Anda di halaman 1dari 4

MUHAMMAD ILHAM PERDANA

120410190038 – EKONOMI ISLAM

UTS FIQH MUAMALAH

1). Membeli Barang secara online

Karena perkembangan zaman yang sudah maju dimana segala sesuatu bisa kita lakukan melalui
smartphone ataupun alat elektronik lainnya, hal tersebut berlaku juga dalam sebuah transaksi jual beli.
Saya pun pernah melakukan sebuah transaksi jual beli sebuah barang secara online melalui aplikasi
shopee, dimana saat itu saya sebagai pembeli baju di salah satu toko yang ada di aplikasi tersebut.

1. Membeli barang secara online yang saya lakukan termasuk Akad Bisnis (Tijari) karena dalam
akad tersebut mengharapkan adanya sebuah keuntungan. Dimana penjual mengharapkan laba dari
hasil penjualannya.
2. Membeli barang secara online yang saya lakukan termasuk kedalam Akad Mu’awadhat karena
pengertian dari akad tersebut ialah akad yang dilakukan karena adanya motif bisnis seperti jual
beli, sewa atau lainnya dan kegiatan jual beli yang saya lakukan terdapat pertukaran uang dan
barang berupa baju yang saya beli secara online tersebut
3. Akad dari membeli barang secara online termasuk kedalam Akad Ba’I, dimana terdapat jual beli
atau perdagangan dalam transaksi jual beli yang saya lakukan
4. Rukun Akad Ba’I ada 3 yaitu:
- Penjual dan pembeli, syaratnya:
1. Berakal
2. Tidak ada Paksaan
3. Baligh/Dewasa
4. Tidak Mubadzir
- Uang dan Barang yang dibeli, syaratnya:
1. Suci
2. Ada Manfaatnya
3. Barang dapat diserahkan
4. Barang milik penjual
5. Barang diketahui oleh pembeli dan penjual
- Ijab Qabul
Adanya Ijab dari penjual dan qabul dari pembili secara sah
5. Syarat hukum Akad membeli barang secara online itu Halal selama jelas spesifikasi barang nya,
hal tersebut berdasarkan keputusan Majma Al Fiqih Al Islami (Divisi Fiqih Organisasi Kerja
Sama Islam atau OKI No. 51) yang memperbolehkan jual beli secara non tunai
6. Akad membeli barang secara online yang saya lakukan tersebut Sah karena barang tersebut halal,
tidak mengandung gharar dan tidak ada aktivitas yang membatalkan akad yang saya lakukan
tersebut

2). Jual Beli Barang dalam kondisi cacat

Dalam membeli suatu barang setiap pembeli pasti mengharapkan kualitas yang baik dari barang
tersebut, namun sering kali pembeli mendapatkan barang dengan kualitas yang buruk dan menyadari nya
ketika sudah membeli barang tersebut. Saya pernah mendapatkan barang yang saya beli ternyata dalam
kondisi cacat yaitu saat membeli power bank dari pedagang asongan yang berjualan didalam bis

1. Jual Beli barang dalam kondisi cacat termasuk Akad Bisnis (Tijari) karena dalam akad tersebut
mengharapkan adanya sebuah keuntungan. Dimana penjual mengharapkan laba dari hasil
penjualannya.
2. Jual Beli barang dalam kondisi cacat termasuk kedalam Akad Mu’awadhat karena pengertian
dari akad tersebut ialah akad yang dilakukan karena adanya motif bisnis seperti jual beli, sewa
atau lainnya
3. Akad dari Jual Beli barang dalam kondisi cacat termasuk kedalam Akad Ba’I, dimana terdapat
jual beli atau perdagangan dalam transaksi jual beli yang saya lakukan
4. Rukun Akad Ba’I ada 3 yaitu:
- Penjual dan pembeli, syaratnya:
1. Berakal
2. Tidak ada Paksaan
3. Baligh/Dewasa
4. Tidak Mubadzir
- Uang dan Barang yang dibeli, syaratnya:
1. Suci
2. Ada Manfaatnya
3. Barang dapat diserahkan
4. Barang milik penjual
5. Barang diketahui oleh pembeli dan penjual
- Ijab Qabul
Adanya Ijab dari penjual dan qabul dari pembili secara sah
5. Syarat Hukum dari Akad Jual beli barang dalam keadaan cacat tersebut Haram, sesuai sabda
Rasulullah SAW “Barangsiapa menjual barang yang cacat, lalu ia tidak menjelaskannya, maka
senantiasa ia ada dalam kemurkaan Allah dan malaikat senantiasa melaknatinya”
6. Transaksi dari jual beli barang dalam keadaan cacat tersebut Batal, dikarenakan adanya
kecacatan pada barang yang akan diperjual belikan yang merugikan salah satu pihak yaitu
pembeli

3). Barang yang disewakan rusak ketika berada di tangan penyewa

Menyewakan barang merupakan hal yang lazim dilakukan oleh sebagian orang, namun apabila
barang yang disewakan tersebut mengalami cacat atau rusak saat berada di tangan penyewa merupakan
sebuah hal yang tidak diinginkan.

1. Menyewakan barang termasuk cacat termasuk Akad Bisnis (Tijari) karena dalam akad tersebut
mengharapkan adanya sebuah keuntungan. Dimana penyewa mendapatkan sejumlah uang dari
orang yang menyewa barang terkait
2. Menyewakan barang termasuk kedalam Akad Mu’awadhat karena pengertian dari akad tersebut
ialah akad yang dilakukan karena adanya motif bisnis seperti jual beli, sewa atau lainnya
3. Akad dari Jual Beli barang dalam kondisi cacat termasuk kedalam Akad Ijarah yaitu akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan
4. Rukun Ijarah ada 4 antara lain:
- Adanya penyewa dan orang yang menyewa, kedua pihak haru memiliki syarat, yaitu : Balig,
berakal, cakap dalam mengendalikan harta dan saling meridhoi
- Shigat atau Ijab Kabul
- Ujrah (Upah). Besar nya upah harus diketahui kedua belah pihak
- Manfaat. Dalam sebuah akad ijarah harus memperhatikan manfaat yang didapat ketika
melakukannya
5. Syarat hukum atas barang sewaan tersebut adalah Halal, hal tersebut berdasarkan DSN MUI
yang menyatakan bahwa hukum dari ijarah atau sewa menyewa adalah halal selama syarat dan
rukun dari ijarah terpenuhi
6. Transaksi ijarah yang terjadi pada barang sewaan yang rusak Tidak Sah atau Batal dikarenakan
ada nya syarat yang dilanggar berupa cacat pada barang yang disewakan dan terjadi ketika barang
tersebut sedang berada di peminjam atau penyewa dan yang menyewa barang tersebut wajib
mengganti atau memperbaiki barang tersebut sebelum dikembalikan kepada pemilik

Anda mungkin juga menyukai