Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

“MAKALAH AGRESI”

MATA KULIAH TEORI DASAR PSIKOLOGI

DOSEN PEMBIMBING :

Babby Hasmayni

OLEH :

1. TANIA EIFI PUTRI 188600348


2. NIKITA MAULIDIANA 188600318
3. VIONA VIVIANI 188600317
4. VISI ENORITA SEMBIRING 188600384
5. M. AKBAR TARIGAN 188600
6. AYU IRWANDA 188600

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “AGRESI” mata
kuliah pendidikan dan kewarganegaraan tepat pada waktunya.
Dengan sepenuh hati kami menyadari betapa besar ibu Babby
Hasmayni dalam membibimbing kami dapat memahami mata kuliah
Teori dasar psikologi ini dengan memberikan kesempatam dalam
penyelesaian
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Maka daripada itu kami mengharapkan kritik
maupun sarankepada pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
pembaca maupun kelompok diskusi.

Medan, 25 September 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sekarang ini kita sering kali mendengar bahkan melihat tindak


kekerasan yang terjadai dalam lingkungan sekitar kita. Tidak jarang pula
pada lingkungan keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi contoh
teladan bagi putra putrinya, entah itu secara sadar atau tidak, sekarang
justru berbalik mencelakai. Hal ini dapat kita lihat makin maraknya kasus
kekerasan dalam rumah tangga, dan juga penyiksaan terhadap anak.
Terkadang kita dapat menyaksikan perilaku sadistik di lingkungan
tetangga atau teman dekat sekalipun. Sangat disayangkan di lingkungan
kita tidak lagi tercipta rasa aman. Hal ini dapat memicu konflik sosial,
seperti tidak akan percaya kepada setiap orang di sekitar kita, kita juga
akan selalu cenderung waspada. Hal itu bagus, tetapi terlalu curiga
terhadap orang lain juga akan menimbulkan efek yang tidak baik. Jika
dibiarkan akan mencapai taraf yang lebih parah, seperti paranoid yang
berlebihan. Selain itu baik pelaku atau korban tetap akan dirugikan.
Sipelaku akan masuk penjara, sedangkan paling parah korbannya akan
meninggal. Atas pertimbangan itulah dalam makalah ini akan dibahas
mengenai agresi

B. RUMUSAN MASALAH

1. Definisi agresi
2. Proses Agrasi
3.      Jenis-jenis agresi
4.      Tipe-tipe agresi
5.      Teori-teori agresi
6.      Bentuk agresi
7.      Pemcahan masalah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Agrasi

Agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap


makhluk lain dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai
tersebut berusaha untuk menghindarinya. Dari definisi tersebut
terdapat empat masalah penting dalam agresi. Pertama, agresi
merupakan perilaku. Kedua, ada unsur kesengajaan. Ketiga,
sasarannya adalah makhluk hidup, terutama manusia. Keempat, ada
usaha menghindar pada diri korban.
Secara umum, agresi memiliki dua sisi, yakni positif dan
negatif, dimana keduanya dimaksudkan untuk memperkuat kesadaran
diri. Sisi positifnya kerap disebut “pernyataan diri” (assertiveness),
yakni memperkuat kesadaran diri tanpa merugikan atau melukai diri
orang lain. Sedangkan sisi negatifnya kita namakan tindak kekerasan
(violence), yang lebih berpusat pada perampasan hak-hak atau
kesadaran diri orang lain. Terjadinya agresi (negatif) dalam kehidupan
manusia itu dikarenakan tidak adanya mekanisme biologis dalam diri
manusia untuk menghambat sikap agresif tersubut. Selain itu
problematika manusia berbuat agresi (negatif) adalah ia tidak hanya
hidup di dunia “nyata”, tetapi juga di dunia simbolis. Dengan kata lain,
kita telah memperluas “ego” melebihi diri kita sendiri dan dari segala
apa yang kita cintai kepada sesuatu yang bersifat simbolik.

B. Proses Agrasi

Agresi merupakan perilaku melukai orang lain, perilaku tersebut


pastilah terjadi melalui proses. Proses tersebut antara lain:
1. Melalui pemodelan
Dengan melihat berbagai kejadian yang menstimulasi
agresi, orang bisa menjadi agresif. Proses meniru seperti itu
biasa disebut sebagai pemodelan atau imitasi. Salah satu
karakteristik penting dalam proses modeling ini adalah adanya
hubungan emosional yang kuat antara model dengan peniru.
Biasanya orang yang ditiru adalah orang yang dikagumi.
Belajar sosial yang paling banyak berpengaruh akhir-
akhir ini adalah media televisi. Sering terjadi bahwa proses
peniruan memang tidak didasari oleh rasionalitas, sehingga
orang yang menyaksikan kekerasan di televisi bisa menjadi ikut-
ikutan agresif. Bahwa dengan melakukan peniruan itu, peniru
merasa diberi reward dari orang yang ditirunya.
Meskipun para pakar psikologi masih mempertanyakan sejauh
mana TV dan bioskop mempengaruhi perilaku manusia, sebagian
besar peneliti memberikan kesimpulan “bahwa menonton kekerasan
memang meningkatkan agresi antar pribadi, terutama dikalangan anak
kecil”. Kekerasan dalam film dapat menimbulkan perilaku agresif
melalui beberrapa cara:
1. Dengan mengajarkan gaya tindakan agresif.
2. Dengan meningkatkan keterbangkitan.
3. Dengan membuat orang tidak peka terhadap kekerasan.
4. Dengan mengurangi kendala pada perillaku agresif.
5. Dengan mengubah tentang cara penyelesaian konflik.[4]

2. Melalui pembelajaran
Dalam proses pemodelan, meakipun peniru merasa
mendapatkan hadiah dengan melakukan hal yang sama dengan
pelaku, sebenarnya antara peniru dan yang ditiru memiliki
hubungan yang jelas dalam konteks prosesnya. Disisi lain, sering
ada kesengajaan seseorang meminta orang lain melakukan suatu
perbuatan dengan memberi imbalan apabila orang tersebut mau
melakukan. Contah yang ekstrim dalam hal ini adalah eksekutor
yang bekerja sebagai tukang jagal. Hubungan inilah yang biasanya
disebut sebagai proses belajar terkondisi.

C. Jenis-Jenis Agresi

Karena agresi banyak macamnya, sementara dampaknya dapat


sangat serius pada korban,kita perlu membedakan berbagai
jenisagresi sehingga kita dapat membedakan perilaku agresif
manayang merugikan, mana yang kurang merugikan, dan bahkan
yang justru diperlukan oleh masyarakat. Jadi, agresi tidak
selaluberdampak negatif.
 
Secara umu Myers (1996) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu
1.      Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) dan
2.      agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain
(instrumentalaggression).
D. Tipe-Tipe Agrasi

Daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan spesiesnya


sendiri. Agresi pertahanan ini disebut juga agresi teritorial.

a.       Agresi Instrumental (Instrumental Aggression) Agresi instrumental


adalah agresi yang   dilakukan oleh organisme atau individu sebagai
alat atau cara untuk mencapaitujuan tertentu.

b. Agresi Benci (Hostile Aggression) Agresi benci adalah agresi yang


dilakukan semata-matasebagai pelampiasan keinginan untuk melukai
atau menyakiti,atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek
kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.

            Menurut Moyer (dalam Koeswara,1988) tipe-tipe agresi, yaitu :

a.      Agresi Predatori
      Agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah(mangsa).
Biasanya terdapat pada organisme atau spesies hewan yang
menjadikan hewan dari spesies lain sebagai mangsanya
b.       Agresi antar jantan
      Agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama
jantan pada suatu spesies.
c.       Agresi ketakutan
      Agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk
menghindar dari ancaman.
d.      Agresi tersinggung
      Agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau
kemarahan, respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas
(tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek hidup maupun objek-
objek mati.
e.       Agresi Pertahanan
      Agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka
mempertahankan melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman.
f.       Agresi Materal
      Agresi yang spesifik pada spesies atau organisme betina (induk)
yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai
ancaman.
g.      Agresi Instrumental
      Agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced) dan dilakukan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
E. Teori- Teori Agrasi

Sama halnya dengan pembicaraan dalam bab-bab terdahulu,


teori tentang agresi juga terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu
kelompok teori bawaan atau bakat, teori Environmentalis atau
teori lingkungan, dan teori kognitif.

1.      Teori Bawaan
                          Teori bakat atau bawaan terdiri atas teori Psikoanalisis
dan teori Biologi.

2.      Teori Naluri
            Freud dalam teori psikoanalis klasiknya mengemukakan bahwa
agresi adalah satu dari dua  naluri dasar manusia. Naluri agresi
atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros.
Jika naluri seks berfungsi untuk melanjutkan keturunan, naluri agresi
berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut berada dalam
alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari kepribadian yang
disebut Id yang pada prinsipnya.

3.      Teori Biologi
             Teori biologi mencoba menjelaskan prilaku agresif, baik dari
proses faal maupun teori genetika (ilmu keturunan). Yang mengajukan
proses faal antara lain adalah Moyer (1976) yangberpendapat bahwa
perilaku agresif ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan
susunan syaraf pusat. Demikian pula hormon laki-laki (testoteron)
dipercaya sebagaipembawa sifat agresif. Menurut tim American
Psychological Association (1993), kenakalanremaja lebih banyak
terdapatpada remaja pria, karena jumlah testosteronmenurutn sejak 25
tahun.

