Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LINKAGE SEKTOR PERTAMBANGAN REGIONAL TERHADAP


SEKTOR LAINNYA SEBAGAI DAMPAK TIDAK LANGSUNG
TERHADAP PEREKONOMIAN REGIONAL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK C

AKBAR ARNI (1910813210007)

DHIGIT DIRGANTARA SYARIF (1910813210010)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………....1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………3

1.1. SEJARAH PERTAMBANGAN DAERAH…………..…………………...3


1.2. POTENSI BAHAN GALIAN DAN SEBARANNYA…………………..3
1.3. PDRB DAN % KONTRIBUSI PERTAMBANGAN DALAM PDRB……3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….…….5

2.1. DEFINISI LINKAGE……………………….………..…………………..5

2.2 JENIS – JENIS LINKAGE……………………...………………....………..5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………..8

3.1 BACKWARD LINKAGE………………………………..………………....8


3.2 FORWARD LINKAGE……………………………………………..……...8
3.3 FINAL – DEMAND LINKAGE…………………………...……………….8
3.4 FISCAL LINKAGE…………………………………………..…………….8

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….9

4.1 KESIMPULAN………………………………………………………..……9
4.2 KRITIK DAN SARAN………………………………………………..……9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. SEJARAH PERTAMBANGAN DAERAH

Dalam Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia


(MP3EI 2011 - 2025), Pulau Sulawesi diarahkan salah satunya untuk pengembangan
pertambangan nikel. Berdasarkan dalam PPNo. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Konawe ini
merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Soroako dan Kawasan
Andalan Pertambangan Nikel Asesolo atau Kendari, Sulawesi Tenggara.
Permasalahan utama dalam alokasi pemanfatan tata guna lahan kawasan
pertambangan, yakni: terdapatnya tumpang tindih antara kegiatan pertambangan dengan
sektor lainnya, seperti: pertanian, pemukiman dan kawasan hutan konservasi dan lindung.
Salah satu alternatif untuk mencari solusi masalah tersebut adalah dengan melakukan
penelitian penentuan kawasan pertambangan dengan pendekatan Konsep Satuan Genetika
Wilayah
(Hirnawan, 2005).
1.2. POTENSI BAHAN GALIAN DAN SEBARANNYA

Geologi daerah penelitian didominasi oleh Satuan Batuan Ofiolit atau


Ultramafik (Ku) berumur Kapur, terdiri dari : peridotit dan hazburgit. Struktur geologi
yang berkembang berupa sesar mendatar mengiri berarah baratlaut–tenggara (Sesar
Lasolo). Sesar mendatar menganan Anggowala berarah baratlaut tenggara dan Sesar naik
Wawo mengakibatkan beranjaknya batuan ultramafik. Lipatan ditemukan berupa lipatan
tertutup, lipatan rebah, lipatan pisau dan lipatan terbalik, pada batuan Tersier, termasuk
dalam Peta Geologi Lembar Lasusua – Kendari, Sulawesi, skala 1:250.000. Menurut
Moetamar (2007) batuan ultramafik yang terdiri dari peridotit dan hazburgit tersebut
merupakan formasi pembawa logam nikel. Potensi bijih nikel Kabupaten Konawe adalah
sebesar 529,9 juta ton, dengan nilai sumber daya sebesar 460,57 juta ton, dan cadangan
69,3 juta ton, kadar Ni berkisar 0,6–2%, terdapat di Kecamatan Routa, Kecamatan
Puriala, Kecamatan Pondidaha. Sedangkan di Kabupaten Konawe Utara total potensi
nikel adalah sebesar 501,8 juta ton, dengan nilai sumber daya sebesar 348,5 juta ton,dan
cadangan 153,3 juta ton, kadar Ni dari 0,98–2,95%, tersebar di Kecamatan Lasolo,
Kecamatan Langikima, Kecamatan Molawe dan Kecamatan Wiwirano.
(Moetamar, 2007)
1.3. PDRB DAN % KONTRIBUSI PERTAMBANGAN DALAM PDRB
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah
nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari
kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan
nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah
bruto di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji,
bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan
menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Sektor
Ekonomi (Persen) adalah

1995 PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan


Sektor Struktu Nilai 2002 2004 2006 2002 2004 2006
Ekonomi r Tamba
Outtput h
Pertambangan 5,62% 4,35 % 3,70 % 5,01 % 4,05 % 3,54 % 5,65 % 5,01 %
dan pengalian

(BPS Indonesia, 2021)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFNISI LINKAGE


Linkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen
yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik
yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur
pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya. Teori linkage
melibatkan pengorganisasian garis penghubung yang menghubungkan bagian-
bagian kota dan disain “spatial datum” dari garis bangunan kepada ruang. Spatial
datum dapat berupa: site line, arah pergerakan, aksis, maupun tepian bangunan
(building edge). Yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem linkage
dalam sebuah lingkungan spasial. (Markus, 2006)
2.2 JENIS-JENIS LINKAGE
a. Linkage Visual

