TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Genus : Oryza
Padi termasuk pada genus Oryza yang meliputi lebih kurang 25 spesies, 23
diantaranya spesies liar dan dua species lainnya yang dibudidayakan yaitu Oryza
sativa L. di benua Asia, Amerika, Eropa dan Oryza glaberrima Steud. di benua
Afrika. Oryza sativa L berdasarkan sifat morfologi dan wilayah adaptasi
agroekosistem, dibedakan menjadi tiga sub spesies yakni sub spesies Indica yang
umumnya tersebar di negara-negara beriklim tropis, sub spesies Japonica yang
tersebar di Negara beriklim subtropis seperti: Jepang, Korea, Eropa (Spanyol,
Portugal, Perancis, Yunani), Afrika (Mesir), Australia, Amerika Utara dan
Amerika Selatan, serta subspesies Javanica yang tersebar di Pulau Jawa, Bali dan
Lombok (Chang, 1988).
Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari organ vegetatif dan organ
generatif (reproduktif). Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun,
sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga, malai dan gabah (Makarim dan
Suhartatik, 2009).
1. Akar (Radix)
Akar tanaman padi termasuk golongan akar serabut yang terdiri atas akar
primer (radikula) disebut akar seminal yang tumbuh saat berkecambah dan akar
sekunder yang disebut akar adventif tumbuh dari bagian buku batang terbawah.
2. Batang (Caulis)
Batang tanaman padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan diantara ruas
yang satu dengan ruas yang lainnya dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang padi
didalamnya berongga dan bentuknya bulat, dari atas ke bawah buku itu semakin
pendek. Daun dan tunas tumbuh pada buku-buku batang.
3. Daun (Folium)
Daun merupakan bagian tanaman yang umumnya berwarna hijau. Daun
tanaman padi termasuk tipe daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk
lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh
rambut yang pendek dan jarang. Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam
susunan yang berselang-seling pada tiap buku batang. Tiap daun terdiri atas:
helaian daun, pelepah daun, telinga daun dan lidah daun. Adanya telinga dan lidah
daun membedakan padi dengan jenis rumput-rumputan lainnya.
4. Bunga dan Malai (Inflorescentia)
Bunga padi termasuk tipe bunga majemuk yang secara keseluruhan
disebut malai. Tiap unit bunga pada malai disebut floret yang terletak pada
spikelet yang duduk pada panikula, terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma (kulit
gabah padi yang besar), palea (kulit gabah padi yang kecil), putik, benang sari dan
organ lainnya. Tiap bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang
terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder. Berdasarkan posisi keluarnya,
malai padi dapat dibedakan menjadi: seluruh malai dan leher keluar; seluruh malai
keluar, leher sedang; malai hanya muncul sebatas leher malai; sebagian malai
keluar dan malai tidak keluar. Malai padi terdiri dari beberapa tipe antara lain :
kompak, antara kompak dan sedang, sedang, antara sedang dan terbuka serta tipe
malai terbuka (Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2003).
5. Gabah (Cariopsis)
Padi memiliki buah tipe bulir atau kariopsis, tidak dapat dibedakan mana
buah dan bijinya yang disebut gabah, terdiri atas biji yang terbungkus oleh palea
dan lemma yang disebut sekam. Biji yang sehari-hari dikenal dengan beras adalah
kariopsis yang terdiri atas embrio dan endosperma yang diselimuti oleh lapisan
aleuron kemudian tagmen dan lapisan terluar yang disebut perikarp.
Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14%
katul, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga. Dalam standarisasi mutu, dikenal
empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm), panjang (6-7
mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Sedangkan
berdasarkan bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat
dibagi menjadi empat tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (2.4-3.0), agak
bulat (2.0-2.39) dan bulat (kurang dari 2) (Koswara, 2009).
Padi Pertumbuhan padi terbagi pada tiga fase yaitu fase vegetatif (awal
pertumbuhan hingga pembentukan malai), fase reproduktif (pembentukan malai
hingga awal pembungaan) dan fase pematangan (pembungaan hingga pematangan
gabah). Menurut Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Komisi Nasional Plasma Nutfah (2003), pertumbuhan tanaman padi
dapat dirinci menjadi sembilan fase: perkecambahan, bibit, anakan, pemanjangan
batang, bunting, pembungaan, pematangan susu, pengisian dan pematangan
gabah.
Ada tiga stadia umum proses pertumbuhan tanaman padi dari awal
penyemaian hingga pemanenan yaitu:
1. Stadia vegetatif : dari perkecambahan sampai terbentuknya bulir. Pada
varietas padi yang berumur pendek (120 hari) stadia ini lamanya sekitar 55
hari, sedangkan pada varietas padi berumur panjang (150 hari) lamanya sekitar
85 hari.
2. Stadia reproduktif : dari terbentuknya bulir sampai pembungaan. Pada varietas
berumur pendek lamanya sekitar 35 hari, dan pada varietas berumur panjang
sekitar 35 hari juga.