4.      Teori Lingkunga
            Inti dari teori lingkungan ini adalah bahwa perilaku agresi
merupakan reaksi terhadap peristiwa atau stimulasi yang terjadi di
lingkungan.

5.      Teori Frustasi-Agresi Klasik


            Teori yang dikemukakan oleh Dollard dkk. (1939) dan Miller
(1941) ini intinya berpendapat bahwa agresi dipicu oleh frustasi.
Frustasi itu sendiri artinya adalah hambatan terhadap pencapaian
suatu tujuan.
6.      Teori Frustasi – Agresi Baru
            Dalam perkembangannya kemudian terjadi beberapa
modifikasi terhadap teori Frustasi Agresi yang klasik. Salah satu
modifikasi adalah dari Burnstein & Worchel (1962) yang membedakan
antara frustasi dengan iritasi

7.      Teori belajar Sosial


            Teori lain tentang agresi dalam lingkungan adalah teori belajar
sosial. Berbeda dari teori bawaan dan teori frustasi-agresi yang
menekankan faktor-faktor dorongan dari dalam, teori belajar sosial
lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar

8.       Teori kongnisi


           Kategorisasi diri seperti yang dikemukakan oleh Kawakami &
Dion (1995) dan sudah diuraikan pada bagian
tentang deprivasi relative ini merupakan penjelasan juga dari teori
kognisi. Sebagaimana telah diuraikan pada teori kognisi yang
berintikan pada proses yang terjadi pada kesadaran dalam membuat
penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian,
dan pembuat keputusan.

F. Bentuk Agresi

  Menurut Buss (dalam Pas) perilaku agresi bisa berupa verbal


dan fisik, aktif dan pasif, langsung dan tidak langsung.Perbedaan
antara verbal dan fisik adalah antara menyakiti secara fisik dan
menyerang dengan kata-kata; aktif atau pasif membedakan antara
tindakan yang terlihat dengan kegagalan dalam bertindak; perilaku
agresi langsung berarti melakukan kontak langsung dengan korban
yang diserang, sedangkan perilaku agresi tidak langsung dilakukan
tanpa adanya kontak langsung dengan korban.
Bentuk Agresi Contoh
Fisik, aktif, langsung Menikam, memukul, atau menembak orang lain
Fisik, aktif, tak langsung Membuat perangkap untuk orang lain, menyewa
seorang pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsung Secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan
atau tindakan yang diinginkan (seperti aksi duduk
dalam demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya
Verbal, aktif, langsung Menghina orang lain
Verbal, aktif, tak langsung Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang orang
lain
Verbal, pasif, langsung Menolak berbicara kepada orang lain, menolak
menjawab pertanyaan, dll
Verbal, pasif, tak langsung Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak
berbicara ke orang yang menyerang
dirinya bila dia dikritik secara tidak fair)

G. Pemecahan Masalah

         Kasus Harris dan Klebold merupakan perilaku agresi yang


menjadi salah satu masalah sosial yang cukup serius yang harus
segera dipecahkan.Terdapat beberapa strategi untuk mengendalikan
dan mengurangi perilaku agresi. Strategi-strategi tersebut adalah:

1.      Hukuman
Menurut kaum behaviorisme, hukuman dapat dipakai untuk
mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, yang dalam hal ini adalah
perilaku agresi. Namun agar dapat efektif mengurangi suatu tingkah
laku, hukuman harus memenuhi tiga syarat: (1) diberikan sesegera
mungkin setelah perilaku yang ingin dikurangi muncul, (2) setimpal
dengan perilaku yang muncul, (3) diberikan setiap kali perilaku yang
ingin dikurangi timbul.
3. Katarsis
Katarsismerupakanpelepasan ketegangan dan kecemasan
dengan jalan melampiaskannya dalam dunia nyata. Teori katarsis
menyatakan bahwa pemberian kesempatan kepada individu yang
memiliki kecenderungan pemarah untuk berperilaku keras (dalam
aktivitas katarsis), tapi dalam cara yang tidak merugikan, akan
mengurangi tingkat rangsang emosional dan tendensi untuk
melakukan perilaku agresi. Sedikit bertentangan dengan teori katarsis,
Baron dan Byrne (dalam Hanurawan, 2004) menyatakan bahwa
katarsis bukanlah merupakan instrumen yang efektif untuk mengurangi
agresi yang bersifat terbuka. Penelitian Robert Arms dan kawan-kawan
melaporkan bahwa penonton sepak bola gaya Amerika, gulat, dan hoki
ternyata malah semakin menunjukkan sifat kekerasan setelah
menonton pertandingan olah raga itu dibanding sebelum menonton.
Pada konteks katarsis itu, partisipasi individu dalam aktivitas
katarsis non agresi ternyata hanya memiliki pengaruh yang bersifat
sementara terhadap rangsang emosional dan tendensi berperilaku
agresi dalam dirinya. Setelah melewati jangka waktu tertentu,
rangsang dan tendensi itu kemudian akan muncul kembali apabila
individu itu bertemu atau berpikir tentang orang yang sebelumnya
menyebabkan dirinya marah.

3.      Pengenalan Terhadap Model Non Agresif


Menurut teori belajar sosial Albert Bandura, pengenalan
terhadap model non agresif dapat mengurangi dan mengendalikan
perilaku agresi individu. Dalam penelitian Baron pada tahun 1972
(dalam Hanurawan, 2004) dan penelitian Donnerstein dan Donnerstein
pada tahun 1976 (dalam Hanurawan, 2004) ditemukan bahwa individu
yang mengamati perilaku model non agresif menunjukkan tingkat
agresi yang lebih rendah daripada individu yang tidak mengamati
perilaku model non agresif.

4.      Pelatihan Ketrampilan Sosial


Pelatihan ketrampilan sosial dapat mengurangi timbulnya
perilaku agresi. Pelatihan ketrampilan ini dimaksudkan untuk
mengurangi frustrasi yang timbul akibat ketidakmampuan dalam
mengekspresikan dan mengomunikasikan keinginan kepada orang
lain, gaya bicara yang kaku, dan kurang sensitif terhadap simbol-
simbol emosional orang lain
H. Cara mengurangi perilaku agresif

Perilaku agresif merupakan masalah utama dalam masyarakat


manusia. Kejahatan individual dan kekerasan sosial dalam skala besar
sangat merugikan dan membayakan kesejahteraan individu maupun struktur
sosial secara umum. Karena itu pemahaman tentang cara mereduksi
agresifitas merupakan hal yang sangat penting.

Dalam situasi tertentu orang akan melakukan agresi atau tidak, ditentukan
oleh tiga variabel:

1) Intensitas amarah seseorang, yang sebagian ditentukan oleh taraf frustasi atau
serangan yang menimbulkannya, dan sebagian ditentukan oleh tingkat persepsi
individu terhadap frustasi yang menimbulkan amarah ini.

2) Kecenderungan untuk mengekspresikan amarah, yang pada umumnya


dientukan oleh apa yang telah dipelajari seseorang tentang agresivitas, dan pada
khususnya ditentukan oleh sifat situasi ini.

3) Kekerasan dilakukan karena alasan lain yang lebih bersifat instrumental.

Adapun cara untuk mengurangi perilaku agresif antara lain:

a) Mengurangi frustrasi

b) Orang dapat diajar untuk tidak melakukan agresi dalam situasi tertentu, atau
dapat belajar untuk menekan agresivitas pada umumnya. Misalnya, anak belajar
untuk tidak berkelahi dalam kelas, dan pada umumnya juga diajari untuk berhati-hati
agar tidak saling melukai.

c) Memberi hukuman atau pembalasan, rasa takut terhadap hukuman atau


pembalasan bisa menekan perilaku agresif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

a.    Agresi adalah tingkah laku individu ang di tunjukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut
b.  Dengan agresi sebagai emosi yang bisa mengarah kepada tindakan-tindakan agresif,
berkowitz  membedakan agresi dalam dua macam, yakni agresi instruresi di bagi
dalam mental dan agresi benci.
c.     Teori-teori tentang agresi di bagi dalam dua kategori utama yaitu teori-teori yang
berpandangan bahwa agresi bersifat naluriah atau merupakan kodrat bawaan
manusia.
d.   Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi
mempunyai kemampuan untuk mengomunikasikan diri kepada orang lain.
e.       Pada dasarnya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun merupakan
reaksi spesifik pula.
f.       Fenomena peningkatan tingkah laku delinkuen sebagai akibat perang pada
masyarakat.
g.      Manusia bersifat damai hanya terdapat manusia lain dalam kelompok kecinya saja,
misalnya terhadap sesama anggota clan. Sebaliknya manusia memusuhi orang-
orang dari luar kelompoknya dan ingin menghancurkan mereka untuk
mempertahankan eksistensi kelompoknya sendiri.

Adapun periku agresif itu sendiri dikarenakan berbagai faktor, antara lain:

1. Faktor Biologis

2. Faktor Naluri atau Insting

3. Faktor Amarah

4. Faktor Frustrasi

5. Faktor sosial learning (peran belajar model kekerasan)

DAFTAR PUSTAKA
Psikologi umum, Drs.alex sobur, M.Si, Pustaka setia bandung, 2003.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Moyer, KE. 1968. Kinds of aggression and their physiological
basis. Communications in Behavioral Biology2A:65-87.
http://ahmadtaufikby.blogspot.com/2012/07/makalah-agresi.html

Anda mungkin juga menyukai