Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TOODLER

(1-3 TAHUN) DI DESA AENG TONGTONG KECAMATAN SARONGGI


KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2014
Ratna Indriyani, Program Studi Diploma Kebidanan FIK Universitas Wiraraja,
e-mail:zhafiranourya@gmai.com
Dian Permatasari, Program Studi Diploma Kebidanan FIK Universitas Wiraraja,
e-mail:dian_ashadi01@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pada umumnya usia 1-3 tahun pertama kehidupan akan menentukan kualitas hidup anak di
kemudian hari. Pertumbuhan optimal dan perkembangan bertujuan untuk membuat anak tidak
hanya tumbuh secara fisik, tetapi juga memiliki kualitas hidup yang baik. Status gizi yang baik
memainkan peran dalam membantu perkembangan anak. Masalah dalam penelitian ini terdapat 2
(20%) anak yang mengalami penyimpangan dari yang seharusnya tidak ada. Tujuan dalam
penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia toodler (1-
3 tahun) di desa Aeng TongTong Kecamatan Saronggi.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan dengan rancangan cross sectional.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 38 anak dan sampelnya yaitu
sebanyak 35 anak dengan menggunakan KPSP dan kuesioner. Teknik sampel yang digunakan
yaitu simple random sampling. Sedangkan analisis data menggunakan uji spearman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (65,7%) anak memiliki status gizi
normal, dan sebagian besar (51,4%) anak mengalami perkembangan yang sesuai. Dari hasil uji
statistik menunjukkan (ρ = 0,664 ˃ α = 0,05) sehingga H1 ditolak artinya tidak ada hubungan
antara status gizi dengan perkembangan.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah status gizi tidak memiliki korelasi dengan
perkembangan anak yang dimana status gizi anak yang kurus tidak selamanya menyebabkan
perkembangan anak menjadi menyimpang dan sebaliknya status gizi anak yang normal tidak
selamanya menyebabkan perkembangan anak menjadi sesuai, kemungkinan ada faktor lain yang
dapat mempengaruhi perkembangan pada anak.

Kata Kunci : Perkembangan Anak, Status Gizi, Toodler

PENDAHULUAN periode emas, meskipun pertumbuhan fisik


Pembangunan kesehatan sebagai bagian anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan
dari upaya membangun manusia seutuhnya masa bayi. Anak sering mengalami penurunan
antara lain diselenggarakan melalui upaya nafsu makan sehingga tampak langsing,
kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin berotot dan anak mulai belajar berjalan
sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya (Nusalam, M.Nurs.dkk, 2005:37).
kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di Perkembangan motorik memungkinkan
dalam kandungan sampai lima tahun pertama anak dapat melakukan segala sesuatu yang
kehidupannya, ditujukan untuk terkandung dalam jiwanya dengan sewajarnya.
mempertahankan kelangsungan hidupnya Perkembangan motorik anak yang baik akan
sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak makin memperkaya tingkah laku sehingga
agar mencapai tumbuh kembang optimal baik memungkinkan anak memperkaya
fisik, mental, emosional maupun sosial serta perbendaharaan mainannya bahkan
memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan memungkinkan anak memindahkan aktivitas
potensi genetiknya (Depkes RI, 2005). bermainnya, kreativitas belajar dan bekerja
Perkembangan awal anak penting memungkinkan anak dapat melakukan
dijadikan perhatian khusus, sebab akan perintah, memungkinkan anak melakukan
menentukan tahap perkembangan selanjutnya. kewajiban, tugas-tugas bahkan keinginan-
Perkembangan motorik anak lebih cepat keinginannya sendiri (Soejanto, 2005).
berjalan pada masa anak usia dini sering Aspek-aspek perkembangan yang
disebut dengan istilah “golden age” atau masa dipantau adalah motorik kasar, motorik halus,