Dalam linkage yang visual dua atau lebih fragmen kota dihubungkan
menjadi satu kesatuan yang secara visual, mampu menyatukan daerah kota dalam
berbagai skala. Pada dasarnya ada 2 pokok perbedaan antara linkage visual, yaitu:

1. Yang menghubungkan dua daerah secara netral,


2. Yang menghubungkan dua daerah, dengan mengutamakan satu daerah

Gambar diatas merupakan gambar dari Las Vegas, yang memiliki linkage
penghubung yang bersifat kaitan saja (netral). Hal ini banyak kita jumpai di kota-
kota Italia, Amsterdam, Washington, Jaipur, Yogyakarta
Gambar diatas merupakan gambar dari Arc De Triumph – Paris, linkage yang
bersifat fokus untuk memusatkan suatu kawasan, serta memiliki fungsi dan arti
khusus dalam kota karena bersifat dominan dan menonjol daripada lingkungannya
Lima elemen linkage visual, merupakan elemen yang memiliki ciri khas dan
suasana tertentu yang mampung menghasilkan hubungan secara visual, terdiri
dari:

1. Garis: menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan


massa (bangunan atau pohon).
2. Koridor: dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang
membentuk sebuah ruang.
3. Sisi: menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Mirip dengan
elemen garus namun sisi bersifat tidak langsung.
4. Sumbu: mirip dengan elemen koridor , namun dalam menghubungkan dua
daerah lebih mengutamakan salah satu daerah saja.
5. Irama: menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang
La Rambla – Barcelona, merupakan koridor yang menghubungkan pusat kota
dengan laut (patung Columbus). Dibentuk dari deretan bangunan serta deretan
pohon sebagai linkage visual kota.

b. Linkage Struktur

Menggabungkan dua atau lebih bentuk struktur kota menjadi satu kesatuan
tatanan. Menyatukan kawasan kawasan kota melalui bentuk jaringan struktural
yang lebih dikenal dengan sistem kolase (collage). Tidak setiap kawasan memiliki
arti struktural yang sama dalam kota, sehingga cara menghubungkannya secara
hierarkis juga dapat berbeda.
Gambar diatas merupakan gambar dari kota Manhattan – New York, dimana
kita dapat melihat sistem grid yang sangat kuat dalam penataannya. Namun secara
struktural kawasan ini kurang jelas sehingga menyebabkan orang merasa tersesat
tanpa adanya hierarki yang memberikan stabilitas dengan menghubungkan
kawasan satu dengan lainnya.

Fungsi linkage struktural di dalam kota adalah sebagai stabilisator dan


koordinator di dalam lingkungannya, karena setiap kolase perlu diberikan
stabilitas tertentu serta distabilisasikan lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan
dengan memprioritaskan sebuah daerah yang menjelaskan lingkungannya dengan
suatu struktur, bentuk, wujud, atau fungsi yang memberikan susunan tertentu
didalam prioritas penataan kawasan.

Ada tiga elemen linkage struktural yang mencapai hubungan secara


arsitektural, yaitu:

1. Tambahan: melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya.


2. Sambungan: memperkenalkan pola baru pada lingkungan kawasan.
3. Tembusan: terdapat dua atau lebih pola yang sudah ada di sekitarnya dan
akan disatukan sebagai pola-pola yang sekaligus menembus didalam suatu
kawasan
Market Street – San Francisco adalah merupakan sebuah jalan yang berfungsi
sebagai linkage struktural. Dimana jalan ini mampu sebagai penghubung yang
memadukan antara dua tipe grid yang berbeda, mampu sebagai stabilisator atau
penyeimbangan untuk membentuk sebuah struktur lingkungan.

c. Linkage sebagai Bentuk Kolektif.

Teori linkage memperhatikan susunan dari hubungan bagian-bagian kota


satu dengan lainnya. Dalam teori linkage, sirkulasi merupakan penekanan pada
hubungan pergerakan yang merupakan kontribusi yang sangat penting. Linkage
memperhatikan dan mempertegaskan hubungan-hubungan dan pergerakan-
pergerakan (dinamika) sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric)

Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam perekat kota yang


sederhana, suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan
yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Teori ini terbagi menjadi 3 tipe
linkage urban space yaitu:
1. Compositional form: bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri
secara 2 dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang jelas walaupun tidak
secara langsung
2. Mega form: susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka
berbentuk garis lurus dan hirarkis.
3. Group form: bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada
sepanjang ruang terbuka. Kota-kota tua dan bersejarah serta daerah
pedesaan menerapkan pola in

