Anda di halaman 1dari 43

BSMR

PEMBEKALAN
UJIAN SERTIFIKASI
MANAJEMEN RISIKO
TINGKAT 1

BUKU RINGKASAN
Bab 1 - Karakteristik risiko dan regulasi perbankan

I
1.1 Bank, risiko. dan perlunya regulasi
|ip9

1. Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan
untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta
IS) menerbitkan cek. Jasa keuangan merupakan lembaga yang menawarkan
produk keuangan seperti mortgage, dana pensiun, ausransi, atau obligasi
{ kepada nasabahnya.
2. Risiko didefinisikan sebagai peluang teijadinya hasil (outcome) yang
buruk.
3. Dua istilah penting lain yang terkait dengan risiko yaitu:
;V • Kejadian risiko didefinisikan sebagai terjadinya sebuah peristiwa yang
m Jg menyebabkan potensi kerugian (yaitu terjadinya sebuah outcome yang
*^-t - buruk)
• Risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi
p ~, langsung ataupun tidak langsung dari kejadian risiko. Kerugian tersebut
dapat bersifat finansial atau non-finansial.
4. Kegagalan bank dapat memiiiki dampak jangka panjang yang mendalam
SBl
terhadap perekonomian.
5. Bank tidak bebas menentukan struktur modalnya. Struktur modal
menunjukkan cara yang ditempuh bank untuk memperoleh pendanaan,
umumnya dilakukan melalui kombinasi penerbitan saham, obligasi dan
»
penerimaan pinjaman. Struktur modal sebuah bank ditentukan oleh
otoritas pengawas perbankan.
6. Sebuah bank dikatakan memiiiki:
- Modal cukup, jika memiiiki sumber daya financial yang memadai untuk
mengantislpasi potensi kerugian (semakin besar risiko. semakin besar
modal).
- Likuiditas cukup, jika memiiiki sumber daya financial yang memadai
untuk mendanai aktivanya dan memenuhi kewajlbannya saat jatuh tempo
Persyaratan modal minimum yang ditetapkan pengawas adalah 8% dari
ATMR (Aktiva tertimbang menurut risiko).
7. Kebutuhan untuk meregulasi bank sebagai institusi bermula dari adanya
risiko yang melekat (inherent) pada slstem perbankan. Kegagalan sebuah
bank (baik kegagalan sebagian maupun keseluruhan), dapat menimbulkan
dampak pada perekonomian secara menyeluruh yang disebut Risiko Sistemik.
8. Risiko sistemik adalah risiko di mana kegagalan sebuah bank dapat
menimbulkan dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-
besaran dan bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung
dihadapi oleh pegawai, nasabah dan pemegang saham.
9. Solvabilitas sebuah bank merupakan perhatian pemegang saham, nasabah,
pegawai dan pengelola perekonomian secara keseluruhan
10. Waiaupun sudah dilakukan upaya diversifikasi portofolio dalam pemberian
kredit, bank tetap akan menghadapi risiko-risiko ekonomi dari pasar domestik.
Perekonomian sebuah negara dapat dipengaruhi oleh:
• gejolak eksternal, dapat berbentuk bencana alam atau peristiwa yang
disebabkan oleh manusia, dan/atau
• kesalahan manajemen perekonomian.
$p!)

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 2 of 43

ffK)
11. Jumlah debitur macet pada bank yang berada dalam sebuah
perekonomian sebagaimana digambarkan dapat meningkat secara
signifikan. Hal ini dapat terjadi karena:
• kualitas kredit perusahaan yang terpengaruh oleh keadaan
perekonomian yang memburuk.
• tingkat pengangguran yang meningkat pesat
• naiknya tingkat suku bunga.
12. Ada beberapa tindakan yang dapat diambil untuk me-mitigasi dampak negatif
gejolak ekonomi tersebut, antara lain:
• mematuhi regulasi (termasuk Basel II) yang semakin menuntut bank untuk
menyusun berbagai skenario dalam menghadapi gejolak ekonomi dan
memastikan bank memiiiki modal yang cukup untuk melindungi stakeholder
dari dampak gejolak ekonomi tersebut.
• melakukan estimasi tingkat kredit macet yang akan terjadi dan memastikan
bank memiiiki tingkat modal yang cukup _;
13. Bank diwajibkan untuk memiiiki modal yang cukup untuk menutupi risiko yang
dihadapi. Hal tersebut dikenal sebagai kecukupan modal (capital adequacy).
14. Basel Committee menerbitkan Basel I pada tahun 1988 mengenai risiko
kredit.
15. Basel Committee menerbitkan Market Risk Amendment pada tahun 1996
16. Basel II diadopsi pada tahun 2004 dan dijadwalkan untuk diimplementasikan
pada tahun 2006-2007. Basel II menghubungkan secara langsung antara
modal bank dengan risiko yang dimiliki
17. Implementasi Basel II secara diterapkan secara1 konsisten yang bermanfaat
untuk menghindari timbulnya ketidakjelasan sebagai akibat dari adanya
pelaporan ganda, yaitu kepada otoritas pengawas perbankan di mana bank
didirikan (disebut home country) dan otoritas pengawas di mana bank
memiiiki cabang atau anak perusahaan ( disebut host country).
18. Pembandingan kedua Accord tersebut
Basel 1 Accord B a s e l II A c c o r d
Fokus pada satu cara Fokus pada metodologi internal
pengukuran risiko

Memiiiki pendekatan sederhana Memiiiki tingkatan sensitivitas


terhadap sensitivitas risiko risiko yang lebih tinggi
Memakai pendekatan one-size- Dapat dengan mudah
fits-alt untuk penghitungan risiko disesuaikan dengan kebutuhan
d a n modal masing-masing bank

19. Jenis-jenis risiko utama di Basel II adalah Risiko Pasar, Risiko Kredit,
Risiko Operasional dan Risiko-Risiko lainnya (yaitu Risiko Bisnis, Risiko
Strategi, Risiko Reputasi).

1.2 Risiko Pasar

1. Risiko pasar (market risk) didefinisikan sebagai risiko kerugian baik pada
posisi on- maupun off- balance sheet yang timbul dari pergerakan harga
pasar.
2. Eksposur bank terhadap suatu rate yang ditetapkan pasar, seperti tingkat suku
bunga, timbul sebagai akibat dari salah satu hal berikut:
• traded market risk - dimana bank secara aktif berpartisipasi dalam
perdagangan instrumen pasar, seperti obligasi, yang nilainya dipengaruhi

Disusunoleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 3 of 43


oleh perubahan pada nilai pasar. Traded market risk adalah risiko kerugian
nilai investasi yang terkait dengan kegiatan pembelian dan penjualan
(trading) instrumen keuangan di pasar secara berkesinambungan untuk
mendapatkan keuntungan
• risiko tingkat suku bunga dalam banking book - dimana bank menghadapi
risiko perubahan suku bunga pasar karena struktur underlying kegiatan
usahanya, seperti aktivitas pemberian kredit dan penghimpunan dana
masyarakat.
3. Imbal Hasil (Yield curve) menunjukkan hubungan antara tingkat suku
bunga efektif dengan tanggal jatuh tempo suatu investasi pada waktu
tertentu
4. Traded market risk adalah risiko kerugian nilai investasi yang terkait dengan
kegiatan pembelian dan penjualan {trading) instrumen keuangan di pasar
secara berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan.
Jika diperkirakan Tingkat Suku Bunga Naik —-> Long Funding
Jika diperkirakan Tingkat Suku Bunga Turun •--> Short Funding
5. Untuk menghindari risiko tingkat suku bunga dalam banking book, Bank
periu menyamakan (match) suku bunga pendanaan dan kreditnya (proses
yang dikenal dengan lindung nilai atau hedging).
6. Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh bank dalam melakukan
lindung nilai (hedging), yaitu :
• mengubah model kegiatan usaha sehari-hari dengan menawarkan
suku bunga yang sama untuk dana yang dihimpun dan kredit yang
diberikan
• menempatkan dana pada bank lain dan melakukan penghimpunan
dana dengan jangka waktu yang sama dari bank lain.
• Melakukan transaksi derivatif misalnya transaksi swap.
1.3 Risiko Kredit
1. Risiko kredit (credit risk) didefinisikan sebagai risiko kerugian yang
terkait dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi
kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali
utangnya.
2. Bank menggunakan sejumlah teknik dan kebijakan dalam mengelola
risiko kredit untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak
dari kerugian kredit (dikenal dengan mitigasi risiko kredit).
3. Teknik dan kebijakan mitigasi risiko kredit adalah:
• model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan
• manajemen portofolio kredit
• sekuritisasi
• agunan
• pengawasan arus kas
• manajemen pemulihan (recovery management).
4. Model pemeringkatan (grading model)
Menciptakan model pemeringkatan kredit sebagai sarana untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya default. Dalam hal ini bank melakukan kalibrasi risiko
yang pada gilirannya akan memungkinkan bank untuk menetapkan suatu
probabilitas tertentu untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan (yang dikenal
dengan probability of default!'PD).
5. Manajemen portofolio kredit

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal4 of 43


Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio kreditnya untuk
membenkan keyakinan bahwa kredit yang diberikan tidak terlalu
terkonsentrasi pada satu industri atau wilayah geografis tertentu. Hal ini
memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada portofolio
kredit-nya. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada
portfolio kreditnya, sehingga risiko terjadinya default yang bersifat sistemik
dapat ditekan. Analisis untuk manajemen portfolio kredit menggunakan
Cohort Analysis dan dapat digunakan baik pada kredit korporasi maupu
kredit perorangan. - • • k
6. Sekuritisasi
Salaji satu teknik yang digunakan bank untuk melindungi dirinya dari
gejolak ekonomi adalah dengan mengemas dan menjual sebagian
portofolio kreditnya kepada investor dalam bentuk surat berharga. Teknik
mi dikenal sebagai sekuritisasi. Dengan Sekuritisasi, bank akan mengurangi
- nsiko kredit dan akan memperoleh dana yang dihasilkan dari penjualan aktiva
7. Peran agunan
Aguhan (collateral) didefinisikan sebagai aktiva yang diperjanjikan oleh
debitur untuk mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal terjadi
default Bentuk agunan yang paling mudah dikenali dan paling aman
adalah "uang tunai". Sedangkan bentuk agunan yang paling umum
adalah "properti hunian (residential property) ".
8. Monitoring arus kas
Sebagian bank yang mengalami tingkat default yang tinggi menemukan bahwa
tindakan segera terhadap situasi kredit yang memburuk dapat mengurangi
permasalahan secara signifikan. Bank-bank tersebut menurunkan risiko
kreditnya dengan cara:
membatasi tingkat eksposur (dikenal sebagai EAD/Exposure at Default)
• memastikan bahwa nasabah bereaksi cepat terhadap keadaan yanq
berubah. a
9- Manajemen pemulihan
Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami default dapat
menghasilkan pemulihan (recovery) yang cukup besar dibandingkan tingkat
kerugian semula. Loss given default (LGD) adalah perkiraan kerugian yang
akan didenta oleh bank sebagai akibat terjadinya default.
1-4 Risiko Operasional ItWt^ •^(n^*tAanV(iq,j*fif4eto, £\G&lfl4[ \\y%vJ\
1 ?-S5u° °pera^ional (operational risk) adalah risiko kerugian yang
diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal
manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal.
2. Risiko operasional dapat dibagi menjadi beberapa sub-kategori, seperti risiko
yang terkait dengan: proses internal, manusia, system, kejadian eksternal
nukum dan regulasi
3. Regulasi Basel II telah mendorong kemajuan manajemen risiko operasional
dan untuk pertama kalinya di Basel II Bank diminta untuk mengkuantifikasi
ns.ko operasional, mengukur risiko operasional dan
mengalokas.kan/menghitung modal untuk risiko operasional (sebagaimana
halnya yang dilakukan untuk risiko kredit dan risiko pasar)..
4. Terdapat beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah
Alasan-alasan tersebut adalah:
• otomatisasi

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright©2011 Level 1 Hal 5 of 43


• ketergantungan pada teknologi
• outsourcing
terorisme
• meningkatnya globalisasi
insentif dan trading - 'rogue trader"
• meningkatnya volume dan nilai transaksi, dan
• meningkatnya litigasi

1.5 Risiko-risiko lainnva


1. Tiga risiko yang termasuk dalam kategori risiko-risiko lainnya adalah:
• risiko bisnis
• risiko strategis
• risiko reputasi
2. Risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi kompetitif bank dan
prospek bank untuk berkembang dalam pasar yang senantiasa berubah.
3. Risiko strategis adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis
jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko strategis juga dapat
dikaitkan dengan implementasi strategi tersebut.
4. Risiko strategis mirip dengan risiko bisnis; namun keduanya berbeda dalam
durasi dan pentingnya keputusan tersebut. Risiko strategis umumnya terkait
dengan keputusan sebagai berikut:
• bisnis yang akan dijadikan investasi
• bisnis yang akan diakuisisi, dan/atau
• bisnis yang akan ditutup atau dijual dan batasan-batasannya.
5. Risiko reputasi adalah risiko terjadinya potensi kerusakan bagi
perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negatif.
16 Dampak potensial dari kegagalan penqelolaan risiko dalam perbankan
1. Kejadian risiko pada bank juga dapat berdampak pada stakeholder
(stakeholder adalah pemegang saham, pegawai, nasabah dan masyarakat
pada umumnya).
2. Dampak kejadian risiko operasional kepada pemegang saham adalah:
• kehilangan nilai investasi secara keseluruhan -jatuhnya perusahaan
• penurunan nilai investasi - penurunan harga saham yang dapat
disebabkan oleh kehancuran reputasi atau penurunan keuntungan.
• kehilangan dividen sebagai akibat berkurangnya keuntungan perusahaan
• tanggung jawab terhadap kerugian - para pemegang saham mungkin
dimintai pertanggungjawaban atas kerugian yang terjadi
3. Dampak kejadian risiko pada pengawai dapat meliputi:
• tindakan disipliner secara internal karena kelalaian atau kesengajaan
pegawai.
• berkurangnya pendapatan, misalnya pengurangan bonus atau kenaikan
gaji karena dampak kejadian risiko pada pendapatan perusahaan.
kehilangan pekerjaan.
4. Dampak kejadian risiko operasional bagi nasabah meliputi:
• penurunan tingkat pelayanan nasabah
• pengurangan ketersediaan produk
krisis likuiditas
perubahan regulasi.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 6 of 43