99
100 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

kemampuan bicara dan bahasa serta perkembangan yang dialami individu, akibatnya
sosialisasi dan kemandirian. Salah satu upaya proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai
untuk mengetahui adanya penyimpangan dengan usianya yang pada akhirnya semua itu
perkembangan bayi dan balita secara dini yaitu akan berimplikasi pada perkembangan aspek
dengan menggunakan penilaian deteksi dini lain.
penyimpangan perkembangan pada anak. Sedangkan data berdasarkan
Melalui deteksi dini dan mengetahui adanya RISKESDAS 2013 Indikator untuk menentukan
masalah pada perkembangan anak, maka anak yang harus dirawat dalam manajemen gizi
pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, buruk adalah keadaan sangat kurus yaitu anak
sehingga tumbuh kembang anak dapat dengan nilai Zscore <-3,0 SD. Prevalensi
berlangsung optimal (Depkes, 2005). sangat kurus secara nasional tahun 2013 masih
Dari jumlah balita di Indonesia sekitar cukup tinggi yaitu 5,3 persen, terdapat
10% dari seluruh populasi. Sebagai calon penurunan dibandingkan tahun 2010 (6,0 %)
generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh dan tahun 2007 (6,2 %). Demikian pula halnya
kembang balita di Indonesia perlu mendapat dengan prevalensi kurus sebesar 6,8% juga
perhatian serius. Pembinaan pertumbuhan menunjukkan adanya penurunan dari 7,3%
perkembangan anak secara komperhensip dan (tahun 2010) dan 7,4% (tahun 2007). Secara
berkualitas yang diselenggarakan melalui keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini sangat kurus menurun dari 13,6% pada tahun
penyimpangan pertumbuhan perkembangan 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013. Pada
balita dilakukan "masa kritis" (Depkes.RI, tahun 2013 prevalensi gemuk secara nasional
2005:1) di Indonesia adalah 11,9%, yang menunjukkan
Ditemukan lebih 200 juta anak di bawah 5 terjadi penurunan dari 14,0% pada tahun 2010.
tahun tidak berkembang sesuai umur. Terdapat 12 provinsi yang memiliki masalah
Kebanyakan di temukan di daerah Asia selatan anak gemuk di atas angka nasional.
dan Afrika bagian sahara yang dikarenakan Masalah kesehatan masyarakat sudah
oleh kemiskinan, nutrisi yang kurang, krisis dianggap serius bila prevalensi kurus antara
kesehatan dan lingkungan yang tidak memadai 10,0%-14,0% dan dianggap kritis bila ≥15,0%
(KIA-KR UGM, 2008). (WHO 2010). Pada tahun 2013, secara
Berdasarkan data di Puskesmas Saronggi nasional prevalensi kurus pada anak balita
dari 14 Desa, yang mengalami cakupan masih 12,1%, yang artinya. masalah kurus di
terendah dalam pemantauan tumbuh kembang Indonesia masih merupakan masalah
adalah di Desa Aeng TongTong yaitu hanya kesehatan masyarakat yang serius.
terdapat 81,8% balita yang dapat dipantau dari Berdasarkan data hasil kegiatan
jumlah 110 balita yang ada. Dengan cara Pemantauan Status Gizi (PSG) dengan
pengamatan sementara yang dilakukan peneliti indikator BB/TB yang diperoleh dari Dinas
pada tanggal 11 januari 2014 terhadap 10 Kesehatan Kabupaten Sumenep didapatkan
orang anak 1-3 Tahun di Desa Aeng bahwa pada tahun 2012 dari 27 kecamatan,
TongTong diperoleh data, bahwa dari 2 (20 %) terdapat 4 kriteria yang menjadi penilaian
anak mengalami penyimpangan, 5 (50%) anak dalam melakukan hasil kegiatan pemantauan
mengalami perkembangan yang meragukan status gizi meliputi sangat kurus, kurus, normal,
dan 3 (30%) anak yang tidak mengalami gemuk.
keterlambatan perkembangan / normal. Jadi Dari 27 Kecamatan terdapat 3.871 balita
masalah dalam penelitian ini adalah yang dipantau status gizinya. Diwilayah kerja
terdapatnya penyimpangan tumbuh kembang UPT. Puskesmas Saronggi diperoleh 1,1%
usia toodler (1-3 Tahun) yaitu 2 (20%) di Desa balita yang masuk dalam kategori sangat kurus.
AengTongTong Kecamatan Saronggi Tahun Terdapat 6,0% balita yang masuk dalam
2013 kategori kurus. Berdasarkan data tersebut
Mahendra dan Saputra (2006) Saronggi masuk peringkat ke 2 dalam kategori
menyatakan perkembangan motorik sangat sangat kurus dibandingkan dengan Kecamatan
dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan yang lainnya.
perlakuan gerak yang sesuai dengan masa Berdasarkan data diatas pentingnya
perkembangannya. Jadi secara anatomis, untuk mengetahui status gizi balita untuk
perkembangan akan terjadi pada struktur tubuh memantau perkembangan disetiap harinya.
individu yang berubah secara proporsional Perlunya deteksi dini dan penanganan dini,
seiring dengan bertambahnya usia seseorang. untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Status gizi yang kurang akan menghambat laju manusia kelak. Deteksi dini dapat dilakukan
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 101

