➢ Kebijakan lingkungan
Kebijakan-kebijakan dirancang dan disesuaikan dengan mempertimbangkan
keadaan pasar, teknologi yang tersedia dan sumber daya alam. Pembuat
kebijakan menggunakan tiga instrumen utama untuk mempengaruhi
perubahan yaitu: harga, kelembagaan dan promosi dalam perubahan
teknologi.
B. RESPON SEKTOR PETERNAKAN
Sistem Pertanian Terpadu merupakan suatu sistem menggunakan ulang atau mendaur
ulang dengan memanfaatkan tanaman dan hewan/ternak sebagai mitra, menciptakan
suatu ekosistem yang dibuat mendekati ekosistem alami.
Agar manfaat sistem pertanian terpadu dapat diperoleh secara efektif dan efisien, pertanian dibuat
di suatu kawasan secara kolektif. Pada kawasan tersebut dapat dibuat beberapa sektor, seperti
sektor produksi tanaman, peternakan serta perikanan.
Sektor-sektor ini akan menjadikan suatu kawasan memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh
komponen produksinya tidak akan menghasilkan limbah, karena dapat dimanfaatkan oleh
komponen-komponen lainnya. Selain itu, peningkatan hasil produksi dan penghematan biaya
produksi juga dapat tercapai.
3 alasan mengapa pertanian terpadu perlu dilakukan, yaitu:
✓ Panen Tidak Setiap Hari – Adanya sistem pertanian terpadu akan menjadikan petani
memiliki alternatif pendapat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
✓ Menekan Harga Produksi – Pertanian terpadu merupakan kombinasi sektor pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan dan lainnya dalam satu wilayah tani. Adanya sistem
ini akan menekan harga pokok produksi dengan penerapan sistem zero waste.
✓ Meningkatkan Harga Jual – Melalui pembinaan yang berkelanjutan, hasil panen
memiliki keunggulan dibanding pertanian konvensional. Manfaat positifnya adalah
harga jual produk pertanian yang meningkat yang memengaruhi kesejahteraan petani
menjadi lebih baik.
Tujuan Pertanian Terpadu (4F)
Sekitar 60% penduduk Indonesia merupakan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian dan bekerja seagai petani, buruh tani, pekebun, peternak dan nelayan. Rata-rata
petani di Indonesia memiliki lahan yang sempit, yakni sekitar 0,3 hektar terutama di Pulau Jawa.