi.
Secara tersirat banyak dari pendoa syafaat zaman sekarang yang menyesali
dengan apa yang menjadi permohonan doa-doanya, karena ekspetasi yang diharapkan
seringkali bertentangan dengan kenyataan yang terjadi. Hal inilah yang seharusnya
disadari bahwa jika dalam berdoa hal yang disampaikan sejalan dengan kehendak Allah,

2
Yonki Karma, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama (2007), Halaman 191
itu juga berarti bukan hanya memberikan sebuah jawaban, tetapi juga memberi kita
sebuah kebenaran Allah.3
Bersyafaat berarti menyampaikan keluh kesah dan permohonan dari objek doa
dan hanya berperan sebagai pengantara yang juga turut serta dalam menyampaikan
jawaban Tuhan kepada objek doa. Bersyafaat kepada Tuhan berarti juga berkomunikasi
dua arah dengan menyampaikan pernyataan dari objek doa dan menyampaikan jawaban
dari Tuhan. Bentuk dari syafaat ini dibutuhkan sebuah hubungan yang intim dengan
Tuhan antara pengantara doa dan Tuhan.
Melalui tulisan ini para pembaca dapat memahami esensi dari jawaban doa
syafaat yang ditujukan kepada Tuhan. Merefleksikan doa syafaat Abraham sebagai doa
yang selalu dikenan oleh Tuhan. Memiliki sikap hati seperti Abraham meskipun jawaban
doa tidak sesuai dengan isi doa yang disampaikan.

B. Ruang Lingkup
Pembahasan pada penulisan ini terkait :
1. Keteladanan Abraham yang dapat menuntun kehidupan seorang pendoa yang
tertuju kepada kehendak dan rencana Tuhan.
2. Sikap hidup dan respon pendoa terhadap jawaban Tuhan yang terjadi sesuai
kehendak Tuhan sendiri.

C. PEMBAHASAN
Doa Abraham untuk Sodom berupa komunikasi dua arah yang terjadi antara
Abraham dan Tuhan. Komunikasi yang terjadi adalah inisiatif Tuhan yang menginginkan
Abraham juga turut mengetahui rencana Tuhan untuk menghukum Sodom. Permohonan
Abraham untuk Sodom supaya Tuhan tidak menghukum Sodom dengan bercakap
mengenai jumlah orang benar yang ada di kota tersebut, mulai dari 50 hingga 10 orang
(Kejadian 18:17).
Abraham memiliki hubungan yang sangat baik dengan Tuhan karena semasa
hidupnya, Abraham hidup dengan iman yang teguh sehingga dalam Perjanjian Lama ia
adalah orang pertama yang disebut Sahabat Allah (2 Taw. 20:7 dan Yes.41:8), dan hal

3
Wacthman Nee, Ministri Doa Gereja (2020), Halaman 67
itu belum pernah terdengar sebelumnya. Melalui percakapannya dengan Tuhan,
Abraham telah mendemonstrasikan hati seorang pendoa syafaat di hadapan Allah yang
berakar dalam keintiman yang ekstrem.4

1. Berani Menjalin Persahabatan dengan Allah


Kejadian 18:23 Abraham datang mendekat dan berkata : “Apakah Engkau akan
melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?
Tindakan Abraham untuk mendekat dan berkata kepada Tuhan adalah sebuah
tindakan yang cukup berani untuk mencampuri urusan Tuhan. Jika dilihat secara
seksama, sebenarnya Tuhan hanya ingin memberitahukan kepada Abraham mengenai
rencana-Nya untuk menghancurkan Sodom dan Gomora. Keberanian Abraham dalam
bertanya kepada Tuhan, bukan semata-mata menunjukan diri untuk menjadi seorang
yang berjasa untuk bangsa yang didoakan, meskipun bangsa itu bukan dari bangsanya.
Melainkan Abraham memegang teguh fakta bahwa Allah adalah Allah yang Adil
(Kej.18:25)5. Pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa dalam berdoa diperlukan upaya
untuk mengambil sebuah tindakan berani untuk mendekat dan bertanya kepada Tuhan,
bukan memaksakan kehendak diri sendiri.
Komunikasi adalah jalan dua arah, dan doa syafaat berjaga-jaga melibatkan
interaksi manusia dengan Tuhan. Abraham telah mendemonstrasikan hubunganya
dengan Allah. Ia mengetahui bahwa ia sedang memperdebatkan nasib kota dengan
Penciptanya yang berdaulat, bukan dengan penguasa di bumi. Ia mengetahui bahwa ia
tunduk kepada kehendak Allah, namun dia juga berani menghalangi Allah dan
mengangkat tangannya dan berkata, “Tunggu dulu!” dan meluangkan waktu untuk
menang atas kebaikan dan rasa keadilan Allah.6
Doa merupakan tanggapan kita terhadap Allah, berarti kita harus menjajaki
bagaimana pertama-tama Ia berbicara kepada kita, baru kemudian kita bisa belajar