3. Stadia pembentukan gabah atau biji : dari pembungaan sampai pemasakan biji.
Lamanya stadia sekitar 30 hari, baik untuk varietas padi berumur pendek
maupun berumur panjang .
Panen merupakan kegiatan awal pasca panen, panen pada waktu yang
tepat akan mendapatkan benih dengan mutu fisik dan mutu fisologis yang baik.
Waktu yang tepat utuk panen padi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah varietas, iklim, dan tinggi tempat. Panen padi dapat dihitung berdasarkan
umur tanaman, kadar air, atau hari sesudah berbunga. Meskipun demikian, panen
padi yang sering dilakukan berdasarkan penampakan malai (Damarjati, 1979).
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, yaitu
sekitar (90-95)% malai telah menguning dengan kadar air gabah sekitar (22-26)%
Mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu
fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih, yang
mulai menarik perhatian adalah status vigor benih. Penentuan saat panen
merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi.
Kehilangan ini diakibatkan oleh padi yang rontok dari malai, dan terinjak injak ke
dalam tanah. Cara panen tradisional dengan ani-ani, tanaman padi dipotong 15-20
cm dari ujung malai. Teknik panen dengan ani-ani yang akrab dengan kelestarian
lingkungan dan terbukti mampu mengatasi ketahanan pangan rumah tangga.
Tanpa menimbulkan kerusakan alam dan pencemaran lingkungan, seluruh bagian
tanaman padi dapat dimanfaatkan (Sulistiadji, 2007). Ani-ani merupakan salah
satu alat panen padi tradisional, dapat dilihat pada gambar 1.
Sabit juga terdiri dari dua bagian yang sama, hanya perbedaannya dalam
bentuk. Kelemahan dari penggunaan alat ini ialah kebutuhan tenaga orang per
hektar banyak, kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan alat mekanis, kapasitas kerja rendah, dan biaya panen
perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis, tapi biaya awal
tidak ada (Sugeng, 1989).
Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya atau
terinjak-injak ke dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm
dari ujung malai, sedangkan dengan sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari
permukaan tanah (Handaka, 2007). Sabit bergerigi merupakan salah satu alat
penen padi secara manual, dapat dilihat pada gambar 2.
3. Mesin Mower
Mesin pemanen reaper belum begitu populer di tingkat petani. Mesin ini
dapat dipakai untuk memanen tanaman biji-bijian seperti padi, gandum, sorgum
dan sebagainya. Untuk digunakan panen padi, prinsip kerjanya mirip dengan cara
panen menggunakan sabit, bekerja hanya memotong dan merebahkan tegakan
tanaman padi di sawah. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan
memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut
kearah samping disebut mesin reaper, dan ada pula yang mengikat tanaman yang
terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar disebut mesin reaper
binder (Sulistiadji, 1996). Mesin reaper merupakan salah satu alat panen padi
secara mekanis, dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Mesin Reaper alat panen padi
(Sumber: Sumardi dkk., 2009)
5. Mesin Combine
Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir sama dengan bagian
pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan bagain perontokan.
Jerami, setelah perontokan, bisa dicacah kecil-kecil sepanjang 5 cm dan ditebar di
atas lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke satu sisi, untuk
kemudian dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk hal lain.
Combine harvester merupakan salah satu alat panen padi secara mekanis,
dapat dilihat pada gambar 5.
Kapasitas panen dengan cara digebot berkisar antara 0,10 sampai dengan
0.16 hajam (28-34 kg/orang/jam), dan untuk padi varietas ulet berkisar antara 0,05
sampai dengan 0,06 ha/jam (10-12 kg/orang/jam), dengan syarat padi dipanen
dengan malai panjang agar dapat dipegang tangan saat digebot tergantung kepada
kekuatan orang (Nugraha dkk, 2007).
Papan kayu (teknik perontokan padi dengan cara digebot) dapat dilihat
pada gambar 6.
2. Thresher
Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label (yang
berisi: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.) lalu
diangkut ke pengolahan benih. Adapun beberapa faktor menentuan saat panen,
diantaranya varietas padi, keadaan iklim termasuk di dalamnya musim,
pemeliharaan dan lain sebagainya. Adapun tanda-tanda yang telah diketahui oleh
petani untuk memungut padi yang telah masak jalah, Padi yang sudah menguning
demikian pula daun benderanya, tangkai kelihatan menunduk, gabah sudah berisi
dan keras (Suparyono dan Setyono, 1993).
Thresher Merupakan alat perontok padi secara mekanis, dapat dilihat pada
gambar 7.
Sumber :
Makarim, A. K, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi.
Subang: Balai Besar Penelitian Padi. 366 hal.
Tjitrosoepomo, Gembong. (2014). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Koswara, Sutrisno. 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah.
Ebookpangan.com