Gambar diatas adalah gambar super blok karya Le Corbusier, yang merupakan
contoh dari compositional form, dimana bangunan yang ada menciptakan linkage
sebuah ruang berdasarkan susunan secara 2 dimensi. Hal ini juga banyak
ditemukan pada kota Chandigard – India, yang merupakan kawasan yang
dirancang oleh Le Corbusier.
Gambar diatas merupakan gambar kota New – Brasilia, yang merupakan contoh
dari mega form. Menghubungkan struktur-struktur seperti bingkai yang linier atau
sebagai grid. Adanya penghubung berupa garis lengkung (warna ungu) yang
menghubungkan kota secara makro

Gambar diatas adalah gambar kawasan Bern – Swiss, yang merupakan contoh dari
group form pada sepanjang ruang terbuka berupa garden dan sungai. Bern adalah
ibu kota dari swiss ini merupakan kota tua dan bersejarah di swiss. Kota historis
Bern adalah sebuah warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun
1983.
(Markus, 2006)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 BACKWARD LINKAGE


Berdasarkan analisis maka yang termasuk sector basis di Sulawesi
Tenggara adalah sector pertanian, sector bangunan,sector Jurnal Ekonomi dan
Studi Pembangunan pengangkutan & komunikasi, dan sector jasa. Selain itu
dengan menggunakan koefisien LQ dapat juga diketahui pengganda sector basis.
Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel L2 tampak nilai pengganda cukup
besar. Nilai ini mengandung makna bahwa sector basis perlu ditopang oleh sector
nonbasis atau sector pendukung sehingga keduanya dapat berkontribusi pada total
perekonomian Sulawesi Tenggara. Jika perekonomian makin besar maka perlu
banyak sector pendukung dalam perekonomian tersebut yang harusnya mampu
disediakan oleh perekonomian lokal. Meski demikian masih ada peluang bagi
Sulawesi Tenggara untuk mengembangkan sector lain seperti sector perdagangan,
hotel, dan restoran karena potensi wisata belum digarap secara optimal meski
memiliki potensi yang besar dan beragam seperti Pulau Wakatobi. Padahal sector
ini memiliki kontribusi cukup besar dalam pembentukan PDRB diSulawesi
Tenggara. (Hendayana, 2003)

3.2 FORWARD LINKAGE

Sektor pertambangan & penggalian memiliki pengganda output tertinggi


(3,01425), kemudian diikuti sector pertanian dan sector industry pengolahan yang
masing masing bernilai 2,36691 dan 2,01438. Hal ini berarti setiap kenaikan
permintaan output sector ini sebesar Rp1, berdampak meningkatkan output
perekonomian secara keseluruhan masin masing sebesar Rp3,01425 ; Rp2,36691 ;
dan Rp2,01438. Tiap sector ini berkekuatan besar dalam menstimulir
pertumbuhan dan dibutuhkan oleh sector lain. Sedangkan, sector yang memiliki
pengganda bernilai rendah yakni sector transportasi dan sector keuangan, sewa,
dan jasa perusahaan menunjukkan sector ini tidak banyak membutuhkan input
dari sektor lain. (Soepono,1993)
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari pembuatan makalah ini adalah
berpenggaruhnya sector pertambangan di provinsi wilayah Sulawesi Tenggara.
Karena sektor pertambangan ini menjadi penyedia bahan baku utama untuk sektor
industri lain seperti sektor pembangunan dan sektor perdagangan. Walaupun di
sektor industri lebih banyak mempunyai pengaruh di sektor lain pun tidak kalah
pengaruhnya seperti sektor perdagangan.
4.2 KRITIK DAN SARAN
a. Kritik
1. Kalau memungkinkan pada saat penyampaian materi tidak dilakukan secara
terburu-buru
2. Pada saat menanyai mahasiswa diharapkan tidak dilakukan secara
memaksa
b. Saran
1. Kalau memungkinkan pada saat pembelajaran mahasiswa selalu diberikan
materinya terlebih dahulu untuk dipelajari.
2. Diharapkan konsisten dalam waktu pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam


Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian.
Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift Share : Perkembangan dan Penerapan.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Hirnawan, Febri. 2005. Peta Genetika Wilayah. Disertai Valuasi Karakteristik,
Potensi, Dan Kendalanya Untuk Penataan Ruang dan Pengembangan
wilayahTerbaik. Universitas Padjajaran. Bandung.
Moetamar. 2007. Inventarisasi Endapan Nikel Di Kabupaten Konawe, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Proceding-Kolokium. Badan Geologi. Pusat Sumber
Daya Geologi Bandung.
Markus, Zahnd. 2006. Perancangan Kota Terpadu. Universittas Soegijapranata .
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2021. Badan Pusat Statistik Sulawes Tenggara. Badan
Pusat Statstik. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai