Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARTER PERTEMUAN I

1. Jelaskan apakah perbedaan target tekanan darah berdasarkan panduan JNCVII – JNCVIII
– ESH/ESC 2013 (sumber referensi)!
Jawab :
 JNC VII

Kategori Tekanan Darah (BP)


Sistolik (SBP) Diastolik (DBP)
Normal < 120 < 80
Pre-hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Stage 1 140 - 159 90 – 99
Hipertensi Stage 2 160 - 179 100 – 109

 JNC VIII

Kategori Tekanan Darah (BP)


1 2 Sistolik (SBP) Diastolik (DBP)
Sehat > 60 tahun < 150 < 90
Sehat < 60 tahun <140 < 90
Diabetes Tanpa <140 < 90
Gangguan
Ginjal Kronis
(CKD)
CKD Dengan/ tanpa <140 <90
diabetes

 ESH/ESC 2013

Kategori Tekanan Darah (BP)


1 2 Sistolik (SBP) Diastolik (DBP)
Umum Muda < 140 < 90
Umum < 80 tahun < 150 < 90
Umum >= 80 tahun < 150 < 90
Diabetes < 140 <85
CDK tanpa proteinuria < 140 < 90
CDK dengan proteinuria < 130 < 80

1
2. Jelaskan manajemen terapi pasien hipertensi!
Jawab
Non Farmakologi
 Mengurangi berat badan (jika obesitas)
 Melakukan diet “DASH” -> Dietary Approaches Stop Hypertension
 Diet sodium (idealnya 1,5 g/ hari atau maksimal 3,8 NaCl)
 Melakukan kegiatan fisik (30 menit selama 4-5 hari dalam seminggu)
 Berhenti merokok, mengurangi alkohol dan kafein

Farmakologi

- Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor.


o Benazepril 1 atau 2 tablet (10-40 mg/day)
o Captopril 2 atau 3 tablet (125-150 mg/day)
o Ramipril 1 atau 2 tablet (2,5-10 mg/day)

- Angiotensin II receptor blockers (ARBs)


o Valsatran 1 tablet (80-320 mg/day)
o Azilsatran 1 tablet (40-80 mg/day)
o Losartan 1 atau 2 tablet (50-100 mg/day)

- Calcium channel blockers (CCBs)


o Dihidropyridines
 Amplodipine 1 tablet (2,5-10 mg/day)
 Felodipine 1 tablet (5-20 mg/day)
 Isradipine SR 1 tablet (5-20 mg/day)
o Non-Dihidropyridines
 Diltiazem SR 2 tablet (180-160 mg/day)
 Verapmil SR 1 atau 2 tablet ( 180-480 mg/day)

- Thiazide diuretic
o Chlorthalidone 1 tablet (12,5-25 mg/day)
o Hydrochlorothiazide 1 tablet (12,5 -50 mg/day)
o Indapamide 1 tablet (1,25-2,5 mg/day)

2
3. Sebutkan golongan utama obat hipertensi dan jelaskan mekanisme titik tangkapnya pada
gambar!

Penjelasan
Mekanisme terjadinya hipertensi
Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS) diatur di ginjal berpengaruh terhadap
tekanan darah arteri. Renin adalah enzim yang disekresikan karena beberapa faktor, intrarenal
(penurunan tekanan arteri renal), peningkatan stimulasi simpatetik dan peningkatan sinyal
macula densa (sel tubulus distal).
Renin mengubah Angiotensinogen menjadi Angiotensin I. Angiotensin I dikonversi
oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE) menjadi Angiotensin II. Angiotensin II akan
berikatan pada reseptor AT (AT1 atau AT2) pada beberapa jaringan. AT1 ada di otak, ginjal,
myocardium, perifer dan kelenjar adrenal. AT2 ada di jaringan medula adrenal, uterus dan
otak. AT2 tidak berpengaruh pada keadaan tekanan darah.
Angiotensin II pada korteks adrenal menyebabkan peningkatan sintesis aldosteron
sehingga terjadi reabsorbsi air/sodium yang menyebabkan peningkatan volume darah.
Peningkatan volume darah menyebabkan peningkatan resistensi total perifer sehingga
tekanan darah naik. Pada otot polos vaskuler, menyebabkan vasokontriksi yang
meningkatkan resistensi total perifer sehingga meningkatkan tekanan darah. Pada jantung,

