Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Ilham Perdana

120410190038

Sejarah Akuntansi Pada Zaman Rasulullah SAW dan Sahabat

Pembahasan mengenai sejarah akuntansi pada zaman nabi dan sahabat nya tentu tidak
lepas dari latar belakang historis keaadan di tanah jazirah arab itu sendiri. Sebelum munculnya
agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, kondisi dari bangsa arab jika dilihat dari
banyaknya literatur tentang peradaban bangsa Arab, perdagangan menjadi fokus utama dari
bangsa Arab. Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang pedagang yang ulung, bahkan
beliau sudah ikut dalam perjalanan dagang Abi Thalib yang merupakan paman nabi saat usia
Rasulullah sekitar 12 tahun (Shafiyyur-Rahman al-Mubarakfurry dalam Sirah Nabawiyyah), ini
menunjukan bahwa bangsa Arab sejak dahulu kala memang menjadikan perdagangan sebagai
mata pencaharian utama nya, sehingga menjadikan perdagangan erat kaitan nya dengan
bangsa Arab sebelum masuknya Islam maupun setelah berkembangnya agama Islam di tanah
Arab. Akuntansi sudah digunakan juga oleh bangsa Arab sebagai sistem pencatatan keuangan
dalam kegiatan perdagangan. Kegiatan akuntansi yang dilakukan oleh bangsa arab pada saat
itu masih bersifat jahiliyah karena masih adanya unsur riba dalam kegiatan perekonomian nya.
Kegiatan akuntansi berupa penghitungan transaksi dan menghitung perubahan perubahan
dalam jumlah aset dan pembukuan menggunakan metode penjumlahan dan pengurangan
statistik yang merupakan dasar dasar dari ilmu akuntansi yang kita kenal pada saat ini, untuk
pengerjaan pembukuan tersebut pedagang dapat mengerjakan sendiri atau menyewa jasa
seorang akuntan yang pada saat itu disebut katibul amwal (pencatat keuangan).

Setelah hijrah nya Rasulullah berserta kaum muslimin ke Madinah Rasulullah berfokus
terhadap penghapusan unsur unsur riba dan segala macam bentuk kedzoliman dan kebhatilan
dalam segala kegiatan ekonomi yang berlangsung di kota Madinah termasuk dalam bidang
penghitungan atau pencatatan keuangan. Akuntansi Syariah Mulai dikembangkan Rasulullah
setelah turun nya Surat Al-Baqarah ayat 282 yang berisi perintah untuk mencatat transaksi
secara benar (jujur). Langkah awal yang dilakukan Rasul untuk mengubah konsep akuntansi
pada zaman tersebut dimulai dengan mendirikan sebuah badan negara yang bertugas untuk
mengelola seluruh penerimaan negara seperti zakat dan pendapatan lain yang diterima oleh
negara, harta dari zakat yang diterima oleh badan tersebut kemudian langsung didisstribusikan
kepada orang orang yang berhak mendapatkan zakat. Badan negara tersebut diberi nama
Baitul maal yang berasal dari Bahasa Arab yaitu bait yang berarti rumah dan al-mal yang berarti
harta sesuai dengan fungsi dari badan tersebut yaitu menyimpan dan mengelola harta.
Meskipun pengelolaan Baitul maal pada masa itu masih sederhana namun dengan didirikan
nya badan tersebut menjadi sebuah dorongan bagi daulah islam saat itu untuk melakukan
pencatatan segala macam transaksi yang terjadi serta membuat laporan keuangan yang
menjadi bukti nyata dimulainya Akuntansi berbasis Syariah pada zaman Rasulullah SAW.