5. Kejadian risiko operasional dapat berdampak secara langsung kepada
nasabah melalui :
pelayanan yang keliru atau berkualitas buruk
gangguan pelayanan
keamanan yang kurang (baik nyata maupun hanya persepsi)
terhentinya pelayanan .
6. Dampak kejadian risiko operasional pada nasabah dapat mengakibatkan
munculnya jenis kerugian keuangan lainnya bagi bank, misalnya:
• pembayaran ganti rugi sebagai kompensasi dari kerugian tidak langsung
• biaya litigasi
• denda atau sanksi yang ditetapkan oleh regulasi
7. Dampak ekonomi kejadian risiko adalah:
• Merupakan fenomena yang terus berulang (cyclical) dimana pemberian
kredit yang berlebihan (over lending) pada saat ekonomi tumbuh pesat
(boom) dapat menyebabkan bank mengalami under lending pada masa
resesi berikutnya. Siklus ini disebut procyclicality. Pengaruh siklus
(procyclicality) dapat teriihat pada pemberian kredit untuk "asset bubbles
(asset yang over valued atau aset yang dihargai tidak realistis)" seperti
pada era commercial, residential estate, pasar ekuitas dan era dotcom
pada periode tertentu di berbagai pasar dunia.
• Likuiditas dan Risiko pasar, untuk mengurangi dampak krisis likuiditas,
maka:
- otoritas perbankan hams meningkatkan kewaspadaan
- bank sentral harus segera melakukan tindakan yang tepat, dan
- manajemen bank harus melakukan monitoring secara ketat.
• Sarbanes Oxley (SOX)
Otoritas seringkali menerbitkan regulasi baru sebagai respon dari masalah
tertentu dalam rangka mencegah terulangnya permasalahan tersebut.
Penerbitan regulasi tersebut memiiiki dampak tidak langsung pada
nasabah bank, baik melalui biaya implementasi ataupun karena perubahan
persepsi mengenai nilai-nilai yang ada . Sarbanes-Oxley (SOX) act di AS
pada tahun 2002 merupakan ketentuan perundang-undangan
akuntabilitas suatu perusahan (atau korporasi), yang diterbitkan
sebagai akibat terjadinya kasus skandal akuntansi di Enron dan World
Comm. Berdasarkan Sarbanes-Oxley (SOX), maka CEO dan CFO utk
perusahaan yang tercatat di bursa (perusahaan go public) harus
melakukan disclosure ke masyarakat.
• International Accounting Standard (IAS)
International Accounting Standards mulai diperkenalkan secara
meluas pada tahun 2005-06, khususnya di seluruh Uni Eropa . Standar
ini akan mempengaruhi cara bank-bank mencatat, antara lain, hedging
risiko tingkat suku bunga underlying dalam banking book.
Dikeluarkannya IAS kemungkinan juga akan mempengaruhi
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan (Reports and Accounts)
bank. IAS merupakan suatu kejadian risiko karena dapat mengubah
persepsi profitabilitas beberapa bank di masa datang.

1.7 Sistem perbankan Indonesia


1. Undang-undang perbankan tahun 1992 dan 1998 menetapkan dua jenis bank
di Indonesia yaitu Bank umum dan BPR. Bank umum memiiiki akses terhadap

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 7 of 43


sistem pembayaran dan menyediakan pelayanan perbankan secara umum.
BPR menerima simpanan nasabah namun tidak memiiiki akses terhadap
sistem pembayaran.
2. Regulasi Perbankan:
UU/PBI Tuiuan
UU 1998 (perub UU 1992) Jenis Bank, Syarat & Batasan
UU Bl (1999) Bl sebagai bank sentral Independent, menetapkan tujuan &
tugas Bl
PBI (1999) Audit & Kepatuhan
PBI (2000) Bank Umum (syarat, ijin &operasional)
PBI (2001) KYC §|
PBI (2003) Fit & Proper
PBI (2003) Risiko Pasar
PBI 5/8/2003 Manajemen Risiko
PBI (2004) Rencana Bisnis Bank Umum Jangka Pendek &Menengah
PBI (2005) Batas Maksimal Pemberian Kredit
PBI (2005) Sistem Informasi Debitur
PBI (2005) Sekuritisasi Asset

3. Bank Indonesia telah menerbitkan Arsitektur Perbankan Indonesia yang


menetapkan arah, garis besar dan struktur industri perbankan untuk lima
hingga sepuluh tahun ke depan.
4. Arsitektur Perbankan Indonesia akan diimplementasikan secara bertahap
dengan cakupan sasaran sebagai berikut:
• memperkuat struktur perbankan nasional
• meningkatkan kualitas pengaturan perbankan
• meningkatkan fungsi pengawasan
meningkatkan kualitas manajemen dan operasional bank
• mengembangkan infrastruktur perbankan
• meningkatkan perlindungan nasabah

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyhght@2011 Level 1 Hal 8 of 43


Bab 2 - Evolusi Manajemen Risiko dan Regulasi Perbankan
"

2.1. Mengapa bank bersifat 'khusus' dan harus diregulasi

1. Bank, sesuai sifatnya, adalah lembaga yang 'highly geared' (highly leverage).
2. Gearing didefinisikan sebagai rasio utang perusahaan (berapa banyak yang
dipinjam) terhadap jumlah modal yang dimilikinya. Dalam hal ini bank yang
memiiiki jumlah utang yang besar bila dibandingkan dengan modalnya akan
dikatakan 'highly gearecf atau "highlyleveraged'
3. Sumber daya terpenting yang dimiliki bank dalam menjamin terjaganya
solvabilitas adalah modal yang cukup. Modal bank adalah sumber daya
finansial yang 'siap pakai' untuk menyerap kerugian karena tidak membutuhkan
pembayaran kembali. Modal adalah jumlah investasi para pemegang saham di -
bank seperti yang terukur pada nilai neracanya.
4. Insolvabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk^
membayar kembali klaim jenis apapun pada saat jatuh tempo. >= ii|e«W><r ^
5. Bank sentral memberikan dukungan tersebut melalui perannya sebagai
'lender of the last resort' untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan.
bank sentral siap menyediakan dana bagi bank umum untuk menjamin agar
keadaan solvabel maupun krisis likuiditas yang dialami bank umum tidak
berubah menjadi krisis ekonomi.
6. Stabilitas keuangan didefinisikan sebagai terjaganya keadaan dimana
kapasitas lembaga keuangan dan pasar untuk menyelenggarakan kegiatan
penyimpanan dana secara efisien, menyediakan likuiditas dan
mengalokasikan investasi tidak terganggu.
7. Stabilitas moneter didefinisikan sebagai stabilitas dalam nilai uang, (yaitu
inflasi yang rendah dan stabil).
8. Stabilitas moneter tidak sama dengan stabilitas keuangan. Walaupun terkadang
bisa hadir bersamaan, kedua jenis stabilitas tersebut tidak selalu menjadi 'teman
seperjalanan'.
9. Alasan utama mengapa kebijakan moneter yang berhasil tidak menyebabkan
terjadinya stabilitas keuangan adalah adanya 'gelombang' liberalisasi. Campur
tangan dan peran negara dalam perekonomian mulai berkurang setelah adanya
beberapa tindakan, termasuk:
• dihilangkannya halangan untuk berkompetisi antara lembaga keuangan,
termasuk liberalisasi dalam perizinan perbankan yang sebelumnya menjadi
bagian utama dari regulasi hingga tahun 1970-an.
• dihilangkannya batasan dalam pricing transaksi keuangan, seperti adanya
suku bunga maksimum atas bunga pinjaman dan deposito
• dihilangkannya larangan atas pergerakan modal internasional yang kemudian
mendorong dikenalnya nilai tukar mata uang.
10. Liberalisasi pasar keuangan meningkatkan tekanan kompetitif pada bank dengan
cara:

- mengurangi kemampuan lembaga yang ada untuk mengambil marjin besar


dari bisnis mereka - produk harus diberi harga !ebih kompetitif
- menciptakan arus masuknya pemain baru yang akan meningkatkan
kompetisi.
11. Liberalisasi sektor keuangan mengantarkan kepada periode inovasi pesat.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 9 of43


12. Sebelum periode liberalisasi keuangan tahun 1970-an dan 1980-an, regulasi
keuangan fokus pada :
- otorisasi lembaga keuangan
- penentuan kegiatan usaha yang untuk masing-masing jenis lembaga
keuangan
- penetapan rasio-rasio neraca dan ketentuan seperti tingkat giro wajib
minimum sebuah bank tertentu pada bank sentral, atau jumlah aset tertentu
dalam bentuk surat utang negara.

2.2. Basel 1 Accord dan kecukupan modal untuk risiko kredit isiko Pasar
: -

1. Basel Committee on Banking Supervision didirikan tahun 1974 oleh gubernur-


gubernur bank sentral dari Group of Ten (G10). Basel Committee terdiri dari
perwakilan bank sentral dan otoritas perbankan dari 11 anggota G10 ditambah
Spanyol dan Luxemburg. (Note: Jadi total anggota Basel Committee ada 13
negara).
2. Basel Committee memiiiki tiga sasaran utama dalam menciptakan Basel I
'-•• Accord:
• memperkuat kesehatan dan stabilitas sistem perbankan internasional
• menciptakan kerangka kerja yang seimbang untuk mengukur
kecukupan modal dari bank yang aktif secara internasional
• menerapkan kerangka kerja tersebut secara konsisten demi
mengurangi ketidaksetaraan kompetitif antar bank yang aktif secara
internasional
3. Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) adalah aktiva neraca dikalikan oleh
bobot risikonya. Bobot risiko ini didasarkan pada risiko kredit relatif dari
masing-masing kelas aktiva. Misal menurut Basel I accord, mortgage yang
memiiiki bobot risiko 50% dapat dikatakan memiiiki tingkat risiko setengah
dari kredit korporasi yang memiiiki bobot risiko 100%.
Bobot yang digunakan dalam Basel I adalah 0%, 10%, 20%, 50%, 100%.
•^
4. Target rasio modal (traget capital ratio) adalah rasio modal yang memenuhi
syarat ATMR bank internasional. Basel Committee menetapkan target rasio
modal minimum 8% (dan ini berlaku sampai sekarang).
Rumus untuk menghitung target capital ratio adalah:

Modal yang dapat diperhitungkan x 100 = Rasio (minimal 8%)

ATMR
5. Untuk menangani pos-pos off-balance sheet, Basel Committee menerapkan
konsep penyetaraan risiko kredit (credit risk equivalence). Konsep yang
melatarbelakangi penyetaraan risiko kredit adalah bahwa setiap transaksi off-
balance sheet dapat dikonversi menjadi transaksi setara kredit.

6. Nilai transaksi derivatif ditentukan berdasarkan nilai instrumen keuangan,
Indeks, komoditi, atau instrument derivatif lainnya.
7. Kontrak-kontrak Derivatif antara lain:
- Swap dan option suku bunga, forward agremeents, interest rate futures;
- Swap dan option nilai tukar, kontrak forward valuta asing, currency future
(diluar kontrak yg memiiiki jatuh tempo kurang dari 14 hari);
- Swap dan option logam mulia dan logam biasa, kontrak forward dan future
- Swap dan option ekuitas, dan kontrak future ekuitas

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyngh(@2011 Level 1 Hal 10 of 43


8. Untuk transaksi derivatif off balance sheet maka bobot risiko counterparty
diturunkan bobot risikonya hingga 50%.
9. Berdasarkan Basel I terdapat dua metode untuk menghitung penyetaraan
risiko kredit (Credit Risk Equivalence) yaitu Current Exposure Method (CEM)
dan Original Exposure Method (OEM).
10. Metode Current Exposure:
Metode Current Exposure adalah metode yang disarankan oleh Basel
Committee untuk digunakan pada Basel I.
CE = Nilai mark-to-market + (notional amount x persentase tertentu).
Bank yang melakukan transaksi forward, swap, membeli option atau
kontrak derivative lainnya yang sejenis berdasarkan ekuitas, logam mulia
(selain emas), atau komoditi lainnya harus menggunakan Model Current
Exposure.
11. Metode Original Exposure:
Metode Original Exposure memungkinkan bank untuk memperhitungkan
persentase notional principal sebagai suatu eksposiir tanpa harus menghitung nilai
kontrak saat ini

2.3. Pengqunaan pendekatan 'grid' dan tabel 'look up' untuk menghitung
kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I Risiko Kredit
1. Grid tabel digunakan untuk menghitung tingkat kesetaraan risiko kredit suatu
transaksi.
2. Look up' table digunakan untuk menghitung tingkat ATMR dalam rangka
menentukan persyaratan modalnya.
3. Return atas modal sesuai ketentuan adalah ukuran kinerja yang digunakan
untuk meyakinkan bahwa suatu transaksi menghasilkan return yang cukup
bagi bank untuk meningkatkan permodalannya.

