Hipertensi 1
Hipertensi 1
1. Jelaskan apakah perbedaan target tekanan darah berdasarkan panduan JNCVII – JNCVIII
– ESH/ESC 2013 (sumber referensi)!
Jawab :
JNC VII
JNC VIII
ESH/ESC 2013
1
2. Jelaskan manajemen terapi pasien hipertensi!
Jawab
Non Farmakologi
Mengurangi berat badan (jika obesitas)
Melakukan diet “DASH” -> Dietary Approaches Stop Hypertension
Diet sodium (idealnya 1,5 g/ hari atau maksimal 3,8 NaCl)
Melakukan kegiatan fisik (30 menit selama 4-5 hari dalam seminggu)
Berhenti merokok, mengurangi alkohol dan kafein
Farmakologi
- Thiazide diuretic
o Chlorthalidone 1 tablet (12,5-25 mg/day)
o Hydrochlorothiazide 1 tablet (12,5 -50 mg/day)
o Indapamide 1 tablet (1,25-2,5 mg/day)
2
3. Sebutkan golongan utama obat hipertensi dan jelaskan mekanisme titik tangkapnya pada
gambar!
Penjelasan
Mekanisme terjadinya hipertensi
Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS) diatur di ginjal berpengaruh terhadap
tekanan darah arteri. Renin adalah enzim yang disekresikan karena beberapa faktor, intrarenal
(penurunan tekanan arteri renal), peningkatan stimulasi simpatetik dan peningkatan sinyal
macula densa (sel tubulus distal).
Renin mengubah Angiotensinogen menjadi Angiotensin I. Angiotensin I dikonversi
oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE) menjadi Angiotensin II. Angiotensin II akan
berikatan pada reseptor AT (AT1 atau AT2) pada beberapa jaringan. AT1 ada di otak, ginjal,
myocardium, perifer dan kelenjar adrenal. AT2 ada di jaringan medula adrenal, uterus dan
otak. AT2 tidak berpengaruh pada keadaan tekanan darah.
Angiotensin II pada korteks adrenal menyebabkan peningkatan sintesis aldosteron
sehingga terjadi reabsorbsi air/sodium yang menyebabkan peningkatan volume darah.
Peningkatan volume darah menyebabkan peningkatan resistensi total perifer sehingga
tekanan darah naik. Pada otot polos vaskuler, menyebabkan vasokontriksi yang
meningkatkan resistensi total perifer sehingga meningkatkan tekanan darah. Pada jantung,
3
angiotensin II menyebabkan peningkatan kontraktilitas sehingga terjadi peningkatan cardiac
output yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Golongan Obat Utama Hipertensi (4) -> 1) ACE Inhibitor ; 2) ARB ; 3) CCB; 4)
Diuretik Thiazid; dan 5) Beta Blocker.
1. ACE Inhibitor (ACEI)
ACE (Angiotensin Converting Enzyme) mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Dengan ACE Inhibitor, angiotensin II tidak dapat terbentuk
sehingga tidak dapat berikatan pada reseptor AT1.
2. ARB (Angiotensin II Receptor Blocker)
Angiotensin II yang terbentuk dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena vasokontriksi apabila berikatan dengan reseptor AT1. Sehingga, dengan
adanya ARB, angiotensin II tidak dapat berikatan dengan reseptor dan tidak
terjadi vasokontriksi.
3. Beta Blocker
Beta blocker bertindak sebagai antagonis pada reseptor beta di jantung.
Apabila ada agonis yang berikatan dengan reseptor beta 1 maka meningkatkan
kecepatan jantung untuk berkontraksi. Sehingga dengan beta blocker akan
menurunkan kontraktilitas jantung dan pembuluh darah mengalami vasodilatasi.
4. Calcium Channel Blocker
Ca2+ berperan penting dalam terjadinya vasokontriksi dengan melalui kanal
calsium. CCB menghambat masuknya ion Ca2+ tanpa mengganggu masuknya
Na+ dan keluarnya K+
CCB dibagi menjadi dua berdasarkan efeknya pada jantung dan vaskular,
yaitu dihidropiridine dan nondihidropiridine. Dihidropiridin bekerja pada
pembuluh arteri, tidak berefek pada jantung dan vasoselektif sebagai ca2+
antagonis (Contohnya : Nifedipine) . Nondihidropiridin bukan hanya berefek
pada otot polos arteri namun juga otot jantung (Contoh : Diltiazem, Verapamil)
5. Diuretik
Reabosrbsi sodium (Na) berpengaruh pada kadar Ca 2+ dalam menyebabkan
vasokontriksi. Diuretik (Thiazid) menghambat cotransporter Na+/Cl- sehingga
Na banyak yang dieksresikan.
6. Aldosteron Antagonis
Aldosteron berperan dalam regulasi ion Na dan K pada ginjal, yaitu reabsorbsi
Na dan eksresi K pada tubulus distal. Aldosteron antagonis menduduki reseptor
aldosteron sehingga tidak bisa membentuk protein yang mengkode kanal Na+/K+
-> Na+ tidak bisa masuk (Contoh : Spironolactone)
7. Direct Renin Inhibitor
Renin berperan dalam mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. DRI
(contohnya : Aliskiren) menghambat kerja enzim renin sehingga tidak dapat
terbentuk angiotensin I.
