DISUSUN OLEH:
EVA AGUSTIN
NIM : 01021890
TAHUN 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biidan yang berpengalaman menggunakan ergot sebagai agen induksi. Ergot
adalah agen fungal yang pada prinsipnya menyerang gandum dan padi-padian, namun
bila dikonsumsi akan menyebabkan gangguan gastrointestinal. Hampir satu abad
kemudian, Henry Dale meneliti sediaan dari jaringan pituitary sapi dapat menginisiasi
kontrasi uterus pada kucing hamil,. Davis dan kawan-kawan mengekstraksi komponen
aktif dari alkaloid ergot, memperlihatkan efek uterotoniknya (1935), diikuti oleh Du
Vigneaud mengidentifikasi oksitosin dan vasopressin dari ekstrak pituitari, yang
mengarahkan pada purifikasi sediaan sintesis Syntocinon pada tahun 1953.
Pengembangan syntocinon menyediakan pilihan titrasi secara intravena untuk
menghasilkan metode yang lebih efektif dan prediktif pada induksi persalinan.
Pengertian induksi dan augmentasi persalinan sering disalah artikan dikarenakan
kesamaan metodologinya. Induksi menyangkut memajukan waktu persalinan, seperti
pada seksio sesaria elektif. Augmentasi persalinan adalah dimana proses persalinan, yang
telah dimulai secara spontan, diakselerasi dengan pemberian agen oksitosin atau
amniotomi. Hal ini lebih menyerupai keadaan sesaria emergensi dalam pengertian
intervensi obstetrik.
B. Rumusan Masalah
A. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Oksitosin
Penggunan oksitosin untuk induksi persalinan dan akselerasi persalinan.
Oksitosin digunakan secara hati - hati karna gawat janin dapat terjadi akibat
hiperstimulasi dan dapat terjadi ruptura uteri termasuk pada multipara.
Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada skor pelvis. Jika skor > 6 induksi
cukup dilakukan dengan oksitosin. Jika < 5 matangkan serviks lebih dahulu dnegan
protaglandin atau kateter voley.
Tindakan :. Sebelum maupun saat kontraksi. Apabila DJJ < 100 x/menit segera
hentikan infus.
8. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4
kali kontraksi dalam 10 menit, hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi
dengan:
Terbutalin 250 mcg I.V pelan pelan selama 5 menit
Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan garam fisiologik atau ringer laktat 10
tetes permenit
9. Jika tidak tercapai kontaraksi yang adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama
lebih
dari 40 detik) setelah infus oksitosin mencapai 60 tetes permenit;
Naikan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekstrose atau
garam fisiologik dan sesuaikan kecepatan infus sampai 30 tetes permenit.
Naikan kecepatan infus 10 tetes permenit tiap 30 menit sampai kontraksi
adekuat atau setelah infus oksitosin mencapai 60 tetes permenit.
10. Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan kontraksi yang lebih
tinggi;
Pada multigravida, induksi dianggap gagal, lakukan seksio sesaria.
Pada primigravida, infus oksitosin bisa dinaikkan konsentrasi menjadi 10
unit dalam 500 ml dekstrose atau garam fisiologik dan sesuaikan
kecepatan 30 tetes permenit. Naikan 10 menit tiap 30 menit sampai
kontraksi adekuat atau setelah infus mencapai 60 tetes permenit.
Jika kontraksi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes permenit, lakukan
seksio sesarea.
C. Prostaglandin
Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi persalinan
Tindakan:
1. Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin
(DJJ). Catat semua pengamatan pada patograf.
2. Kaji ulang indikasi
3. Prostaglandin E2 (PG2) bentuk pesarium 3 mg atau gel 2 – 3 mg ditempatkan pada forniks
posterior vagina dan dapat diulang 6 jam kemudia ( jika his tidak timbul)
4. Pantau denyut jantung janin dan his pada induksi persalinan dengan prostaglandin.
5. Hentikan pemberian prostaglandin dan mulailah infus oksitosin, jika;
Ketuban pecah
Pematangan serviks telah tercapai
Proses persalinan telah berlangsung
Pemakain prostaglandin telah 24 jam
D. Misoprostol
Penggunaan misoprostol untuk pematang serviks hanya pada kasus-kasus tertentu misalnya;
Preeklampsia berat/ eklampsia dan serviks belum matang sedangkan seksio sesarea belum
dapat segera dilakukan atau bayi terlalu prematur untuk bisa hidup.
Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum inpartu, dan terdapat tanda – tanda
gangguan pembekuan darah.
Tindakan :
1. Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak timbul
dapat diulang setelah 6 jam.
2. Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikan dosis menjadi 50 mcg tiap 6
jam.
3. Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4 dosis atau 200 mcg.
4. Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian rupture uteri.
5. Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian misoprostol.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Induksi persalinan adalah merangsang uterus untuk memulai terjadinya
persalinan Akselerasi persalinan adalah meningkatkan frekuensi, lama, dan
kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan. Induksi persalinan adalah
merangsang uterus untuk memulai terjadinya persalian. Akselerasi persalinan
adalah meningkatkan frekuensi, lama dan kekuatan kontraksi uterus dalam
persalinan. Tujuan tindakan induksi dan akselerasi persalinan adalah mencapai his
3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik.
DAFTAR PUSTAKA