2.4. Persyaratan modal bank dalam Basel I


1. Pada Basel I, Committee tidak hanya menciptakan kerangka kerja
pengukuran kecukupan modal namun juga kerangka kerja struktur
permodalan bank yang sering disebut dengan eligible capital.
2. Basel Committee mempertimbangkan bahwa elemen inti dari eligible
capital bagi suatu bank adalah modal saham (equity capital).
3. Untuk kepentingan modal sesuai ketentuan sebagian besar bank
dapat memiiiki modal dalam jenis, yaitu:
• Modal inti (tier 1) - terdiri dari modal disetor, non-cumulative
perpetual preferred stock, dan disclosed reserves.
• Modal pelengkap (tier 2) - terdiri dari cadangan umum, cadangan
revaluasi aktiva tetap, provisi umum dan penyisihan penghapusan
aktiva produktif umum (general provisions and general loan loss
reserves), modal pinjaman (hybrid capital instruments) dan pinjaman
subordinasi.
Modal pelengkap maksimum sebesar 50% dari jumlah modal
keseluruhan.
4. Tidak termasuk dalam modal di atas adalah
goodwill
• penyertaan pada lembaga keuangan bank dan non-bank yang tidak
dikonsolidasikan, dan

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyhght@2011 Level 1 Hal 11 of 43


• penyertaan modal pada bank dan lembaga keuangan lain (diserahkan pada
kebijakan pengawas)
minority investments pada perusahaan-perusahaan yang tidak
dikonsolidasikan.
5. Modal tier 3 hanya ditujukan untuk mendukung portofolio trading bank saja.
2.5. Basel I dan Market Risk Amendment tahun 1996
a. Basel I seringkali dikritik secara tidak tepat dalam hal kurangnya sensitivitas
terhadap risiko.
b. Tingkat sensitivitas risiko mengalami peningkatan besar pada waktu Basel
Committee menerbitkan Market Risk Amendment bulan Januari 1996.
c. Basel Committee mengembangkan Market Risk Amendment berdasarkan
pendekatan 'twin- track'.
d. Value at Risk (VaR):
i. Model kuantitatif bank yang dapat diterima oleh Basel Committee disebut
dengan model Value at Risk (VaR). Model VaR merupakan perkiraan
kemungkinan jumlah kerugian maksimum akibat risiko pasar milik
bank:
- dalam periode waktu tertentu, dan
-dengan tingkat keyakinan statistik (statistical confidence) tertentu
(yaitu dengan probabilitas tertentu)
ii. Masa transaksi disebut dengan VaR Horizon.
iii. Bagi banyak transaksi pasar yang diperdagangkan, VaR Horizon yang tepat
adalah satu hari perdagangan. Oleh karena itu pada umumnya
digunakan ukuran Daily Value at Risk atau DVaR.
e. Basel I Accord 1988 menyatakan bahwa modal yang dimiliki bank harus terkait
dengan kualitas kredit dari: Peminjam, emiten sekuritas, dan mitra lain yang
telah mendanai obligasi bagi bank (seperti penjamin).

2.6. Kelemahan dalam Basel I


Masalah pendekatan Basel I adalah bank yang memberikan pinjaman kepada
perusahaan yang memiiiki kualitas kredit yang amat baik wajib memiiiki jumlah
modal yang sama dengan bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan
yang memiiiki kualitas kredit yang buruk.

2.7. Perkembangan Capital Accord yang baru - Basel II istem perbankan


Indonesia
Pada tahun 1999 Basel Committee mulai bekerjasama dengan bank-bank besar
dari negara-negara anggota untuk mengembangkan Capital Accord yang baru.
Sasaran umumnya mencakup semua risiko perbankan di dalam kerangka kerja
kecukupan modal baru yang komprehensif. Accord yang baru itu segera dikenal
dengan Basel II.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 12 of 43


Bab 3 - Perkembangan pengawasan bank berbasis-risiko

3.1. Tiga pilar regulasi

Kerangka kerja Basel II dibangun pada tiga konsep regulasi yang lebih
dikenal sebagai tiga pilar, yaitu:
• Pilar 1 - Persyaratan modal minimum
• Pilar 2 - Supervisory review atas kecukupan modal dan proses
penilaian internal bank
• {Pilar 3 - Penggunaan disiplin pasar untuk mendorong pengungkapan
(disclosure) dan mendorong praktek perbankan yang aman dan sehat.
Basel II juga memiiiki pendekatan tiga Pilar
3.1.1;- Pilar1 - persyaratan modal minimum untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko
Hi operasional: \
3.1.2V Pilar? - Supervisory review
• Pilar 2 merupakan supervisory review yang saat ini sangat menyerupai
?- pendekatan pengawasan berbasis risiko yang digunakan oleh Federal
• Reserve Board di AS^dan Financial Services Authority di Inggris.
• Supervisory review dirancang untuk memberikan fokus pada:
- Persyaratan modal di atas tingkat minimum yang dihitung menurut Pilar 1
.-Tindakan awal yang dibutuhkan untuk memberikan respons terhadap
: risiko yang dapat terjadi.
• Pilar 2 juga meliputi evaluasi risiko suku bunga jenis tertentu dalam banking
book.
3.1.3. Pilar 3 - disclosure
• Pilar 3 adalah Pilar disiplin pasar (market discipline). Pilar 3 mencakup
hal-hal yang dibutuhkan dalam hal pengungkapan publik oleh bank
(disclosure).
• The Bank for International Settlements (BIS) mendefinisikan disiplin pasar
sebagai mekanisme governance internal dan eksternal dalam
perekonomian pasar tanpa adanya intervensi pemerintah secara langsung.
• Pilar 3 berupaya untuk meningkatkan transparansi atas permasalahan
seperti: portfolio aktiva bank dan profil risikonya.
Metodologi perhitungan modal untuk risiko kredit adalah Standardised Approach,
IRB-Foundation dan IRB Advance. Metodologi perhitungan modal untuk risiko
operasional adalah Basic Indicator Approach, Standardised Approach dan
Advance Measurement Approach.

3.2. Alasan pengembangan Basel II

1. Ada dua masalah yang harus diselesaikan sebelum Basel II dikeluarkan:


• Masalah pertama adalah memutuskan jenis model kredit yang digunakan
oleh Pilar 1. Committee mempertimbangkan penggunaan:
- Full portfolio models yang dicirikan oleh aplikasi teknik option pricing
atau
- Grading models (model pemeringkatan) dimana perhitungan risiko
ilakukan pada masing-masing obligor dan risiko portfolio adalah
penjumlahan total dari risiko-risiko individual.

Disusun oleh:Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 13 of 43


Pada akhir tahun 1990-an, Committee memutuskan untuk membatasi
penggunaan credit models hanya pada credit grading models.
• Masalah kedua adalah sampai di mana teknik-teknik kuantitatif dapat
digunakan hingga mencakup 'risiko lain' khususnya risiko operasional.
2. Pada akhirnya Basel Committee memutuskan:
• memasukkan risiko operasional sebagai ukuran kuantitatif di dalam
pendekatan Pilar 1.
• mendefinisikan risiko operasional secara lebih luas agar meliputi cakupan
risiko yang lebih luas, walaupun tidak memasukkan risiko reputasi, bisnis
dan strategis, dan
• memfokuskan model risiko kredit Pilar 1 pada credit grading
techniques.

3.3. Pengembangan Basel II Accord


a. Basel Committee menggunakan pendekatan konsultatif untuk menjamin agar
regulasi baru memiiiki dampak positif. Pertama kali Basel Committee
menerbitkan consultative paper lalu diikuti dengan periode konsultasi dan
revisi.
b. Termasuk dalam periode konsultasinya adalah Quantitative Impact Studies
3.4. Basel II dan sensitivitas risiko
a. Perubahan terbesar terhadap luasnya cakupan risiko dalam Basel II
adalah penambahan risiko operasional.
b. Basel II juga meningkatkan kedalaman cakupan risiko. Hal ini sangat
terlihat dalam perlakuannya atas risiko kredit.
c. Jika sebuah bank memilih untuk menggunakan Internal Ratings-Based
Approach, jumlah peringkat yang dapat digunakan ditentukan oleh bank itu
sendiri, walaupun otoritas pengawas perbankan akan mengasumsikan
bahwa bank akan menggunakan setidaknya delapan tingkatan.
3.5. Basel II dan kecukupan modal
Basel Committee telah menerapkan dua 'aturan dalam masa transisi' untuk
memastikan Accord yang baru tidak terialu cepat mengurangi persyaratan modal
minimum,
i. aturan dalam masa transisi pertama adalah scaling factor yang ditetapkan
sebesar 106% (sesuai QIS 3).
ii. aturan masa transisi kedua adalah batas bawah (floor) jumlah modal yang
nilainya secara bertahap akan diturunkan seiring dengan berjalannya waktu.
3.6. Modal minimum dan aktual
Alasan untuk memiiiki kelebihan modal:
• Biia terjadi pelanggaran, izin usaha bank akan terancam dicabut (misal
CAR <8%)
• Dalam beberapa yurisdiksi, misalnya AS dan Inggris rasio modal
ditetapkan umumnya lebih tinggi daripada rasio minimum Basel.
Bank-bank terbesar di dunia umumnya memiiiki model risiko internal
sendiri. Model 'economic capital' seperti ini dapat menghasilkan jumlah
modal minimum yang lebih tinggi daripada yang yang ditetapkan oleh
Basel II.
Adanya rencana akuisisi
Adanya rencana akses ke pasar modal

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyrighl@2011 Level 1 Hal 14 of 43


Bab 4 - Risiko Pasar & Risiko Treasury

4.1 Risiko Pasar

1. Risiko pasar adalah risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan harga
pasar atas posisi yang diambil oleh bank baik pada sisi on maupun off
balance-sheet.
2. Bank yang berperan sebagai intermediary dalam sebuah transaksi yang
posisinya tidak tercatat dalam neracanya tidak akan ter-ekspos kepada risiko
pasar.
3. Risiko pasar terdiri atas: ^
• Risiko spesifik (specific risk) yaitu risiko yang timbul akibat pergerakan
harga atas surat berharga individual yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang terkait dengan surat berharga atau penerbitnya.
• Risiko pasar umum (general market risk) yaitu risiko yang timbul akibat
pergerakan harga pasar yang berpengaruh terhadap beberapa instrumen
keuangan
4. Untuk tujuan analisis, risiko pasar umum dibagi menjadi 4 (empat)
kategori sebagai berikut:
• risiko suku bunga -> potensi kerugian yang timbul akibat perubahan
tingkat bunga
• risiko posisi ekuitas -> potensi kerugian yang timbul akibat
perubahan harga saham
• risiko nilai tukar -> potensi kerugian yang timbul karena perubahan
nilai tukar
• risiko posisi komoditi -> potensi kerugian yang timbul akibat
perubahan harga komoditi
5. Harga pasar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:
• penawaran dan permintaan
• likuiditas dapat berpengaruh secara substantial terhadap harga pasar.
• intervensi oleh otoritas keuangan memberikan efek jangka pendek
terhadap tingkat harga pasar. Jangka waktu dapat berubah menjadi
panjang, jika misalnya, intervensi memberikan sinyal perubahan kebijakan
ekonomi.
• arbitrase, dimana tingkat harga pasar tertentu dibatasi oleh tingkat
harga di pasar lainnya, akan mempengaruhi pergerakan harga harian.
Misalkan jika harga saham diperdagangkan di pasar london dan new
york, sedangkan harga di london lebih tinggi dari new york, makan
trader akan menjual saham di london dan membeli di new york.
kondisi ekonomi dan politik dan bencana alam dapat mengakibatkan
perubahan harga jangka pendek.
• faktor-faktor fundamental ekonomi merupakan pembentuk utama tingkat
harga jangka panjang.

4.2 Kegiatan Trading

1. Perkembangan Kegiatan Trading Bank


Kegiatan utama Trading adalah jual dan beli instrumen keuangan atas
nama bank dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 15 of 43


• Ada 3 (tiga) strategi utama kegiatan trading yaitu:
- matched book
- menjaga posisi trading
- Berperan sebagai 'market maker'.
• Ritel exchange rate adalah nilai tukar yang diberikan oleh bank kepada
nasabah yang telah termasuk marjin atas wholesale rate dari pasar
antarbank.
• Lamanya waktu yang diberikan oleh bank kepada trader untuk mengambil
posisi (holding period) akan bertambah sejalan dengan pengalaman bank
dalam melakukan trading instrumen keuangan tersebut.
2. Manajemen Posisi dan Hedging
• Bank menghadapi risiko pasar baik dalam banking book maupun trading
book.
• Manajemen risiko. pasar dalam trad^ng__book bank dilakukan secara
berkesinambungan di dealing room oleTTpara trader.
• Trader secara berkala akan melakukan hedging dengan instrumen yang
lebih likuid dibandingkan underiying transaction-nya.
• hedging biasa dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif.
Keunggulan instrumen derivatif:
- risiko kredit rendah
- funding requirement rendah
- capital charge rendah
- lebih likuid
- biaya transaksi rendah
• Hedging yang dilakukan dengan transaksi yang tidak benar-benar identik
dengan underlying transaction (transaksi awal) akan menimbulkan residual
risk seperti Basis Risk. Basis risk adalah risiko akibat perubahan
hubungan antara harga risk position dengan harga instrumen yang
digunakan untuk hedging atas posisi tersebut.