4
Direct Renin Inhibitor -> Menghambat enzim renin sehingga mencegah
angiotensinogen menjadi angiotensin I
ACE inhibitor -> Menghambat enzim ACE inhibitor sehingga mencegah angiotensin I
menjadi angiotensin II, serta mencefag bradikinin menjadi peptida aktif (ESO dari
obat ACE inhibitor adalah penumpukan bradikinin yang menyebabkan batuk kering
namun dapat menstimulasi prostaglanding yang menyebabkan vasodilatasi)
Angiotensin II Receptor antagonis -> Mencegah angiotensin II berikatan pada
reseptor sehingga menyebabkan vasodilatasi (Selain jalur angiotensinogen dengan
ACE, angiotensinogen juga dapat menjadi angiotensin II melalui jalur lain. Sehingga
dengan adanya Angiotensin II Receptor antagonis langsung bekerja pada reseptor
AT1 sehingga mencegah vasokontriksi.
4. Sebutkan sub golongan, contoh obat, dosis, indikasi, penggunaan, ADR, IO,
Kontraindikasi obat!
5
4 Penggunaan Captopril bisa memberikan pengurangan tekanan darah selama 24
. jam dengan pemberian sekali sheari atau dua kali sehari.
5 ADR hyperkalemia, hypersensitivitas, pruritus, takikardia
.
6 IO Efek hipotensi kaptopril meningkat bila diberikan bersama
. diuretik; dosis harus disesuaikan. Reaksi hipotensi yang parah dan
insufisiensi renal yang dapat balik (reversible) dapat terjadi,
terutama pada pasien-pasien dengan cairan dan/atau natrium yang
kurang. Diuretik hemat kalium (spironolakton, amiloride,
triamteren), dan suplemen kalium, harus digunakan secara hati-hati
pada pasien yang mendapatkan kaptopril; data yang terbatas
menunjukkan gangguan fungsi ginjal dapat terjadi. Antasid.
Pemberian bersamaan antasid dan kaptopril dapat menurunkan
bioavailabilitas dari kaptopril s/d 40-45%. Probenecid. Probenecid
dapat meningkatkan kosentrasi kaptopril dan metabolitnya dalam
darah, mungkin dengan menurunkan sekresi tubular kaptopril.
Seberapa penting interaksi ini belum bisa dijelaskan
sepenuhnya.NSAID. Pemberian kaptopril bersamaan dengan
NSAID dapat menurunkan respon penurunan tekanan darah dari
kaptopril dan beberapa data menyatakan kombinasi ini dapat
menurunkan fungsi ginjal yang akut. Tekanan darah dan fungsi
ginjal harus dimonitor
7 Kontraindikasi Kaptopril kontraindikasi pada pasien yang hipersensitifitas tehadap
. penghambat enzim konversi angiotensin (termasuk angioedema).
Kaptopril tidak boleh digunakan pada kehamilan
2. ANGIOTENSIN-RECEPTOR BLOCKER/ARB
6
4 Penggunaan
.
5 ADR Nyeri punggung, pusing, infeksi saluran napas atas, faringitis, &
. rinitis, batuk, sakit tenggorokan, pusing, sakit kepala, vertigo,
infeksi saluran pernapasan
6 IO Obat penurun TD lainnya, litium, OAINS seperti indometasin
.
7 Kontraindikasi Gangguan hati berat dan atau kolestasis. Hamil trimester 2 & 3,
. laktasi.
B. ADRENORECEPTOR ANTAGONISTS
1. B- BLOCKER
7
obat golongan beta blocker. Hal ini bisa menyebabkan hipotensi,
bradikardi, vertigo, sinkop, atau hipotensi postural.
Hal yang sama juga bisa terjadi jika digunakan bersamaan
dengan obat golongan calcium chanel blocker, dan amiodarone
(obat anti aritmia dengan sifat chronotropic).
isopiramid (obat aritmia tipe 1 dengan efek inotropik kuat dan
efek chronotropic) meningkatkan potensi terjadinya bradikardi
berat, dan gagal jantung bila diberikan bersamaan dengan beta
blocker.
Pemberian bersamaan dengan penghambat prostaglandin
synthase misalnya indometacin, dapat mengurangi efek hipotensi
obat-obat golongan beta blocker.
2. α BLOCKER
8
1. PHENYLALKAMINES (NON-DIHYDROPHYRIDINE)
2. BENZOTHIAZEPINE (NON-DIHYDROPYRIDINE)
9
4. Penggunaan
3. DIHYDROPYIDINE
D. DIURETIK
1. THIAZID
10
3. Indikasi Antihipertensi
4. Penggunaan
2. LOOP
11
4. Penggunaan
3. POTASSIUM SPARING
12
4. Penggunaan
4. ALDOSTERONE ANTAGONISTS
13
Berpotensi Fatal: Hiperkalemia.
6. IO Peningkatan risiko hiperkalemia dengan diuretik K-hemat
lainnya atau suplemen K, inhibitor ACE, antagonis
reseptor angiotensin II, trilostane, heparin, LMWH.
Peningkatan risiko nephrotoxicity w / ciclosporin,
NSAIDs. Meningkatnya risiko toksisitas litium. Dapat
mengurangi sifat penyembuhan ulkus carbenoxolone.
Dapat meningkatkan kadar serum digoksin. Dapat
mengurangi respons vaskular terhadap norepinephrine.
Penggunaan bersamaan w / colestyramine dapat
menyebabkan asidosis metabolik hiperkalemia. Potensiasi
hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan barbiturat atau
narkotika.
Berpotensi Fatal: Dapat meningkatkan efek hiperkalemia
dengan eplerenon.
Meningkatnya penyerapan w / makanan. Bersama admin w
/ etanol dapat meningkatkan risiko orthostasis.
7. Kontraindikasi Anuria, hiperkalemia, penyakit Addison, insufisiensi ginjal
akut atau progresif. Bersamaan menggunakan w /
eplerenone.
Referensi:
DiPiro, J. T., et al, 2011. Pharmacotherapy. 8th ed. United States: Mc Graw-Hill
Companies.
Pp. 110-114.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Hipertensi. Jakarta: DepKes RI. Hal. 26.
14