3
angiotensin II menyebabkan peningkatan kontraktilitas sehingga terjadi peningkatan cardiac
output yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Golongan Obat Utama Hipertensi (4) -> 1) ACE Inhibitor ; 2) ARB ; 3) CCB; 4)
Diuretik Thiazid; dan 5) Beta Blocker.
 1. ACE Inhibitor (ACEI)
ACE (Angiotensin Converting Enzyme) mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Dengan ACE Inhibitor, angiotensin II tidak dapat terbentuk
sehingga tidak dapat berikatan pada reseptor AT1.
 2. ARB (Angiotensin II Receptor Blocker)
Angiotensin II yang terbentuk dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena vasokontriksi apabila berikatan dengan reseptor AT1. Sehingga, dengan
adanya ARB, angiotensin II tidak dapat berikatan dengan reseptor dan tidak
terjadi vasokontriksi.
 3. Beta Blocker
Beta blocker bertindak sebagai antagonis pada reseptor beta di jantung.
Apabila ada agonis yang berikatan dengan reseptor beta 1 maka meningkatkan
kecepatan jantung untuk berkontraksi. Sehingga dengan beta blocker akan
menurunkan kontraktilitas jantung dan pembuluh darah mengalami vasodilatasi.
 4. Calcium Channel Blocker
Ca2+ berperan penting dalam terjadinya vasokontriksi dengan melalui kanal
calsium. CCB menghambat masuknya ion Ca2+ tanpa mengganggu masuknya
Na+ dan keluarnya K+
CCB dibagi menjadi dua berdasarkan efeknya pada jantung dan vaskular,
yaitu dihidropiridine dan nondihidropiridine. Dihidropiridin bekerja pada
pembuluh arteri, tidak berefek pada jantung dan vasoselektif sebagai ca2+
antagonis (Contohnya : Nifedipine) . Nondihidropiridin bukan hanya berefek
pada otot polos arteri namun juga otot jantung (Contoh : Diltiazem, Verapamil)
 5. Diuretik
Reabosrbsi sodium (Na) berpengaruh pada kadar Ca 2+ dalam menyebabkan
vasokontriksi. Diuretik (Thiazid) menghambat cotransporter Na+/Cl- sehingga
Na banyak yang dieksresikan.
 6. Aldosteron Antagonis
Aldosteron berperan dalam regulasi ion Na dan K pada ginjal, yaitu reabsorbsi
Na dan eksresi K pada tubulus distal. Aldosteron antagonis menduduki reseptor
aldosteron sehingga tidak bisa membentuk protein yang mengkode kanal Na+/K+
-> Na+ tidak bisa masuk (Contoh : Spironolactone)
 7. Direct Renin Inhibitor
Renin berperan dalam mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. DRI
(contohnya : Aliskiren) menghambat kerja enzim renin sehingga tidak dapat
terbentuk angiotensin I.

4
 Direct Renin Inhibitor -> Menghambat enzim renin sehingga mencegah
angiotensinogen menjadi angiotensin I
 ACE inhibitor -> Menghambat enzim ACE inhibitor sehingga mencegah angiotensin I
menjadi angiotensin II, serta mencefag bradikinin menjadi peptida aktif (ESO dari
obat ACE inhibitor adalah penumpukan bradikinin yang menyebabkan batuk kering
namun dapat menstimulasi prostaglanding yang menyebabkan vasodilatasi)
 Angiotensin II Receptor antagonis -> Mencegah angiotensin II berikatan pada
reseptor sehingga menyebabkan vasodilatasi (Selain jalur angiotensinogen dengan
ACE, angiotensinogen juga dapat menjadi angiotensin II melalui jalur lain. Sehingga
dengan adanya Angiotensin II Receptor antagonis langsung bekerja pada reseptor
AT1 sehingga mencegah vasokontriksi.

4. Sebutkan sub golongan, contoh obat, dosis, indikasi, penggunaan, ADR, IO,
Kontraindikasi obat!

A. TARGETING RENIN-ANGIOTENSIN SYSTEM

1. ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITOR/ ACE INHIBITOR

1 Contoh Obat Captopril


.
2 Dosis Hipertensi akut : 12,5 mg PO,
. Hipertensi : Awal : 25 mg PO setiap 8-12 jam. Dosis Maksimum
459 mg/hari
3 Indikasi Hipertensi, hipertensi akut
.

5
4 Penggunaan Captopril bisa memberikan pengurangan tekanan darah selama 24
. jam dengan pemberian sekali sheari atau dua kali sehari.
5 ADR hyperkalemia, hypersensitivitas, pruritus, takikardia
.
6 IO Efek hipotensi kaptopril meningkat bila diberikan bersama
. diuretik; dosis harus disesuaikan. Reaksi hipotensi yang parah dan
insufisiensi renal yang dapat balik (reversible) dapat terjadi,
terutama pada pasien-pasien dengan cairan dan/atau natrium yang
kurang. Diuretik hemat kalium (spironolakton, amiloride,
triamteren), dan suplemen kalium, harus digunakan secara hati-hati
pada pasien yang mendapatkan kaptopril; data yang terbatas
menunjukkan gangguan fungsi ginjal dapat terjadi. Antasid.
Pemberian bersamaan antasid dan kaptopril dapat menurunkan
bioavailabilitas dari kaptopril s/d 40-45%. Probenecid. Probenecid
dapat meningkatkan kosentrasi kaptopril dan metabolitnya dalam
darah, mungkin dengan menurunkan sekresi tubular kaptopril.
Seberapa penting interaksi ini belum bisa dijelaskan
sepenuhnya.NSAID. Pemberian kaptopril bersamaan dengan
NSAID dapat menurunkan respon penurunan tekanan darah dari
kaptopril dan beberapa data menyatakan kombinasi ini dapat
menurunkan fungsi ginjal yang akut. Tekanan darah dan fungsi
ginjal harus dimonitor
7 Kontraindikasi Kaptopril kontraindikasi pada pasien yang hipersensitifitas tehadap
. penghambat enzim konversi angiotensin (termasuk angioedema).
Kaptopril tidak boleh digunakan pada kehamilan

2. ANGIOTENSIN-RECEPTOR BLOCKER/ARB

1 Contoh Obat Candesartan


.
2 Dosis hipertensi 16 mg/hari PO
.
3 Indikasi Hipertensi. Terapi gagal jantung & gangguan fungsi sistolik
. ventrikel kiri

6
4 Penggunaan
.

5 ADR Nyeri punggung, pusing, infeksi saluran napas atas, faringitis, &
. rinitis, batuk, sakit tenggorokan, pusing, sakit kepala, vertigo,
infeksi saluran pernapasan
6 IO Obat penurun TD lainnya, litium, OAINS seperti indometasin
.
7 Kontraindikasi Gangguan hati berat dan atau kolestasis. Hamil trimester 2 & 3,
. laktasi.

B. ADRENORECEPTOR ANTAGONISTS
1. B- BLOCKER

1. Contoh Obat Atenolol


2. Dosis Hipertensi : 25-50 mg/hari PO, dpt ditingkatkan sampai 100
mg/hari PO
3. Indikasi hipertensi, angina pectoris karena aterosklerosis koroner, infark
miokardial akut
4. Penggunaan

5. ADR kelelahan, hipotensi, brakikardi, depresi, nausea, diare


6. IO  Obat katekokolamin-depleting seperti reserpin kemungkinan
mempunyai efek aditif bila diberikan bersamaan dengan obat-

7
obat golongan beta blocker. Hal ini bisa menyebabkan hipotensi,
bradikardi, vertigo, sinkop, atau hipotensi postural.
 Hal yang sama juga bisa terjadi jika digunakan bersamaan
dengan obat golongan calcium chanel blocker, dan amiodarone
(obat anti aritmia dengan sifat chronotropic).
 isopiramid (obat aritmia tipe 1 dengan efek inotropik kuat dan
efek chronotropic) meningkatkan potensi terjadinya bradikardi
berat, dan gagal jantung bila diberikan bersamaan dengan beta
blocker.
 Pemberian bersamaan dengan penghambat prostaglandin
synthase misalnya indometacin, dapat mengurangi efek hipotensi
obat-obat golongan beta blocker.

7`. Kontraindikasi  Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi


hipersensitivitas terhadap  atenolol atau obat golongan beta
blocker lainnya.
 Obat-obat golongan beta blocker sebaiknya tidak diberikan
kepada pasien dengan riwayat asma atau bronkospasme.