dengan menggunakan beberapa alat skrining seluruh ibu beserta anak usia Toodler (1-3
seperti Kuesioner Pra Skrining Perkembangan Tahun) di Desa Aeng TongTong Kecamatan
(KPSP). Dengan skrining perkembangan Saronggi yaitu sebanyak 38 responden, jadi
adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana
besar sampel yang digunakan dalam penelitian
dan murah bagi anak-anak yang tanpa gejala
namun mempunyai risiko tinggi atau dicurigai ini adalah sebanyak 35 orang, Teknik
mempunyai masalah. pengambilan sampel yaitu menggunakan
Menurut Anwar (2000), zat-zat gizi yang Simple Random sampling. Dalam penelitian ini
dikonsumsi batita akan berpengaruh pada variabel independen yaitu satatus gizi
status gizi batita. Perbedaan status gizi batita sedangkan variabel dependen yaitu
memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan anak usia toodler (1-3 tahun).
perkembangan anak, dimana jika gizi yang
Alat atau instrument yang di gunakan dalam
dikonsumsi tidak terpenuhi dengan baik maka
perkembangan balita akan terhambat. Apabila mengukur perkembangan anak penelitian
balita mengalami kekurangan gizi akan menggunakan kuesioner pra skrining
berdampak pada keterbatasan pertumbuhan, perkembangan (KPSP) merupakan suatu daftar
rentan terhadap infeksi, peradangan kulit dan pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang
akhirnya dapat menghambat perkembangan tua dan dipergunakan sebagai alat untuk
anak meliputi kognitif, motorik, bahasa, dan melakukan skrining perkembangan anak usia 1-
keterampilannya dibandingkan dengan batita
3 Tahun. Sedangkan instrumen yang
yang memiliki status gizi baik.
Salah satu perkembangan anak yang digunakan untuk mengukur status gizi anak
memegang peran penting dalam tumbuh pada usia toodler (1-3 tahun) dengan
kembang anak adalah gizi atau nutrisinya, yang menggunakan Z-skor. Kuesioner untuk
dimana kebutuhan pada tiap anak berbeda menggali fakta dengan bentuk pertanyaan
dengan orang dewasa. Jadi orang tua perlu tertutup (closed ended).
memberikan nutrisi yang mendukung
perkembangan anak. Penting untuk diketahui HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
setiap orangtua, bahwa proses perkembangan
Keadaan Demografi (Kependudukan)
dan pertumbuhan anak dimulai sejak ia masih
dalam kandungan, hingga anak berusia 3 Desa Aeng TongTong Kecamatan Saronggi,
tahun. Pada masa-masa inilah sel-sel saraf Jumlah penduduk sebanyak 1.590 jiwa yang
otak berkembang sangat pesat. Jika pada terdiri dari laki-laki 742 jiwa (46,7%) dan
masa ini bayi tidak mendapatkan kebutuhan perempuan 848 jiwa (53,3%). Jumlah penduduk
gizinya, kekurangannya tak akan bisa dipenuhi tiap dusun adalah sebagai berikut:
lagi di kemudian hari. Karena itu, penting untuk Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
bisa memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang di Kelamin Di Desa Aeng TongTong
usia ini (Kompas.com, 28 Juli 2009). Kecamatan Saronggi Kabupaten
Dengan adanya deteksi secara dini maka Sumenep 2014
akan lebih gampang untuk mengetahui adanya ∑ ∑
penyimpangan atau tidak secara dini, jika di Nama ∑ Laki
No Peremp Pendud
suatu Desa tersebut terdapat penyimpangan Dusun – Laki
uan uk
perkembangan maka perlu segara ditangani 1. Duko 343 416 759
agar tidak berdampak dikemudian hari. Maka 2. Endana 203 218 421
peneliti ingin mengetahui hubungan status gizi 3. Gendis 192 214 410
dengan perkembangan pada anak usia toodler Sarana dan tenaga kesehatan di Desa
(1–3 tahun). Dengan demikian kita dapat Aeng TongTong Kecamatan Saronggi
mengetahui apakah ada hubungan status gizi Kabupaten Sumenep Tahun 2014 terdiri dari 1
anak dengan perkembangan anak secara buah polindes dan 3 pos posyandu. Jumlah
optimal atau tidak. tenaga kesehatan di Desa Aeng Tong-Tong
Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep
METODE adalah sebagai berikut :
Desain penelitian yang di gunakan adalah
observasional analitik. Rancang bangun
penelitian menggunakan pendekatan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
102 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