4
James W. Gol, A Wacthman “Menjadikan Doa Syafaat Sebagai gaya Hidup” (2017), halaman 10.
5
Yonki Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama (2007), Hal. 191 “doa Abraham untuk Sodom dan Gomora
berdasarkan keadilan dan kebaikan Tuhan (kej.18:20-33; karman 1996)
6
James W. Gol, A Wacthman “Menjadikan Doa Syafaat Sebagai gaya Hidup” (2017), hal. 11
bagaimana memberi jawab kepada-Nya.7 Inisiatif Allah dalam menyampaikan rencana-
Nya untuk menghukum Sodom dan Gomora kepada Abraham dikarenakan Allah telah
mengganggap Abraham sebagai sahabat-Nya. Setelah Allah menyampaikan rencana-
Nya maka timbulah inisiatif Abraham untuk bertanya kepada Allah demi keselamatan
bangsa Sodom. Inisiatif ini berbentuk dalam suatu rangkaian kalimat tanya yang tulus,
karena Abraham mengerti dengan benar sifat dan karakter Allah.
Abraham telah memiliki sebuah persekutuan yang baik dengan Tuhan semasa dia
mau percaya dan yakin akan Allah yang benar. Ia telah mengerti dan memahami apa
yang menjadi sifat dan karakter Allah. Bahkan di kisah sebelumnya Abraham melakukan
suatu etika yang benar dalam menyambut dan melayani Malaikat Tuhan ketika tiga
Malaikat Tuhan datang kepada Abraham. Sebagai seorang pendoa syafaat tentu kita
harus memiliki persekutuan dengan Allah personal yang bersahabat dengan kita melalui
kata-kata.8 Pola doa yang sebelumnya lebih menuntut kepada Allah harus berani untuk
berganti dengan pola mengerti terlebih dahulu akan rencana dan kehendak Allah,
sehingga kita dapat menanggapi Allah dengan segenap keberadaan kita.

2. Syafaat Abraham
Abraham mengenali secara baik mengenali Tuhan yang Dia sembah, sehingga
setiap syafaat yang disampaikan Abraham bukanlah syafaat yang hanya sekedar
membuka suara dalam memohon, melainkan mendahulukan sifat dan karakter Tuhan
yang Maha Adih dengan cara bertanya secara bijaksana.
“Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama orang fasik?”
(Kej.18:22).
Bentuk dari pertanyaan ini merupakan titik awal Abraham untuk memastikan bahwa
Tuhan akan berencana sesuai kehendak-Nya, sehingga pada pernyataan selanjutnya
Abraham memulai percakapannya untuk memohon supaya Tuhan tidak menghukum
Kota Sodom dan Gomora.
Sodom dan Gomora adalah dua kota yang telah melakukan kejahatan keji dimata
Tuhan sehingga Tuhan murka dan ingin menghancurkan kedua kota tersebut. Dosa

7
Timothy Keller, Prayer (Mengalami kekaguman dan Keintiman bersama Allah) (2017), hal.61
8
Ibid.
percabulan dan seks yang menyimpang telah menjadi tabiat kota Sodom yang
meresahkan para penduduk disekitar kota Sodom. Tuhan mendengar banyak keluh
kesah mengenai kedua kota ini, sehingga Tuhan berencana untuk menghukum bangsa
ini. Inilah gambaran objek doa yang dimohonkan Abraham supaya Tuhan tidak
menghukum penduduk kota Sodom dan Gomora yang berlaku kekejian dimata Tuhan.
Rasa belas kasihan Abraham terhadap kota ini muncul, karena Abraham berharap
supaya kedua kota dapat bertobat dan berbalik melakukan apa yang benar dihadapan
Tuhan.
Abraham bercakap-cakap dengan penuh kerendahan hati dan sungguh-sungguh
kepada Tuhan, ia melanjutkan pertanyaan demi pertanyaan kepada Allah, dan
pertanyaan itu adalah juga permohonannya. Sampai pada akhirnya Abraham berkata
kepada Tuhan :
“Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi dan sekali ini saja. Sekiranya
sepuluh didapati di sana?” Inilah permohonan Abraham yang terakhir. Setelah itu Alkitab
mencatat “Lalu pergilah Tuhan, setelah Ia selesai berfirman kepada Abraham ; dan
kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya (kej. 18:33). Abraham tidak berusahan untuk
menahan Tuhan supaya Tuhan tidak memberi jawab lagi kepada Abraham dan Abraham
juga tidak melanjutkan doanya tetapi kembali ke tempat tinggalnya9.
Pendoa syafaat tetap dapat menyatakan permohonan secara terus menerus
kepada Tuhan namun yang perlu disadari ialah janganlah menjadi seorang pemaksa
untuk selalu menerima jawaban dari Tuhan. Ujian terhadap iman seorang pendoa adalah
berani untuk mengambil sikap siap bila Tuhan tidak menjawab. Melalui imanlah seorang
pendoa akan dipaksa untuk mempercayakan permohonannya kepada Tuhan, bukan
memaksa. Mempercayakan permohonan kepada Tuhan membuat hati seorang pendoa
harus mampu menaruh harapan yang besar kepada Tuhan.10

3. Pendoa Syafaat Masa Kini


Abraham merupakan salah satu contoh seorang pendoa yang tulus dalam
mendoakan kepentingan bahkan keselamatan orang lain. Teladan Abraham inilah yang