2. α BLOCKER

1. Contoh Obat Doxazosin


2. Dosis hipertensi immediate release 1-16 mg/hari PO pagi atau siang hari
3. Indikasi Terapi utk hipertensi dan dapat digunakan sebagai agen awal untuk
mengontrol tekanan darah pada sebagian besar pasien. Dapat
dikombinasikan dengan agen lain seperti thiazide diuretik,b-bloker,
kalsium antagonis atau ACE inhibitor pada pasien yang tidak dapat
diterapi dengan agen hipertensi tunggal. Terapi utk hiperplasia
prostat jinak & utk mengurangi aliran urin yg berhubungan dg
hiperplasi prostat jinak. dapat digunakan pada pasien hiperplasia
prostat jinak yang hipertensif maupun normotensif.
4. Penggunaan

5. ADR hipotensi, pusing, keadaan pingsan (jarang); hipotensi ortostatik


postural (pengobatan jangka panjang), pembengkakan, takikardia,
aritmia, fatiguability, sesak napas, pusing, sakit kepala, kegugupan,
sifat lekas marah, mengantuk yang abnormal, penglihatan kabur,
rhinitis, xerostomia, ketidaknyamanan perut, mual, sembelit, sakit
dada, kecelakaan serebrovaskular, inkontinensia urin (jarang).
6. IO Doxazosin dapat berinteraksi dengan sildenafil, acebutolol,
captopril, celecoxib
7. Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap doxazosin, stenosis katup aorta dan
emboli paru

C. CALCIUM CHANNEL BLOCKERS (CCB)

8
1. PHENYLALKAMINES (NON-DIHYDROPHYRIDINE)

1. Contoh Obat Verapamil


2. Dosis hipertensi immediate release : 80 mg PO/8 jam fase awal, lanjutan
80-320 mg/12 jam PO
3. Indikasi Hipertensi
4. Penggunaan

5. ADR konstipasi, hipotensi, dispepsia, edema, pusing, mual, , sakit


kepala, edema, edema paru, kelelahan, dispnea, bradikardia
6. IO Bila verapamil dikombinasikan dengan obat-obat kardiodepresan
atau obat yang menghambat nodus AV, misal beta bloker,
kuinidin, maka dapat menyebabkan sinergisme; Pemberian
bersamaan dengan antihipertensi oral lainnya (seperti vasodilator,
penghambat ACE, diuretika, beta bloker) akan memperkuat efek
penurunan tekanan darah; Penggunaan verapamil dapat
meningkatkan kadar plasma karbamazepin sehingga
meningkatkan efek samping karbamazepin seperti diplopia, sakit
kepala , ataksia, atau pusing; Penggunaan dengan rifampisin
maupun fenobarbital akan meningkatkan eliminasi verapamil
sehingga menurunkan ketersediaan hayati verapamil oral.
7. Kontraindikasi Penderita hipersensitivitas, syok kardiogenik, infark miokard akut
dengan komplikasi, AV blok tingkat II-III (kecuali pada pasien
dengan pacu jantung), sindroma sick sinus (kecuali pada pasien
dengan pacu jantung), gagal jantung kongestif, fluter atau fibrilasi
atrium dengan jalur by pass (misal sindroma Wolf-Parkinson-
White, sindroma Lown-Gonong-Levine)

2. BENZOTHIAZEPINE (NON-DIHYDROPYRIDINE)

1. Contoh Obat Diltiazem


2. Dosis Diltiazem 180-360 mg / hari
3. Indikasi Hipertensi, sebagai terapi tambahan atau pengganti. Menurunkan influks ion
kalsium ke dalam sel miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel‐
sel otot polos pembuluh darah.

9
4. Penggunaan

5. ADR Efek Samping Diltiazem : Edema, Sakit kepala/pusing, Bradyarrhythmia ,


Mual, Muntah,Hipotensi,vasodilatasi,diare,sembelit,bronchitis,sinus,dyspnea
6. IO  CCBs yang sering berinteraksi dengan obat lain adalah verapamil atau
dilitiazem. Interaksi terjadi karena verapamil dan diltiazem akan
mengurangi eliminasi dan meningkatkan kadar carbamazepine,
simvastatin, atorstatin dan lovastatin (menjurus pada keracunan).
 Dapat meningkatkan efek antihipertensi dengan antihipertensi lainnya
(misalnya aldesleukin), antipsikotik.
 Peningkatan kadar serum dengan simetidin.
 Penurunan kadar serum w / rifampisin, fenobarbital.
 IV: Dapat meningkatkan efek hipotensi dari β-blocker IV.
Grapefruit juice dapat meningkatkan konsentrasi serum dari obat CCBs.