Tabel 2. Jumlah Sarana dan Tenaga 3. Status Gizi Anak


Kesehatan di Desa Aeng TongTong Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
Kecamatan Saronggi Kabupaten Status Gizi Anak Usia Toodler di Desa
Aeng TongTong Kecamatan Saronggi
Sumenep Tahun 2014
Kabupaten Sumenep Tahun 2014
Sarana Jumlah Tenaga
No Responden
Kesehatan Kesehatan No Status Gizi
1 orang Bidan Desa Frekuensi Persentase (%)
1. Polindes Sangat
1 orang Perawat Desa 1 0 0
Kurus
2. Posyandu 3 Pos Posyandu
2 Kurus 10 28,6
Kader
3. 15 orang 3 Gemuk 2 5,7
Kesehatan
4 Normal 23 65,7
HASIL Jumlah 35 100
1. Usia Toodler Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan sebagian besar responden berstatus gizi
Usia Toodler di Desa Aeng TongTong normal
Kecamatan Saronggi Kabupaten 4. Perkembangan Anak
Sumenep Tahun 2014 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
Responden Perkembangan Anak Usia Toodler di
No Usia Presentase
Frekuensi Desa Aeng TongTong Kecamatan
(%) Saronggi Kabupaten Sumenep Tahun
1. 12 – 15 6 17,1 2014
2. 16 – 19 7 20 Responden
3. 20 – 23 8 22,9 No Perkembangan Frekuen Persentase
4. 24 – 27 4 11,4 si (%)
5. 28 – 31 2 5,7 Ada
1 2 5,7
Penyimpangan
6. 32 – 36 8 22,9 2 Meragukan 15 42,8
Jumlah 35 100 3 Sesuai 18 51,4
Jumlah 35 100
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa
sebagian kecil responden memiliki usia 20-23 sebagian besar responden mengalami
bulan dan 32-36 bulan perkembangan yang sesuai
2. Pekerjaan Ibu 5. Analisa Hubungan Status Gizi dengan
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Anak Usia Toodler (1-3
Pekerjaan Ibu Yang Mempunyai Anak tahun) Di Desa Aeng TongTong
Usia Toodler di Desa Aeng TongTong Kecamatan Saronggi.
Kecamatan Saronggi Kabupaten Tabel 7. Hasil Tabulasi Silang Antara
Sumenep Tahun 2014 Hubungan Status Gizi Dengan
Responden
Pekerjaan Perkembangan Anak Usia Toodler (1-3
No Persentase
Ibu Frekuensi tahun) di Desa Aeng TongTong
(%)
1 IRT 9 25,7 Kecamatan Saronggi Tahun 2014
2 Petani 17 48,6 Perkembangan Anak
Swasta/ N Ada
3 6 17,1 Status Gizi
pedagang o Sesuai Meraguk Penyimp
Pegawai an angan
4 3 8,6 N % n % n %
Negeri
Jumlah 35 100 1. Sangat 0 0 0 0 0 0
Kurus
Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa 2. Kurus 6 60 3 30 1 10
hampir setengahnya responden bekerja 3. Gemuk 1 50 1 50 0 0
sebagai petani 4. Normal 11 47,8 11 47,8 1 4,3
Jumlah 18 51,4 15 42,9 2 5,7
α = 0,05 Asymp.sign = 0,664
Berdasarkan tabel 7. menunjukkan bahwa
pada kelompok responden yang memiliki
status gizi kurus sebagian besar (60%)
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 103

mengalami perkembangan yang sesuai dan anaknya memiliki status gizi normal dan ibu
responden yang memiliki status gizi gemuk yang berpendidikan PT seluruh (100%)
setengahnya (50%) mengalami perkembangan anaknya memiliki status gizi normal.
yang sesuai dan meragukan, sedangkan Menurut Notoadmojo (2005) pendidikan
responden yang memiliki status gizi normal dapat berpengaruh terhadap seseorang
hampir setengahnya (47,8%) mengalami termasuk perilaku seseorang, pola hidup
perkembangan yang sesuai dan meragukan. terutama dalam melaksanakan aktivitas yang
Hasil uji didapatkan hasil 0,664 ˃ 0,05 positif, makin tinggi tingkat pendidikan
atau ρ > α maka dapat disimpulkan tidak ada seseorang, makin mudah menerima informasi
hubungan status gizi dengan perkembangan sehingga makin banyak pengetahuan yang
anak usia Toodler (1-3 tahun) di Desa Aeng dimiliki.
TongTong Kecamatan Saronggi Tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
dapat menentukan tingkat pengetahuan
PEMBAHASAN seseorang, seperti halnya semakin tinggi
1. Status Gizi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
Berdasarkan hasil Penelitian diketahui pengetahuan seseorang. Pendidikan dapat
bahwa sebagian besar (65,7%) responden menetukan sikap ibu dalam pemenuhan nutrisi
mengalami status gizi normal, hampir pada anaknya, yang dimana semakin baik
setengahnya (28,6%) responden mengalami pendidikan ibu, makin baik pula status gizi anak
status gizi kurus dan sebagian kecil (5,7%) dalam pertumbuhannya. Hal tersebut perlu
responden mengalami status gizi gemuk. ditingkatkan agar pertumbuhan anak lebih baik
Pendidikan ibu sebagian besar (51,4%) ibu dari sebelumnya.
memiliki pendidikan terakhir adalah SD dan Berdasarkan hasil tabulasi silang
hampir setengahnya (48,6%) ibu bekerja diketahui bahwa ibu yang bekerja sebagai IRT
sebagai petani. hampir seluruhnya (88,9%) memiliki anak yang
Status gizi Balita adalah keadaan tubuh status gizinya normal, ibu yang bekerja sebagai
sebagai akibat konsumsi makanan dan pertani sebagian besar (52,9%) anaknya
penanggulangan zat-zat gizi. Status gizi berstatus gizi kurus, ibu yang bekerja sebagai
merupakan gambaran keseimbangan antara swasta/pedagang hampir seluruhnya (83,3%)
kebutuhan terhadap zat gizi dengan memiliki anak yang status gizinya normal dan
penggunaannya dalam tubuh, (Supriasa, 2001). ibu yang bekerja sabagai pegawai negeri
Menurut Anwar (2000), zat-zat gizi yang seluruhnya (100%) memiliki anak yang status
dikonsumsi batita akan berpengaruh pada gizinya normal.
status gizi batita. Perbedaan status gizi batita Karakteristik pekerjaan seseorang dapat
memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap mencerminkan pendapatan, status sosial,
perkembangan anak, dimana jika gizi yang pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera
dikonsumsi tidak terpenuhi dengan baik maka atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok
perkembangan balita akan terhambat. Apabila populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu
balita mengalami kekurangan gizi akan determinan risiko dan determinan terpapar
berdampak pada keterbatasan pertumbuhan, yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu
rentan terhadap infeksi, peradangan kulit dan serta merupakan prediktor status kesehatan
akhirnya dapat menghambat perkembangan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja
anak meliputi kognitif, motorik, bahasa dan (Widyastuti, 2005).
keterampilannya dibandingkan dengan batita Dimana makin tinggi tingkat pendidikan
yang memiliki status gizi baik. Ada faktor-faktor seseorang maka makin mudah dalam
yang mempengaruhi status gizi anak yang memperoleh pekerjaan, sehinggah semakin
meliputi faktor external (pendapatan, banyak pula penghasilan yang diperoleh. Hal ini
pendidikan, pekerjaan, budaya) dan faktor berkaitan dengan pekerjaan ibu sebagai
internal (usia, kondisi fisik, infeksi) (Nursalam, pegawai negeri, dimana semakin tinggi
2001). pekerjaan seseorang maka pendapatan yang
Berdasarkan hasil tabulasi silang diperolehnya juga banyak, sedangkan pada ibu
diketahui bahwa ibu yang berpendidikan SD yang bekerja sebagai petani juga tidak
setengahnya (50%) mempunyai anak yang selamanya mendapatkan pendapatan yang
status gizinya normal, ibu yang berpendidikan sedikit pula, meskipun sebagian besar anak
SMP hampir seluruhnya (87,5%) mempunyai memiliki status gizi kurus, ini berhubungan
anak yang status gizinya normal, ibu yang dengan status ekonomi seseorang karena
berpendidikan SMA sebagian besar (66,7%) status ekonomi seseorang menentukan nilai
104 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

beli suatu makanan, sehingga ibu cenderung mudah menyerap informasi sehingga ilmu
memberikan nutrisi yang baik untuk anaknya, pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun
sehingga anak mencapai status gizi yang sebaliknya yang berpendidikan rendah akan
optimal. mengalami hambatan dalam menyerap
Penelitian oleh Dian Kholika Hamal, informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih
M.Kes (2010) yang meneliti mengenai rendah yang berdampak pada kehidupannya.
hubungan pendidikan dan pekerjaan orangtua Berdasarkan uraian diatas, semakin tinggi
serta pola asuh dengan status gizi balita di kota pendidikan maka semakin baik pula dalam
dan kabupaten tangerang, banten. Penelitian mengaplikasikan materi dalam perkembangan
menunjukkan hasil uji bivariat menunjukkan batita yang diperoleh ibu yang berpendidikan
secara statistik ada hubungan yang bermakna tinggi akan lebih baik dalam mengasah
(p-value < 0.05) antara pendidikan ayah dan perkembangan batita dibandingkan dengan ibu
status gizi balita, sementara variabel lainnya yang berpendidikan rendah. Namun hal ini tidak
(pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan ayah, sesuai bagi ibu yang berpendidikan SD, karena
rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ ibu yang berpendidikan SD mempunyai batita
higiene dan sanitasi, serta perawatan yang sebagian besar perkembangannya
kesehatan balita dalam keadaan sakit) secara sesuai, hal ini mungkin terjadi karena ibu
statistik tidak menunjukkan adanya hubungan mempunyai pengetahuan yang baik, yang
yang bermakna (p-value ≥ 0.05) terhadap diperoleh dari pengalaman dan informasi yang
status gizi balita. didapatnya dari penyuluhan yang didapatnya di
Berdasarkan kondisi dilapangan, posyandu.
diketahui pendidikan ibu sebagian besar adalah Untuk meningkatkan atau memperbaiki
SD. Jika dilihat secara deskriptif dapat diketahui perkembangan batita agar perkembangan
bahwa ada hal yang bertolak belakang, dimana batita sesuai dengan usianya, maka stimulasi
seperti diketahui bahwa status gizi batita yang harus diberikan pada batita dan untuk
diteliti sebagian besar adalah normal, tetapi memberikan stimulasi orang tua atau pengasuh
sebagian besar pendidikan ibu adalah SD. harus mengetahui semua aspek-aspek,
Tingkat pendidikan tidak selamanya pemenuhan kebutuhan dasar tentang
mempengaruhi status gizi anak, hal ini dapat perkembangan pada batita. Oleh karena itu
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pengetahuan masyarakat harus ditingkatkan
pengalaman Orang Tua dan informasi yang tentang perkembangan melalui sosialisasi
diperolehnya. tenaga kesehatan dan kader kesehatan serta
2. Perkembangan Anak Usia 1-3 tahun melakukan pemantauan dan pemeriksaan
Berdasarkan data hasil penelitian perkembangan.
diketahui bahwa dari 35 Anak sebagian besar Berdasarkan hasil crosstabulasi diketahui
(51,4%) anak responden memiliki bahwa ibu yang bekerja sebagai IRT sebagian
perkembangan yang sesuai, hampir besar (66,7%) mempunyai anak yang
setengahnya (42,8%) anak mengalami perkembangannya sesuai, ibu yang bekerja
perkembangan yang meragukan dan sebagian sebagai pertani sebagian besar (52,9%)
kecil (5,7%) anak mengalami penyimpangan. mempunyai anak yang perkembangannya
Berdasarkan hasil tabulasi silang meragukan, ibu yang bekerja sebagai
diketahui bahwa ibu yang berpendidikan SD swasta/pedagang setengahnya (50%)
sebagian besar (55,6%) mempunyai anak yang mempunyai anak yang perkembangannya
perkembangannya sesuai, ibu yang sesuai dan meragukan sedangkan ibu yang
berpendidikan SMP sebagian besar (62,5%) bekerja sabagai pegawai negeri seluruhnya
mempunyai anak yang perkembangannya (100%) mempunyai anak yang
meragukan, ibu yang berpendidikan SMA perkembangannya sesuai.
sebagian besar (66,7%) mempunyai anak yang Menurut Markom dan Erick yang dikutip
perkembangannya meragukan dan ibu yang Nursalam (2001) mengemukakan bahwa
berpendidikan PT seluruhnya (100%) pekerjaan umumnya merupakan hal penting
mempunyai anak yang perkembangannya dan cenderung menyita waktu serta
sesuai. memerlukan aktifitas. Hal ini sesuai dengan
Menurut Nursalam (2001) bahwa semakin pekerjaan ibu yaitu petani dan pedagang yang
tinggi pendidikan sesorang, maka semakin dapat menyita waktu untuk memperoleh
mudah menerima informasi sehingga makin pengetahuan dan informasi tentang
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. perkembangan baduta, dengan informasi yang
Responden yang berpendidikan tinggi akan kurang maka pengetahuan ibu yang bekerja
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 105