3. Pengembangan produk baru


• Prosedur persetujuan produk baru adalah
- Persetujuan Berdasarkan Ketentuan
- Dampak Terhadap Regulatory Capital
- Isu Pajak
- dll
Pengembangan produk baru atau terjun ke pasar yang baru
merupakan tanda bahwa bank telah berhasil dalam operasional
kegiatan trading-nya sehingga perlu dilakukan ekspansi dengan
tujuan untuk meningkatkan revenue bank.

4.3 Instrumen Trading

Terdapat berbagai jenis instrument utama yang lazim diperdagangkan secara


global berdasarkan volumenya, sering disebut dengan instilah 'produk vanilla'
karena merupakan instrument yang sederhana. Untuk seluruh jenis instrument
dalam pembahasan buku ini diperdagangkan dalam valuta utama yaitu USD,
EUR, JPY dan GBP.

Disusun oleh: FerryH, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 16 of 43


1. Instrumen Cash
• Transaksi spot valas
Transaksi spot valas adalah pertukaran valuta dalam jangka waktu dua hari
kerja yang akan datang yang dikenal dengan nama 'spot date'. Transaksi
spot ini menimbulkan risiko valas.

• Transaksi forward valas


Transaksi forward valas dilakukan untuk pertukaran valuta dalam jangka
waktu melebihi spot date. Transaksi forward valas menimbulkan risiko
valas dan risiko suku bunga.

• Swap valas
Swap valas adalah gabungan antara transaksi spot dan transaksi forward.
Swap valas menimbulkan risiko suku bunga

• Loans and deposits diperdagangkan antar bank dengan tingkat bunga


tetap dengan jangka waktu tertentu. Loans dan deposits menimbulkan
risiko suku bunga.

• Obligasi adalah instrumen hutang jangka panjang yang dapat dipindah


tangankan dan diterbitkan oleh borrower (issuer) dengan penerimaan
jumlah pokok tertentu dari investor (holder). Obligasi menimbulkan resiko
suku bunga dan resiko spesifik.

• Trading ekuitas (equity trading) adalah jual beli saham perusahaan yang
terdaftar di bursa saham seluruh dunia. Trading ekuitas menimbulkan risiko
ekuitas dan risiko spesifik.

• Trading komoditas (commodity trading) adalah jual beli produk fisik


yang diperdagangkan di pasar sekunder. Posisi pada produk komoditas
akan menimbulkan risiko komoditas dan posisi forward akan memberikan
tambahan risiko suku bunga sebagaimana kontrak forward valas.

2. Instrumen Derivatif -» Fitur utama produk derivatif adalah jumlah pokok


(principal) transaksi tidak dipertukarkan sehingga akan mengurangi timbulnya
risiko kredit dan risiko settlement. Hal tersebut sering disebut sebagai
'contracts for difference' mengingat hanya perubahan harga relatif dari.
undedying instrumen kas yang dipertukarkan. Beberapa produk derivatif
diperdagangkan di bursa future dan terdapat pula yang diperdagangkan di
pasar over-the-counter (OTC).

• Kontrak future (futures contract) -> Kontrak tersebut diperdagangkan


melalui bursa yang bertindak sebagai clearing house bagi semua
counterparty. Hal ini berarti bank tidak terekspos pada risiko kredit terhadap
beberapa counterparty, tetapi hanya terbatas dengan bursa tersebut.
Secara umum kontrak future memiiiki fitur sebagai berikut:
- exchange traded
- jumlah tetap untuk tiap kontrak (fixed amount per contract)
- tanggal tetap untuk delivery (fixed dates fordelivery)

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright©2011 Level 1 Hal 17 of 43


- persyaratan delivery yang pasti (precise delivery conditions)
- margin calls harian (dailymargin calls).
Kontrak future menimbulkan risiko yang sama dengan instrumen
underlying-nya ditambah dengan risiko suku bunga

Swap bunga (interest rate swaps) adalah derivatif OTC yang


memungkinkan bank dan nasabah untuk memperoleh suku buka jangka
panjang tanpa harus menggunakan dana jangka panjang. Swap bunga
menimbulkan risiko suku bunga.
*

Swap valuta (currency swap) memiiiki fitur yang sama dengan swap suku
bunga, hanya saja terdapat flow bunga dalam valuta yang berbeda. Swap
valuta menimbulkan risiko suku bunga dalam dua valuta dan risiko valas.

Perjanjian forward rate (forward rate agreements/FRAs) adalah kontrak


derivatif OTC yang memungkinkan bank untuk mengambil posisi forward
suku bunga. FRA menimbulkan risiko suku bunga.
&ii

Option contract memberikan hak kepada pembeli, namun bukan


kewajiban, sesuai kontrak underlying pada tingkat harga yang disepakati.
Call Call option memberikan hak kepada buyer untuk
membeli instrument underlying
Put put option memberikan hak kepada buyer untuk
menjual instrument underlying
Premium jumlah uang yang harus dibayar oleh buyer kepada
seller
Strike Price harga pada saat transaksi underlying akan dieksekusi
Exercise buyer meng-exercise option untuk memasuki kontrak
undedying
Expiry Date tanggal terakhir option harus di exercise

American v option yang hanya bisa di exercise pada tanggal


berapa pun sampai dengan expiry date
European option yang hanya bisa di exercise pada saat
expiry date.

Volatilitas harga option adalah harga pasar yang menunjukkan ekspektasi


pasar terhadap pergerakan harga pada masa beriakunya option. Option
menimbulkan ris|ko inheren yang terdapat dalam instrumen underlying
jika option tersebut di exercise dan risiko suku bunga.

Penentu penting dari nilai option tersebut adalah:


- Tingkat strike price relatif terhadap harga pasar saat ini.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright©2011 Level 1 Hal 18 of 43


- Waktu sebelum jatuh tempo. Makin panjang waktu sebelum jatuh
tempo maka makin tinggi preminya karena option memiiiki lebih
banyak waktu untuk menjadi bernilai.
- Besar-kecilnya volatilitas (gejolak) harga pasar. Makin bergejolak
harganya maka preminya makin tinggi.

4.4 Pricing and mark-to-market

1. Proses penilaian kembali posisi menggunakan harga pasar dikenal dengan


istilah 'marking-to-market.
2. Yield curves
• Cash digunakan untuk menilai kembali posisi pinjaman dan simpanan.
• Derivatif digunakan untuk menilai seluruh jenis derivatif termasuk option.
• Obligasi digunakan untuk menentukan perkiraan harga penutupan dari
harga penutupan obligasi yang aktif diperdagangkan.
• Basis dibuat untuk menentukan harga instrumen suku bunga non-
antarbank
3. Proses mark to market proses yang dilakukan setiap hari yang dilakukan oleh
unit kerja yang independen terhadap trader. Prosedur mark-to-market terdiri
dari kegiatan pengumpulan informasi harga, verfikasi harga dan pemasukkan
ke dalam sistem revaluasi bank.
4. Nilai saat ini juga disebut replacement value karena merupakan jumlah
yang harus dibayar bank jika harus melakukan transaksi pada harga
pasar saat ini
5. Nilai saat ini dari sebuah transaksi dapat digunakan untuk berbagai keperiuan
sebagai berikut:
• perhitungan rugi laba dilakukan dengan membandingkan nilai saat ini
terhadap nilai aslinya
• perhitungan risiko kredit counterparty dilakukan dengan menganalisa nilai
saat ini dari semua transaksi dengan counterparty yang sama).
• perhitungan agunan untuk transaksi OTC menggunakan nilai saat ini dari
instrumen yang dimiliki sebagai agunan untuk memastikan bahwa agunan
tersebut cukup nilainya jika dibandingkan dengan eksposur terhadap
counterparty.
• margin call oleh bursa berjangka didasarkan pada nilai pasar saat ini.
'Margin' dapat dipersamakan dengan pembayaran agunan atas transaksi
OTC.
• untuk instrumen yang diselesaikan secara tunai, digunakan nilai pasar akhir
untuk menyelesaikan transaksi dengan pihak lain.
4.5 Karakteristik Risiko Treasury

Treasury mengelola beragam risiko dalam fungsi manajemen risiko treasury


yaitu:
• risiko tingkat suku bunga dalam banking book, yaitu risiko pasar yang
paling umum dalam pembukuan perbankan
• risiko likuiditas
manajemen modal

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright©2011 Level 1 Hal 19 of43


4.6 Asset & Liability Management

1. Sasaran utama ALM adalah mengelola risiko tingkat suku bunga dalam
neraca bank dan memastikan bahwa risiko tingkat suku bunga yang
melekat pada bisnis bank tidak mengganggu kestabilan aliran
pendapatan bank.
2. Net Interest Income (Nil) adalah perbedaan antara biaya bunga untuk
mengumpulkan simpanan (dan utang lainnya) dengan bunga yang dibebankan
atas pinjaman (dan aktiva lainnya).
3. Risiko utama yang dicakup oleh ALM: risiko tingkat suku bunga dalam banking
book dan risiko likuiditas
p> 4. Risiko pasar dalam banking book adalah risiko kerugian dimana sebuah bank
ter-ekpos kepada risiko suku bunga pasar yang berubah karena struktur yang
mendasari bisnisnya, seperti aktivitas pemberian pinjaman dan penerimaan
deposito.
5. Asset-liability management tidak hanya berkepentingan dalam pengelolaan
risiko dan penstabilan nilai bisnis, namun juga mempunyai kepentingan dalam:
• mempertahankan struktur likuiditas kegiatan usaha pada tingkat yang
diinginkan
• masalah lain yang dapat mempengaruhi bentuk dan struktur neraca sebuah
bank, dan
• masalah yang dapat mempengaruhi stabilitas pendapatan seiring
berjalannya waktu.
6. Manajer aktiva dan utang harus memahami hal-hal berikut:
m • Neraca bank komersial bukanlah kumpulan aktiva dan utang yang stabil
(pinjaman dan simpanan baru terus terjadi sementara pinjaman dan
simpanan lainnya jatuh tempo)
• Aktiva dan utang yang ditentukan kembali harganya dalam neraca bank
r komersial tidak semuanya kontraktual.
• Seringkali hanya ada sedikit atau tidak ada korelasi antara produk ritel
dengan bunga wholesale untuk penentuan harga aktiva dan utang
• Produk ritel sering mengandung option yang seringkali tidak dieksekusi
secara rasional.

7. Ada beberapa alasan mengapa sebuah bank komersial dengan jumlah


nasabah ritel yang besar dapat mendapat kesulitan dalam mengelola
neracanya:
• Tindakan bank komersial seringkali didorong oleh pertimbangan hubungan
dengan nasabah dan bukan kewajiban-hak sesuai kontrak.
• Menarik dan mempertahankan nasabah sering menggunakan penawaran
produk ritel yang fiturnya berbeda dari produk pasar wholesale. Hal ini
menyebabkan produk tersebut sulit dijual di pasar wholesale atau sulit
dikelola risikonya menggunakan produk wholesale
• Penentuan harga produk ritel sering lebih banyak berhubungan dengan
pertimbangan pemasaran daripada harga pasar.
• Perilaku nasabah ritel terkait dengan produk perbankan ritel yang mereka
miliki sering mengakibatkan kewajiban kontraktual yang terlihat dari pihak-
pihak yang memberikan gambaran buruk atas aktual dari kewajiban

Disusun oleh: FerryH, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 20 of 43


Bab 5 - Karakteristik Risiko Kredit

5.1 Karakteristik risiko kredit

1. Risiko kredit adalah risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat
kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. J
2. Ekspektasi investor untuk memperoleh tingkat pendapatan (return) yang tinggi
sangat berpengaruh pada proses pengembangan metode analisis kredit.
'3. Risiko Sovereign
v • Sovereign risk adalah risiko kerugian yang mungkin timbul akibat
kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk
memenuhi kewajibannya, baik bunga maupun pokoknya
- -•:.•.
jSecara umum penerbitan obligasi pemerintah (sovereign debt bond) dapat
—r..
;"d[bedakan menjadi::
^ Obiigasi atau hutang pemerintah dalam mata uang domestik - kasus
default atas hutang ini sangat jarang ditemui mengingat negara memiiiki
wewenang untuk mencetak mata uang domestiknya; dan
- Obligasi atau hutang pemerintah dalam valuta asing- dalam hal ini valuta
asing harus diperoleh dari penghasilan negara penerbit dalam bentuk
devisa.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menilai risiko sovereign:
^Analisis rasio keuangan
Rasio utama yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah debt
service ratio, yaitu jumlah bunga dan pokok atas pinjaman valas
yang telah jatuh tempo dibandingkan dengan penerimaan negara
dari ekspor dan arus modal masuk .
- Investasi domestik
investasi domestik merupakan hal penting yang menjadi perhatian
investor dan industri perbankan khususnya terkait dengan terjadinya
suatu kondisi dalam kerangka kebijakan ekonomi domestik yang dikenal
dengan istilah bubbles (aktiva-aktiva tertentu yang dinilai terialu
tinggi dan dalam jangka panjang bersifat tidak berkesinambungan)
- Faktor-faktor lain
Terdapat faktor-faktor lain yang penting untuk dipertimbangkan dalam
penilaian sovereign risk yaitu Pinjaman swasta dalam valas secara
keseluruhan dapat mempengaruhi kemampuan pemenuhan kewajiban
sebuah negara dan kualitas data yang terkait dengan hal ini pada
umumnya rendah.
- faktor-faktor kualitatif
> Efisiensi sistem perbankan dalam hal penyaluran dana kepada
sektor-sektor produktif;
> Efisiensi sistem perpajakan dalam meningkatkan penerimaan negara;
> Kemampuan bank sentral dalam mengendalikan suku bunga;
> Tingginya tingkat suku bunga domestik yang mendorong peningkatan
pinjaman valas serta memberikan tekanan terhadap inflasi dalam
perekonomian; dan
> Transparansi dalam proses perekonomian serta pembagian tugas
dan wewenang yang jelas antara pemerintah, bank sentral, lembaga
pengawasan, sistem hukum dan pelaku bisnis .

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 21 of 43


• Sovereign risk dan country risk adalah dua jenis risiko yang sering
^ dipersepsikan memiiiki arti yang sama. Namun demikian lebih tepat
jika sovereign risk diartikan sebagai bagian dari country risk.
• Definisi country risk mencakup lingkungan hukum, politik dan
ekonomi serta bagaimana ketiganya mempengaruhi sektor swasta.
• Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian country risk
adalah sebagai berikut:
- Sistem hukum dan perundang-undangan terutama ketentuan-ketentuan
yang terkait dengan hak atas kepemilikan (property ownership) dan
kepailitan;
- Stabilitas sistem politik, sekalipun hal ini tidak selalu menggambarkan
kestabilan sebuah pemerintahan; dan
- Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan valuta asing misalnya
penerapan ketentuan pembatasaR\yalas.
-. 4. Risiko Kredit Korporsi
• Kredit korporasi merupakan bagian yang terbesar terhadap apa yang
disebut sebagai risky debt. /
• Metode penilaian kredit yang saat ini banyak digunakan oleh bank
pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode penilaian
investasi
5. Risiko Kredit Retail
• Di beberapa negara teknik penilaian kredit individual berubah secara
signifikan ketika bank-bank mengganti sistem pemberian kredit dari
branch-based menjadi tersentralisasi (centralized).
• Dengan sistem branch-based, keputusan pemberian kredit merupakan
wewenang kepala cabang yang sebagian besar lebih dipengaruhi oleh
personal knowledge atas debitur-debiturnya. Keputusan pemberian
I kredit yang tersentralisasi dibuat dengan menggunakan data
informasi debitur yang standardized yang kemudian diolah sehingga
menjadi model credit scoring.
r * Pembiayaan individual (personal finance) dipisahkan antara kredit
properti (secured credit) seperti kredit kepemilikan rumah dan kredit
pembiayaan konsumen (unsecured credit) seperti pembiayaan kartu
kredit.
• Pembiayaan konsumen (unsecured) sangat dipengaruhi oleh
perkembangan model-model yang digunakan dalam mengukur posisi
kredit individual, atau lebih dikenal sebagai credit scoring model.
Secara garis besar atribut dasar dari model-model semacam itu
adalah penilaian arus kas, riwayat pekerjaan dan aktiva yang dimiliki.
• Keputusan pemberian kredit ada yang bersifat "bimodal" (kredit
• diberikan atau kredit tidak diberikan) dan keputusan pemberian kredit
berdasarkan risk dan reward.
• Risiko kredit dapat menyebabkan risiko sistemik.
^ 6. Risiko kredit traded markets counterparty
• Risiko kredit traded markets counterparty timbul ketika counterparty
tidak segera membayar kewajiban yang muncul dalam sebuah
transaksi.
• Dalam prakteknya risiko kredit counterparty dapat dikurangi dengan
cara:

- pembayaran berkala antar pihak-pihak dalam kontrak

Disusun oleh: FerryH, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 22 of 43

'
- debitur mengajukan kolateral sebagai jaminan atas kewajibannya,
- "netting"
• Netting adalah proses offset antara keuntungan dan kerugian melalui
sejumlah transaksi dengan jenis kontrak yang sama atau dapat juga
dilakukan dengan jenis kontrak yang berbeda.

5.2 Pasar dan Penggunaan Analisa Kredit

1. Analisa kelayakan kredit - risiko sovereign

• Pada beberapa pemerintahan, terdapat suatu lembaga yang


memberikan jaminan atas risiko sovereign bagi perusahaan-
perusahaan yang berorientasi ekspor. Lembaga tersebut disebut
dengan Export Credit Agencies (ECAs).
• Analisa risiko kredit sovereign umumnya mempertimbangkan faktor-faktor
kuantitatif dan kualitatif.
2. Analisa kelayakan kredit - risiko korporasi
• Baik investor maupun bank akan sangat memperhatikan stabilitas dan
kesehatan perusahaan yang antara lain di ukur dari:
- kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara periodik
dalam jangka waktu tertentu
- rasio debt to equity yang tidak terialu tinggi yang memungkinkan
perusahaan untuk menekan pengeluarannya (misalnya pembagian
dividen) dalam hal terjadi sesuatu kejadian yang tidak diperkirakan
sebelumnya (seperti bangkrutnya pelanggan utama) agar tetap dapat
memenuhi kewajiban kepada krediturnya (lenders) untuk menghindari
potensi likuidasi
- kriteria lainnya seperti rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar
(current assets to current liabilities), yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan aliran kas bersih (net cash flow).
• Analisa rasio keuangan memberikan penilaian terhadap elemen-
elemen laporan keuangan perusahaan seperti neraca, laporan laba
rugi, laporan aliran kas dan laporan pajak.
• Rasio yang digunakan dalam analisa kredit korporasi mencakup elemen-
elemen tertentu perusahaan, yang antara lain terdiri dari kinerja
operasional, kemampuan membayar bunga pinjaman (debt service
capability), financial gearing (leverage), dan likuiditas.
• Contoh-contoh rasio yang digunakan untuk mengukur hal-hal di atas
adalah:
-untuk kinerja operasional: pendapatan bersih dibagi dengan kekayaan
bersih (net income divided by net worth) dan penjualan dibagi dengan
aktiva tetap (sales divided byfixed assets)
-untuk kemampuan membayar bunga pinjaman: aliran kas dibagi dengan
bunga pinjaman (cash flow divided by intereston debt)
- untuk financial gearing: pinjaman jangka panjang dibagi dengan modal
(long-term debt divided by capital)
- untuk likuiditas: aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar (current
assets divided by current liabilities).
3. Tehnik option based terbaru

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 23of 43


' SS^Sisx^sr0 yan9 "****-- p««-»

4Af # S S
4. Analisa nsiko kredit-risiko kredit perorangan

- Credit scoring models fc

- Konsumsi jangka panjang (Lifetime consumption)


- Aktiva bersih (Net assets)
- Peran asuransi (The role of insurance)
- Penilaian kelayakan (Affordability assessment)
Dalam menilai kemampuan pemberian kredit honL- *^~
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut ' **** U™™y*
n'fnn pendaPatan (free disposable income), baik berdasarkan
>
Pendapatan individual maupun pendapatan gabungan Derd3Sarkan
pendapatan setelah dikurangi pembayaran kredit
> Pendapatan Iain-Iain (income multiples) dan kemamouan
mempertahankan pembayaran di masa datanq Kemampuan
> penetapan suku bunga kredit
>

* asuransi
>
pSSZXSSSSS^ dan penu,upan asuransi (kesehat^
terhadap aktiva (rumah dan isi rumah)
>
perband.ngan antara besamya kredit dengan nilai rumah
>
penjam.nan kredit (mortgage indemnity insurance).
5. Pengelolaan portofolio (Portfolio management)
' ^2£" menC3kUP GkSP0SUr yana *"«•« yang terkait
- counterparty individual atau kelompok counterparties yang terkait
sama lain
- sektor ekonomi atau wilayah geografis
- ketergantungan pada suatu aktivitas atau komoditi tertentu
- jenis agunan atau counterparty tunggal
" suatu0nknTnfn|traSrduPat dlana'isa dengan ™emperhatikan cohort dari
*%*£££ ^"^ 3da,ah ^'ompokan aktiva berdasarkan
Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Ha, 24 of43
-

-
• Risiko konsentrasi kredit dibahas pada Basel II Pilar 2

5.3 Risiko kredit dan Basel II

Metodologi yang digunakan untuk menghitung modal untuk risiko kredit


Standardid Approach dan Internal Rating Based Approach (IRB- Foundation
dan IRB-Advanced).

fM

(5$!8

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 25 of 43


Bab 6 - Karakteristik Risiko Operasional

6.1 Karakteristik risiko operasional

a. Risiko operasional sebagai risiko kerugian yang timbul dari kegagalan


atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau dari
kejadian-kejadian eksternal.
b. Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah yang
berasal dari kegagalan suatu proses atau prosedur
c. Pendekatan utama yang dilakukan bank untuk menyakinkan bahwa bank
dapat terus melanjutkan kegiatan usahanya setelah terjadinya suatu kejadian
luar biasa adalah dengan menerapkan kebijakan dan rencana kelangsungan
usaha (business continuity plans and policies).
d. Dua faktor yang digunakan dalam pengelompokkan kejadian risiko
operasional:
• Frekuensi - seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi
Dampak-jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian risiko
operasional

e. Kejadian risiko operasional dapat dikelompokkan kedalam empat jenis


kejadian berdasarkan frekuensi dan dampak risiko operasional tersebut,
yaitu:
_

low frequency / low impact


low frequency / high impact
high frequency / low impact
• high frequency / high impact
f. Pada umumnya pengelolaan risiko operasional akan terfokus pada dua
jenis kejadian berikut:
• low frequency / high impact (LFHI)
• high frequency / low impact (HFLI)
g. Bank pada umumnya kurang memperhatikan kejadian yang sifatnya low
frequency/low impact karena biaya pengelolaan dan pemantauannya lebih
tinggi daripada kerugian yang ditimbulkannya. Sementara itu kejadian yang
bersifat high frequency/high impact dianggap kurang relevan karena jika jenis
kejadian ini timbul pada bank maka bank tersebut akan jatuh dalam waktu
singkat
h. Kejadian yang bersifat high frequency/low impact dikelola untuk meningkatkan
efisiensi kegiatan usaha. Kejadian-kejadian ini cenderung sudah diantisipasi
dan dianggap sebagai 'biaya pelaksanaan kegiatan usaha' dan kejadian risiko
operasional ini dalam dihitung dalam struktur pn'cing-nya. Sebagai contoh,
bank-bank yang menawarkan produk kartu kredit akan menyesuaikan struktur
pricing-nya untuk mengantisipasi terjadinya fraud
i. Kejadian yang oleh bank dianggap perlu diperhatikan dengan seksama
adalah kejadian yang bersifat low frequency/high impact. Sesuai dengan
sifatnya, kejadian ini sulit dipahami dan paling sulit untuk diantisipasi.
Selain itu, kejadian low frequency/high impact berpotensi menimbulkan
kerugian sangat besar bahkan dapat menyebabkan kejatuhan suatu bank,
seperti halnya yang terjadi pada Barings Bank.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 26 of 43


-

6.2 Risiko Kerugian. kejadian risiko. kerugian vg diperkirakan & kerugian yg


tidak diperkirakan

1. Tidak semua kejadian risiko operasional menimbulkan kerugian bagi bank


1
(contoh melakukan kesalahan transaksi namun bank jadi untung). Namun bila
suatu kejadian menimbulkan keuntungan bagi bank, kejadian tersebut tidak •

dapat diabaikan karena kejadian yang sama mungkin saja menimbulkan


kerugian apabila terjadi kembali. —
2. Kesalahan pencatatan transaksi - yang membawa keuntungan dan bukan
kerugian bagi Bank harus dicatat sebagai suatu kejadian risiko yang hampir
terjadi (nearmiss) Sehingga keuntungan yang diperoleh akan dicatat sebagai
keuntungan Iain-Iain.
3. Basel II Accord mempersyaratkan bank untuk menghitung modal sesuai
ketentuan (regulatory capital) yang dapat dialokasikan untuk mengantisipasi
potensi kerugian yang timbul dari suatu kejadian risiko operasional.
4. Bank dipersyaratkan untuk mempertimbangkan kerugian yang
diperkirakan (expected loss) dan kerugian yang tidak diperkirakan
(unexpected loss) pada waktu menghitung kebutuhan modal bagi risiko
operasional.
Kerugian yang diperkirakan (expected loss) adalah kerugian yang timbul
karena dilaksanakannya kegiatan usaha bank secara normal. Kerugian
yang diperkirakan (expected loss) didefinisikan sebagai biaya pelaksanaan
kegiatan usaha. Metode statistik yang digunakan adalah metode rata-rata.
5. Kerugian yang tidak diperkirakan (Unexpected loss) adalah kerugian yang
besarnya secara signifikan jauh berada diatas batas yang dapat
dikategorikan sebagai kerugian yang diperkirakan. Kerugian yang tidak
diperkirakan umumnya disebabkan oleh kejadian yang sifatnya low
frequency/high impact.
Data yang digunakan bank untuk menghitung kerugian yang tidak
diperkirakan:
• data internal yang tersedia
• data eksternal yang berasal dari bank lain, dan
• data yang berasal dari skenario risiko operasional
Metode untuk menghitung kerugian yang tidak diperkirakan adalah dengan
menggunakan standar deviasi yang simpangan-nya sampai dengan 0.1% dari
rata-rata seluruh kerugian. •

6.3 Kejadian risiko operasional



1. kejadian-kejadian risiko operasional dapat dikelompokkan kedalam
kategori-kategori sebagai berikut:
risiko proses internal
risiko manusia
risiko sistem
risiko eksternal
risiko hukum

2. Risiko proses internal didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan


kegagalan proses atau proseduryang terdapat pada suatu bank.
Kejadian risiko proses internal meliputi:
dokumentasi - tidak memadai, tidak lengkap, atau tidak tepai

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 27 of 43


-
pengendalian yang lemah
kelalaian pemasaran
kesalahan penjualan produk
pencucian uang
laporan yang tidak benar atau tidak lengkap, (terkait dengan aspek
pemenuhan ketentuan)
kesalahan transaksi.

3. Risiko manusia didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan karyawan


bank. Area-area yang umumnya terkait dengan risiko manusia adalah:
permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja (health andsafety issues)
perputaran karyawan yang tinggi
fraud internal
sengketa pekerja
praktek manajemen yang buruk
pelatihan karyawan yang tidak memadai
terialu bergantung pada karyawan tertentu
Aktivitas yang dilakukan rogue trader. v

4. Risiko sistem adalah risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan
system. Kejadian risiko sistem dapat disebabkan oleh:
data yang tidak lengkap (data corruption)
kesalahan input data (data entry errors)
pengendalian perubahan data yang tidak memadai (inadequate change
control)
pengendalian proyek yang tidak memadai (inadequate project control)
kesalahan pemrograman (programming errors)
ketergantungan pada teknologi 'black box1 - keyakinan bahwa model
matematis yang terdapat pada sistem internal pasti benar
gangguan pelayanan (service interruption) - baik gangguan sebagian atau
seluruhnya
masalah yang terkait dengan keamanan sistem, misalnya virus dan
hacking
kecocokan sistem {system suitability)
penggunaan teknologi yang belum di uji coba (use of new untried
technology).

5. Risiko eksternal adalah risiko yang terkait dengan kejadian yang berada
diluar kendali bank secara langsung. Kejadian risiko eksternal umumnya
adalah kejadian low frequency/high impact dan sebagai konsekuensinya
dapat menyebabkan kerugian yang tidak diperkirakan.
Kejadian-kejadian risiko eksternal tersebut dapat disebabkan oleh:
kejadian pada bank lain yang memiiiki dampak pada keseluruhan industri
perbankan
pencurian dan external fraud
kebakaran
bencana alam
kegagalan perjanjian outsourcing
penerapan ketentuan baru^
kerusuhan dan unjuk rasa

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 28 of 43


terorisme
• tidak beroperasinya sistem transportasi yang menyebabkan karyawan tidak
dapat hadir di tempat kerjanya
kegagalan utilityservice, seperti listrik padam.
Beberapa kejadian eksternal memiiiki dampak yang cukup besar sehingga
dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Sebagai konsekuensinya, upaya-upaya yang cukup besar telah
dilakukan bank untuk meyakinkan bahwa bank dapat tetap beroperasi setelah
timbulnya kejadian risiko eksternal. Hal ini dikenal dengan business continuity
planning atau business resumption planning.

6. Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari adanya ketidakpastian


karena dilakukannya suatu tindakan hukum atau ketidakpastian dalam
penerapan atau interpretasi suatu perjanjian, peraturan, atau ketentuan.
Risiko hukum berbeda antara satu negara dengan negara lain dan semakin
meningkat sebagai akibat:
penerapan ketentuan know-your-customer (KYC) yang terutama
disebabkan oleh tindakan terorisme, dan
• penerapan ketentuan periindungan data yang terutama disebabkan oleh
reaksi terhadap semakin meningkatnya penggunaan informasi nasabah
untuk tujuan pemasaran produk.

7. Salah satu tantangan pada waktu mengukur dan mengelola risiko operasional
adalah untuk mengidentifikasi kejadian mana yang merupakan kejadian risiko
kredit, risiko pasar, ataupun kejadian risiko lainnya. Pada waktu suatu
kejadian risiko terjadi, menetapkan penyebab yang pasti seringkali tidak
mudah. Kejadian seperti ini dikenal sebagai boundary event karena
kejadian tersebut secara potensial dapat terjadi secara lintas batas antara
berbagai jenis risiko.
8. Solusi umum terhadap permasalahan "boundary risk evenf adalah dengan
mengklasifikasikan kejadian berdasarkan penyebab utamanya. identifikasi
"boundary evenf tetap perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya pencatatan
ganda dalam penghitungan modal atau tidak diperhitungkannya kejadian
tersebut sama sekali.

6.4 Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan


1. Selama proses perubahan Y2K cukup banyak bank yang mendapatkan
keuntungan tambahan dengan dapat diidentifikasinya inefisiensi dalam
kegiatan usahanya melalui kegiatan analisis terhadap "business process
'maps"
2. Dampak kejadian risiko operasional secara bertahap mengalami peningkatan.
Oleh karenanya bank semakin memberikan perhatian bahwa sebagian besar
kejadian yang menyangkut kesalahan-kesalahan yang relatif bersifat low-cost
(kejadian high frequency/low severity) semakin diiringi dengan kejadian-
kejadian yang bersifat 'lower frequency of higher seventy loss'. Dampak
kejadian risiko yang semakin meningkat disebabkan oleh peningkatan:
otomasi
ketergantungan pada teknologi
outsourcing
terorisme
glcbalisasi
/

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 29 of 43


• insentif dan trading - 'rogue trader1
• nilai dan volume transaksi
• litigasi
3. Outsourcing dapat menimbulkan risiko operasional yang berada diluar
kendali bank karena:
• bank menyerahkan sebagian jasa layanan nasabah kepada pihak
outsourcer
• outsourcer dapat terpengaruh oleh gejolak ekonomi tertentu yang
dampaknya mungkin tidak seluruhnya diungkapkan secara transparan
kepada bank atau pengawas bank
• Penyedia jasa outsourcing mungkin harus mematuhi ketentuan-
ketentuan lain selain ketentuan perbankan

6.5 Basel II dan risiko operasional


1. Perhitungan modal untuk risiko operasional pertama kali.diatur dalam Basel II.
2. Setidaknya rata-rata sekitar 12% modal diperiukan untuk mengantisipasi
risiko operasional.
3. Pendekatan untuk menghitung kebutuhan modal bagi risiko operasional pada
Basel II Accord adalah Basic Indicator Approach, Standardised Approach dan
" Advanced Measurement Approach.

Disusun oleh: FerryH, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 30 of 43


Bab 7 - Pengantar supervisory review dan persyaratan
pengungkapan (disclosure) bagi bank

7.1 Pentingnya supervisory review

1. Supervisory review terhadap bank tidak hanya ditujukan untuk


memastikan kepatuhan terhadap persyaratan modal minimum, tetapi juga
untuk mendorong bank mengembangkan dan menggunakan teknik
manajemen risiko yang terbaik.
2. Pilar 2 menetapkan prinsip-prinsip proses supervisory review yang harus
digunakan pengawas untuk mengevaluasi kecukupan modal bank.
3. Pilar 2 membahas tiga area utama yang tidak didiskusikan, atau berada di
luar cakupan Pilar 1. Ketiga area tersebut adalah:
risiko yang belum sepenuhnya didiskusikan Pilar 1, seperti risiko
konsentrasi kredit
• risiko yang sama sekaii belum dibahas Pilar 1, seperti risiko tingkat
suku bunga pada banking book
• faktor-faktor diluar kendali bank (misalnya pengaruh siklus bisnis).
4. Aspek lain yang juga merupakan hal penting dalam Pilar 2 adalah penilaian
kepatuhan terhadap standar minimum yang ditetapkan untuk penggunaan
metode perhitungan modal yang lebih kompleks dalam Pilar 1.
5. Supervisory review tidak dapat menggantikan pelaksanaan manajemen yang
baik. Direksi dan pejabat senior bank tetap memiiiki tanggung jawab
untuk memastikan bahwa mereka memelihara modal yang cukup untuk
mendukung kegiatan usaha bank, termasuk memperhitungkan aspek-
aspek yang belum dicakup Pilar 1.
6. Manajemen bank bertanggung jawab untuk mengembangkan proses
penilaian internal terhadap modal yang mampu mengevaluasi risiko dan
faktor-faktor pengendalinya pada semua lini usaha bank.
7. Penilaian modal merupakan suatu proses berkelanjutan sebagai bagian
integral dari pengelolaan kegiatan usaha bank.
8. Proses penilaian internal terhadap modal dilakukan untuk mengevaluasi
kebutuhan modal saat ini dan memperkiraan kebutuhan modal dimasa
datang
9. Kelayakan proses penilaian internal terhadap modal akan dievaluasi oleh
otoritas pengawas perbankan. Dengan pertimbangan diatas, maka insentif
bagi bank tidak hanya bersumber dari aspek kehati-hatian (prudential) tetapi
juga dari aspek komersial untuk mengembangkan dan mempertahankan
proses penilaian internal terhadap modal yang berkualitas.
10. Walaupun para pengawas dapat meningkatkan rasio permodalan sebagai
respon terhadap kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi, pengawas
juga dapat melakukan tindakan lainnya untuk mengatasi kelemahan
tersebut dengan cara:
• menetapkan target yang harus dicapai dalam perbaikan struktur
manajemen risiko
• menetapkan prosedur internal yang lebih ketat
meningkatkan kualitas pegawai melalui pelatihan atau rekrutmen.
11. Dalam kasus-kasus ekstrim, pengawas dapat menurunkan tingkat risiko
atau kegiatan usaha bank hingga masalah yang ada terselesaikan atau

Disusun oleh: FerryH, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 31 of 43

1
"

lapat dikendalikan. Sebagai contoh, pengawas dapat meminta bank


menghentikan kegiatan pada lini usaha tertentu hingga faktor-faktor
pengendalinya diperbaiki.
12. Basel Committee memandang proses supervisory review sebagai suatu
interaksi aktif antara bank dan pengawas.

7.2 Uraian singkat tentang empat prinsip utama

1. Basel Committee menetapkan 25 prinsip utama pengawasan dalam "Core


Principles for Effective Banking Supervision", yang dipublikasikan pada bulan
September 1997. Prinsip-prinsip utama tersebut meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
pra-kondisi untuk pengawasan perbankan yang efektif '
perizinan dan struktur
pengaturan prinsip kehati-hatian (prudential)
metode pengawasan perbankan yang diterapkan
informasi yang dipersyaratkan
kewenangan formal
perbankan antar negara
2. Pilar 2 mengidentifikasikan empat prinsip penting supervisory review
untuk melengkapi 25 prinsip utama di atas
Prinsip 1
Bank harus memiiiki suatu proses untuk menilai kecukupan modal secara
keseluruhan dalam hubungannya dengan profil risiko yang ada, dan harus
memiiiki strategi untuk mempertahankan tingkat permodalannya.
Basel II menjelaskan lima aspek proses penilaian modal yang seharusnya
dilakukan bank:
pengawasan oleh direksi dan manajemen senior
penilaian modal yang tepat
penilaian risiko yang komprehensif
pengawasan dan pelaporan
evaluasi pengendalian internal.
Prinsip 2
Pengawas harus meneliti dan mengevaluasi metode penilaian dan
strategi internal kecukupan modal yang digunakan bank, serta
kemampuan mereka untuk memonitor dan memastikan kepatuhan
terhadap rasio permodalan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengawas harus melakukan tindakan yang tepat jika proses yang
digunakan bank dinilai tidak memadai.

Proses supervisory review yang dilakukan secara reguler harus:


• menguji perhitungan eksposur risiko dan mengakomodasi risiko ke
dalam persyaratan permodalan
menekankan pada aspek kualitas proses dan kualitas pengendalian
internal yang terkait dengan proses tersebut
menguji kerangka kerja penilaian modal yang dimiliki bank untuk
mengidentifikasi kelemahan-kelemahannya
r^\)menghindarkan pemberian rekomendasi terhadap struktur kerangka
kerja penilaian modal mengingat ha! tersebut merupakan tanggung
jawab manajemen bank

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 32 of 43

-
ninn?.S T*!*,
pengumpulan dapa! berikut:
informasi me,ibatkan berbagai kombinasi dari meioae
metode
• kunjungan ke bank (on site presence)
• review tanpa melakukan kunjungan ke bank
• pertemuan dengan manajemen bank
" rTvieT haSH tel,a aUdlt°r ekStema' yang feleVan dep9an Proses
• memonitor laporan-laporan periodik
• Prinsip 3 g
Pengawas harus mendapatkan keyakinan bahwa bank beropera! di
atas rasio permodalan minimum sesuai ketentuan dan harus memiiiki
mlZurn93" UntUk mem,nta b3nk meme,lhara ™«a' d, atL jumlah
S2^^ Pj,ar 1dlrancang untuk memberikan -2d.
• yang memiiiki aspek-aspek pengendalian yang memadai
• yang memiiiki portofolio risiko yang terdiversifikasi
• yang ^kegiatan usahanya mencakup risiko-risiko yang terdapat dalam
• Prinsip 4
mlLlZlt h3rUS daP3t me,akukan """akan sedini mungkin untuk
db££* pe.nu/Una" modal di bawah jumlah minimum yang
™."J1*"* mendukun9 karakteristik risiko bank dan hams
S hT^
dipertahankan ^daka" Perbaikan
atau dikembalikan i,kasemula.
ke posisi modal ba"k tidak dapat
'•3 Sifat Pengungkapan

1' meaTnlka,Pan (disolosure) a(Jalah penyebarluasan informasi keoada


=^h=tSlyan9 bersifat material ,erhadap «ss
2' ™nnn ™&] (t*f,c/osure> dl'an9gap penting karena menyediakan informasi
dyrm9asrealedVatannkgePada P3ra "^ m6n9enai k™«* »aan JSlS
'3' sebaga,
^ah3^eb!rapa tahUn
mekan,sme terakhir
penting untukPeng"ngkapan (disclosure)
masalah kebijakan semakin dianoaao
publik seperti " P
' KKata EES T*"* yan9 disemP^nakan (terutama
woKS^^^terkini'seperti Enron dan
perba.kan transparent kebijakan perusahaan yang mempengaruhi
masalah kebijakan publik, seperti pengungkapan keuangaTTe^qaman
4 RPhT dan -™salah-masalah lingkungan dan konservasi Keraga"an
4. Beberapa contoh jenis pengungkapan (disclosure) yang dapat diterima oleh
pengawas kepada suatu perusahaan yang diawasinya adalah
• Laporan Keuangan

Disusun o,eh: Ferry H. MBA. CFE coPyright@20U Lwel1 He! 33 of43


Secara umum, perusahaan (baik yang sudah maupun yang belum go-
public) diharuskan menyusun laporan keuangan (misalnya, laporan laba cfafafrjws-
rugi, neraca, laporan pajak). Laporan keuangan ini harus diaudit oleh
auditor eksternal dan disusun menurut standar akuntansi nasional yang
beriaku (yang mungkin berupa International Accounting Standards).
Persyaratan otoritas pasar modal
Bagi perusahaan yang telah tercatat pada bursa saham, perusahaan
tersebut harus mengungkapkan hal-hal yang dipersyaratkan oleh ketentuan
yang beriaku di bursa saham. Peraturan pasar modal dapat
mempersyaratkan publikasi berbagai macam laporan (seringkali disebut
dengan penyerahan dokumen).
Legislasi
Contoh terkini yang terbaik mengenai legislasi adalah Sarbanes-
Oxley Act AS 2002 yang menetapkan kewajiban akuntabilitas suatu
perusahaan. Salah satu ketentuan didalamnya menetapkan bahwa
chief executive officer (CEO) dan chief financial officer (CFO)
perusahaan yang tercatat di bursa saham AS harus memberikan
pernyataan kebenaran laporan keuangan perusahaan melalui
pengungkapan (disclosure) kepada masyarakat.

Section 404 undang-undang tersebut juga menetapkan persyaratan yang


bersifat menyeluruh bagi pengungkapan (disclosure) dokumentasi,
pengujian dan verifikasi auditor eksternal terhadap kualitas pengendalian
internal perusahaan atas pelaporan keuangannya.
Manajemen perusahaan
Cara yang dipilih direksi dan manajemen senior untuk melaporkan
kegiatannya sangat penting bagi seluruh stakeholder untuk mengetahui
secara jelas bagaimana perusahaan dijalankan. Laporan-laporan
tersebut secara khusus memberikan penekanan pada cara pandang direksi
te.rhadap prioritas, kebijakan dan kinerja perusahaannya
Masalah lainnya
> Di beberapa negara, seperti Inggris, kewajiban pengungkapan
(disclosure) yang harus dilakukan perusahaan relatif ringan. Selain
laporan keuangan, kewajiban pengungkapan memberikan penekanan
pada codes of practice (misalnya The Combined Code, dan prinsip-
prinsip pengungkapan). Sebagai contoh, Principle D2 dari Combined
Code Inggris menyatakan:
"Direksi harus memiiiki sistem pengendalian internal yang memadai
untuk mengamankan investasi para pemegang saham dan aset
perusahaan".
Perusahaan-perusahaan di Inggris harus mematuhi prinsip-prinsip yang
ditetapkan dalam Combined Code dan membuat pernyataan mengenai
"
dilaksanakannya prinsip-prinsip tersebut dalam Evaluasi Kegiatan
Usaha dan Evaluasi Keuangannya
f > Otoritas lain dapat meminta dan menerapkan pengungkapan
(disclosure) yang mencakup beragam aspek seperti lingkungan hidup,
kesetaraan hak, dan keterkaitan politik

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 34 of 43

'
Bab 8 - Corporate governance bagi bank

8.1 Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank


1. Corporate governance merupakan serangkaian keterkaitan antara dewan
komisaris, direksi, pihak-pihak yang berkepentingan, serta pemegang
saham perusahaan.
2. Corporate governance menciptakan sebuah struktur yang dapat membantu
bank dalam:
• menetapkan sasaran
• menjalankan kegiatan usaha sehari-hari
• memperhatikan kebutuhan stakeholders.
• memastikan bank beroperasi s|cara yang aman dan sehat
• mematuhi hukum dan pengaturan lainnya yang terkait
• melindungi kepentingan nasabah penyimpan dana.
3. Terdapat sejumlah teknik dan strategi yang dibutuhkan untuk
mewujudkan corporate governance yang kuat. Teknik dan strategi un
tersebut adalah:
nilai-nilai perusahaan, kode etik dan standar perilaku serta sistem yang
tepat untuk memastikan kepatuhan terhadap hal-hal tersebut.
strategi perusahaan yang disampaikan dengan baik sehingga dapat
digunakan sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan perusahaan secara
keseluruhan dan kontribusi perorangan.
kejelasan tanggung jawab dan kewenangan memutus melalui penerapan
proses persetujuan secara berjenjang dari tingkat individu sampai dengan
direksi.
penetapan mekanisme interaksi dan kerjasama di antara dewan
komisaris, direksi, manajemen senior dan auditor.
sistem pengendalian yang kuat, termasuk fungsi audit internal dan
eksternal, fungsi manajemen risiko yang terpisah dari kegiatan usaha, dan
aspek checks and balances lainnya
• pengawasan khusus atas eksposur risiko yang memiiiki potensi konflik
kepentingan yang cukup besar seperti keterkaitan usaha debitur dengan
bank, pemegang saham pengendali, manajemen senior, atau pembuat
keputusan penting di bank
• insentif keuangan dan manajerial diterapkan secara tepat. Insentif ini
harus diberikan kepada manajemen senior, manajemen segmen usaha dan
karyawan dalam bentuk kompensasi, promosi atau bentuk pengakuan
lainnya
• informasi yang akurat disampaikan untuk kepentingan internal dan juga
kepada publik
4. Struktur corporate governance di bank sangat bervariasi dan tergantung
pada budaya lokal, batasan hukum dan perkembangan historis dari setiap
bank
5. Aspek-aspek penting corporate governance tersebut adalah:
• pengawasan oleh dewan komisaris, direksi atau dewan pengawas
(supervisory board)

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 35 of 43


• pengawasan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat dalam berbagai
kegiatan usaha sehari-hari
• pengawasan secara langsung pada masing-masing segmen kegiatan
usaha manajemen risiko dan fungsi audit yang independen
• personil penting (key personnel) layak dan patut (fit and proper)
menjalankan tugas yang dibebankan
• pelaporan secara periodik.

8.2 Implementasi corporate governance yang kuat


1. Penyusunan sasaran strategis dan nilai-nilai perusahaan. Bank perlu
menetapkan sasaran strategis yang jelas dan menyusun 'etos'
perusahaan. Selain itu, bank juga perlu mengkomunikasikan sasaran
strategis dan 'etos' perusahaan tersebut kepada seluruh unit organisasi
bank.
2. Batasan yang jelas mengenai tanggung jawab dan akuntabilitas
3. Tanggung jawab dari direksi.
Direksi (atau yang setingkat) memiiiki tanggung jawab akhir terhadap
manajemen dan kinerja bank. Oleh karena itu, penting bahwa direktur:
memenuhi syarat untuk posisi yang diduduki,
memahami peran mereka di dalam kerangka kerja corporate
governance,
tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak internal atau eksternal.

Para direktur harus memastikan bahwa mereka menerima informasi yang


cukup untuk menilai kinerja manajemen bank yang dilakukan secara
independen dan terlepas dari sudut pandang manajemen, pemegang
saham atau pemerintah.

Direksi yang berkualitas akan :


memahami peran pengawasan yang mereka lakukan dan 'loyalitas'
mereka kepada bank dan para pemegang sahamnya
berfungsi sebagai checks and balances dalam hubungannya dengan
pengelolaan bank sehari-hari
menggunakan kewenangannya untuk memeriksa manajemen bank dan
tidak ada keraguan untuk menuntut penjelasan secara langsung dari manajemen
bank
merekomendasikan praktek-praktek yang sehat yang dipelajari dari
situasi lainnya
• memberikan saran tanpa dipengaruhi kepentingan apapun
tidak bertindak melebihi kewenangan yang ditetapkan (overextended)
menghindari konflik kepentingan dalam kegiatan dan komitmen yang
terkait dengan organisasi lain
• bertemu secara teratur dengan manajemen senior dan auditor internal
untuk menyusun dan menyetujui kebijakan, menetapkan garis komunikasi dan
memonitor kemajuan pencapaian sasaran perusahaan
menghindari pengambilan keputusan saat tidak mampu memberikan
saran yang obyektif
-*• tidak ikut campur dalam pengelolaan bank sehari-hari.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 36 of 43


4. Komite-komite khusus
Bank dapat membentuk komite khusus yang memungkinkan anggota direksi
yang tepat untuk mengawasi kegiatan tertentu. Komite-komite tersebut antara
lain mencakup kegiatan seperti:
Komite manajemen risiko - melakukan pengawasan terhadap kegiatan
manajemen senior dalam mengelola risiko kredit, risiko pasar, risiko
likuiditas, risiko operasional, risiko legal dan risiko lainnya di bank.
• Komite audit - melakukan pengawasan terhadap auditor internal dan
eksternal bank dan memastikan bahwa manajemen mengambil tindakan
perbaikan yang diperiukan secara tepat waktu untuk mengatasi kelemahan
pengendalian, dan ketidakpatuhan terhadap kebijakan, hukum dan
ketentuan yang beriaku
\y Komite remunerasi - melakukan pengawasan terhadap kompensasi
^manajemen senior dan personil penting lainnya serta memastikan bahwa
•kompensasi tersebut konsisten dengan budaya, sasaran, strategi dan
faktor-faktor pengendalian (control environment) di bank.
5. Pengawasan manajemen senior
Elemen penting dalam good corporate governance adalah kelompok pegawai
yang bertanggung jawab menjalankan kegiatan usaha bank, yaitu manajemen
senior.
Keputusan manajemen yang bersifat penting/strategis harus dibuat oleh
lebih dari satu manajer. Selain itu, situasi manajemen seperti di bawah ini
harus dihindari:
• manajer senior yang terlibat terialu jauh dalam pembuatan keputusan
pada tingkat lini usaha ^
• manajer senior yang ditugaskan untuk mengelola sebuah segmen
usaha yang tidak didukung dengan keterampilan atau pengetahuan
yang memadai
•- manajer senior yang tidak ingin melaksanakan pengendalian terhadap
personil penting yang berprestasi (seperti trader) karena takut
kehilangan mereka.
6. Peran auditor internal dan eksternal
Auditor internal dan eksternal memainkan peran penting dalam kerangka kerja
corporate governance. Direksi harus menyadari bahwa tugas yang mereka
laksanakan sangat penting untuk mendukung kelancaran tugas direksi. Hasil
kerja auditor harus digunakan untuk memvalidasi informasi yang
diberikan oleh manajemen senior.
Proses di atas dapat ditingkatkan apabila direksi:
• menyadari pentingnya proses audit dan mengkomunikasikannya ke
seluruh unit organisasi bank
• mengambil tindakan yang dapat memperkuat independensi dan posisi
auditor
• memanfaatkan temuan-temuan auditor secara efektif dan tepat waktu
• memastikan independensi pimpinan auditor melalui laporan-laporan yang
disampaikannya kepada direksi atau komite audit
• mempekerjakan auditor eksternal untuk menilai efektivitas pengendalian
internal
• meminta manajemen memperbaiki masalah-masalah yang diidentifikasi
oleh auditor secara tepat waktu.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 37 of43


7. Kebijakan kompensasi
Direksi perlu mengembangkan kebijakan kompensasi yang
mencerminkan budaya, sasaran, strategi dan faktor-faktor pengendali
(control environment) di bank. Direksi harus menetapkan kompensasi
bagi manajemen senior dan personil penting lainnya.
Program kompensasi harus dirancang sedemikian rupa untuk
memotivasi manajemen senior agar bertindak berdasarkan kepentingan
bank. Program kompensasi tersebut harus dapat meminimalkan
tindakan-tindakan yang berorientasi kinerja jangka pendek yang pada
gilirannya dapat menyebabkan bank menghadapi risiko jangka panjang
Skala gaji harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga total paket
remunerasi setiap karyawan tidak ditentukan secara langsung oleh
kinerja jangka pendek.

8. Transparansi
Corporate governance yang kuat dapat diterapkan melalui transparansi
yang memadai. Oleh karena itu, pengungkapan (disclosure) kepada
masyarakat harus mencakup:
• struktur direksi (besaran, keanggotaan, kualifikasi dan komite)
• struktur manajemen senior (tanggung jawab, garis pelaporan,
kualifikasi dan pengalaman)
• struktur dasar organisasi (struktur lini usaha, struktur badan hukum)
• informasi mengenai struktur insentif bank (kebijakan remunerasi,
kompensasi pejabat eksekutif, bonus, opsi saham)
• sifat dan cakupan transaksi dengan pihak terafiliasi dan pihak terkait.

Disusun oleh: FerryH, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 38 of 43


Bab 9 - Kerangka regulasi di Indonesia dan Ketentuan
Manajemen Risiko

9.1 Peran Bank Indonesia

1. Bank Indonesia (Bl) berperan sebagai bank sentral bagi sistem perbankan.
Sasaran yang ingin dicapai Bl adalah mempertahankan stabilitas nilai
rupiah, dan dalam upayanya memenuhi sasaran ini Bl bertanggung jawab
untuk:
a. memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan moneter
b. memelihara dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c. mengatur dan mengawasi bank.
2. Kebijakan Moneter.
• Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter melalui penetapan
target suku bunga, yang dikenal dengan Bl Rate. Tingkat suku bunga ini
setara dengan suku bunga pasar satu-bulan dan merupakan bagian dari
Inflation Targeting Framework Bank Indonesia
• BJ Rate ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulanan walaupun
dapat juga ditetapkan pada waktu pelaksanaan rapat bulanan jika
diperiukan.
• Bl Rate merupakan instrumen utama pengelolaan kebijakan moneter
bersama-sama dengan instrumen operasi pasar lainnya yang digunakan
Bank Indonesia, yang meliputi:
a. operasi pasar terbuka untuk mempengaruhi likuiditas
b. penetapan giro wajib minimum (gwm) untuk memperketat atau
melonggarkan kebijakan moneter
c.peran sebagai lender of last resort untuk mengatasi kesulitan pendanaan
jangka pendek
d. implementasi kebijakan nilai tukar untuk mempertahankan
stabilitas rupiah
e. manajemen cadangan devisa untuk memfasilitasi perdagangan
internasional.
3. Sistem Pembayaran
• Bank Indonesia bertanggung jawab terhadap sistem Wiring untuk
pembayaran dalam rupiah dan mata uang lainnya. nilai-nilai perusahaan.
• Bank Indonesia juga telah mengembangkan sistem pembayaran nasional.
Sistem pembayaran nasional meliputi sejumlah sub-sistem, yaitu
- Sistem Kliring Elektronis Nasional (National Electronic Clearing System)
- T+0 Clearing Scheduling
- Layanan Informasi dan Transaksi Elektronis Antar Bank (BI-LINE)
- Real Time Gross Settlement System (RTGS)
- US Dollar Fund Transfer System.
4. Regulasi dan Pengawasan
Bank Indonesia memiiiki kewenangan untuk menerbitkan regulasi perbankan
dan mengeluarkan izin usaha bank. Selain mengeluarkan izin usaha bank,
Bl juga berwenang untuk:
a. Menyetujui pembukaan atau penutupan kantor bank
b. Menyetujui kelayakan pemilik dan manajemen bank
c. Memberikan izin untuk aktivitas perbankan tertentu.

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 39 of43


9-2 Manajemen risiko - struktur dan ruang lingkup

1. Persyaratan umum untuk penerapan manajemen risiko bagi bank-bank di


Indonesia terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003:
"Penerapan manajemen risiko bagi bank umum".
2. Proses manajemen risiko:
• Identifikasi risiko
• Pengukuran risiko
• Monitoring risiko
• £ Pengendalian risiko.
3. Regulasi Manajemen Risiko beriaku bagi bank umum yang berbentuk :
• Perseroan terbatas
• Perusahaan Daerah "
• Koperasi
• Kantor cabang bank asing
4. Direksi dan manajemen bank, yang secara formal bertanggung jawab
untuk menerapkan kebijakan manajemen risiko yang efektif, harus
mempertimbangkan :
- sasaran dan kebijakan bank
• kompleksitas jenis kegiatan usahanya
• kemampuan bank untuk mengelola kegiatan usahanya.
5. Bank Indonesia mengharapkan bank yang kegiatan usahanya sangat
kompleks, termasuk perdagangan obligasi dan mata uang, pemberian
pinjaman dalam valuta asing dan sekuritisasi, untuk memiiiki struktur
manajemen risiko yang lebih kompleks daripada bank yang kegiatan usahanya
relatif sederhana dan hanya terbatas pada tabungan dan perkreditan.
6. Struktur manajemen risiko harus dirancang sedemikian rupa untuk memastikan
bahwa unit pengambil-risiko (risk-taking unit) independen terhadap unit internal
audit dan juga unit manajemen risiko.
7. Bank Indonesia mempersyaratkan struktur manajemen risiko di seluruh
bank mencakup risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional dan risiko
likuiditas.
8. Bagi bank yang memiiiki kegiatan usaha yang lebih kompleks, Bank
Indonesia akan mempersyaratkan bank untuk mengelola risiko pasar,
risiko kredit, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko
reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan.
9. Tanggung jawab utama dari dewan komisaris dan direksi bank adalah
menentukan jenis risiko yang harus dikelola unit manajemen risiko,
dengan mempertimbangkan kompleksitas kegiatan usaha bank. Dewan
komisaris dan direksi juga harus menentukan alokasi kewenangan dan
tanggung jawab manajemen risiko bagi direksi dan manajemen.
10. Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi mencakup :
• persetujuan dan evaluasi kebijakan manajemen risiko
• alokasi tanggung jawab kepada manajemen untuk melaksanakan
kebijakan manajemen risiko
memutuskan kategori transaksi yang memerlukan persetujuan dewan
komisaris.
11. Wewenang dan tanggung jawab manajemen harus meliputi hal-hal
sebagai berikut:

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 40 of 43


Penyusunan strategi dan kebijakan manajemen risiko bank secara
tertulis
• Penerapan dan pengelolaan kebijakan manajemen risiko sesuai 'risk
appetite' bank yang telah disetujui
• Penentuan transaksi yang perlu melibatkan personil manajemen risiko
senior
Pengembangan budaya risiko bank
Pengembangan keterampilan manajemen risiko semua personil terkait
• Memastikan independensi kegiatan manajemen risiko dan
pengelolaan kegiatan usaha
• Pengkajian berkala (akurasi penilaian risiko, kelengkapan informasi
manajemen risiko, ketepatan limit risiko)
• Penhitungan dan pelaporan risk appetite (total jumlah risiko yang
akan diambil bank, profil risiko, kemampuan bank mengelola risiko
sesuai profil dan limit yang disetujui. $..
—-

9.3 Manajemen risiko - penetapan limit

1. Kebijakan manajemen risiko harus mencakup penilaian risiko yang terkait


dengan setiap produk dan transaksi. Penilaian tersebut meliputi: metode
untuk mengukur risiko, informasi relevan, risk appetite, proses penilaian
risiko, penilaian skenario terburuk, dan memastikan bahwa semua risiko
memiiiki proses pengendalian yang tepat.
2. Penetapan limit meliputi limit secara keseluruhan dan limit untuk periode waktu
tertentu, dokumentasi lengkap.
3. Limit risiko harus ditetapkan
• secara menyeluruh, atau disebut dengan risk appetite
• untuk masing-masing jenis risiko (seperti risiko kredit, risiko pasar, s"
risiko operasional, risiko likuiditas, dan sebagainya)
• menurut fungsi (seperti treasury, manajemen kantor cabang,
manajemen risiko, anggota direksi) ---

9.4 Manajemen risiko - informasi dan analisis

1. Identifikasi faktor-faktor risiko umumnya dilaksanakan oleh unit manajemen


risiko.
2. Dalam analisis risiko berbasis produk dan segmen usaha ini, pengukuran risiko
harus:
• disusun berdasarkan jangka waktu tertentu (dalam hal diperiukan)
menyatakan sumber data yang digunakan
• menyatakan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko
mampu menunjukkan terjadinya perubahan pada profil risiko bank
3. Dalam hal ini, proses pengendalian risiko harus mencakup proses
pengelolaan aset dan kewajiban (assets liability management - ALM)
meliputi manajemen:
• risiko mata uang (currency risk) V
risiko suku bunga *
risiko likuiditas.
4. Sistem informasi manajemen risiko harus mampu melaporkan :
semua eksposur risiko

Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright© 2011 Level 1 Hal 41 of 43

'
• eksposur yang sesungguhnya dibandingkan dengan limit yang
disetujui
• realisasi risiko (misalnya, kerugian), dibandingkan dengan target
kerugian (yaitu, risk appetite).
5. Chief Risk Officer harus secara teratur mengkaji laporan risiko yang
dihasilkan oleh sistem manajemen risiko.

9-5 Manajemen risiko - pengendalian internal


Direksi bank secara umum berkewajiban untuk memastikan bahwa bank telah
menerapkan sistem pengendalian internal berdasarkan kegiatan usaha bank
secara menyeluruh.

Sistem pengendalian internal harus mampu mengidentifikasi kegagalan


pengendalian dan penyimpangan terhadap kebijakan, prosedur dan proses
yang dimiliki bank.

Sistem pengendalian internal harus :


• sejalan dengan regulasi Bank Indonesia
• sejalan dengan persyaratan internal bank yang ditetapkan oleh direksi dan
manajemen
• digunakan dalam proses pelaporan informasi keuangan yang
komprehensif, akurat dan terkini
• dapat mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak risiko
• menciptakan budaya pelaporan berbasis-risiko di bank

Audit Internal merupakan fungsi yang independen di bank. Peran utamanya adalah
melaksanakan penilaian berkelanjutan melalui penyusunan laporan yang
menganalisis metodologi, prosedur dan proses di dalam organisasi manajemen
risiko bank.
Dalam perannya sebagai pengawas, umumnya audit internal menyampaikan
laporan kepada Direktur Utama bank; audit internal tidak memberikan laporan
kepada Chief Risk Officer.

9-6 Manajemen risiko - unit manajemen risiko

a. Direksi bank secara umum berkewajiban menetapkan struktur organisasi


pengelolaan risiko bank yang mencakup komite manajemen risiko dan unit
manajemen risiko.
b. Keanggotaan komite manajemen risiko terdiri dari mayoritas anggota direksi
dan pejabat eksekutif yang berwenang.
c. Komite manajemen risiko harus memberikan rekomendasi kepada Direktur
Utama mengenai hal-hal berikut:
i. kebijakan, strategi dan penerapan risiko
ii. proses perubahan yang berasal dari rekomendasi audit internal
atau evaluasi lainnya terhadap proses manajemen risiko
iii. pemberian penjelasan kepada Bank Indonesia dan direksi bank
mengenai keputusan yang ditetapkan bank yang bertentangan
dengan kebijakan manajemen risiko bank.
d. Persyaratan mendasar bagi struktur unit manajemen risiko adalah sebagai berikut:

Disusun oleh: FerryH, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal42 of 43


i. unit tersebut harus dapat mengendalikan besaran dan
kompleksitas risiko yang akan diambil bank,
ii. unit tersebut memiiiki independensi operasional dan pelaporan
dan unit kegiatan usaha sehari-hari (misalnya, kantor cabang dan
manajemen, perkreditan, treasury).
Hi. unit tersebut melapor kepada anggota direksi bank (khususnya
Chief Risk Officer). Komite-komite khusus.
9.7 Manajemen risiko - produk dan lavanan baru

1. Bank harus mendokumentasikan jffibses din prosedur peluncuran produk dan


layanan baru termasuk otorisasi dari manajemen yang terkait. Dokumentasi
harus meliputi '•%
• Proses dan prosedur penggunaan a|s|em baru / perubahan sistem yang
ada untuk penerapan produk dan layman baru
• Otorisasi yang relevan tejfcait ^engan:V;manajemen produk untuk
memperkenalkan produk dan layanan baru tersebut.
• Laporan komprehensif mengenai risiko yang terkait dengan produk atau
layanan baru yang diusulkan. '£•
• Metode untuk melakukan pengukuran dan monitoring secara berkelanjutan
terhadap nsiko yang terkait dengan produk atau layanan baru
• la ananbarulk° hUkUm ^ terkait den9an Peluncuran produk atau
• Pernyataan kepada nasabah yang mengungkapkan risiko yang melekat
pada produk atau layanan baru.

9,8 Manaiemen risiko - persyaratan pelaporan


1. Bank harus melaporkan profil risiko mereka kepada Bank Indonesia dan
2E tersebut harus mengandung informasi yang sama seperti yang
disampaikan unit manajemen risiko kepada pimpinannya (Chief Risk
Officer) dan kepada komite manajemen risiko.
2' wJThf^1
September dan nS,k° d.!SUSJUn
Desember dan secara tr,wu,anan Pada
harus disampaikan bulan
kepada BankMaret, Juni,
Indonesia
terseLt tUJUh h8ri ""* SetG,ah berakhlmVa Periode "San
3* ^shumS me,?Porkan kePada Bank Indonesia produk dan layanan baru yang
disediakan bag, nasabah. Laporan tersebut harus mencakup semua produk
waKluh hlH dan.d,samPfan kePada Bank Indonesia dilaporkan dalam
difatean^kan ^ P Uk da° ,ayanan baru tereebut efektlf
4" m^no^VfL9 m,f"galaml keru3ian finansial yang signifikan harus
5 StoKSS.^ ^ ^ sese9era mun9k,n k«Pa«*a Bank Indonesia.
^m^^te^.l?,a,,fl^ bankl Untuk kePen«"9an transparansi bank
m^i^f^?^lnformaSi
manajemen yang CUkup
nsiko dan ketaatan mereka men9enal
pada limit risiko. kebijakan dan strategi
99 Manaiemen risiko - sanksi pengawasan
1' k^dl" hTn?18 mem»|kl kewenangan luas untuk menerapkan sanksi
Sanks?
sanksi tersehutanl ^alberupa
tersebut dapat mematUhl kete^an.ketentuanPperbankan.
pengenaan denda sampai denoan
pencabutan ijin usaha bank yang melakukan pelanggaran 9
Disusun oleh: Ferry H, MBA, CFE copyright@2011 Level 1 Hal 43 of 43

Anda mungkin juga menyukai