7. Kontraindikasi Heart block, disfungsi sistolik gagal jantung (verapamil, diltiazem)

3. DIHYDROPYIDINE

1. Contoh Obat Amlodipine


2. Dosis 80 mg/8 jam PO fase awal, dosis normal 80-120 mg/8 jam PO
,tidak melebihi 480 mg/hari
3. Indikasi angina, hipertensi,
4. Penggunaan

5. ADR sakit kepala, edema, pulmonary edema


6. IO diltiazem, acebutolol, carvedilol
7. Kontraindikasi Hipersensitivitas

D. DIURETIK

1. THIAZID

1. Contoh Obat Hydrochlorothiazide


2.. Dosis 12.5-50 mg PO once daily

10
3. Indikasi Antihipertensi
4. Penggunaan

5. ADR Gangguan elektrolit, kelemahan, hipotensi, pankreatitis,


sakit kuning, diare, muntah, sialadenitis, kram, konstipasi,
iritasi lambung, mual, anoreksia, anemia aplastik,
agranulositosis, leukopenia, anemia hemolitik,
trombositopenia, reaksi anafilaksis, angiitis nekrosis,
distres, photosensitivitas , Demam, urtikaria, ruam,
purpura, hiperglikemia, glikosuria, hiperurisemia, kejang
otot, vertigo, parestesi, pusing, sakit kepala, gelisah, gagal
ginjal, disfungsi ginjal, nefritis interstisial, eritema
multiforme, dermatitis eksfoliatif, alopesia, Xanthopsia,
impotensi.

6 IO Meningkatkan toksisitas lithium. Dapat mempotensiasi


hipotensi ortostatik dengan barbiturat dan narkotika.
Peningkatan efek hipokalemia w / kortikosteroid,
kortikotropin, agonis β2 (misalnya salbutamol). Efek aditif
dengan antihipertensi lainnya. Potensiasi hipotensi
ortostatik dengan barbiturat atau opioid. Mengurangi efek
antihipertensi dengan obat yang menyebabkan retensi
cairan (misalnya kortikosteroid, NSAID, carbenoxolone).
Peningkatan nefrotoksisitas NSAID. Mengurangi efek
terapeutik antidiabetes.
7. Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat yang diturunkan dari
sulfonamida, anuria, kerusakan ginjal berat.

2. LOOP

1. Contoh Obat Furosemide


2. Dosis Furosemide 20-80 mg/hari PO dua kali sehari
3. Indikasi Antihipertensi

11
4. Penggunaan

5. ADR Hiponatremia, hypochloraemic alkalosis, hipokalemia,


sakit kepala, kantuk, kram otot, hipotensi, mulut kering,
haus, lemah, lesu, gelisah, oliguria, gangguan GI,
hipovolemia, dehidrasi, hiperurisemia, pustulosis
eksantematosa umum akut, ruam obat w / eosinofilia dan
sistemik Gejala, gangguan pendengaran reversibel atau
ireversibel, tuli, tinitus, reaksi anafilaksis atau anafilaktoid
berat (misalnya kejang), sindrom Stevens-Johnson,
nekrolisis epidermal toksik; Peningkatan kadar enzim hati,
kadar kolesterol dan trigliserida.
Berpotensi Fatal: Aritmia jantung
6. IO Dapat meningkatkan nefrotoksisitas sefalosporin (misalnya
cefalotin), NSAID. Dapat meningkatkan ototoxicity
aminoglycoside, ethacrynic acid, obat ototoxic lainnya.
Mengurangi kadar serum w / aliskiren. Dapat
meningkatkan efek hipotensi dari inhibitor ACE atau
antagonis reseptor angiotensin II. Meningkatnya risiko
hiperkalemia. Peningkatan risiko kardiotoksisitas dengan
glikosida jantung, antihistamin. Dapat mengurangi kadar
serum lithium. Dapat memusuhi efek hipoglikemik
antidiabetes. Efek hipotensi meningkat dengan MAOI.
Peningkatan hiponatremia dengan karbamazepin.
Mengurangi efek natriuretik dan hipotensi dengan
indometasin. Efek diuretik yang berkurang dengan salisilat.
7. Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap furosemid dan sulfonamida.
Anuria atau gagal ginjal, penyakit Addison, hipovolemia
atau dehidrasi, keadaan sebelum koma terkait dengan
sirosis hati.