sebagai petani dan pedagang juga akan Anak merupakan individu yang berada
berpengaruh terhadap pemberian stimulasi dalam satu rentang perubahan perkembangan
pada Batita. yang dimulai dari bayi hingga remaja.
Hal ini karena responden yang bekerja Perkembangan berarti bertambahnya
sebagai petani dan pedagang sibuk dalam kemampuan, struktur, dan fungsi yang lebih
pekerjaannya sehingga kurang dalam kompleks. Rentang perkembangan seorang
pemberian pola asuh pada anaknya, lain halnya anak dengan anak yang lain dapat berbeda
ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri mengingat perbedaan latar belakang setiap
memiliki pendidikan yang baik, sehinggah anak. Pada anak terdapat rentang perubahan
pengetahuan responden tentang pola asuh juga pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang
baik. Orang tua sangat berperan dalam cepat dan lambat. Proses perkembangan anak
pengasuhan anak, mulai dari pemberian nutrisi ditandai dengan perkembangan kognitif,
yang lengkap dan seimbang, hingga membantu konsep diri, pola koping, dan perilaku sosial.
anak mencapai perkembangan yang optimal Jika perkembangan anak tidak diterapkan
(Santrock, 2007). Oleh karena itu, penerapan secara dini maka akan berdampak dikemudian
pola asuh orang tua sangat penting utamanya hari.
adalah seorang ibu karena seorang ibu Berdasarkan hasil yang diperoleh
merupakan lingkungan pertama dan menjadi dilapangan sebagian besar (51,4%) responden
pembentuk awal hubungan interpersonal memiliki perkembangan yang sesuai, hal
dengan anak dalam mempertahankan tersebut perlu ditingkatkan agar perkembangan
kehidupan fisik anak dan meningkatkan anak dimasa depan lebih baik dari sebelumnya.
kesehatannya, memfasilitasi dan menstimulasi Dan juga dengan adanya rangsangan dari
anak mengembangkan kemampuan sejalan lingkungan sekitar dan keseriusan orang tua
dengan tahapan perkembangannya dan dalam memberikan arahan dan bimbingan pada
mendorong peningkatan kemampuan anak dalam bentuk apapun amat dibutuhkan
berperilaku sesuai dengan nilai agama dan karena dapat merangsangan perkembangan
budaya yang diyakininya (Wong, 2008). intelektual dimana dengan melaksanakan
Menurut Hidayat (2005), perkembangan eksplorasi dan manipulasi terhadap alat
anak ditentukan oleh faktor internal (genetika permainan anak belajar memecahkan masalah.
dan pengaruh hormone). Faktor eksternal 3. Hubungan Status Gizi Dengan
(prenatal, kelahiran, pascanatal yang terdiri dari PerkembanganAnak Usia Toodler (1 - 3
gizi meliputi status gizi, pemberian ASI, nutrisi, Tahun)
penyakit kronis, lingkungan fisik dan kimia, Dari hasil uji statistik didapatkan
psikologis, endokrin, sosial ekonomi, signifikasi uji (ρ) 0,664 yang berarti ρ > α (α =
lingkungan pengasuh, stimulasi, obat-obat). 0,05) sehingga H1 ditolak atau H0 diterima yaitu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tidak ada Hubungan Status Gizi dengan
Lisa Ulfa Farrah (2012) yang berjudul Perkembangan di Desa Aeng TongTong
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep
Perkembangan Motorik Kasar Balita Di Tahun 2013.
Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
Mergangsan Yogyakarta (ρ = 0,000) yang disampikan oleh Mahendra dan Saputra (2006)
berarti bahwa ada Hubungan Pemberian ASI menyatakan perkembangan motorik sangat
Eksklusif Dengan Perkembangan Motorik Kasar dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan
Balita Di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa
Mergangsan Yogyakarta. perkembangannya. Status gizi yang kurang
Dan penelitian oleh Siti Dewi Rahmawati akan menghambat laju perkembangan yang
dan Septiarini Pujiastuti (2012) yang berjudul dialami individu, akibatnya proporsi struktur
Hubunga pola asuh dengan perkembangan tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya
anak usia prasekolah di TK Kartika X-9 Cimahi yang pada akhirnya semua itu akan
2012 yang mengatakan bahwa ada Hubunga berimplikasi pada perkembangan aspek lain.
pola asuh dengan perkembangan anak usia Dalam pertumbuhan dan perkembangan
prasekolah di TK Kartika X-9 Cimahi 2012 (ρ = anak memerlukan zat gizi agar proses
0,013). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berjalan
perkembangan motorik kasar balita dipengaruhi dengan baik. Zat-zat gizi yang dikonsumi batita
oleh pemberian ASI eksklusif dan akan berpengaruh pada status gizi batita.
perkembangan anak juga dipengaruhi oleh pola Perbedaan status gizi batita memiliki pengaruh
asuh orang tua. yang berbeda pada setiap perkembangan anak,
106 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