Pengelolaan Baitul Maal kemudian berlanjut di masa Khalafaur Rasyidin dimulai dengan
masa kepemimpinan Abu Bakar Asy siddiq sebagai khalifah pertama setelah wafat nya
Rasulullah SAW, Pada masa kepemimpinannya Abu Bakar tetap meneruskan apa yang sudah
dilakukan oleh Rasulullah dalam hal sistem pendistribusian harta, perhatian yang cukup besar
diberikan oleh Abu Bakar terhadap keakuratan penghitungan dari zakat yang diterima oleh
Baitul maal serta penyamarataan dalam pendistribusian harta tersebut yang menjadikan harta
yang diterima tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama dikarenakan harta
tersebut langsung didistribusikan kepada yang berhak menerima harta tersebut. Selanjutnya
pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kemajuan yang luar
biasa dengan ditandai nya kekuasaan Islam yang meliputi hamper seluruh timur tengah, asia
bahkan hingga afrika utara, semakin luasnya kekuasaan Islam pada masa Umar kemudian
menyebabkan kenaikan harta negara yang di terima oleh baitulmaal, khalifah Umar kemudian
mendirikan Diwan sebuah unit khusus yang bertugas dalam pembuatan laporan keuangan dari
Baitulmaal. Selain itu, Khalifah Umar juga melakukan pembagian anggaran pendapatan negara
kedalam 4 bagian, yaitu khusus pengeluaran harta zakat, khusus pengeluaran 1/5 harta
rampasan, khusus untuk pembiayaan kemaslahatan umat dan khusus untuk pengeluaran harta
yang kemudian diserahkan kepada Baitulmaal. Khalifah Ustman bin Affan pada masa
kepemimpinan nya membentuk muhtasib yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan agama
dan moral dalam pemerintahan karena pada masa khalifah Usman terjadi penyimpangan
kebijakan pada masa kepemimpinan sebelumnya. Kejelasan mengenai job description pada
pemerintahan berkembang saat kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib, hal tersebut
kemudian membuat proses pencatatan dan pelaporan di Baitulmaal berjalan dengan baik
sehingga menyebabkan terjadinya surplus dalam Baitulmaal yang kemudian dibagikan secara
merata sesuai dengan apa yang dilaksanakan oleh Rasulullah.

Perkembangan pengelolaan akuntansi Syariah mulai berkembang pesat saat daulah


Bani Umayyah, Akuntansi pada saat itu mulai mengenal model buku besar yang seperti Jaridah
Al-Kharaj yang merupakan pembukuan terhadap piutang yang belum dibayar dalan cicilan yang
telah dibayar, Jaridah An-Nafaqaat atau yang sekarang kita kenal dengan sebutna jurnal
pengeluaran, Jaridah Al-Maal yaitu pembukuan yang mencatat penerimaan dan pengeluaran
dana zakat dan Jaridah Al-Musadareen yang merupakan pembukuan khusus yang digunakan
untuk mencatat penerimaan denda atau barang sitaan dari individu yang tidak sesuai Syariah.
Berkembang juga laporan akuntansi seperti Al-Khitmah yaitu laporan keuang yang berisi
tentang total pendapatan dan pengeluaran per bulan dan juga Al-Khitmah Al-Jameeah yaitu
laporan keuangan yang lebih kompleks yang meliputi laporan laba dan rugi, neraca pendapatan
pengeluaran surplus dan defisit yang dilaporkan pada setiap akhir tahun.

Secara historis dapat disimpulkan bahwa ilmu akuntansi yang banyak dikenal berawal
dari dunia barat nyata nya sudah lebih dulu dikenal dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW
beserta para sahabat nya dengan tetap berpegang teguh kepada Al Quran dan As sunnah
sehingga Akuntansi Syariah ini tidak hanya sebagai sebuah instrument pencatatan keuangan
semata namun lebih dari itu Akuntansi Syariah diharapkan dapat memberikan kemaslahatan
bagi seluruh Umat Muslim.
Daftar Pustaka

Khaddafi, Muammar., Saparuddin Siregar., Hendra Harmain., Nurlaila., Muhammad


Zaki., dan Dahrani. Akuntansi Syariah: Meletakan Nilai Nilai Syariah Islam dalam Ilmu
Akuntansi. 2017. Medan: Madenatera.

Wartoyo. Akuntansi Syariah: Sebuah Tinjauan Historis. 2016. Jakarta

Sasongko, Agung. Jejak Dagang Rasulullah. 2018. Tersedia Online di:


https://republika.co.id/berita/peksh9313/jejak-dagang-rasulullah

Anda mungkin juga menyukai