3. POTASSIUM SPARING

1. Contoh Obat Amiloride


2. Dosis 5-10 mg/day PO
3. Indikasi Antihipertensi,

12
4. Penggunaan

5. ADR Nyeri perut, perdarahan gusi, rasa haus, mulut kering,


diare, konstipasi, anoreksia, sakit kuning, perut kembung,
dispepsia, muntah, mual, angina, aritmia, palpitasi,
hipotensi postural, dyspnoea, batuk, hidung tersumbat,
kebingungan, sakit kepala, insomnia, kelemahan , Tremor,
agitasi, pusing, malaise, parestasis, ensefalopati, gangguan
kencing, disfungsi seksual, hiperkalemia, kram otot,
artralgia, tekanan intraokular, gangguan visual, tinnitus,
alopecia, pruritus, ruam.
6. IO Peningkatan risiko hiperkalemia dengan diuretik lainnya,
suplemen K, antagonis reseptor angiotensin II, penghambat
ACE, trilostana. Peningkatan risiko nephrotoxicity w /
ciclosporin dan NSAIDs. Hiponatremia berat dapat terjadi
dengan thiazide atau klorpropamid. Dapat mengurangi
penyembuhan ulkus w / carbenoxolone. Dapat
meningkatkan efek antihipertensi lainnya.
7. Kontraindikasi Hiperkalemia, penyakit Addison, anuria, insufisiensi ginjal
akut atau kronis, nefropati diabetik.

4. ALDOSTERONE ANTAGONISTS

1. Contoh Obat Spironolactone


2. Dosis 25-100mg PO qDay
3. Indikasi Antihipertensi
4. Penggunaan

5. ADR Mengantuk, pusing, sakit kepala, lesu, kram kaki,


gangguan GI (misalnya diare, kram), ataksia, kebingungan
mental, ruam, pruritus, alopesia, hiponatremia, gangguan
elektrolit, ginekomidin, hirsutisme, ketidakteraturan haid,
nyeri payudara, pendalaman suara , Impotensi, leukopenia
(termasuk agranulositosis), trombositopenia, elevasi
transien dalam konsentrasi BUN. Jarang, pembesaran
payudara.

13
Berpotensi Fatal: Hiperkalemia.
6. IO Peningkatan risiko hiperkalemia dengan diuretik K-hemat
lainnya atau suplemen K, inhibitor ACE, antagonis
reseptor angiotensin II, trilostane, heparin, LMWH.
Peningkatan risiko nephrotoxicity w / ciclosporin,
NSAIDs. Meningkatnya risiko toksisitas litium. Dapat
mengurangi sifat penyembuhan ulkus carbenoxolone.
Dapat meningkatkan kadar serum digoksin. Dapat
mengurangi respons vaskular terhadap norepinephrine.
Penggunaan bersamaan w / colestyramine dapat
menyebabkan asidosis metabolik hiperkalemia. Potensiasi
hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan barbiturat atau
narkotika.
Berpotensi Fatal: Dapat meningkatkan efek hiperkalemia
dengan eplerenon.
Meningkatnya penyerapan w / makanan. Bersama admin w
/ etanol dapat meningkatkan risiko orthostasis.
7. Kontraindikasi Anuria, hiperkalemia, penyakit Addison, insufisiensi ginjal
akut atau progresif. Bersamaan menggunakan w /
eplerenone.

5. Sebutkan jenis-jenis terapi kombinasi pada hipertensi!


Jawab
a) ACE Inhibitor (Benazepril, Captopril, dan Ramipril) + Diuretik Thiazid (HCT,
Metolazone)
b) ARB (Valsartan atau eprosartan) + Diuretik Thiazid (HCT, Metolazone )
c) Beta Blocker (Metoprolol atau Propanolol) + Thiazid (HCT, Metolazone)
d) Diuretik Thiazid (HCT) + CCB (Dihidropiridine/Amlodipine atau
Nondihidropiridin/Diltiazem)
e) ACE Inhibitor (Ramipril atau Captopril) dengan CCB
f) Alfa-2 Agonis + Diuretik
g) Alfa-1 Antagonis + Diuretik (Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006; DiPiro et al, 2011).

Referensi:
DiPiro, J. T., et al, 2011. Pharmacotherapy. 8th ed. United States: Mc Graw-Hill
Companies.
Pp. 110-114.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Hipertensi. Jakarta: DepKes RI. Hal. 26.

14

Anda mungkin juga menyukai