apabila gizi seimbang yang dikomsumsi tidak berperan penting dalam perkembangan seperti
terpenuhi, pencapaian pertumbuhan dan yang paling penting adalah stimulasi.
perkembangan anak terutama perkembangan Saat ini diperlukan upaya menyeluruh
motorik yang baik akan terhambat. untuk menjaga tumbuh kembang anak sedini
Berdasarkan pada hasil penelitian mungkin bahkan sejak dalam kandungan
dilapangan tidak mendapatkan Hubungan sampai usia lima tahun. Pemberian stimulasi
Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia diperlukan sesuai usia anak. Meningkatkan
Toodler (1-3 tahun) di Desa Aeng TongTong peran serta ibu untuk selalu mendapat
Kecamatan Saronggi, sama seperti penelitian informasi mengenai status gizi dan
yang diteliti oleh Dr. Glady Gunawan, Sp.A perkembangan anak, sehingga apabila terjadi
(2010) yang meneliti mengenai hubungan kecurigaan adanya gangguan atau
status gizi dengan perkembangan anak usia 1- keterlambatan perkembangan dapat di deteksi
2 tahun di Kabupaten Bandung. Hasil penelitian secara dini. Perlunya penelitian lebih lanjut
menunjukkan tidak ada hubungan antara mengenai perkembangan anak terutama saat
hubungan status gizi dengan perkembangan anak masih dibawah 3 tahun.
anak usia 1-2 tahun. Pada usia 1-2 tahun,
sebagian besar anak masih mendapatkan KESIMPULAN
perhatian dari ibunya mengenai makanan dan 1. Anak usia Toodler (1-3 tahun) di Desa Aeng
masih meminum ASI sehingga perkembangan TongTong Kecamatan Saronggi sebagian
termasuk dalam kategori meragukan, belum besar memiliki status gizi normal.
ada perkembangan dengan kategori 2. Anak usia Toodler (1-3 tahun) di Desa Aeng
penyimpangan. Pada penelitian di Porong – TongTong Kecamatan Saronggi hampir
Sidoarjo oleh Proboningsih dkk, juga tidak setengahnya memiliki perkembangan yang
mendapatkan hubungan antara status gizi sesuai.
dengan perkembangan anak (ρ =0,09). 3. Status gizi dengan perkembangan anak usia
Status gizi batita tidak selamanya Toodler (1-3 tahun) di Desa Aeng TongTong
mempengaruhi perkembangan. Ada faktor lain Kecamatan Saronggi tidak memiliki korelasi.
yang mungkin dapat mempengaruhi
perkembangan batita seperti faktor lingkungan SARAN
(prenatal, kelahiran, pascanatal yang terdiri dari 1. Bagi Peneliti
gizi meliputi status gizi, pemberian ASI, nutrisi, Penelitian ini hanya mengukur status gizi
penyakit kronis, lingkungan fisik dan kimia, dengan perkembangan anak usia Toodler.
psikologis, endokrin, sosial ekonomi, Peneliti lain hendaknya lebih
lingkungan pengasuh, stimulasi, obat-obat). mengembangkan penelitian faktor lain yang
Menurut hasil penelitian Ulfa Farrah Lisa (2012) lebih mempengaruhi perkembangan anak
yang berjudul Hubungan Pemberian ASI selain status gizi dengan mengutamakan uji
Eksklusif Dengan Perkembangan Motorik Kasar validitas dan reabilitas sebelum melakukan
Balita Di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan pengumpulan data.
Mergangsan Yogyakarta diketahui (ρ=0,000) 2. Bagi Profesi Kebidanan
yang berarti ada hubungan yang bermakna Bagi ilmu kebidanan agar bahan ini dapat
antara pemberian ASI eksklusif dengan dijadikan sebagai masukan tentang status
perkembangan motorik kasar balita. Faktor gizi pada anak.
stimulasi juga memegang peranan penting 3. Bagi Institusi Pendidikan
dalam tumbuh kembang anak. Anak yang Hasil penelitian ini selanjutnya dapat
mendapat stimulasi terarah dan teratur akan digunakan sebagai acuan penelitian
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan berikutnya dan dapat dikembangkan lebih
anak yang tidak/kurang mendapatkan stimulasi luas lagi. Untuk itu diharapkan adanya
Hampir setengahnya dari jumlah penelitian lebih lanjut tentang faktor lain
responden yang memiliki status gizi kurus yang mempengaruhi terjadinya
mengalami perkembangan yang sesuai dan mempengaruhi perkembangan anak.
sebagian besar responden yang memiliki status 4. Bagi Masyarakat / Orang Tua
gizi normal mengalami perkembangan yang Jika orang tua memperhatikan keadaan gizi
sesuai dan meragukan, hal tersebut anak dengan baik, maka dapat membantu
menggambarkan bahwa status gizi anak tidak anak mencapai pertumbuhan dan
memberikan dampak langsung terhadap
perkembangan secara optimal
perkembangan anak, ada faktor lain yang
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 107

DAFTAR PUSTAKA /index.php?option= com_conten


Hidayat.Aziz.A.2007. Riset Keperawatan dan t&task=view&id=4282. Diakses Pada
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Tanggal 20 Desember 2013.
Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Pendekatan Praktik, cetakan Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
ketigabelas. Jakarta: PT Rineka Cipta Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Assunnah, 2007. http://www.mail- Jakarta : Salemba Medika.
archive.com/assunnah@ yahoogroups Hidayat,A.Aziz Alimul.2008.Ilmu Kesehatan
com/msg25269/bahaya_susu_formula.pdf Anak.Jakarta:Salemba Medika
. Diakses pada tanggal 20 Desember KIA-KR. 2008. Maternal and Neonatal Child
2013 Health.Yogyakarta:Minat Utama KIA-
Chumbley, Jane.2003.Tips Soal KESPRO Program S2 IKM FK UGM.
ASI&Menyusui.Jakarta:Erlangga Nursalam,dkk.2008.Asuhan Keperawatan Bayi
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman dan Anak.Jakarta:Salemba Medika
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Purwanti, HS.2004.Konsep Penerapan ASI
Intervensi Dini Tumbuk Kembang Anak Eksklusif.Jakarta:EGC
Ditingkat Pelayanan Kesehatan Roesli,U.2004.SDM Mendatang Tergantung
Dasar.Jakarta ASI Eksklusif.From Http://WWW.gizi.com
Dwiharso. Christoforus Nata. 2010. Tingkat
Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia
Masih Rendah. http:// www.rri.co.id

Anda mungkin juga menyukai