9
12 Wacthman Nee,12 Bakul Vol. 6. (2020). (n.p.): Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia (Yasperin).
10
Ibid
dapat menjadi dasar para pendoa masa kini untuk berdoa sesuai dengan kehendak
Tuhan, yaitu karya keselamatan. Karya keselamatan merupakan inisiatif Tuhan untuk
mengembalikan manusia ke rancangan Tuhan semula. Tentunya para pendoa harus
memahami karya keselamatan Tuhan bagi dirinya sendiri, seperti Abraham yang dengan
penuh percaya, menaruh harapannya hanya kepada Tuhan saja. Langkah awal ini juga
harus diimplikasikan melalui setiap permohonan doa yang disampaikan kepada Tuhan,
tanpa memaksakan apa yang menjadi kehendak manusia, tetapi berani untuk
menantikan jawaban sesuai kebenaran Tuhan.
Dalam bukunya Doa: Kunci Ke Arah Kebangunan Rohani karya David Yonggie Cho
mengatakan:
Doa syafaat diperlukan dalam memenuhi kehendak Allah. Ini tidak berarti bahwa
Tuhan tidak mampu untuk menggenapi apa yang dikehendaki-Nya untuk berlaku
menjadi kenyataan, melainkan Tuhan telah memilih orang-orang, termasuk juga
diri kita sendiri, untuk mewujudkan kehendak Allah menjadi kenyataan. Oleh
sebab itu, mereka yang memasuki pelayanan doa syafaat pada hakikatnya
menjadi bagian integral dalam memenuhi rencana Allah serta segala tujuannya. 11
Sekali lagi tentang mewujudkan apa yang menjadi tujuan Tuhan untuk setiap doa yang
dimohonkan, bukan mewujudkan kehendak manusia.
Sebagai pendoa sebaiknya dapat memahami dan mengerti akan jati diri yang
utama dalam hidupnya, yaitu menjadi garam (Mat 5:13). Keberadaan kita sebagai umat
Tuhan di bumi ini haruslah jangan sampai menyebabkan Tuhan membinasakan dunia
yang penuh dosa. Tuhan menempatkan atas kita sebuah tanggungjawab untuk
mencegah penghukuman terakhir, memberikan kesempatan peluang bagi manusia untuk
menerima atau menolak Yesus sebagai Juruselamatnya.12 Kesempatan inilah yang
dapat menjadi sebuah peluang besar bagi para pendoa syafaat di masa ini untuk terus
menanyakan (bersyafaat) akan hal yang terbaik yang akan terjadi sesuai dengan
kehendak dan rencana Tuhan atas muka bumi.
Kembali kepada Abraham yang dianggap sebagai sahabat Allah, yang selalu
mencari dan hidup berkenan sesuai dengan Firman Allah, demikian juga halnya dengan

11
David Yonggie Cho, DOA : Kunci Ke Arah Kebangunan Rohani (1998), hal.104
12
Ibis hal. 105
para pendoa masa kini yang harus selalu dipenuhi dengan kebenaran Firman. Firman
inillah yang seharusnya menjadi dasar para pendoa untuk mendoakan objek doa, supaya
mendapati permohonan pokok doa syafaat yang tepat sasaran. Bersahabat dengan
Allah, maka segala sesuatu akan disingkapkan dan kita dapat bersyafaat sesuai dengan
kehendak Allah saja.

D. KESIMPULAN
Doa syafaat adalah doa pengantara/penghubung antara Tuhan dan objek yang
didoakan. Doa syafaat merupakan doa permohonan yang berlandasakan pernyataan
Tuhan terhadap objek doa. Sebagai pengantara seorang pendoa syafaat bukan masuk
ke dalam pergumulan objek doa, melainkan mencampuri urusan Tuhan untuk
memohonkan keselamatan dari objek yang didoakan. Perlu adanya kepekaan terhadap
firman Tuhan agar dapat menemukan permohonan doa yang tepat sasaran dan pasti
sesuai dengan kehendak Tuhan. Menjadi pribadi yang memiliki hidup erat dengan Tuhan
adalah kunci seorang pendoa dapat menyampaikan semua permohonan, bukan atas
keinginan pribadi melainkan keinginan Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Cho, David Y. 1998. Doa : Kunci Ke Arah Kebangunan Rohani. Jakarta : Immanuel
Goll, James W. 2017. A Watchman ; Menjadikan Doa Syafaat Sebagai Gaya Hidup.
Yogyakarta : Andi Offset
Groeschel, Craig. 2020. Dangerous Prayer (Doa-doa yang Berbahaya). Surabaya :
Perkantas
Karman, Yonki. 2007. Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama. Jakarta : Gunung Mulia
Keller, Timothy. 2017. Prayer (Mengalami kekaguman dan Keintiman bersama Allah).
Surabaya : Perkantas
Nee, Wacthman. 2020. 12 Bakul Vol. 6. Jakarta: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
(Yasperin)
Shakti, V Prabowo. 2019. The Intercession Prayer ; Doa Syafaat yang Sanggup
Memindahkan Gunung. Sleman : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai